A. Dasar Pemikiran
Cirebon merupakan salah satu daerah di Jawa barat yang memiliki banyak
masres, janger, ludruk, wayang uwong, wayang kulit dan wayang golek. Seni
kalbu seseorang dapat diciptakan dengan berbagai saluran, seperti seni rupa, seni
musik, seni tari, seni sastra, dan seni drama.2 Kelompok-kelompok kesenian di
wilayah Cirebon yang masih tetap tumbuh sampai sekarang, antara lain
sandiwara, wayang kulit, kliningan, genjring, tari topeng, tarling, dan sintren.
Serta masih banyak kesenian lain yang serupa sekaligus memperlihatkan ciri-ciri
khususnya sehingga agak sulit dijumpai di daerah lain dalam masyarakat Jawa
Barat, tetapi tidak bisa dilepaskan dari ikatannya dengan masyarakat Sunda.
tersebar di daerah pantai utara Jawa Barat, terutama kabupaten Cirebon dan
sesuai dengan namanya yakni gitar dan suling. Kisahnya berawal dari seseorang
1
Abdurrahman , Cirebon yang kukenal. Jakarta : Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata Indonesia, hal. 13
2
Haryono, T., Seni pertunjukkan dan seni rupa dalam perspektif arkeologi
seni. Surakarta : ISI Press. 2008 Hal, 7
3
Noer, M. N. Menusa Cerbon. Cirebon : Dinas Pemuda Olahraga
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon, 2009 hal, 5
1
2
gamelan dari Desa Kepandean Indramayu itu dimintanya memperbaiki gitar orang
Belanda yang rusak.4 Melalui gitar tersebut anak Mang Sakim yang bernama
nada pentatonis gamelan yang ia kuasai. Jasa Sugro yang paling berharga adalah
mampu menjadikan gitar sebagai alat musik yang merakyat. Tarling menjadi
Kekuatan instrumen gong, gendang dan kecrek serta gitar dan suling menerbitkan
Berbeda dengan seni yang tumbuh dari keraton yang memiliki pakem dan
nilai-nilai kesakralan, seni tarling berkembang dengan dinamika yang lugas dan
lagu. Jika nada dan tempo makin terasa dinamis, begitu pula pada syair-syairnya.
tanpa jarak. Bahkan, tarling acap kali melibatkan penonton dalam pertunjukan
sandiwara secara spontan seperti halnya seni lenong di Jakarta atau ludruk di Jawa
Timur. Sebuah kekuatan yang menjadikan tarling tidak hanya sebagai tontonan,
4
Saptono Hariardi, Warisan Budaya Wangsa Cerbon-Dermayu, BENTERA BUDAYA
JAKARTA,2013, Hal.4.
5
Ibid, Hal.5.
3
tetapi lebih dari itu, narasi yang dibangun dalam setiap pertunjukan
mengekspresikan kemarjinalan.6
secara lebih luas melalui RRI Cirebon. Penampilan di RRI semakin sering
Baru pada tahun 1957 tarling mulai pentas di atas panggung meniru-niru orkes
keroncong7. Dipelopori oleh Uci Sanusi dari jemaras Cirebon dan Djajana dari
Karang Ampel Indramayu. Kesenian ini pun kemudian berganti nama menjadi
Tarling, yang selain merupakan akronim dari gitar dan suling juga merupakan
falsafah: Yen Wis Mlatar Kudu Eling. Maksudnya, apabila seseorang sudah
berada dipuncak kesuksesa harus dapat mengendalikan diri agar tidak terjerumus
Pada tahun 1962 tumbuh perintis baru yang mulai menciptakan kreasi baru
dan munculah kisah-kisah yang dilagukan dan merupakan cikal bakal lahirnya
sandiwara tarling.
Baru dalam tahap selanjutnya masuklah lawak dan tari. Lagu-lagu pun
dipakai bahasa Cirebon sebagai alat komunikasi karena pada saat pertunjukan
6
Supali Kasim, Migrasi Tarling Ke Organ Tunggal ,Kompas, 2010 Diakses pada tanggal 30
Januari 2018 Pukul 16.05.
7
Pada tahun 1950-an orkes keroncong sangat populer di masyarakat.
8
Supali Kasim , Migrasi Bunyi dari Gamelan ke Gitar-Suling, Kantor Kebudayaan dan Pariwisata
, Kabupaten Indramayu, 2007, Hal.19.
4
pantun dalam bahasa sunda acapkali dipakai terutama untuk lagu-lagu yang
mengiringi tari Jaipong. Bahasa yang dipakai dalam tarling adalah bahasa sehari-
(kasar).
kesempatan ini mereka tidak menerima bayaran namun diminta kesediannya oleh
desa dimana perkumpulan tarling itu berada untuk menyumbang acara dalam
tarling juga dilakukan untuk memeriahkan acara Nadran, yakni pesta laut yang
diselenggarakan oleh nelayan. Acara Nadran10 dan Mapag Sri berbeda halnya
dengan peringatan Hari Kemerdekaan, walaupun kedua peristiwa ini adalah acara
komunal, perkumpulan tarling ini mendapat bayaran atas penampilannya dari kas
desa.11
9
Mapag Sri adalah upacara untuk mengucapkan rasa sukur pada Dewi Sri atas keberhasilan panen
penduduk.
10
Para nelayan secara tradisi setiap bulan Rajab melaksanbakan Nadran yakni selamatan untuk
menyambut musim ikan di laut dengan memberi sedekah pada penguasa lautan. Sebagian besar
nelayan tidak pergi melaut pada hari itu tapi mengadakan arak-arakan selanjutnya pada siang hari
diadakan keramaian pada olah raga dan pertunjukan kesenian pada malam harinya.
11
Iin Dhiana Purnamasari, Gambaran kehidupan rumah tangga orang Jawa-Cirebon dalam lagu
dan dialog Tarling, Tesis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia ,1991.
Hal.74.
5
Pada tahun 1980-an berkembang musik orkes melayu dan lagu-lagu ber
tarling. Tarling yang awal terbentuknya hanya sekedar lantunan nada klasik tanpa
lirik dan kemudian berkembang menjadi pentas sandiwara. Namun, ketika musik
Cirebon berbeda seperti dangdut yang dipelopori oleh Grup O.M Soneta, yaitu
Rhoma Irama. Instrumen gitar dan suling sebagai ciri khas kesenian tarling tetap
Tindakan ini dilakukan untuk mengikuti selera masyarakat agar tarling tidak
bersedia memainkan lagu-lagu dangdut dan banyak pula yang bertahan pada yang
klasik.12
merupakan hasil dari proses asimilasi antara budaya Jawa dengan bangsa Asing.
Hal tersebut dikarenakan alat musik gitar dan suling yang menjadi kekuatan musik
yang dominan pada tarling memang bukan alat musik asli Indonesia. Alat musik
gitar sejatinya berasal dari Eropa sedangkan suling berasal dari India, sementara
pengaruh dari Jawa berupa gamelan yang merupakan alat musik asli Jawa yang
tiga periode yaitu : tarling klasik periode awal tahun 1930-an sampai 1950-an,
12
Rijal Abdillah. Nilai-Nilai dan Pesan-Pesan Moral Tarling Menurut Perspektif Pelaku Kesenian
Tarling Cirebon (Sebuah Studi Psikologi Budaya). Tesis. Pascasarjana Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.2014, Hal.17.
6
kedua periode 1950-an sampai 1970an sandiwara tarling, ketiga periode 1980-an
dangdut tarling.
1950 sampai 1980. Bahkan dalam buku pelajaran Seni Budaya di buku – buku
SMP dan SMA, kesenian tarling hanya dijadikan sebagai salah satu jenis musik.
masyarakat baik masalah rumah tangga masalah pekerjaan yang sangat sulit di
Alasan kedua mengapa topik ini dipilih sebagai fokus dalam penelitian
adalah karena kesenian tarling Cirebon ternyata memiliki peran penting dalam
beberapa jenis dangdut pop dan tembang campursari yang berkembang pesat.
Beberapa buku ada yang menulis tentang sejarah dan perkembangan tarling,
namun tidak secara spesifik melainkan menjadi salah satu bab dalam buku
tersebut, contohnya adalah buku karangan Hariadi Saptono yang berjudul Warisan
buku tersebut bahan yang dihimpun bagian dari kegiatan kerja jurnalistik Harian
dan kegiatan para seninam dan budaya di tempat mereka beraktivitas, fokus
Buku kedua adalah buku karangan Supali Kasim yang berjudul Tarling,
tarling bukan berasal dari daerah setempat. Akan tetapi jika mendengarkan
petikan gitar dalam tarling, yang terdengar adalah bunyi laras gamelan yang
penjelasannya mengenai migrasi bunyi dari gamelan ke gitar. Supali kasim tidak
Selain itu terdapat juga Tesis karya Rijal Abdillah program Magister
terhadap nilai-nilai dan pesan-pesan moral tarling. Pada tesis ini hanya fokus
8
menjelaskan nilai-nilai dan pesan moral tarling lewat lirik-lirik lagu dan filosofi
pada dinamika perkembangan tarling klasik sampai tarling dangdut dan tarling
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini membahas dimulai pada tahun 1950 dimana pada tahun
tersebut terjadi peralihan antara tarling klasik ke drama tarling (sandiwara tarling)
dimana fokus peneliti lebih spesifik membahas proses dinamika tarling dari
tarling klasik, drama tarling sampai tarling dangdut, dimana pembatasan tahun
Indonesia. Diawali pada tahun 1970an salah satu tokoh kunci dalam lahirnya
musik dangdut ini adalah Rhoma Irama. Ketenaran musik dangdut semakin
muncul nama-nama seperti Mansyur S., A.Rafiq, dan Muchsin Alatas. Pada tahun
13
Soneta merupakan Group atau orkes melayu yang dipelopori oleh Rhoma Irama. Sound Of
Moslem dan Raja Dangdut merupakan julukan yang diberikan masyarakat kepada Rhoma Irama.
9
2. Perumusan Masalah
diatas, maka rumusan masalah yang saya ajukan untuk proposal ini adalah:
Cirebon?
Cirebon?
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
sejarah lokal bagi peneliti sejarah dan untuk pembelajaran sejarah. Sedangkan
1. Metode Penelitian
Tahap awal dari penelitian skripsi ini adalah pengumpulan sumber baik
mendukung pembahasan ini antara lain: Surat Kabar Radar Cirebon dan Pikiran
Rakyat sudah penulis dapatkan di Litbang Kantor Radar Cirebon dan Pikiran
Rakyat. Begitu juga sumber-sumber sekunder seperti buku karangan Supali Kasim
Dermayu, dan lain lain juga sudah penulis dapatkan di Perpustakaan Daerah
Cirebon, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia dan. Penelitian skripsi ini juga
sumber yang sudah didapatkan dari berbagai tempat akan dikaji dan dikritik baik
secara intern maupun ekstern. Kritik intern dilakukan untuk menguji kebenaran
dan keakuratan data yang didapatkan dalam penelitian ini. Kritik intern yang
karya Hariardi Saptono dengan buku berjudul Tarling, Migrasi Bunyi dari
Gamelan ke Gitar-Suling karya Supali Kasim. Dalam kedua buku ini ada
beberapa seni pertunjukan yang tumbuh dan berkembang di wilayah cirebon dan
tarling masuk kedalam bab buku tersebut, sedangkan dalam buku kedua
menjelaskan tentang perkembangan tarling dan proses migrasi nada dari gamelan
ke gitar, penulis lebih banyak mendapatkan sumber dari buku pertama dibanding
buku kedua. Berikutnya adalah kritik ekstern yang dilakukan untuk menguji
keaslian data yang digunakan dalam penelitian ini. Kritik ekstern yang dilakukan
oleh penulis digunakan untuk melihat kertas, tanggal, waktu pembuatan dan nama
pengarang. Kemudian untuk meneliti isi sumber dengan cara meneliti tulisan atau
ejaan, bahasa dan gaya penulisan yang digunakan oleh pengarang pada sumber-
sumber yang telah diuji keakuratannya. Tahap terakhir adalah historiografi atau
penulisan sejarah. Di tahap terakhir ini fakta-fakta yang sudah melewati tahapan
di atas akan ditulis secara ilmiah sehingga menjadi sebuah karya tulis ilmiah yang
bisa dipertanggung jawabkan dan diuji. Dalam penelitian ini dikaji secara
deskriptif-naratif.
2. Bahan Sumber
Sumber data yang menunjang skripsi ini didapat dari buku-buku yang
membahas tentang periode masa lahirnya kesenian rakyat Indonesia pada tahun
12
1950-an secara umum dan secara khusus buku-buku yang membahas peran
Buku-buku yang digunakan sebagai sumber penelitian skripsi ini antara lain
“Mengaji pada Sunan Gunung Djati, Menengok Situs Makam Kanjeng Sunan