J1B017050
SASTRA INDONESIA
KESENIAN BEBEGIG
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam
suku bangsa, bahasa, adat istiadat, dan kesenian yang terwujud dalam bentuk
kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu
bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya.
Saya seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya UNSOED menyadari sudah
seharusnya mengetahui tentang ragam kebudayaan yang ada di Indonesia, khususnya
kebudayaan yang berasal dari daerah asal saya tinggal yaitu Kabupaten Ciamis.
Terdapat banyak kebudayaan yang tersebar di tiap wilayah Kabupaten Ciamis,
Diantaranya akan saya bahas sebuah kebudayaan khas yakni “Kesenian Bebegig”
sebagai bentuk rasa bangga saya menjadi putra daerah.
b) Membuat Bebegig
Untuk membuat Bebegig diperlukan beberapa bahan yang bisa kita
dapatkan di alam. Topeng Bebegig sendiri terbuat dari kulit kayu. Rambutnya
terbuat dari ijuk kawung (aren) yang terurai panjang ke bawah, dilengkapi
dengan atribut mahkota dari kembang bubuay dan daun waregu yang tersusun
rapi di atas kepala topeng, dihiasi kembang hahapaan dan daun pipicisan.
Atribut-atribut tersebut diambil dari tanaman liar yang tumbuh subur di
daerah Tawang Gantungan.
c) Cara Penyajian
Lakon yang memerankan Bebegig biasanya adalah laki-laki berjumlah
10 sampai 20 orang. Dalam setiap penampilan atau atraksinya para lakon
memakai topeng (Bebegig) dengan berat satu topeng bebegig mencapai 60
kilogram untuk orang dewasa. Sementara yang biasa digunakan untuk anak-
anak usia 15 tahun beratnya 30 kilogram dan mengenakan pakaian yang
dibuat dari ijuk. Setiap Bebegig dilengkapi dengan kolotok ( alat musik
sederhana terbuat dari kayu ) yang digoyang-goyangkan sebagai tambahan
pengiring tarian karena mengeluarkan bunyi-bunyian khas. Namun saat ini
konsep penampilan Bebegig telah mengalami perkembangan dimana ada
tambahan musik gamelan ataupun musik dangdut koplo sebagai pengiring.
Dalam iringan musik yang dinamis Bebegig berjalan beriringan 10 hingga 20
Bebegig menempuh jarak beberapa ratus meter hingga kilometer. Ada pula
pertunjukan menampilkan perkelahian sesama Bebegig.
d) Keunikan
Bebegig berbeda dengan barong di Jawa dan Bali karena Bebegig
menggunakan rumbai-rumbai daun tanaman serta pada bagian belakang
menggunakan lonceng sapi ( Kolotok ), Sedangkan topeng Bebegig
mempunyai berat kurang lebih 20 kg dengan cara dipikul seperti ondel-ondel,
dari segi bentuk topeng, topeng bebegig diilhami dari tokoh bujang ganong
pada kesenian reog ponorogo yang dibawa pada perang majapahit-sunda
dibawah kepimpinan Hayam Wuruk, yang membedakaanya topeng bebegig
ialah berukuran besar sedangkan topeng pada bujang ganong berukuran wajah
manusia yang memudahkan penari untuk melakukan akrobatik.
e) Filosofi
Walaupun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Bebegig
terlihat begitu sederhana, namun pada kenyataannya, Bebegig mengandung
filosofi kehidupan yang sangat dalam.
Dikisahkan, Prabu Sampulur selalu menyerahkan daun Waregu
Pancawarna dan kembang bubuay. Walaupun namanya daun Waregu
Pancawarna, bukan berarti setiap helai daunnya warna-warni, melainkan
hanya simbol kebaikan atau kebahagiaan. Sedangkan bunga yang keluar dari
pohon sejenis rotan yang disebut bubuay itu ternyata mengandung filosofi
kehidupan yang sangat berarti, dilihat dari bentuk bunga yang tersusun rapi
berurutan, sebagai simbol runtut raut, sauyunan (kebersamaan), silih asah,
silih asih, silih asuh, setiap helai bunganya menempel kuat di manggarnya
(tangkainya). Kuatnya kebersamaan secara turun-temurun tidak akan lepas
dan pecah. Selanjutnya topeng-topeng kulit kayu yang dibuat oleh Prabu
Sampulur dipasang di pohon-pohon besar yang ada di sekitar Tawang
gantungan. Konon, karena kesaktiannya bila ada orang yang berniat jahat
melihat topeng tersebut, ia seolah-olah akan melihat makhluk tinggi besar
yang menyeramkan dan membuatnya takut.
Prabu Sampulur didatangi oleh dua orang pendatang yaitu Sanca
Manik dan Sanca Ronggeng ke Tawang Gantungan, sehingga Prabu Sampulur
mempunyai 17 orang kepercayaan termasuk Sanca Ronggeng dan Sanca
Manik. Kehidupan di tempat tersebut hanya bertani ala kadarnya, dan berburu
hewan apapun yang sekiranya bisa dimakan. Sanca Ronggeng selalu menari-
nari kegirangan bila mereka berhasil mendapatkan hewan buruan, sehingga
yang lainnya pun mengikuti sebagai ungkapan rasa gembira. Akhirnya, karena
terlalu sering melihat gerakan tarian Sanca Ronggeng itu, Prabu Sampulur
teringat akan topeng yang dipasang di pohon, dan Sanca Ronggeng adalah
orang pertama yang memakai topeng dan atributnya. Semenjak itu setiap
mendapatkan hasil buruan mereka selalu menari dengan memadukan jurus-
jurus beladiri dan tarian sambil memakai topeng. Dan di antara mereka semua,
Sanca Ronggenglah yang paling lihai menari dan mengajarkan 7 gerakan tari
yang juga dipadukan dengan jurus beladiri kepada orang-orang di sekitarnya.
D. Kesimpulan
Bagi masyarakat desa Sukamantri Kabupaten Ciamis bebegig
merupakan lambang kemenangan. Dan pembuatan bebegig di ilhami wajah
Prabu Sampulur. Bebegig direpresentasikan sebagai penjaga lingkungan
sekitar.
Kesenian Bebegig pada awalnya merupakan bagian dari ritual dalam
upacara pengusiran roh-roh jahat, namun pengaruh agama Islam menjadikan
Bebegig sebagai kesenian berupa tari-tarian yang dibawakan oleh sekelompok
laki-laki berjumlah 10 sampai 20 orang yang menggunakan topeng ( Bebegig
) dengan rumbai-rumbai daun tanaman serta pada bagian belakang
menggunakan lonceng sapi ( Kolotok ) serta pakaian yang terbuat dari ijuk
dan berjalan beriringan diiringi suara khas dari kolotok dan juga kini ada
musik tradisional gamelan ataupun yang lebih kekinian musik dangdut koplo
sebagai tambahan musik pengiring.
Kesenian Bebegig ini berbeda dengan Kesenian topeng serupa lainnya
( barong di Jawa dan Bali ). Dan juga memiliki arti filosofi sendiri dari bahan-
bahan dan cara pembuatannya.
E. Dokumentasi
Pertunjukan Kesenian Bebegig
Bahan-bahan pembuatan Bebegig
Kolotok
Daftar Pustaka