DISUSUN OLEH :
JERI ARIYANTO
J1B017050
SASTRA INDONESIA
SASTRA INDONESIA
TAHUN 2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra merupakan hasil dari daya cipta, karsa manusia yang dimana
mengandung nilai seni yang tinggi. Dalam penciptaan karya sastra, seorang
seniman/ penyair tidak menciptakannya hanya dengan asal-asalan. Melainkan
membutuhkan usaha yang keras agar bisa menghasilkan sebuah karya yang
bermutu.
Dari segi ekspresif karya sastra dipandang sebagai suatu ungkapan batin
pengarang yang secara realiatas tidak dapat disampaikan secara langsung
dalam kehidupan nyata, melainkan hanya mampu dituangkan ke dalam sebuah
karya sastra atau dunia fiksi pengarang. Maka dari itu karya sastra dianggap
tidak akan pernah lepas dari pengarangannya.
Novel yang berjudul “Di Bawah Lindungan Ka’bah” karya Prof. DR. Haji
Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan sebutan Hamka,
merupakan Novel roman klasik yang diterbitkan pada tahun 1938 oleh Balai
Pustaka, penerbit nasional Hindia Belanda. Novel tersebut merupakan novel
yang sangat baik dan menarik karena memadukan kisah cinta dengan norma-
norma adat minangkabau, nilai-nilai moral serta nilai-nilai religiulitas yang
sangat tinggi. Bahkan sempat pula novel tersebut diangkat menjadi film layar
lebar pada tahun 2011.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Landasan Teori dan Metode Pendekatan Ekspresif.
2. Mengetahui Sionopsis Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah.
3. Mengetahui Biografi Pengarang.
4. Mengetahui Unsur-Unsur Dalam Novel Di Bawah Lidungan Ka’bah.
5. Mengetahui hubungan antara Unsur-Unsur dalam Novel dengan
ekspresi atau kejiwaan Pengarang.
II. PEMBAHASAN
Seorang anak yatim yang miskin bernama Hamid diangkat anak oleh
keluarga Haji Jafar . Haji Jafar adalah orang yang kaya raya. Haji Jafar dan
istrinya ( Asiah ), menganggap Hamid seperti anaknya sendiri. Hamid anak
yang rajin, sopan dan berbudi sehingga diperlakukan sama dengan anak
kandung mereka, Zaenab.
Zaenab juga menganggap Hamid seperti kakak kandungnya. Ia banyak
bersama-sama dengan Hamid. Karena bersekolah di tempat yang sama,
keduanya pergi dan bermain bersama. Ketika mereka beranjak remaja, dalam
hati mereka mulai tumbuh perasaan lain, suatu perasaan yang selama ini
belum mereka rasakan sebelumnya. Hamid merasa bahwa rasa sayangnya
terhadap Zaenab bukan lagi perasaan sayang kepada adiknya. Demikian pula
halnya dengan Zaenab.
Setelah tamat dari sekolah rendah, Hamid melanjutkan sekolah ke Padang
Panjang, sedangkan Zaenab tidak melanjutkan sekolahnya. Pada masa itu,
wanita yang tamat sekolah rendah tidak dibolehkan meneruskan sekolahnya.
Mereka dipingit untuk kemudian dinikahkan dengan pilihan orang tuanya.
Dengan berat hati, Hamid meninggalkan gadis itu.
Selama di Padang Panjang, Hamid semakin menyadari perasaan cintanya
terhadap Zaenab. perasaan rindu hendak bertemu dengan gadis itu semakin
hari semakin menyiksa. Ia ingin selalu berada di dekatnya. Namun, ia tidak
berani mengutarakan perasaan hatinya. Dia sadar adanya jurang pemisah yang
sangat dalam antara mereka. Zaenab berasal dari keluarga terpandang,
sedangkan Hamid berasal dari keluarga miskin. Itulah sebabnya, rasa cinta
yang bergelora terhadap Zaenab hanya dipendamnya saja. Hamid benar –
benar harus menguburkan rasa cintanya kepada Zaenab.
Suatu ketika Haji Jafar, ayah Zaenab yang sekaligus ayah angkatnya,
meninggal dunia. Tidak lama kemudian, ibu kandungnya pun meninggal.
Betapa pilu hatinya ditinggal oleh dua orang yang sangat dia cintai. Kini dia
merasa hidup sebatang kara. Dia merasa tidak lebih sebagai pemuda yatim
piatu yang miskin. Sejak kematian ayah angkatnya, Hamid tidak dapat
menemui Zaenab lagi karena gadis itu telah dipingit ketat oleh mamaknya.
Hati Hamid semakin hancur ketika mengetahui bahwa Zaenab akan
dijodohkan dengan pemuda yang memiliki kekerabatan dengan ayah
angkatnya. Bahkan, Mak Asiah meminta Hamid untuk membujuk Zaenab
supaya mau dijodohkan. Betapa hancur hati Hamid menerima kenyataan
tersebut. Cinta kasihnya kepada Zaenab tidak akan pernah tercapai.
Dengan berat hati, Hamid menuruti kehendak Mak Asiah. Dia menemui
Zaenab dan membujuk gadis itu agar mau menerima pemuda pilihan
mamaknya. Menerima kenyataan tersebut, hati Zaenab menjadi sangat sedih.
Dalam hatinya, dia ingin menolak kehendak mamaknya, namun dia tidak
mampu melakukannya.
Setelah kejadian itu, Hamid memutuskan untuk pergi meninggalkan
kampung halamannya. Dia tidak sanggup menanggung beban berat. Dia
meninggalkan Zaenab dan pergi ke Medan, dia menulis surat kepada Zaenab.
Dalam suratnya, dia mencurahkan isi hatinya kepada gadis itu. Dari Medan
Hamid melanjutkan perjalanan menuju Singapura, kemudian dia pergi ke
tanah suci Mekkah.
Betapa sedih dan hancur hati Zaenab ketika dia menerima surat dari
Hamid. Gadis itu tersiksa karena dia pun mencintai Hamid. Dia sangat
merindukannya. Namun, dia harus melupakan cintanya karena mamaknya
telah menjodohkan dirinya dengan pemuda lain. Karena selalu dirundung
kesedihan, Zaenab sering sakit-sakitan dan kehilangan semangat hidup.
Hamid selalu gelisah karena menahan rindu pada Zaenab. Untuk
mengahapuskan kerinduannya, dia bekerja pada sebuah penginapan milik
seorang Syekh. Sambil bekerja, dia terus memperdalam agama islam dengan
tekun.
Setelah setahun berada di Mekkah, Hamid bertemu dengan Saleh, seorang
teman dari kampungnya yang sedang melakukan ibadah haji. Ketika itu Saleh
menjadi tamu di penginapan tempat Hamid bekerja. Dari Saleh, Hamid dapat
mendengar kabar tentang Zaenab. Sejak kepergiannya, Zaenab sering sakit-
akitan. Dia sangat menderita karena menanggung rindu kepadanya. Dia juga
mengetahui kalau Zaenab tidak jadi menikah dengan pemuda pilihan ibunya.
Mendengar penurturan Saleh, Hamid merasa sedih sekaligus gembira. Dia
sedih sebab Zaenab dalam keadaan menderita batin. Di lain pihak, dia gembira
sebab Zaenab ternyata mencintainya. Setelah mengetahui kenyataan yang
menggembirakan itu, Hamid memutuskan untuk kembali pulang ke kampung
halamannya setelah ia menunaikan ibadah haji.
Sementara itu , Saleh mengirim surat kepada istrinya mengabarkan
pertemuannya dengan Hamid. Dia menceritakan bahwa hamid masih
menantikan Zaenab dan dia pun memberitahukan bahwa Hamid akan pulang
ke kampung halamannya bila mereka telah selesai menunaikan ibadah Haji.
Rosna memberikan surat dari Saleh kepada Zaenab. Ketika dia membaca
surat itu, betapa gembiranya hati Zaenab. Dia tidak pernah menyangka akan
bertemu lagi dengan kekasih hatinya. Dia merasa tidak sabar lagi menanti
kedatangan Hamid. Segala kenangan indah bersama Hamid kembali menari-
nari dalam pikirannya. Semua itu dia ungkapkan melalui suratnya kepada
Hamid.
Hamid menerima surat Zaenab dengan sukacita. Semangatnya untuk
segera kembali pulang ke kampung semakin mengebu-gebu. Dia sangat
merindukan kekasih hatinya. Itulah sebabnya, dia memaksakan diri untuk
tetap menunaikan ibadah haji sekalipun dalam keadaan sakit. Dia menjalankan
setiap tahap yang wajib dilaksanakan untuk kesucian dan kemurnian ibadah
haji dengan penuh semangat. Dalam keadaan sakit parah, dia melakukan
wukuf. Namun, sepulang melakukan wukuf di Padang Arafah, tubuhnya
semakin melemah. Pada saat yang sama, Saleh mendapat kabar dari istrinya
bahwa Zaenab telah meninggal dunia. Dia tidak ingin memberi tahu kabar itu
kepada Hamid. Namun, Hamid mendesaknya untuk menceritakan isi surat
tersebut.
Mengetahui isi surat itu, Hamid sangat terpukul. Namun, karena
keimanannya kuat, dia mampu menerima kenyataan pahit itu. Dia
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Keesokan harinya, dia tetap
memaksakan diri untuk berangkat ke Mina. Namun, dalam perjalannya, dia
terjatuh, sehingga Saleh mengupah orang Badui untuk memapahnya.
Usai acara di Mina, mereka berdua berangkat ke Masjidil Haram. Ketika
mereka selesai mengelilingi Ka’bah, Hamid minta berhenti di Kiswah. Sambil
memegang Kiswah itu, dia mengucapkan “ Ya Rabbi, ya Tuhanku Yang Maha
Pengasih dan Penyayang, “ beberapa kali. Suaranya semakin melemah dan
akhirnya berhenti untuk selama-lamanya. Hamid meninggal dunia di depan
Ka’bah.
C. Biografi Pengarang
1. Latar Belakang Keluarga Hamka
Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal sebagai Hamka,
lahir 16 Februari 1908 di Ranah Minangkabau, desa Kampung Molek, Nagari
Sungai Batang, di tepian danau Maninjau,Luhak Agam, Sumatera Barat.
Nama kecilnya adalah Abdul Malik, sedangkan Karim berasal dari nama
ayahnya, Haji Abdul Karim dan Amrullah adalah nama dari kakeknya, Syeikh
Muhammad Amrullah.
Waktu kecilnya, Hamka lebih dekat dengan andung (nenek) dan engkunya
(kakek), di desa kelahirannya. Sebab, ayahnya, DR. Haji Abdul Karim
Amrullah, adalah ulama modernis yang banyak diperlukan masyarakat pada
waktu itu sehingga hidupnya harus keluar dari desa kelahiran Hamka, seperti
ke kota padang. Menurut penuturan Hamka sendiri, dia merasa bahwa
terhadap kakek dan neneknya merasa lebih sayang dari pada terhadap ayah
dan ibunya. Terhadap ayahnya, Hamka lebih banyak merasa takut dari pada
sayang. Ayahnya dirasakannya sebagai orang yang kurang mau mengerti jiwa
dan kebiasaan anak-anak. Ayahnya dinilainya terlampau kaku dan bahkan
secara diametral dinilainya bertentangan dengan kecenderungan masa kanak-
kanak yang cenderung ingin “bebas” mengekspresikan diri, atau “nakal” sebab
kenakalan anak-anak, betapapun nakalnya, asal masih dalam batas-batas
kewajaran adalah masih lumrah bahkan demikian menurut Hamka.
1.Tema
Tema pada novel Dibawah Lindungan Ka’Bah adalah tentang cinta yang
tak sampai karena perbedaan status sosial yang menghalangi untuk Zaenab
dan Hamid bisa bersama. Hamid adalah seorang pemuda miskin yang
tinggal bersama ibunya karena ayahnya telah meninggal semasa Hamid
kecil. Berbeda dengan Zaenab anak dari seorang saudagar kaya, orang
tuanya tentu memilihkan pasangan hidup bagi Zaenab karena agar harta
kekayaannya tetap terjaga tentu dari kalangan orang kaya pula.
2.Plot (alur)
Alur cerita yang digunakan dalam novel Dibawah Lindungan Ka’Bah
adalah alur campuran yaitu maju dan mundur. Kerena dalam novel ini
menceritakan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi
dan berlanjut kembali ke masa depan.
3.Latar Cerita
1) Latar Waktu
Tahun 1927 di Mekkah. Di buktikan dalam kutipan berikut. Menceritakan
awal mula tokoh saya yang pada saat itu pergi Haji
“Konon kabarnya, belumlah pernah orang naik haji seramai tahun 1927
itu, baik sebelum itu ataupun sesudahnya.” (HAMKA, 2010:5)
“…. Dua hari kemudian saya pun sampai di Mekkah, Tanah Suci kaum
muslim sedunia.” (HAMKA, 2010:5)
2) Latar Tempat
kota Padang, Sumatra Barat, tempat Hamid dan Zaenab tinggal dari
semasa kecil hingga dewasa.
Padang Panjang tempat Hamid melanjutkan pendidikannya di Thawalib.
Medan sebagai kota pertama Hamid singgah setelah memutuskan pergi
dari kampungnya dan bertujuan untuk ke Mekkah.
Mekkah tempat Hamid menunaikan ibadah Haji.
3) Latar Suasana
Suasana Bahagia
Terdapat beberapa latar suasan gembira pada novel dan film Di Bawah
Lindungan Ka’bah. Seperti pada kutipan berikut;
“Waktu itu kelihatan nyata oleh saya mukanya merah, nampak sangat
gembiranya melihat kedatangan saya.” (HAMKA, 2010:33).
Suasana bahagia saat Hamid berkunjung ke rumah Zainab.
Suasana Sedih
“Tidak mak, cuma kematian yang bertimpa-timpa itu agak
mendukakan hatiku, itulah sebabnya saya kurang keluar dari rumah.”
(HAMKA, 2010:33).
Suasana sedih ketika Hamid melunakan hati Zainab supaya menuruti
permintaan ibunya untuk mau ditunangankan dengan orang yang sudah
dipilih untuk menjadi suaminya.
Ketika Hamid mendengar kabar Zainab meninggal dan lalu disambung
dengan meninggalnya hamid di depan ka’bah.
4.Penokohan
1) Saya: Tokoh Utama yang akhirnya bertemu dan berteman dengan Hamid.
2) Hamid: Berbudi pekerti luhur, sopan, pintar, rendah hati dan sederhana,
dan sangat tuguh pada agama.
3) Ibu Hamid: Wanita yang gigih berjuang membesarkan anaknya walau
hanya sendirian. Baik hati dan penuh kasih sayang.
4) Zainab: Anak perempuan Haji Ja’far dan Mak Asiah. Berteman dengan
Hamid sejak kecil. Selalu bersama-sama hingga tamat sekolah. Zainab
baik hatinya, sopan, ramah dan sangat patuh kepada orang tuanya.
5) Haji Ja’far: Saudagar kaya yang membantu kehidupan Hamid dan ibunya,
yang menyekolahkan Hamid. Haji Ja’far sangat dermawan dan baik hati.
6) Mak Asiah: Mak Asiah adalah wanita penuh kasih sayang. Baik hatinya
kepada siapa saja.
7) Rosna: Istri Saleh dan juga sahabat baik Zainab, dia selalu bersedia
mendengarkan keluh kesah Zaenab dan menemani Zaenab di saat Zaenab
merasa sedih karena kepergian Hamid.
8) Saleh: Teman semasih sekolah hamid yang ingin melanjutkan
penddidikannya di Mesir. Suami Rosnah.
5. Sudut Pandang
Dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah menggunakan sudut pandang
orang pertama pelaku sampingan. Karena dalam cerita tokoh utamanya yaitu
‘saya’ yang bertemu dengan Hamid di Mekkah lalu menjadi teman,
menceritakan kisah Hamid dengan sudut pandang orang pertama pelaku
utama yaitu Hamid sendiri. Sedangkan dalam film menggunakan sudut
pandang orang pertama pelaku utama yaitu Hamid.
7. Amanat
Amanat dari tema ini adalah ketika kita hanya di pandang sebelah mata
oleh orang lain, ingatlah bahwa Allah selalu memandang semua hambanya
sama, tidak terhalang dengan miskin dan kaya dan terpandang atau
tidaknya seseorang, hanya keimanan dari diri sendiri lah yang membuat
kita berbeda di hadapan Allah. Ketika segala apa yang ada di dunia ini
menghalangi keinginanmu percayalah bahwa Allah mempunyai caranya
sendiri untuk kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Mencintai
seseorang tidak semata hanya memandang fisik dan kekayaan saja tetapi
juga hatinya.
Sastra bisa juga bertema tentang agama, tidak harus bersifat rasis. Karena
siapapun.
B. Nilai agama
Dalam kehidupan ini manusia dituntut untuk tidak terpaut dengan hal-hal
duniawi semata. Seperti cinta buta yang membabi buta kepada lawan jenis
tanpa ada batasanya. Dalam novel ini mengisahkan cinta tulus juga ada di
yang tidak akan merugikan siapapun. Dekatkan diri kepada Tuhan itu
C. Nilai moral
B. Saran
Bagi kalian yang ingin membaca sebuah novel roman yang tidak
lebay dan kaya akan nilai-nilai kehidupan di dalamnya, mengkin novel “Di
Bawah Lindungan Ka’bah” karya Hamka ini dapat menjadi refernsi anda.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Eva. 2017. Cinta adalah Kehormatan, Kisah Perjuangan Istri Buya
Hamka. https://www.islampos.com/cinta-adalah-kehormatan-kisah-perjuangan-
istri-buya-hamka-20939/ Diakses 28 Desember 2018.
Hives. 2017. Biografi Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka)
http://www.ulamaku.com/2017/06/biografi-abdul-malik-karim-amrullah-buya-
hamka.html Diakses 28 Desember 2018.