Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KELOMPOK V
Disusun oleh:
1. salwa az-zahra
2.Rehan Nabila
3.Salsabilah
4.Ratu Novyanti
5.Moh.Fadel

SMA NEGERI 1 BANAWA


TARI RONGGENG

Tari ronggeng merupakan sebuah kesenian tari dari Jawa


Barat yang melekat dengan masyarakat sejak zaman dulu walaupun
pernah dianggap sebagai suatu kesenian yang negatif dan melanggar
norma masyarakat karena gerakannya yang cenderung sensual dan
menggoda. Meskipun seringkali dikaitkan dengan hal hal yang berbau
mistis dan menyeramkan, tarian yang tidak hanya berkembang di
wilayah Jawa Barat ini memiliki nilai seni dan budaya yang kental dan
menarik.
A.Sejarah Tari Ronggeng

B.Fungsi, Makna dan Filosofi

C.Pola Lantai dan Gerakan

D.Jenis-jenis Tari Ronggeng

1. Tari Ronggeng Blantek

2. Tari Ronggeng Bugis

3. Tari Ronggeng Gunung

E.Pertunjukan

1. Iringan Musik

2. Busana penari

3. Properti

F.Fakta Unik

1. Tarian khas Pasundan, Jawa Barat

2. Berawal dari usaha balas dendam

3. Bukan sekadar hiburan rakyat

4. Tarian yang identik dengan hal-hal erotis


SEJARAH TARI RONGGENG

Menurut sejarah, awal mula kemunculan tari ronggeng


didasari oleh cerita yang unik dan menguras emosi. Tarian ini berawal
dari kisah Dewi Siti Semboja dari Keraton Galuh Pakuan Pajajaran yang
ingin membalaskan dendam atas kematian kekasihnya Raden
Anggalarang yang dibunuh oleh sekelompok perampok di bawah
pimpinan Kasalamudra pada saat perjalanan menuju Pananjung,
Pangandaran. Dalam peristiwa tersebut, Dewi Siti Semboja berhasil
selamat dan bersembunyi di daerah sekitar kaki gunung
Pangandaran.Dewi Siti Semboja yang tidak terima atas kematian
kekasihnya tersebut kemudian menyamar menjadi penari ronggeng
keliling bersama dayangnya. Mereka mengelilingi daerah Pangandaran
dari wilayah kerajaan hingga pelosok pegunungan untuk mencari
pembunuh kekasihnya untuk membalaskan dendam.

Kisah tentang awal mula munculnya tari ronggeng tersebut


dibuktikan dengan temuan arkeolog berupa candi di wilayah kampung
Sukawening, Desa Sukajaya, Pamarican, Ciamis pada tahun 1977. Di
kalangan masyarakat sekitar, candi tersebut dikenal dengan nama candi
ronggeng meskipun para arkeolog menyebutnya candi Pamarican
karena terletak di daerah Pamarican. Hal tersebut dikarenakan di
sekitar lokasi candi juga ditemukan arca nandi dan batu yang berbentuk
mirip gong kecil yang dipercayai memiliki hubungan dengan tari
ronggeng.

Fungsi, Makna Dan Filosofi

Dulu, pertunjukan tari ronggeng digunakan sebagai media


hiburan masyarakat yang dilakukan secara berkeliling, namun banyak
yang menganggap bahwa tarian ini merupakan bentuk prostitusi
terselubung karena gerakan-gerakannya yang intim dan erotis.

Seiring berjalannya waktu, tari ronggeng telah banyak


ditampilkan pada acara-acara hajatan seperti pesta pernikahan dan
khitanan dengan penampilan yang telah disesuaikan. Bahkan tak jarang
tarian ini juga dijadikan sebagai tarian selamat datang untuk
menyambut tamu. Selain sebagai ajang pertunjukan dan hiburan, tari
ronggeng mengandung beberapa makna dan filosofi layaknya Tari
Kecak.

Tari ronggeng mengandung unsur dinamisme yang ditandai


dengan beberapa anggota yang memiliki satu benda khusus sebagai
penangkal bahaya dan malapetaka jika ada orang iri serta untuk
mempertahankan kewibawaan agar tetap disegani oleh anak buahnya.
Tarian ronggeng juga mengandung unsur animisme yang mana sebelum
pertunjukan ronggeng selalu disiapkan sesaji agar selama pertunjukan
roh-roh jahat tidak bisa mengganggu dan pertunjukan berjalan dengan
lancar.

Selain itu tari ronggeng seringkali dihubungkan sesuatu yang


berbau magis, hal tersebut dikarenakan para penari ronggeng biasanya
memiliki doa pengasih atau mantra khusus yang digunakan agar dia
disukai oleh penonton. Maka tak jarang jika penonton akan tergila gila
oleh sang penari ronggeng dan selalu teringat kepada ronggeng
tersebut bahkan setelah pertunjukan selesai. Mantra yang digunakan
oleh ronggeng untuk menarik perhatian penonton biasanya
menggunakan bahasa Jawa kuno atau Sunda kuno agar tidak diketahui
saat diucapkan. Namun kesan magis akan semakin terasa ketika makna
dari mantra tersebut diketahui dan dipahami isinya.
POLA LANTAI DAN GERAKAN

Tari ronggeng menggunakan pola lantai diagonal dengan


gerakan-gerakan penari yang lincah, luwes, dan berenergi. Gerakan
gerakan yang ditarikan penari biasanya adalah geol, tindak, putar
goyang, tapat tindak, selancar tindak, dan gerakan-gerakan lain yang
menggoda. Seiring perkembangannya, gerakan tari ronggeng telah
disesuaikan dengan budaya yang berlaku di masyarakat sehingga tidak
terlalu menggoda dan bisa ditampilkan oleh siapapun dan segala usia.
Penyesuaian tersebut juga dimaksudkan agar tari ronggeng bisa
ditampilkan di segala acara dan menjadi bagian dari kesenian Indonesia
yang dapat dilestarikan walaupun saat ini tari ronggeng sudah sangat
jarang ditemui.

JENIS-JENIS TARIRONGGENG

1. Tari Ronggeng Blantek


Tari ronggeng blantek muncul pada zaman kolonial Belanda dan
merupakan kesenian khas suku Betawi yang mana dalam busana
penarinya dipengaruhi oleh budaya Tionghoa.

Pada zaman dulu, tarian ini biasanya ditampilkan pada saat


pembukaan pertunjukan topeng blantek yaitu sebuah pertunjukan
teater rakyat yang dipentaskan untuk menghibur para tuan tanah. Tari
ronggeng blantek diiringi dengan alat musik tanji seperti trombone,
gong, terompet, simbal, bariton, tehyan, dan kendang.

Saat ini, tarian kreasi ini menjadi pelengkap pertunjukan kesenian


jipeng, dan terkadang dipentaskan secara independen dalam acara-
acara kebudayaan dan juga digunakan sebagai pertunjukan
penyambutan tamu.

2. Tari Ronggeng Bugis


Seperti tari Sintren, tarian ini berasal dari Cirebon, meskipun
berasal dari Cirebon, tari ronggeng bugis diambil dari sebuah suku di
daerah Sulawesi Selatan.

Sejarah kemunculan tari ronggeng bugis berawal dari wilayah


Cirebon yang melepaskan diri dari kekuasaan Maharaja Pakuan
Pajajaran dan membentuk sebuat pasukan khusus yang dibantu oleh
prajurit kerajaan Bugis. Pasukan khusus tersebut bertugas untuk
memata-matai kerajaan Pajajaran dengan cara menyamar sebagai
penari ronggeng.

Hal tersebut membuat tari ronggeng bugis ditarikan oleh penari laki-laki
yang berdandan seperti perempuan, agak berbeda dengan ronggeng
lain yang identik dengan penari perempuan. Kesenian ronggeng bugis
biasanya menyita perhatian penonton dengan unsur komedi yang
dibawakan dan didukung dengan tata rias penari yang menyerupai
badut. Meskipun begitu, dibanding dengan jenis ronggeng lainnya,
tarian ini jarang dikenal oleh masyarakat luas.

3. Tari Ronggeng Gunung


jenis tari ronggeng gunung

Tari ronggeng gunung merupakan cikal bakal kesenian tari


ronggeng dan merupakan jenis tertua dari kesenian tersebut. Berawal
dari kisah penyamaran seorang Dewi Siri Semboja untuk membalaskan
sakit hati atas kematian kekasihnya, tarian ini kemudian berkembang
dan menjadi bagian dari kesenian rakyat. Sesuai dengan namanya, tari
ronggeng gunung berkembang di wilayah pegunungan dan lahir dari
perpaduan antara kesenian baidor dan pencak silat.

Dulu tari ronggeng gunung sering dipentaskan pada saat upacara adat
pertanian, acara khitanan, hajatan pernikahan, dan penyambutan
tamu. Tari ronggeng yang dikenal hingga saat ini merupakan
perkembangan dari jenis tari ronggeng gunung yang telah diubah di
beberapa bagiannya.

PERTUNJUKAN

1. Iringan Musik
Pertunjukan tari ronggeng diiringi oleh pengibing yang terdiri dari
sinden, sekelompok lelaki yang mengenakan sarung, dan penabuh
gamelan.

Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian ronggeng adalah


gong, tabuhan kendang, dan boning yang menciptakan irama khas dan
menggetarkan hati. Dalam hal ini ada aturan tertentu pada saat
pertunjukan ronggeng yaitu antara penari dan pengibing tidak boleh
ada kontak atau interaksi secara langsung. Selain itu, mereka juga
diharuskan memiliki ketahanan fisik yang kuat karena pertunjukan tari
ronggeng bisa berlangsung hingga berjam jam.

Tarian ini diiringi oleh sekitar 18 lagu yang dinyanyikan oleh sinden,
lagu-lagu tersebut diantaranya adalah ladrang, parut, ondai, liring,
manangis, urung-urung, kudupturi, sisigaran, raja pulang, cacar burung,
trondol, tunggul kawung, mangonet, dan lainnya. Lagu-lagu tersebut
memiliki kesamaan yaitu mengandung lirik yang berisi syair-syair puitis
Jawa kuno dan memiliki irama bebas. Tembang-tembang tersebut
menggunakan nada tinggi dan penuh alunan suara (legato) dengan
rumpaka sebagai media penampilan. Banyak masyarakat yang
beranggapan bahwa tembang tersebut mirip dengan bentuk tembang
sunda beluk yang membuatnya sulit ditranskripsikan dan ditulis
notasinya sehingga saat ini ronggeng yang bisa menyanyikannya.

2. Busana Penari

kostum tari ronggeng

Penari utama ronggeng merupakan seorang wanita yang memakai


pakaian adat Jawa berupa kebaya dan kain batik atau kebat serta
sehelai selendang yang digunakan untuk menarik penonton laki-laki
untuk diajak menari bersama. Pertunjukan tari ronggeng biasanya juga
disertai dengan beberapa orang penari laki-laki yang memakai kostum
berupa ikat kepala, sarung, dan sebilah golok yang diselipkan di
pinggangnya.

3. Properti
properti penari tari ronggeng

Dalam pertunjukan tari ronggeng, beberapa properti yang


digunakan adalah selendang, ronce, keris atau golok yang dipakai oleh
penari laki-laki, dan sesajen yang dipersembahkan sebelum
pertunjukan berlangsung. Ada juga jenis tari ronggeng yang
menggunakan properti berupa topeng dan keris dalam pertunjukannya,
biasanya adalah tari ronggeng blantek.

FAKTA UNIK

1. Tarian Khas Pasundan, Jawa Barat

Tari ronggeng berasal dan berkembang di Pasundan, jawa barat dan


menjadi salah satu tarian khas daerah tersebut. Tarian yang diiringi
dengan alat beberapa alat musik seperti biola dan rebab tersebut
dilakukan dengan penari yang bertukar kalimat-kalimat humaniora.

2. Berawal Dari Usaha Balas Dendam


Di atas telah disinggung dalam sejarahnya bahwa terciptanya tari
ronggeng dilatarbelakangi oleh kisah yang ironis. Tarian ini berawal dari
kisah penyamaran Dewi Siti Semboja bersama dayangnya yang sedang
mencari perampok yang telah membunuh kekasihnya untuk
membalaskan dendam.

Kisah tersebut diperkuat dengan ditemukannya sebuah candi di daerah


Pamarican yang mana di sekitar lokasi tersebut juga ditemukan batu
yang berbentuk mirip kenong yaitu alat musik sejenis gong yang
mengiringi tari ronggeng. Penemuan tersebut kemudian dipercaya
sebagai awal mula terciptanya tari ronggeng gunung oleh masyarakat
Pamarican.

3. Bukan Sekadar Hiburan Rakyat

Walaupun dulu tari ronggeng ditampilkan secara berkeliling dan


menjadi hiburan untuk masyarakat, namun tarian ini juga memiliki
fungsi dan makna yang lebih dari itu.

Tari ronggeng juga seringkali ditampilkan pada saat upacara


penanaman padi atau upacara bercocok tanam lainnya. Hal tersebut
dikarenakan dalam mitologi Sunda, Dewi Siti Semboja dianggap seperti
Nyai Pohaci Sanghyang Asri yang mana sering dikaitkan dengan
kesuburan dan kegiatan bertani.

Berarti, pertunjukan tari ronggeng terbagi menjadi dua yaitu sebagai


penampilan pada upacara adat yang sakral dan juga sebagai hiburan
rakyat yang dapat dinikmati oleh siapapun. Pada pertunjukan tari
ronggeng untuk upacara adat, biasanya memiliki pakem tertentu yang
tidak dapat diubah sedangkan tari ronggeng sebagai hiburan lebih
bebas dikreasikan karena tidak terikat pada pakem.

4. Tarian Yang Identik Dengan Hal-Hal Erotis

fakta tentang tari ronggeng

Tak hanya dianggap memiliki kesan seram, tari ronggeng juga dianggap
sebagai hiburan yang identik dengan hal-hal yang berbau seksualitas.
Hal tersebut dikarenakan pada zaman dulu tari ronggeng dibawakan
dengan erotis, para penari akan melakukan gerakan-gerakan yang
menggoda dan mengajak penonton untuk menari bersama dengan
mengalungkan selendangnya ke leher penonton.

Gerakan yang dilakukan saat menari tersebut terkadang sedikit intim


serta melanggar kesopanan dan pada akhir acara, penonton akan
memberikan saweran berupa uang untuk sang ronggeng. Itulah
mengapa tari ronggeng dulu seringkali dikaitkan dengan hal-hal yang
berbau pelacuran sebagaimana yang dikisahkan oleh Ahmad Tohari
dalam novelnya yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk. Meskipun
demikian, saat ini tari ronggeng mengalami perkembangan dan telah
disesuaikan dengan adat dan norma yang berlaku di masyarakat
sehingga kesenian ini bisa menjadi warisan budaya Indonesia. Kesenian
tari ronggeng mulai jarang ditemukan saat ini karena tradisi dan
kesulitan dalam menampilkannya yang membuat para penerusnya
kesulitan mempelajarinya saat penari ronggeng senior telah meninggal
dunia. Akan tetapi tari ronggeng tetap melekat sebagai kesenian
warisan Indonesia dan menjadi bagian dari budaya tanah air tercinta
ini.

Selain tari Ronggeng, Jawa Barat juga punya kesenian tari lain
yang bisa kamu pelajari, yaitu Tari Manuk Dadali dan Tari Bambangan
Cakil. Gerakan yang dilakukan saat menari tersebut terkadang sedikit
intim serta melanggar kesopanan dan pada akhir acara, penonton akan
memberikan saweran berupa uang untuk sang ronggeng. Itulah
mengapa tari ronggeng dulu seringkali dikaitkan dengan hal-hal yang
berbau pelacuran sebagaimana yang dikisahkan oleh Ahmad Tohari
dalam novelnya yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk. Meskipun
demikian, saat ini tari ronggeng mengalami perkembangan dan telah
disesuaikan dengan adat dan norma yang berlaku di masyarakat
sehingga kesenian ini bisa menjadi warisan budaya Indonesia.

Kesenian tari ronggeng mulai jarang ditemukan saat ini karena tradisi
dan kesulitan dalam menampilkannya yang membuat para penerusnya
kesulitan mempelajarinya saat penari ronggeng senior telah meninggal
dunia. Akan tetapi tari ronggeng tetap melekat sebagai kesenian
warisan Indonesia dan menjadi bagian dari budaya tanah air tercinta
ini. Selain tari Ronggeng, Jawa Barat juga punya kesenian tari lain yang
bisa kamu pelajari, yaitu Tari Manuk Dadali dan Tari Bambangan Cakil.

Anda mungkin juga menyukai