Setelah kerajaan Majapahit menaklukkan bali pada abad ke-14, pemerintahan Jawa mulai
banyak muncul dan menyatu dengan budaya setempat. Membuat Bali menjadi semakin canggih,
dinamis dan lebih hidup. Narasi yang melengkapi tarian atau drama berdasarkan kepada cerita
pemerintahan dari kerajaan Majapahit, bahkan cerita-cerita epos dari India, cerita pewayangan
yang digemari di atas panggung menyerap banyak kutipan dari Kakawin Jawa kuno. Saat budaya
Jawa mulai menghilang di abad ke 16 saat mulai masuknya budaya Islam, budaya jawa kuno
masih hidup di bali dan menjadi budaya bali kuno.
Saat pemerintah kolonial Belanda masuk ke Bali, seni klasik bali mulai runtuh. Dengan
dikalahkannya pemerintahan setempat dan dengan pemimpin baru di Bali, pusat perkembangan
seni berpindah ke desa-desa kecil, dan ke pengembangan pariwisata. Tahun 30 sampai 50an
adalah dekade terbaik, teater narasi masih bisa bertahan, sementara pertunjukan tari tunggal
muncul dimana-mana, didukung dengan musik baru yang lebih dinamis yang disebut dengan
gong kebyar. Tren ini berlangsung hingga tahun 60 dan 70-an dengan munculnya sendratari
kolosal, menampilkan cerita Jawa dan India kuno yang diadaptasi dengan kebutuhan penonton di
zaman modern.
Tarian & Agama
Tarian bali dalam konteks agama memiliki beberapa fungsi spesifik seperti :
1. Sebagai sarana tempat untuk dewa yang sedang turun ke dunia, penari akan berlaku
sebagai tempat persinggahan dari dewa tersebut. Tari ini termasuk tari Sang Hyang
Dedari dengan gadis kecil yang kesurupan, dan tari Sang Hyang Jaran, sebuah tarian api.
2. Sebagai sarana menyambut dewa-dewa yang datang ke dunia seperti tari pendet, rejang
dan sutri.
3. Sebagai hiburan kepada dewa-dewa yang datang ke dunia seperti tari topeng dan wayang.
Klasifikasi tari Bali menurut fungsinya ada tiga, yaitu :
1) Tari Wali adalah suatu tari yang pementasannya dilakukan sejalan dengan pelaksanaan
upacara. Tarian ini tidak mengandung cerita, hanya mengandung simbolis religius.
Contohnya tarian rejang, sanghyang, pendet dan baris gede.
2) Tari Wewali/Bebali adalah tari yang pementasannya menunjang jalannya upacara yakni
sebagai sarana pengiring. Tarian ini biasanya dipentaskan bersamaan dengan upacara
berlangsung dan tarian ini mengungkap suatu cerita, yang disesuaikan dengan upacara
yang diselenggarakan saat itu. Contohnya tari Topeng Pajegan dan Arja.
3) Tari Balih-balihan adalah tari yng tidak termasuk sakral, hanya berfungsi hiburan dan
tontonan yang mempunyai unsur dasar seni tari yang luhur, seperti tari legong, janger,
joged, dll.
5. Tari Kebyar
Kebyar adalah tari tunggal pria seperti tari Baris, tapi lebih menekankan pada
kemampuan pribadi sang penari. Perkembangan tari Kebyar masa kini di persembahkan
oleh seniman tari perang Mario. Ada banyak bentuk dari tarian ini termasuk Kebyar
Duduk dimana tarian dilakukan dalam posisi duduk dengan gerakan tangan, lengan dan
dada ditambah ekspresi wajah yang sangat penting. Kebyar Trompong adalah tarian
dimana sang penari ikut dalam menabuh gamelan dengan memainkan alat musik yang
disebut Trompong sambil terus menari.
6. Tari Janger
Covarrubias dan Hickman dalam bukunya menyebutkan sebuah tarian, hampir tidak
mencirikan tarian bali, sebuah tarian yang tiba-tiba ada pada tahun 1920an dan 1930an.
Hari ini tarian tersebut tidak lagi sebuah tarian yang asing. Tarian ini memiliki beberapa
kesamaan dengan tarian lain yang ada di Bali termasuk Tari Sanghyang dimana suara
lembut dari para wanita sangat kontras dengan suara keras yang dibuat oleh para pria.
Pada tari Janger, formasi 12 wanita dan 12 pria duduk dan menari dimana gerakan dan
suara lembut para wanita berpadu dengan gerakan tegas dan suara yang keras dari para
pria.
7. Tari Topeng
Kata topeng berarti menempel di wajah. Tari topeng adalah tarian dimana sang penari
harus mengikuti karakter topeng yang ia mainkan. Sebagai contoh Topeng Tua, adalah
sebuah tarian tunggal klasik yang menggunakan topeng seorang lelaki tua dan menuntut
sang penari menirukan gerakan seorang pria renta. Pada tarian lain, penari harus
menirukan berbagai tokoh dan karakter yang ada pada topeng. Koleksi lengkap seorang
penari topeng bisa berjumlah 30 hingga 40 buah.
8. Tari Pendet
Pendet adalah tarian yang berlangsung setiap hari di pura, prosesi sederhana yang
dilakukan sebelum menghaturkan sesajen di pura, tidak memerlukan latihan khusus.
Anda mungkin sering melihat tari Pendet dilakukan oleh seorang wanita yang membawa
persembahan saat upacara keagamaan di pura, tapi kadang-kadang juga dilakukan
sebagai tarian pembuka dan penutup dari pagelaran pentas seni tari yang lainnya.
9. Tari Sanghyang
Tarian ini pada awalnya bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat dari desa. Sanghyang
adalah roh suci yang sementara mengambil tempat di tubuh sang penari yang kerasukan.
Tari Sanghyang Dedari ditampilkan oleh dua gadis muda yang menari seperti pada tarian
Legong. Para penari tidak dilatih khusus dalam tarian ini dan terlebih lagi tarian ini
dilakukan dalam irama dan gerakan yang sempurna tetapi dalam keadaan mata penari
yang benar-benar tertutup. Paduan suara wanita dan suara kecak dari para pria mengiringi
tarian ini namun saat suara-suara tidak lagi terdengar, para penari pun jatuh pingsan.
10. Tari Penyambutan
Tari penyambutan yang ada di Bali merupakan sebuah tari Balih-balihan atau hiburan
yang dibuat berdasarkan konsep tarian sakral yang biasanya tari dipersembahkan kepada
para dewa, kini dibuat tari itu dalam bentuk tari hiburan dimana para penarinya
menyambut kehadiran penonton dengan persembahan taburan bunga sebagai ucapan
selamat datang. Contoh tari penyambutan tamu yaitu Tari Panyembrama, Puspawresti,
Sekar Jagat, dll.
Tari Puspawresti merupakan tarian yang terinspirasi dari tari pependetan yang ada di Pura
di daerah Bali, yang mana tari pendet itu merupakan tari wali yang berfungsi sebagai tari
penyambutan turunnya para dewa. Tari puspawresti berasal dari kata Puspa yang
berarti bunga dan Wresti yang berarti hujan. Tarian ini diciptakan pada tahun 1981 oleh
I Wayan Dibia sebagai penata tari dan I Nyoman Windha sebagai penata tabuh. Tarian ini
dibawakan oleh sekelompok penari pria dan wanita, dimana para wanitanya membawa
bokor yang berisikan bunga yang berwarna-warni yang dikawal oleh para penari pria
yang membawa tombak. Tari Puspawresti ini menggambarkan sekelompok muda-mudi
yang dengan penuh rasa hormat dan ramah-tamah menyambut kedatangan para tamu
yang sedang berkunjung.