Anda di halaman 1dari 26

Makna dan Filosofi Aksara Jawa

Menurut pangawikan spiritual


Ki Suryo Warsito
a = Ha
Ha, berada di pangkal lidah
Jawa : ing poking ilat
Maknanya : Hyang, Hurip, merupakan motor penggerak kehidupan.
Organ penyalur yang membawa misi Allah. Energi Illahi masuk melalui
cakra mahkota menuju otak (pikir) disalurkan ke tubuh Gapura depan
Ha dan Gapura belakang La
Gapura depan merupakan saluran Komunikasi atau Sabda dan Gapura
belakang merupakan saluran yang menghubungan ke alam halus.
Dapat pula diartikan sebagai pangkal kontak yang menghidupi Rasa
(kesaksian hidup), yang mengatur keseluruhan tubuh lewat kontak rasa
dengan tali rasa.
Baru dapat dipahami apa yang menjadi informasi Rasa tersebut apabila
sudah sampai aksara Nga dan ungkapan rasa lewat suara
(ucapan) akan menjadi jelas apa yang menjadi kehendak rasa.
Jawa : Ukara = ukiraning rasa
n = Na
Na, berada di tenggok, titik temu kedua tulang selangka, dibawah leher
atas, cakra tenggorokan.
Jawa : ing tenggok
Maknanya : Nyata.
Artinya organ yang mengatur (Jawa : ngrakit) keberadaan jagad pribadi
manusia atau jagad kecil / seluruh organ tubuh.
Tali rasa Ca - Ra - Ka s/d Tha (tidak termasuk Ha dan Nga)
fungsinya mengkoordinasi atau merakit semua unsur tali rasa agar satu
dengan lainnya dapat bekerja sama dengan baik.
c = Ca
Ca, berada di tengah-2 dada, antara kedua putting susu agak keatas.
Jawa : ing dada malang
Maknanya : Cahya.
Artinya Cahaya Hidup, nampak pada wajah manusia.
Fungsinya memberikan pancaran hidup, cahaya cemerlang dan berwi-
bawa pada wajah manusia.
Wajah tampan bagi pria dan wajah cantik bagi wanita
Bila fungsi ini terputus sementara, wajah manusia akan tampak pucat
pasi, biasanya menjadi pingsan.
Wajah orang pingsan hampir sama dengan wajah orang mati yang
kehilangan pancaran cahaya hidup.
Juga berfungsi menghidupkan kembali, menormalkan kembali sel-sel
tubuh yang rusak sebelum waktunya (fungsi regenerasi sel).
r = Ra
Ra, berada di ujung jantung
Jawa : ing kecer ati, sing sok krasa dheg-dhegan
Maknanya : Rasa.
Artinya Pusat Rasa yang perpangkal di ujung jantung dalam Bahasa
Jawa disebut kecer ati.
Fungsinya memberikan kesaksian hidup dalam kaitannya dengan
keberadaan jasmani, memproses keseluruh batang tubuh / jagad
pribadi.
Rasa; Ra, juga berfungsi menerima pancaran hidup yang bersifat
getaran, sehingga berfungsi sebagai alat kewaspadaan rasa (semacam
radar).
k = Ka
Ka, berada di pusat perut
Jawa : ing puser / udel
Maknanya : Kala.
Artinya batasan waktu dan batasan gerak (kala mangsa dan jagad jiret)
Batasan waktu dan batasan gerak kehidupan manusia, berarti
kematian.
Fungsinya sebagai organ yang memproses gerak langkah kehidupan
manusia sesuai dengan batasan waktu, maupun batasan gerak yang
telah dikodratkan.
f = Da
Da, berada di ujung bukit kemaluan
Jawa : ing bathukan
Maknanya : Dat.
Artinya yang berhubungan dengan sifat hidup (keadaan jenis hidup).
Mengandung arti Bibit hidup yang bersifat pria dan wanita.
Da mempunyai kaitan yang erat sekali dengan Nya dan Wa yang
terdapat di Putting susu dan bawah tulang belikat atau ènthong-2
Fungsinya sebagai endapan penyaring sari-sariné bumi yang diproses
melalui makanan menjadi bibit hidup. Berbentuk jasmaniah manusia
yang mempunyai dua jenis sifat pria dan wanita.
Fungsi Da ini sangat erat hubungannya dengan tali rasa Ta yang
terdapat diujung tulang ekor (cakra dasar). Hubungan Da dan Ta ini
mempunyai saluran bolak-balik di perinium.
f = Da (lanjutan)
Sari-2 makanan yang telah terjaring oleh Da ini endapan sari-sarinya
disebut air mani (tirta perwita sari), mengalir ketempat khusus didekat
Ta disebut Tala dan ampasnya dibuang dubur dekat tali rasa Ta dan
airnya dibuang melalui lubang didekat tali rasa Da.
Fungsi tali rasa Da juga sebagai penggerak adanya hubungan badan
atau senggama antara dua jenis sifat keadaan manusia pria dan wanita
Dalam hal senggama, sperma yang disimpan di Tala dekat tali rasa Ta
berbalik mengalir ke Da.
Bagi pria bibit hidup akan mengalir ke lubang kemaluan dibawah tali
rasa Da dan bagi wanita bibit hidup setelah dibuahi akan tersedot
mengalir dan bersemayam di rahim dalam perut bawah
Peristiwa ini dalam pangawikan keilmuan Sangkan Paraning Dumadi
disebut “Tes Dumadining Manungsa”
t = Ta
Ta, berada di tulang ekor
Jawa : ing cethik, silit kodok
Maknanya : Tala.
Artinya bagaikan madu dan tempatnya, itulah yang disebut Tala.
Madu adalah bibit hidup atau sperma dan sel telor manusia yang
mengendap di tali rasa Ta.
Dalam dunia pewayangan disebut sebagai Sendhang Madirda yang
berisi Tirta Perwita Sari dan Uapnya disebut Minyak Jayèngkaton atau
Minyak Tala, konon dapat membuat seseorang mampu melihat barang
gaib. Dalam kehidupan sehari-hari sari makanan yang disebut Air Suci
akan mengendap lewat ruas-2 tulang punggung, setelah sampai di
kepala akan kembali memancar turun ke seluruh tubuh menjadikan
kekuatan jasmani dan rohani
Fungsi Ta bekerja sama dengan fungsi Da memancarkan Air Mani
melalui lubang kemaluan menjadi sarana terjadinya manusia (melalui
proses yang disebut Sanggama atau bersetubuh)
s = Sa
Sa, berada di pusat tulang punggung
Jawa : ing pengkeran / kenceng udel
Maknanya : Saka.
Artinya tiang, cagak, tulang punggung, pusat sentral jasmani atau fisik.
Kebaradaan tulang punggung sering disebut ula-ula.
Fungsinya memberikan daya kekuatan fisik ke seluruh tubuh, sehingga
manusia dapat berdiri tegak, duduk, berjalan, lari dan semua gerak
secara fisik
w = Wa
Wa, berada di bawah tulang belikat kiri kanan
Jawa : ing ngisoré ènthong-2 kiwa tengen
Maknanya : Walikat.
Artinya Wali bagaikan Malaikat yang bisa terbang datang pergi.
Keberadaan manusia dalam kehidupan individu diibaratkan sebagai
pengantin antara jasmani dan rohani. Organ Walikat sebagai Walinya.
Fungsinya menjaga stabilitas kehidupan individu (jasmani dan rohani),
menguji pertanggung jawaban misi hidup individu manusia kehadapan
Tuhan Yang Maha Esa.
Pada fungsi menguji, organ walikat dalam pewayangan dikiaskan
sebagai Raksasa kembar Rukmuka dan Rukmakala.
Bila berhasil melalui ujian ini, maka manusia baru dapat meningkat ke
Gapura Selo Penangkep, yang terletak pada tali rasa La atau sering
disebut sebagai “Wot ogal-agil” yang gawat keliwat-liwat
l = La
La, berada di tengkuk
Jawa : ing githok, panggonan sing sok krasa mrinding
Maknanya : Lawang.
Artinya Pintu, pintu ini bagaikan Gapura gapit, karena bentuknya bulat
memanjang semacam dua buah Batu Pipisan.
Gapura gapit ini pada prinsipnya mengarah keatas, namun bila pintu ke
arah atas tertutup atau ditutupi, maka pintu tersebut akan membuka ke
arah belakang kepala. Pintu yang kebelakang ini merupakan jalur ke
Alam Halus (alam penasaran, alam gentayangan), merupakan alamnya
roh manusia yang telah meninggal dunia dan belum dapat kembali ke
asalnya (alam kelanggengan)
La, Lawang mempunyai dua fungsi, ialah :
Fungsi pertama sebagai organ penyalur (pintu untuk lewat) yang
membawa mission pertanggung jawaban atas segala yang diperbuat
oleh manusia kehadapan Tuhan Yang Maha Esa.
l = La (lanjutan)

Dilukiskan dari bawah atau batang tubuh, air suci mengalir kearah
Kepala melalui organ leher tempat bundelan tali rasa La.
Organ La sebagai penguji terakhir, yang dalam versi pedalangan
disebut sebagai “Wot ogal-agil” (jembatan yang selalu bergoyang) yang
gawat keliwat-liwat (sangat berbahaya), juga sering disebut Gapura
Selo Penangkep, pintu untuk masuk kahyangan Junggring Saloka.
Junggring Saloka adalah simbolis adanya Otak Besar yang berada di
kepala manusia, dimana Batara Guru bertahta sebagai raja para dewa.
Batara Guru adalah simbolis adanya “pikir” atau otak manusia.
Batara Guru  Otak Kiri
Semar, Betara Ismaya  Otak Kanan
Togog, Handogo  Otak Kecil
Fungsi kedua merupakan saluran yang salah jalan (kesasar), hal ini
terjadi apabila fungsi utamanya tertutup (terbuntoni), berarti mission
hidup manusia kebegal atau Gagal. Hal ini melambangkan kehidupan
manusia yang perilakunya tersesat, terperosok ke Alam Kajiman
l = La (lanjutan)

a l
Saluran Ha Saluran La ke belakang
ke depan
Hubungan dengan Alam
“Sabda” Halus (alam penasaran, alam
gentayangan), merupakan
alamnya roh manusia yang
Gapura gapit
Batang tubuh telah meninggal dunia dan
belum dapat kembali ke alam
kelanggengan
p = Pa
Pa, berada di tengah ketiak kiri kanan
Jawa : ing tengah cangklakan kiwa tengan
Maknanya : Padha-padha.
Artinya sama-sama atau kebersamaan, yang dimaksud adalah keseim-
bangan, keselarasan, tidak berat sebelah.
Letak Pa di kedua ketiak kiri dan kanan atau di kedua pangkal lengan
mencerminkan semua gerak lakunya harus serasi, selaras, seimbang
dan lapang dada.
Fungsinya menimbang sesuatu yang harus dikerjakan, harus berdasar
pada kebersamaan kepentingan antara rohani dan jasmani, sehingga
terwujud keseimbangan gerak langkah kehidupan individu manusia
dalam mengemban tugas hidup di dunia.
Mempunyai hubungan erat dengan fungsi Dha - Ja - Ya dan Ra
d = Dha
Dha, berada di lekuk siku tangan kiri kanan
Jawa : ing tekukan sikut kiwa tengan
Maknanya : Dhadag.
Artinya menanggung akibat secara konsekwen yang bagaimanapun
beratnya, menopang beban berat sehubungan dengan garis kehidupan
untuk mencapai keseimbangannya.
Fungsinya : Siku keadilan / keseimbangan, kerja sama dengan fungsi
Pa - Ja dan Ya
j = Ja
Ja, berada di urat nadi pergelangan tangan kiri kanan
Jawa : ing urat nadi ugel-2 kiwa tengen
Maknanya : Jaya.
Artinya kejayaan, disini bukan berarti kemenangan, tetapi keberhasilan
dalam melaksanakan tugas hidupnya, seiring dan kerja sama dalam
perputaran kehidupan rohani dan jasmani dalam kesatuan individu
manusia.
Merupakan refleksi Cakra Dasar pada pergelangan tangan.
Fungsinya memutarkan fungsi Pa dan Dha untuk mencapai keberha-
silannya dalam melaksanakan tugas hidup di dunia.
Mempunyai hubungan erat dan kerja sama dengan Pa - Dha dan Ya.
y = Ya
Ya, berada di tengah telapak tangan kiri kanan
Jawa : ing èpèk-2 tangan kiwa tengen
Maknanya : Yasa / Yasan.
Artinya setiap kehidupan individu manusia telah disediakan tempat atau
papan sendiri-2 beserta garis hidupnya, yang telah terukir pada telapak
tangan dan telah dibekali Pancaran Lima sifat keluhuran yang mencer-
minkan sikap perwujudan kehendak Allah yang mutlak, yaitu : Maha
Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha Wasesa dan Maha Langgeng.
Dilambangkan adanya 5 jari tangan.
Merupakan refleksi Cakra Mahkota pada telapak tangan.
Fungsinya memelihara dan mendarmakan (nggegem lan ndarmaaké)
apa yang telah dibekalkan dan dianugerahkan kepada setiap individu
manusia, untuk melaksanakan darma hidup selaras dengan garis kehi-
dupannya yang sesuai dengan kehendak-Nya.
v = Nya
Nya, berada di tengah putting susu kiri kanan
Jawa : ing tengah susu kiwa lan tengen
Maknanya : Nyawa, rinengga.
Artinya alat penghias yang menyebabkan hidup.
Nyawa disini bukan berarti Jiwa atau Ruh, tetapi hanya organ yang
mewarnai penyebab kehidupannya yang beraneka ragam.
Jadi yang dimaksud adalah penyebab adanya variasi hidup dalam
bentuk perwujudannya (ragawi dan kelamin) yang menjadi penyebab
timbulnya daya tarik.
Keberadaan Nya kalau ditarik kebelakang lurus tembus keberadaan
Wa sebagai walikatnya hidup. Kalau ditarik ketengah sedikit keatas
akan bertemu dengan Ca (cahaya hidup).
Kalau ditarik ketengah agak kebawah disitu terletak Ra, rasanya hidup
atau kesaksian hidup, dan dari Ra kebawah sedikit terletak Ka atau
Kala, batasan waktu dan gerak kehidupan manusia.
v = Nya (lanjutan)
Akhirnya kalau di teruskan kebawah bertemu Da, Datnya hidup yang
berjenis pria dan wanita.
Jadi tali rasa Nya memang mempunyai makna yang sangat berkaitan
sekali dengan kehidupan manusia di dunia ini, dengan berbagai variasi
nya (sangat berkaitan dengan makna Wa - Ca - Ra - Ka dan Da)
Fungsinya menunjukkan lambang kewibawaan manusia.
Bagi pria : keperwiraan, kejantanan, kekar, gagah sentosa.
Bagi wanita : keibuan, keindahan yang tampak pada payudaranya yang
menonjol, sebagai ciri khas kewibawaan wanita. Bagi wanita masih di
tambah untuk mengeluarkan ASI untuk putra-putrinya.
Fungsi ini merupakan kebanggaan tersendiri yang hanya dimiliki oleh
kaum ibu.
m = Ma
Ma, berada di tengah pangkal paha kiri kanan
Jawa : ing tengah slakangan kiwa tengen
Maknanya : Mawa.
Artinya membawa, memuat, memakai, telah terbekali alat dalam tugas
perjalanan hidup.
Fungsinya untuk melakukan tugas perjalanan hidup di dunia ini.
Kiri dan kanan mengandung arti bahwa lakunya harus seimbang,
selaras dengan kodratnya
Mempunyai hubungan erat dengan fungsi Ga - Ba dan Tha.
g = Ga
Ga, berada di belakang lutut kiri kanan
Jawa : ing tekukan dhengkul kiwa tengen
Maknanya : Gama, gamana.
Artinya jalannya, lakunya, sarana, ikhtiar/usaha, dalam hal ini merupa-
kan mata rantai fungsi Ma dalam pelaksanaannya.
Fungsinya sebagai siku laku fungsi Ma dalam mengarungi perjalanan
hidup di dunia ini.
Mempunyai hubungan yang erat dengan Ba dan Tha.
b = Ba
Ba, berada di belakang mata kaki (keting) kiri kanan
Jawa : ing kencèt sikil kiwa tengen
Maknanya : Bawa.
Artinya kahanan.
Fungsinya berperan untuk menyesuaikan dengan sifat dan keadaan
(kahanan) dengan laku kehidupan manusia pada fungsi Ma - Ga dan
Tha.
q = Tha
Tha, berada di tengah telapak kaki kiri kanan
Jawa : ing tengah dlamakan kiwa tengen
Maknanya : Thak-thakan.
Artinya agar segera (kesusu).
Merupakan refleksi Cakra Mahkota pada telapak kaki.
Fungsinya sebagai landasan laku agar segera sampai ke sasaran yang
dituju berkenaan dengan fungsi Ma Ga dan Ba.
Bila mana hal ini berfungsi sebagaimana mestinya akan memperlancar
proses laku dalam mencapai sasaran yang dituju.
z = Nga
Nga, berada di kening (tengah dahi)
Jawa : ing kening tengahé bathuk
Maknanya : Ngarti, ngerti.
Artinya mengerti tentang hidup dan kehidupannya, asas tujuan hidup
sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Menciptakannya.
Fungsinya untuk mengemban tugas hidup di dunia ini sesuai dengan
hukum kodrat/ketentuan yang tertera pada makna dan fungsi Bundelan
Tali Rasa Ha sampai Tha, sehingga dapat terwujudnya keharmonisan
maupun keselarasan kehidupan manusia ini, yang pada hakekatnya
terdiri dari dua unsur yang terpadu, sesuai dengan kehendak Allah yang
mutlak.

Anda mungkin juga menyukai