Anda di halaman 1dari 28

Keraton Surakarta Hadiningrat

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Wawasan Budaya Nusantara


Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn
Program Studi Televisi dan Film
Jurusan Seni Media Rekam

Disusun oleh:

Muhammad Irfan .R. (14148103)


Sri Cahyani Putri .P. (14148150)

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN


INSTITUT SENI INDONESIA
SURAKARTA
2015
Page |1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Letak Geografis dan Kependudukan ........................................................ 2
1.2 Sejarah Awal Berdirinya Keraton Surakarta ........................................... 3

BAB II WUJUD BUDAYA KERATON SURAKARTA


2.1 Budaya Ide / Konsep
2.1.1 Undang-undang dan Hukum Adat
1. Angger Nawala Pradata .............................................................. 4

2.2 Budaya Tindakan / Aktivitas


2.2.1 Grebeg Maulud ............................................................................ 5
2.2.2 Upacara Selikuran ........................................................................ 8

2.3 Budaya Artefak


2.3.1 Bangunan Keraton
2. Alun–alun Lor............................................................................ 11
3. Alun–alun Kidul ........................................................................ 12
4. Siti Hinggil ................................................................................ 14
4. Kompleks Kamandhungan ........................................................ 15
5. Kompleks Sri Manganti ............................................................. 17
6. Kompleks Kedahaton................................................................. 17

2.3.2 Pakaian Adat Keraton Surakarta ................................................... 20

2.3.3 Senjata Pustaka .............................................................................. 23

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 25
3.2 Saran ...................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA
Page |2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Letak Geografis dan Kependudukan

Gambar 01. Letak Keraton Surakarta


(Sumber: https://dwiandi.files.wordpress.com/2012/08/peta-kauman.jpg?w=700&h=)

Keraton Surakarta Hadiningrat berada di Kelurahan Baluwarti, Kecamatan


Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah Indonesia (Ahmad Wafa Aminudin, 2014).
Keraton ini mempunyai luas 54 hektar dari alun-alun utara sampai alun-alun
selatan.Penduduk di Keraton Surakarta terdapat raja, ratu beserta anaknya yang
disebut dengan Sentana serta para abdi dalem. Sentana dan para abdi dalem
bertempat tinggal di kompleks Baluwarti.
Baluwarti merupakan tempat tinggal raja dan keluarganya beserta para abdi
dalem terdekat raja. Selain itu Baluwarti juga sebagai batas istana keraton. Di dalam
Kompleks Baluwarti terdapat nama kampung sesuai dengan orang yang
menempatinya, misalnya Kampung Wirengan terletak dari pintu gerbang (lawang
gapit) sampai pintu selatan (kori brajanala). Dinamakan Wirengan karena berasal
dari kata “wireng” yang berarti penari wayang orang. Ditempat ini ditinggali para
abdi dalem dan keluarga raja yang mengurusi tentang tarian wayang orang.
Kampung Lumbung terletak dari lawang gapit sebelah selatan sampai lawang
gapit sebelah timur (sebelah timur keraton). Dinamakan Lumbung karena tempat
untuk menyimpan bahan makanan milik keraton. Kampung Carangan terletak di
sebelah utara Lumbung. Tempat abdi dalem prajurit, yang biasanya menggunakan
sebutan carang, misalnya Carangdiguna, Carangkartika dan Carangwijaya. Kampung
Tamtaman terletak di sebelah utara kampung Carangan. Tempat ini ditinggali oleh
abdi dalem prajurit Tamtama, yaitu prajurit pengawal raja yang disebut prajurit
Page |3

Jayantaka. Kampung Kasatriyan terletak di sebelah barat kampung Tamtaman.


Kampung ini digunakan oleh sentana dalem yang menjadi abdi dalem untuk
melakukan kegiatan tertentu. Sedangkan Kampung Gambuhan terletak di sebelah
utara pintu butulan (pintu tembus) bagian barat. Kampung ini ditempati oleh abdi
dalem penabuh gamelan (niyaga) istana dan ahli gending.

1.2. Sejarah Awal Berdirinya Keraton Surakarta

Gambar 02. Keraton Surakarta Hadiningrat


(Foto: Sri Cahyani Putri, 2015)

Salah satu simbol dari Kota Surakarta atau Solo ialah Keraton Surakarta
Hadiningrat. Keraton Surakarta merupakan warisan budaya Jawa berupa fisik
bangunan Keraton, benda artefak, seni budaya dan adat tata cara Keraton.
Keraton Surakarta Hadiningrat atau juga bisa disebut dengan Keraton
Kasunanan merupakan istana resmi Kasunanan Surakarta yang terletak di Kota
Surakarta, Jawa Tengah. Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwana II pada
tahun 1744 sebagai pengganti Istana atau Keraton Kartasura yang porak-poranda
akibat Geger Pecinan 1743. Istana ini menjadi saksi bisu penyerahan kedaulatan
Kerajaan Mataram oleh Pakubuwono II tahun 1749. Setelah Perjanjian Giyanti
kemudian dijadikan istana bagi Kasunanan Surakarta (Darsiti Soeratman).
Selain sebagai tempat tinggal raja beserta istri dan anaknya atau disebut
Sentana dan para abdi dalem, keraton ini digunakan sebagai museum untuk
menyimpan benda-benda sejarah milik Keraton Surakarta terrmasuk pemberian atau
cindera mata dari raja-raja Eropa yang diletakkan disekitar bangunan Sasana
Sewaka. Selain itu tempat untuk menyimpan benda pusaka seperti keris, kereta
kencana maupun gamelan.
Page |4

BAB II
WUJUD BUDAYA KERATON SURAKARTA

2.1 Budaya Ide / Konsep


2.1.1 Undang – undang dan Hukum Adat
1. Angger Nawala Pradata
Dalam kehidupan Keraton Surakarta terdapat paugeran yang
disebut Angger Nawala Pradata, yang memuat aturan tentang
kehidupan masyarakat di dalam Keraton Surakarta. Keraton Surakarta
dan pihak Belanda menyepakati perjanjian hukum yang mengatur
tentang pengadilan perdata yang berlaku bagi Kasultanan Mataram
Islam yang pada waktu itu sudah menjadi Keraton Surakarta.
Di dalam Angger Nawala Pradata diatur mengenai tata
kehidupan masyarakat di bawah pemerintahan Keraton Surakarta.
Selain itu terdapat pengadilan Surambi sebagai pengadilan tertinggi
dan pengadilan banding mengenai kasus yang tidak dapat diselesaikan
oleh pengadilan Perdata dan pengadilan Balemangu yang menangani
tata urusan pertanahan, pengadilan agraria dan hubungan antar tingkat
pegawai kerajaan. Pengadilan Surambi juga menangani perkara
hukum keluarga misalnya nikah, talak dan waris.
Pada masa kolonial pengadilan Perdata mengalami
amandemen yang diatur dalam Angger Nawala Pradata mengenai
tindak kriminal seperti perampokan, pencurian, perjudian
(www.kerajaannusantara.com). Angger Nawala Pradata juga
mengatur tentang kehidupan sehari-hari seperti peraturan tentang
seseorang yang mengadakan perjalanan di malam hari, urusan utang
piutang, peraturan tentang perkara seseorang yang mengganggu
wanita, aturan tentang penemuan atau kehilangan barang, aturan
tentang perselisihan suami istri, aturan tentang pembukaan
penginapan, aturan tentang penyelenggaraan pementasan, pertunjukan
atau acara keramaian dan aturan tentang pemeliharaan hewan serta
aturan tentang tata tertib lalu lintas.
Page |5

2.2 Budaya Tindakan / Aktivtas


2.2.1 Grebeg Maulud
Istilah kata “Grebeg” berasal dari kata “gumbrebeg” yang
artinya riuh, ribut dan ramai. Perayaan Grebeg Maulud atau Sekaten
untuk pertama kalinya tercetus pada era Kesultanan Demak saat
dipimpin Raden Patah (1478 - 1518). Istilah sekaten bermula dari kata
Syahadatain atau dua kalimat syahadat sebagai tanda ikrar seorang
muslim. Raden Patah memerintah untuk menjadikan gamelan dan
bedug sebagai media dakwah.
Pelaksanaan upacara ini pada tanggal 5 Rabiul Awal. Seminggu
sebelum puncak acara dua perangkat gamelan dikeluarkan yaitu
Gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari. Gamelan Kyai
Guntur Madu diletakkan disebelah selatan Masjid Agung. Gamelan ini
merupakan warisan dari Pakubuwana IV (1823 - 1830) dibuat pada
1718 saka. Gamelan Kyai Guntur Sari ditempatkan di sebelah utara
Masjid Agung. Gamelan ini warisan dari Sultan Agung Hanyokusumo
(1613 - 1645) dibuat pada 1566 Saka. Selama perayaan kedua gamelan
ini ditabuh pukul 16.00 WIB dan berhenti sejenak saat magrib dan isya
setelah itu dibunyikan kembali pukul 12 tengah malam sampai subuh.
Setelah subuh gamelan dibunyikan kembali seterusnya hingga 12
Rabiul Awal. Pada puncak acara ini diadakan gunungan yang dibuat
dari beraneka jenis bahan pangan, sayuran atau hasil bumi. Gunungan
terdiri dari 4 jenis yaitu Gunungan Kakung, Gunungan Putri,
Gunungan Anakan (www.kerajaannusantara.com).
Page |6

a. Gunungan Kakung

Gambar 03.Gunungan kakung


(sumber: http://www.omahjoglo.co/wp-
content/uploads/2015/07/gunungan-kakung-grebeg-syawalan-kraton-
surakarta-kamandungan-1068x715.jpg)

Gunungan Kakung dibuat kerucut. Pada puncaknya disebut


mustaka / kepala terdapat kue tepung dan telur asin yang
ditancapkan dalam posisi melingkar dan disusun rapat. Seluruh
tubuh gunungan ini dirangkai lombok abang berukuran besar serta
diberi ratusan helai kacang panjang yang dipasang melingkar dan
disusun rapi di pucuknya diberi kue yang berbentuk seperti cincin.

b. Gunungan Putri

Gambar 04.Gunungan putri.


(sumber: http://chic-id.com/wp-content/uploads/gunungan-grebeg-
mulud-keraton-kasunan-surakarta-solo.jpg)

Gunungan putri berwujud seperti payung terbuka. Pada bagian


puncak diberi lapisan kue besar berupa lempengan berwarna hitam
yang disusun bertumpuk. Pada bagian tubuh ditutupi dengan
Page |7

beberapa kue ketan / rengginan berbentuk bintang dan lingkaran.


Pada bagian tengah diberi kue berukuran kecil dan hiasan yang
bentuk nya beraneka ragam.

c. Gunungan Anakan

Gambar 05.Gunungan Anakan.


(Sumber: https://griyagawe.files.wordpress.com/2014/10/pa050466.jpg)

Gunungan Anakan atau saradan berukuran kecil dan berjumlah


beberapa buah. Bahan–bahan yang diperlukan untuk membuat
gunungan anakan yaitu: uang logam yang banyaknya sesuai dengan
raja yang sedang berkuasa, kue rengginan kecil berwarna merah,
hitam dan putih, beraneka jenis bunga danbunga pisang (tuntut)
yang berukuran kecil.
Page |8

2.2.2 Upacara Selikuran

Gambar 06.Upacara Selikuran.


(Sumber:http://jogjatrip.com/media/objek/4a2269f662811645ed53737776f00
5b5.jpg)

Upacara Selikuran yaitu upacara yang diselenggarakan pada


bulan puasa menjelang tanggal dua puluh satu. Upacara Selikuran
berawal saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah pada
malam hari tanggal 21 Ramadhan.
Pada masa Pakubuwana VIII dan IX upacara ini dilaksanakan
di Masjid Agung Kraton Surakarta. Pemerintahan Pakubuwana X
dilaksanakan di Pagelaran yang dihadiri para Abdi Dalem Bupati,
Bupati Anom Pangulu dan bawahannya. Pada pemerintahan
Pakubuwana XI upacara dilaksanakan di Siti Hinggil yang dimulai
pukul 17.00 WIB dan pada masa Pakubuwana XII upacara
dilaksanakan di Bangsal Marakata.
Upacara Selikuran hanya dihadiri oleh para abdi dalem keraton
saja. Selain orang keraton tidak diperkenankan untuk mengikuti
upacara ini kecuali membawa surat izin yang disahkan / disetujui oleh
pengageng kraton.
Di dalam Upacara ini memerlukan berbagai perlengkapan
seperti tempat yang digunakan yaitu Bangsal Marakata didekat
SriManganti. Selain itu upacara ini memerlukan perlengkapan
peralatan antara lain tikar / karpet: karpet berwarna merah dan hijau,
Tikar mendong anyam–anyaman berwarna putih, lonceng sebagai
waktu dimulainya acara, lampu, kelir berwarna putih dengan bingkai
Page |9

berwarna biru dan tepinya berwarna merah dibagian atas kayu berukir
tulisan PB X.
Didalam upacara ini menggunakan sesaji yang digunakan untuk
kepungan misalnya berupa peralatan saji yang terdiri dari meja tempat
untuk meletakkan saji, baki untuk menuangkan sesaji dan membawa
air minum, sendok dan garpu, centong, sudhi untuk membagi makanan
berfungsi sebagai piring dan sudhi kecil untuk tempat sayuran, ancak
untuk membawa makanan yang telah disusun, gelas, anglo, sapit untuk
menjapit kemenyan yang akan dibakar, bokor tempat air bersih untuk
membasuh telapak tangan saat membagikan makanan, kecohan untuk
membuang air ludah saat makan sirih, daun pisang untuk membuat
sudhi, pisau, air garam, gula dan perwarna.
Macam – macam sajen yang dipersiapkan yaitu pisang raja
setangkep, ketan (berwarna merah, putih, biru dan kuning), nasi gurih,
pala kependem, bunga setaman (bunga mawar, kantil dan melati),
rambak, telur ayam, kinang (gambir, injet dan tembakau).
Makanan yang dipersiapkan antara lain Nasi gurih berwarna
putih, rambak, mentimun, daging ayam, criping, kedelai hitam, sayur,
telur yang dimasak areh.
Nyamikan (makanan kecil) antara lain Pisang raja manten, kue
bolu kering, wajik, jadah, jenang dodol, krasikan.
Sebelum acara dimulai pertama menggelar tikar untuk tempat
duduk bagi pengikut upacara. Para abdi dalem menyiapkan meja untuk
tempat meletakkan sesaji. Para abdi dalem putri menyiapkan makanan
yang dibeli dari pasar antara lain: pisang raja manten, pala kependem
(ketela, bengkoang, garut), rambak, telur, mentimun, ayam, ceriping,
sayur, wajik, jenang, krasikan, kue bolu kering, kedelai hitam, kinang
dan beras ketan.
Adapun bahan yang di masak di dapur keraton berupa nasih
gurih, jadah, daging ayam yang dimasak bumbu areh dan telur mentah.
Setelah abdi Suranata membaca doa kemudian semua hidangan
dibagikan kepada para abdi dalem yang hadir.
Dalam upacara ini mengandung lambing-lambang / makna
antara lain:
P a g e | 10

• Pisang raja sebagai lambang persembahan kepada Yang Maha


Esa.
• Nasi punar melambangkan kesejahteraan.
• Nasi Tumpeng melambangkan kehormatan kepada arwah
leluhur.
• Ketan melambangkan hubungan erat antara orang yang wafat
dan sanak keluarganya yang masih hidup.
• Ingkung melambangkan kelakuan pasrah / menyerah kepada
kekuasaan Tuhan.
• Tukon pasar melambangkan segala perbuatan dan perjalanan
mendapat keselamatan tanpa halangan.
• Telur melambangkan kebulatan / kemanunggalan berbagai sifat
dan tujuan. Telur terdiri dari beberapa lapisan yang mempunyai
makna sendiri:
 Hitam (pada kulit keras): keteguhan hati dan keteguhan
cita – cita atau tujuan.
 Merah (pada kulit lunak): keuletan dan keberanian.
 Putih (putihan telur): kesucian dan kehalusan hati.
 Kuning (kuning telur): kepandaian, kebijaksanaan,
kewibawaan dan kemuliaan.
 Hijau (lapisan terdalam titik telor): ketenangan.
• Tikar melambangkan tempat kehidupan di dunia.
• Lampu melambangkan semangat yang menyala yang selalu
menerangi sesuatu.
• Kemenyan yang dibakar melambangkan hubungan kepada
dewa / menghalau pengaruh jahat.
• Jadah yang bermacam warna melambangkan dunia atau
lingkungan hidup beraneka warna.
(Surip Suwandi. 1986: 28-39)
P a g e | 11

2.3 Budaya Artefak


2.3.1 Bangunan Keraton
1. Alun-alun Lor.
Alun-alun Lor adalah pintu masuk ke Keraton melalui pintu sebelah
utara. Sebelum masuk ke alun-alun utara, melewati Gapura Gladag.
Dinamakan Gapura Gladag karena berasal dari kata “Gladag” yang
berarti tombak untuk berburu binatang atau Abdi dalem Gladag
menjalankan tugasnya dengan menyediakan tenaga dan alat-alat angkat
(www.karatonsurakarta.com).
Dahulu di Alun-alun Lor terdapat beberapa bangunan dengan
fungsinya masing-masing antara lain:
• Sebelah barat, utara dan timur terdapat pakapalan (kapal
berarti kuda) yang digunakan sebagai tempat menambatkan
kuda para abdi dalem dari berbagai daerah yang akan
menghadap raja.
• Sebelah tenggara berdiri Bangsal Patalon sebagai tempat
Gamelan Setu dibunyikan untuk mengiringi latihan
keprajuritan.
• Tengah terdapat dua pohon beringin yang dikurung didalam
pagar atau Waringin Sengkeran. Beringin disebelah timur
bernama Jayandaru (kemenangan) dan disebelah barat
bernama Dewandaru (keluhuran). Waringin Sengkeran
digunakan untuk berjemur jika tidak puas dengan pemerintahan
raja.
• Sebelah barat berdiri Masjid Agung sebagai pusat agama islam
dan tempat berlangsungnya acara keagamaan.
• Sebelah utara berdiri sepasang pohon beringin dengan nama
Jenggot (laki - laki) dan Wok (perempuan) dan berdiri tugu
peringatan 200 tahun berdirinya Kraton Surakarta.
• Sebelah barat daya dan timur laut terdapat pintu gerbang
Slompretan dan Batangan yang hanya dibuka Hari rabu Pahing
Suro atau tanggal 8 Maret 1939 M.
(www.karatonsurakarta.com).
P a g e | 12

Alun-alun Lor sekarang digunakan sebagai Pasar Klewer sementara


setelah terjadi kebakaran di Pasar Klewer pada tanggal 27-29 Desember
2014 lalu.

Gambar 07. Gapura Gladag.


(Foto: Sri Cahyani Putri, 2015)

.
Gambar 08. Gapura Alun-alun Utara
(Foto: Sri Cahyani Putri, 2015)

2. Alun-alun Kidul.
Alun-alun Kidul adalah pintu masuk ke Keraton melalui pintu sebelah
selatan. Alun-alun ini terdapat benteng yang mengelilingi disebut Gapura
Gadhing. Ditempat ini terdapat 2 buah pohon beringin kembar yang
terletak di tengah- tengah lapangan alun-alun kidul.
Selain itu terdapat juga tempat untuk merawat kebo bule Kyai Slamet
yang biasa dikirab pada acara kirab malam 1 Sura.
Di tempat ini terdapat 2 buah kereta yang diletakkan disebelah kanan
dan kiri sebelum masuk ke arah keraton.
P a g e | 13

Gambar 09. Gapura Gadhing.


(Foto: Sri Cahyani Putri, 2015)

Gambar 10.Tempat untuk merawat Kebo bule Kyai Slamet.


(Foto: Sri Cahyani Putri, 2015)

Gambar 11. Kereta Jenazah Pakubuwono X.


(Foto: Sri Cahyani Putri, 2015)
P a g e | 14

Gambar 12. Kereta Jenazah Pakubuwono X.


(Foto: Sri Cahyani Putri, 2015)

Gambar 13.Gambar Pagelaran Ringgit Wacucal.


(Foto: Sri Cahyani Putri, 2015)

3. Siti Hinggil
Siti Hinggil berasal dari kata “Siti” berarti tanah dan “Hinggil” berarti
tinggi. Jadi Siti Hinggil merupakan bangunan yang dibangun diatas tanah
yang tinggi. Di Siti Hinggil terdapat bangunan utama bernama Sasana
Sewayana. Selain Sasana Sewayana terdapat Bangsal Witono yang
digunakan sebagai tempat tahta susuhunan.
P a g e | 15

Gambar 14.Bangunan utama Siti Hinggil yaitu Sasana Sewayana.


(Foto: Muhammad Irfan, 2015)

Gambar 15.Bangsal Witono.


(Foto: Muhammad Irfan, 2015)

4. Kompleks Kamandhungan.
Didalam Kompleks Kamandhungan terdapat Kori Brodjonolo.
Disamping Kori Brodjonolo terdapat 2 buah Bangsal yaitu Bangsal
Brodjonolo Tengen dan Bangsal Brodjonolo Kiwa.
P a g e | 16

Gambar 16.Kori Brodjonolo.


(Foto: Sri Cahyani Putri, 2015)

Gambar 17.Bangsal Brodjonolo Tengen.


(Foto: Sri Cahyani Putri, 2015)

Gambar 18.Bangsal Brodjonolo Kiwa.


(Foto: Sri Cahyani Putri, 2015)
P a g e | 17

5. Komplek Sri Manganti.


Kompleks Sri Manganti adalah tempat yang digunakan sebagai tempat
ruang tunggu tamu yang akan bertemu dengan raja. Dihalaman bagian
dalam terdapat bangsal Smarakatha (disebelah barat) dan bangsal
Marcukundha (disebelah timur). Disebelah barat daya bangsal
Marcukundha terdapat Panggung Sangga Buwana. Panggung Sangga
Buwana adalah bangunan utama kedua setelah beberapa bangunan yang
terdapat didalam Kompleks Kedhaton. Sangga Buwana dibangun pada
tahun 1782. Istilah Sangga Buwana berarti penyangga jagat yang secara
kasta merupakan kedudukan tertinggi. Tempat ini terdiri dari 5 lantai dan
lantai yang paling atas digunakan sebagai tempat bertapa raja. Konon
tempat ini juga digunakan sebagai tempat bertemunya raja dengan Ratu
Kencana Sari atau Ratu Pantai Selatan.

Gambar 19. Panggung Sangga Buwana.


(Foto: Sri Cahyani Putri, 2015)

6. Kompleks Kedhaton.
Kompleks Kedhaton merupakan wilayah utama didalam Keraton
Surakarta. Didalam Keraton ini terdapat 3 bangunan utama yaitu Sasana
Sewaka, Sasana Andrawina dan Sasana Prabasuyasa. Setiap bangunan
utama di Keraton ini mempunyai asal usul dan fungsi yang berbeda-beda.
Sasana Sewaka adalah bangunan utama yang pertama di Keraton
Surakarta. Sasana Sewaka berasal dari bahasa jawa. Adapun arti dalam
bahasa Indonesia yaitu “Sasana” berarti tempat dan “sewakan” berasal
P a g e | 18

dari kata “pasewakan” yang berarti pertemuan. Jadi Sasana Sewaka


merupakan tempat untuk pertemuan agung pada saat upacara adat tradisi
Jawa.

Gambar 20.Sasana Sewaka.


(Foto: Sri Cahyani Putri, 2015)

Sasana Andrawina adalah bangunan utama yang kedua setelah Sasana


Sewaka.Andrawina berasal dari kata andrawinan dalam bahasa Indonesia
berarti makan bersama. Sasana Andrawina merupakan tempat untuk
perjamuan atau makan bersama dengan raja setelah berkumpul dalam
Sasana Sewaka.

Gambar 21.Sasana Andrawina.


(Foto: Sri Cahyani Putri, 2015)
P a g e | 19

Gambar 22.Sasana Prabasuyasa.


(sumber: http://karatonsurakarta.com/rumahj2.jpg)

Sasana Prabasuyasa adalah bangunan utama ketiga setelah Sasana


Sewaka dan Sasana Andrawina. Bangunan ini terletak dibelakang
bangunan Sasana Sewaka. Sasana Prabasuyasa dibangun oleh
Pakubuwono II yang mempunyai nama kecil Pangeran Prabayasa. Tempat
ini dahulu digunakan oleh Pakubuwono II untuk bertapa meminta izin
kepada Tuhan supaya dalam membangun keraton nanti untuk tuntunan
umat ke jalan kebaikannya masing-masing dari generasi ke generasi
berikutnya sampai akhir jaman.
Ketiga bangunan keraton ini merupakan ciri khas dari Keraton
Surakarta.
P a g e | 20

2.3.2 Pakaian Adat Keraton Surakarta


Keraton Surakarta memiliki busana adat yang digunakan untuk putra
dan putri. Busana untuk putra yaitu busana jawi jangkep dan busana untuk
putri yaitu busana kejawen.
Adapun busana putra terdiri dari Setagen, epek timang, Keris
Warangka branggah, selop, kain jarik, beskap, blangkon dan kain sindur.
Adapun busana putri terdiri dari kebaya lengan panjang, kain jarik, setagen,
selop dan untuk bagian kepala terdiri dari sanggul, cundhuk mentul serta
perhiasan yang digunakan di badan antara lain kalung, gelang dan cincin.
Busana ini digunakan pada acara upacara adat yang dilaksanakan di
Keraton Surakarta. Berikut gambar dari busana putra:

Gambar 23.Busana adat Putra.


(Sumber:http://nisyacin.blogdetik.com/files/2012/03/808e1b2785f9ec225eada3c9f86
41593_pakaian-jawa-keris-300x226.gif)
P a g e | 21

Gambar 24. Gambar Setagen, kain sindur, keris, epek timang, blangkon dan selop.
(sumber: http://solobatikcarnival.com/wp-content/uploads/2015/01/Sasana_sewaka-
720x320.jpg)

Berikut gambar dari busana putri:

Gambar 25.Sanggul beserta Cunduk mentul.


(sumber: https://hairbun.files.wordpress.com/2010/10/konde-jawa.jpg)
P a g e | 22

Gambar 26.Busana adat putri.


(sumber:http://kisahkamu.com/wp-content/uploads/2014/12/Solo-Putri-
Aneka-Corak-Gaya-Model-Tata-Rias-Pengantin-Jawa-Adat-Tradisional-
Terbaru-246x300.jpg)
P a g e | 23

2.3.3 Senjata Pustaka


Keraton Surakarta mempunyai berbagai jenis senjata pusaka salah
satunya adalah keris. Keris yang dimiliki oleh Keraton Surakarta ini diberi
nama Kyai dan Nyai.
Adapun keris yang dimiliki Keraton Surakarta antara lain:
Keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten

Gambar 27. Keris Kyai Nagasasra


(Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/wp-
content/uploads/sites/26/2015/03/Keris-Nogososro.jpg)

Gambar 28. Keris Kyai Sabuk Inten


(Sumber:http://duniapusaka.com/image/cache/data/0001%20ALBUM/Sabuk%20Inte
n/Sabuk_Inten_10-500x500.JPG)

Keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten merupakan sepasang keris
yang dimiliki oleh Keraton Surakarta. Keris Kya Nagasasra dibuat oleh Mpu
P a g e | 24

Supa Madrangki. Dinamakan Nagasasra karena dibadan keris terdapat gambar


seekor ular naga berwarna emas yang mempunyai banyak sisik.
(www.kerajaannusantara.com).
Keris Kyai Sabuk Inten dibuat oleh Mpu Domas. Dinamakan Sabuk
Inten karena pada bagian bawah keris terdapat selapis garis berwarnaputih
intan. (www.kerajaannusantara.com).
Selain itu Keraton Surakarta juga memiliki keris bernama Kyai
Kanjeng Pamor. Keris ini ditemukan oleh Pakubuwono IV pada tahun 1801
saat meteor jatuh di daerah sekitar Prambanan.
(www.kerajaannusantara.com). Untuk membuat keris dibutuhkan besi bakalan
sebagai bahan bilah keris. Kyai Kanjeng Pamor dibuat dengan baja, nekel atau
meteor.

Gambar 29. Keris Kyai Kanjeng Pamor.


(Foto: Sri Cahyani Putri, 2015)

Keris yang disimpan di Keraton Surakarta ini biasanya dirawat


misalnya dengan diberi sesaji, bunga setaman, kemenyan maupun diberi
mantra – mantra tertentu.
P a g e | 25

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keraton Surakarta merupakan kraton yang dipindahkan dari Kraton Kartasura.


Kraton ini memiliki berbagai macam bangunan seperti Alun–alun Lor, Alun–alun
kidul,Siti Hinggil, Kompleks Kamandungan, Kompleks Sri Manganti, Kompleks
Kedhaton yang didalamnya terdapat bangunan utama seperti Sasana Sewaka, Sasana
Andawina dan Sasana Prabasuyasa selain itu terdapat Kompleks Kamagangan. Selain
itu di Keraton ini memiliki berbagai upacara adat yaitu Upacara Grebeg Maulud,
Upacara Selikuran. Di dalam Keraton Surakarta juga memiliki busana adat untuk laki –
laki maupun perempuan.

3.2 Saran

Sebagai masyarakat Kota Surakarta, seharusnya bangga karena Kota Surakarta


mempunyai bangunan bersejarah berupa Keraton Surakarta Hadiningrat yang kaya akan
benda peninggalan bersejarah dan budayanya. Kita hendaknya melestarikannya agar
tidak luntur dari generasi ke generasi seiring berkembangnya jaman.
P a g e | 26

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Surip Suwandi. 1986. Upacara Selikuran Keraton Surakarta Hadiningrat. Yogyakarta:
Depdikbud.

Darsiti Soeratman.1989. Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830-1939. Yogyakarta:


Tamasiswa Yogyakarta.

Internet:
Kusuma Sejati. 2015. Wisata di Keraton Surakarta Hadiningrat. http://direktori-
wisata.com/wisata-di-keraton-surakarta-hadiningrat/. Diakses 4 Oktober 2015.

AhmadWafa Aminudin. Keraton Mangkunegaran dan Keraton Surakarta Hadiningrat.


http://www.ragamtempatwisata.com/2014/07/keraton-mangkunegaran-dan-
keratonsurakarta-hadiningrat.html Diakses 23 September 2015.

http://www.kerajaannusantara.com/id/surakarta-hadiningrat/sejarah. Diakses 25 September


2015

http://duniapusaka.com/index.php?route=product/product&product_id=815. Diakses 25
September 2015

http://www.karatonsurakarta.com/arsitektur1.html. Diakses 7 Oktober 2015, 05:13)

Sumber gambar:
Letak Keraton Surakarta:https://dwiandi.files.wordpress.com/2012/08/peta-
kauman.jpg?w=700&h=

Gunungan Kakung: http://www.omahjoglo.co/wp-content/uploads/2015/07/gunungan-kakung-


grebeg-syawalan-kraton-surakarta-kamandungan-1068x715.jpg)

Gunungan Putri:http://chic-id.com/wp-content/uploads/gunungan-grebeg-mulud-keraton-
kasunan-surakarta-solo.jpg

Gunungan Anakan:https://griyagawe.files.wordpress.com/2014/10/pa050466.jpg

UpacaraSelikuran:http://jogjatrip.com/media/objek/4a2269f662811645ed53737776f005b5.jpg

Sasana Prabasuyasa: http://karatonsurakarta.com/rumahj2.jpg)

Busana adat putra:


http://nisyacin.blogdetik.com/files/2012/03/808e1b2785f9ec225eada3c9f8641593_paka
ian-jawa-keris-300x226.gif)

Gambar Setagen, kain sindur, keris, epek timang, blangkon dan selop:
http://solobatikcarnival.com/wp-content/uploads/2015/01/Sasana_sewaka-720x320.jpg.
P a g e | 27

Sanggul beserta cundhuk mentul: https://hairbun.files.wordpress.com/2010/10/konde-


jawa.jpg

Busana adat putri: http://kisahkamu.com/wp-content/uploads/2014/12/Solo-Putri-Aneka-


Corak-Gaya-Model-Tata-Rias-Pengantin-Jawa-Adat-Tradisional-Terbaru-246x300.jpg

Keris Kyai Nagasasra: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/wp-


content/uploads/sites/26/2015/03/Keris-Nogososro.jpg

Keris kyai sabuk


inten:http://duniapusaka.com/image/cache/data/0001%20album/sabuk%20inten/sabuk_i
nten_10-500x500.jpg

Anda mungkin juga menyukai