Anda di halaman 1dari 11

Machine Translated by Google

ICACEE 2015: Konferensi Internasional ke-17 tentang Archite

KONSEP DESA WISATA DI KAMPU G


KARATON KARATO KASUN AN AN
SURAKARTA, CENTRAL JAVA, INDONESIA
Naniek Widayati Priyomarsono
Architecture Department, Tarumanagara University
Jakarta, Indonesia
Address: S Parman No.1 Grogol West Jakarta, Indonesia
\Vidayatinaniek@gmail.com, +628121057043
Keywords (3-5): karaton village, finding, restoration
Conference topics: Cultural Heritage and Eco-Tourism
Machine Translated by Google

Konsep Desa Wisata di Desa Keraton Kasunanan Surakarta


Jawa Tengah Indonesia
CONCEPT OF TOURIST VILLAGE ON KAMPUNG KARATON OF KARATON
KASUNANAN SURAKARTA, CENTRAL JAVA, INDONESIA Naniek
Widayati Priyomarsono
Architecture Department, Tarumanagara University
Jakarta, Indonesia
Address: S Parman No.1 Grogol West Jakarta, Indonesia
widayatinaniek@gmail.com,
+628121057043 Keywords (3-5): karaton
village, finding, restoration Conference topics: Cultural Heritage and Eco-Tourism

LATAR BELAKANG

Artikel latar belakang ditarik dari disertasi Widayati (pengujiannya di Universitas

Indonesia, 2015) dan telah dimodifikasi sebagai berikut; Kampung Karaton merupakan bagian dari karaton yang tidak dapat dipisahkan, seperti terlihat pada

Konsep Kosmologi Behrend (1962: 182) diterapkan untuk Keraton Kasunanan Surakarta. Kampung Karaton adalah

terlihat pada lingkaran ketiga, bagian wilayah Negara sebagai pusat karaton. Situsnya mengelilingi Kedhaton, masyarakat yang tinggal

apakah sentana dalem dan abdi dalem setia kepada raja, ada beberapa Dalem Pangeran yang bertelur di daerah itu

desa-istana.

Pada awalnya kampung karaton didirikan oleh Paku Buwana II. Sejak itu, konsepsinya

ruang pemukiman telah didasarkan pada budaya Jawa. Dengan penggunaan nama kampung berdasarkan toponimi

(nama kampung sepadan dengan pekerjaan penduduk kampung itu). Kampung Karaton adalah salah satunya

“kampung wisata budaya” di Surakarta yang merupakan bagian dari kawasan konservasi Karaton Kasunanan Surakarta, berdasarkan

Surat Keputusan Walikota Surakarta No.646/116/1/1997.

Pada awal pembentukan karaton, yaitu era urban kerajaan Jawa yang memegang wilayah kekuasaan di

outside of urban fort (manca negara), kampung karaton can function as “ruang-antara” and “defense-space”,

selain itu merupakan salah satu komponen dari struktur pemerintahan dan kekuasaan karaton pada waktu itu (abdi dalem dan

sentana dalem). Setelah era Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 “Kingdom-Kota” mengubah politiknya

statusnya menjadi bagian dari kota demokrasi yang dikelola sesuai dengan ketentuan konstitusi berdasarkan UUD
klasifikasi.

Yang terakhir di atas mempengaruhi perubahan hirarki budaya lokal itu karena tingkat pembangunan fisik dan

kegiatan. Dinamika kegiatan sosial ekonomi di Kampung Karaton yang dikelilingi oleh bangunan Kompleks ini

Karaton Kasunanan merupakan sistem kota di kawasan tersebut. Citra budaya yang lepas

wilayah dengan kelemahan akses visual dari artefak budaya yang ada. Perkembangan itu kurang mendapat apresiasi

citra wilayah yang mapan memberikan identitas Karaton Kasunanan khususnya dan identitas Kota Surakarta di

umum.

Pendirian konsep kampung wisata sangat dibutuhkan mengingat di Karaton Kasunanan itu

Surakarta merupakan salah satu warisan budaya yang lestari dan layak dikunjungi oleh masyarakat di seluruh dunia

bahan kajian dan wisata budaya.

1
Machine Translated by Google

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah strategi grounded theory research (penelitian yang memberikan landasan teori yang kuat).

Penelitian difokuskan pada aktor-aktor yang relevan secara aktif dan pasif untuk terlibat dalam proses perubahan kampung

karaton. Data yang terakumulasi dengan "Fokus Investigasi" diarahkan pada aktor yang memengaruhi perubahan tersebut

internal atau eksternal. Hasil investigasi ditambah dengan data observasi lapangan, dokumentasi, literatur

dipelajari, sehingga menghasilkan temuan yang akurat.

Data yang dapat dianalisis. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan perlu sebagai berikut; perbaikan di

arah pembangunan sosial budaya, dan ekonomi, dengan cara; melakukan strategi pembangunan sosial

budaya, ekonomi, dan politik. Langkah yang harus dilakukan; adalah mengadakan sosialisasi program pembangunan kampung karaton:

“desa wisata”, pengembangan ekonomi masyarakat lokal, pola regenerasi, filterisasi dan selektivitas

pengembangan pariwisata, pengembangan sistem perencanaan terpadu, pengembangan dengan pendekatan persuasif,

regulasi, mekanisme pasar, pengembangan sektor kegiatan sosial budaya, pengembangan politik untuk daerah

bidang kegiatan.

Temuan; Kampung karaton memiliki potensi produk sebagai pesona, dukungan sumber daya manusia, tinggi

motivasi dari masyarakat yang masih tinggal di pemukiman, sarana dan prasarana pendukung, fasilitas yang mendukung

kegiatan wisata, kelembagaan seni budaya, ketersediaan lapangan/daerah pengembangan.

POTENSI BUDAYA YANG DIMILIKI

Di luar tembok Kedhaton , di dalam tembok yang mengelilingi Karaton Kasunanan, terdapat pemukiman

kampung karaton diberi nama per-kelompok perkampungan di toponimi (nama perkampungan tunduk pada

pekerjaan/kewajiban penghuni) atas perintah raja sebagai penguasa tunggal dengan menggunakan konsep Sabdo Pandito Ratu, atau

nama desa tersebut seperti; Tamtaman (kediaman prajurit Tamtama), Kampung Baluwerti (kediaman prajurit

abdi dalem yang bertugas di dalam keputren, kebanyakan abdi dalem adalah perempuan), Carangan (abdi dalem bertugas sebagai

prajurit untuk menjaga keamanan kedhaton dan sekitarnya. Oleh karena itu nama kepala prajurit menggunakan nama

Carang, such as; Carangdiguna, Carangkartika, Carangwijaya and so forth), Gondorasan (it means to feel

apakah makanannya enak atau tidak). Ditempati oleh abdi dalem tukang masak harian kedhaton. Abdi dalem dari

perempuan yang melayani makan di istana yang dipimpin oleh Nyai Lurah Gandarasa dan Nyai Lurah Sekullanggi. Situs

terletak di sebelah timur dan terhubung dengan kedhaton), Lumbung (sebagai tempat menyimpan bahan makanan karaton, terdiri dari

dua kelompok yaitu; (1) Bumi Narawito; adalah produk bumi dari tanah khusus untuk kebutuhan raja yang berkuasa

[seperti ex officio]; (2) Bumi Pangrembe; merupakan hasil bumi yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan makan priyantun dalem

[nyonya]. Di sana tinggal abdi dalem Gedong yang bertugas mengurus rumah tangga kedhaton ), Wirengan

(kediaman abdi dalem prajurit Wira Tamtama karaton, bertugas sebagai pengawal pribadi raja, dan

keamanan karaton), Brajanalan (diduduki oleh juru kunci Brajanala), Hordenasan (diduduki oleh orang Jawa

tentara berpakaian seperti tentara Belanda berjumlah 33 orang. Perbedaan busana tentara ini adalah to

membedakan dengan tentara lain dalam hal tugas. Prajurit Hordenas bertugas menemani pegunungan di

program Sekaten. Mengiringi lambang pusaka pada saat malam kirab bulan pertama As Syura,

ada upacara khitanan, pernikahan putri dan putra raja. Tapi sebenarnya mereka adalah mata-mata Belanda

bertugas mengawasi kegiatan di dalam tembok dan melapor kepada Belanda), Gambuhan (kediaman abdi dalem

niyogo yang ahli dalam penyusunan gending).

2
Machine Translated by Google

Pada waktu itu Raja Paku Buwana VI memerintah adanya Perda untuk mengatur tipikal daerah

Kampung Karaton (Bangunan selain keraton dan Dalem Pangeran, adalah sebagai berikut):

1) Bangunan tidak boleh berdinding;

2) Bangunan berwarna putih;

3) Pagar rumah adalah tanaman herbal; Dan

4) Bangunan tidak bertingkat atau lebih tinggi dari Panggung Sanggabuwana (menara setinggi 34 meter yang terletak di

istana).

Di kampung karaton terdapat beberapa bangunan yang lokasinya tersebar, ditempati oleh para pangeran,

kerabat, abdi dalem dan sentana dalem, apalagi penduduk yang melakukan pekerjaan bebas, seperti berdagang. Itu

penduduk yang tinggal di kampung karaton dalam beberapa hal terikat dengan peraturan tertentu, seperti mereka

hubungan dengan masyarakat di luar tembok karaton, terbatas. Selain jaga jaga saat masuk ke kampung

karaton mereka harus mematuhi peraturan tertentu. Tidak semua tempat pemukiman di kampung karaton digunakan sebagai tempat tinggal

pribadi. Ada yang untuk kepentingan karaton, seperti di sebelah barat Kori Brajanala Lor (Utara) ada

rumah jaga gapura yang di juluki Dragorder, bagi masyarakat dikenal dengan nama Dragunder, Masjid Suranata dan

tempat Kereta Raja. Di sebelah timur Kori Brajanala Lor (Utara) terdapat Paseban Kadipaten, semacam penjaga

rumah prajurit, dan di sebelah timur ada Sekolah Ksatriyan (Sekolah Ksatria). Di depan sekolah ini

disitu terletak Gedung Sidikara (penjara). Di kanan dan kiri Kori Kamandungan terdapat tempat gerbong dan

halaman depan kori itu, disebut Balerata atau Maderata, sebagai tempat naik turunnya kuda

pengangkutan.

Secara umum rumah-rumah di Kampung Karaton dapat digolongkan menjadi tiga kelompok. Pertama, Dalem Pangeran; itu

building has type of Javanese house type complete with Joglo with pendapa, peringgitan, dalem ageng, added

dengan deretan rumah di kiri dan kanan, bahkan terkadang terletak di depan bangunan utama. Mereka tinggal di sekitarnya

dalem pangeran berstatus magersari (menduduki bangunan dengan tidak menyewa tetapi setia dan patuh kepada

pemilik, dalam status abdi). Tipe rumah ini pada umumnya didirikan di halaman yang luas, dikelilingi oleh sedikit tembok

tinggi dan diberi regol di tengah. Dalem Pangeran yang mengelilingi kedhaton berjumlah 18 buah/unit. Kedua

kelompok, ditempati oleh sentana dalem (kerabat karaton); hunian dengan type rumah jawa yaitu

berbentuk limasan/ segitiga. Kelompok ketiga , ditempati oleh abdi dalem; tempat tinggal yang berbentuk Kampung juga

bentuk lain yang lebih sederhana. Pada umumnya rumah di Kampung Karaton termasuk ke dalam tipe rumah sederhana.

desa
istana

Istana

Figure 1. Map of Complex of Kasunanan Surakarta


(Google Earth, 2009, modified, in Widayati 2015)
3
Machine Translated by Google

Figure 2. Map of Spreading-over of Dalem Pangeran Kasunanan Surakarta


(PEMDA Surakarta, RTBL Kampung Baluwerti Kota Surakarta Tahun 2010)

Gambar 3. Prototipe Dalem Pangeran (Dimodifikasi Penulis)


(PEMDA Surakarta, RTBL Kampung Baluwerti, Surakarta City of 2010)

Gambar 4. Prototipe Rumah Abdi Dalem dan Sentana


Dalem (Data Pribadi, 2014)

MASALAH YANG MUNCUL

Selain berfungsi sebagai pemukiman, Kampung Karaton telah dikembangkan sebagai kawasan wisata. Disebut sebagai turis

kawasan selanjutnya adalah beberapa bangunan di Karaton Kasunanan yang dibuka dan diakses oleh umum. Fungsi wisata adalah

ditujukan untuk masyarakat yang tinggal di daerah tersebut atau ditujukan untuk minat wisatawan domestik atau mancanegara dalam mengenal budaya dan

arsitektur bangunan Karaton.

Ruas pertunjukan di sebelah Alun-alun Utara pada zaman Karaton dulunya sebagai pusat pemerintahan

digunakan oleh raja untuk duduk di hadapan rakyatnya, saat ini terbuka untuk umum, dan sering digunakan untuk acara pameran. Dengan

4
Machine Translated by Google

kebakaran pasar klewer, pementasan tersebut untuk sesaat dijadikan sebagai pasar darurat pada saat terjadi kebakaran klewer

pasar dalam proses pembangunan. Hal ini menyebabkan nilai sakralitas pertunjukan menjadi hilang. Sebelah utara

Alun-alun sering digunakan untuk promosi, tempat penginapan para pedagang atau pedagang pada saat Sekaten

upacara. Permasalahan yang sering terjadi adalah setelah event selesai, tidak ada maintenance yang baik dan benar,

sehingga patung persegi sebagai gerbang utama kompleks karaton sebagai ruang terbuka tidak terlihat dalam kesakralan dan sifatnya

kecantikan.

Bagian yang dibuka untuk wisata adalah bangunan Karaton Kasunanan yang terletak di sisi barat. Pengunjung bisa masuk

lewat Supit urang, lewat Kori Brajanala Utara dan masuk Kamandungan. Di sini ada ruang terbuka

bernama Magangan yang dapat digunakan untuk memarkir kendaraan wisatawan di tempat parkir yang tepat. Kemudian turis bisa berjalan

di sebelah barat Karaton. Di sisi ini banyak dijumpai tempat parkir andong (kereta mesin) dan becak (becak).

untuk penumpang.

Saat itu Karaton sebagai pusat pemerintahan, akses jalan di sekitar karaton mengikuti

arah pradaksina (searah jarum jam). Jalan di sekitar karaton hanya boleh dilewati

pejalan kaki, pengendara sepeda, dan gerbong rumah. Saat ini situs kampung karaton yang strategis secara tidak langsung menjadikannya sebagai

kawasan penghubung antara utara dan selatan jalan Slamet Riyadi (sebagai pusat kota Surakarta). Apalagi dengan

berbagai fasilitas tersebar di sekitar kawasan ini, sehingga banyak kendaraan yang menggunakan kampung karaton as

hubungannya dengan lingkungan sekitar, karena itu pejalan kaki tidak nyaman dan terancam keselamatannya,

Lapisan jalanan langsung retak, suasana menjadi riuh. Selain itu, di jalur jalan ini tumbuh

acara komersial tidak diarahkan dengan baik dan berdampak pada wajah koridor karaton.

Gambar5. Prototipe jalanan di sekitar Karaton (Dimodifikasi oleh Penulis)


(PEMDA Surakarta, RTBL Kampung Baluwerti Kota Surakarta of 2010)

Padahal setiap pukul 22.00 membunyikan genta sebagai tanda empat pintu Brajanala (barat, timur, utara, dan

selatan) untuk menutup ternyata pintu kecil (butulan) tidak tertutup, sehingga dari sisi keamanan agak sulit

tanggung jawab.

5
Machine Translated by Google

Gambar 6. Prototipe Pintu Masuk Kompleks Karaton Kasunanan Surakarta


(Dimodifikasi Penulis)
(PEMDA Surakarta, RTBL Kampung Baluwerti Kota Surakarta of 2010)

KONSEP DESA WISATA

Dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Sekitar Kampung Baluwerti (2010); Secara teori,

Desa wisata dapat diartikan sebagai suatu kawasan atau desa yang memiliki potensi keunikan dan wisata khas

pesona, baik karakter fisik lingkungan alam maupun kehidupan sosial budaya masyarakat, dikelola dan dikemas

secara menarik dan alami dengan pengembangan sarana penunjang pariwisata, dalam tatanan lingkungan

serasi dan terkelola secara baik dan terencana sehingga siap menerima kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara.

Dari data analisis tahun 2009, disajikan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kampung Baluwerti

(2010), kriteria yang dimiliki desa wisata sebagai berikut;

1. Memiliki pesona

2. Memiliki sumber daya manusia

3. Memiliki motivasi masyarakat setempat

4. Memiliki dukungan sarana dan prasarana

5. Memiliki fasilitas pendukung pariwisata

6. Memiliki lembaga budaya dan seni

7. Ketersediaan di lapangan/wilayah pengembangan.

KEBERADAAN FAKTOR PENDUKUNG DI KAMPUNG KARATON ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

1. Di wilayah Kampung Baluwarti ditemukan; aset budaya fisik seperti kompleks Dalem dan

griya/bangunan antik, aset budaya non fisik; acara kesenian, acara pembuatan kerajinan tradisional;

tradisi memasak makanan khas, dan sebagainya,

2. Warga Kampung Karaton berpartisipasi aktif mendukung wisata budaya,

3. Warga Kampung Karaton memiliki motivasi untuk menjadikan kampungnya sebagai kampung wisata budaya,

4. Ruang gerak yang tersedia, namun perlu penataan ulang aktivitas dan pola ruang mikronya, ada

kereta kuda yang sudah menjadi moda transportasi khusus untuk pelayanan kegiatan pariwisata, sudah memadai

infrastruktur lingkungan relatif,

5. Sarana penunjang pariwisata yang dimiliki kurang memadai,


6
Machine Translated by Google

6. Memiliki kelembagaan di bidang seni dan budaya,

7. Bangunan tertentu seperti dalem pangeran, rumah sentana dan abdi dalem (yaitu bangunan konservasi)

dimanfaatkan untuk acara-acara kebudayaan,

8. Permukiman penduduk dapat dialihkan fungsinya sebagai sarana penunjang kegiatan pariwisata.

Dari hal tersebut di atas maka secara keseluruhan Kampung Karaton difungsikan atau potensial dikembangkan sebagai

Desa Wisata dengan pembenahan di beberapa titik.

LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DILAKUKAN

Mengacu pada data lapangan yang bersumber dari observasi, wawancara terhadap para pelaku yang mengalami perubahan dalam penelitian

baik perubahan fisik maupun non fisik. Wawancara dengan pemegang saham Spaciality Service yang mewakili

PEMDA Surakarta, serta para kerabat karaton yang berkompeten di bidang sejarah dan keruangan karenanya

diakhiri dengan Konsep Penataan Konsep Desa Wisata.

Penataan terbagi menjadi dua yaitu konsep nonfisik dan fisik. Demikian penjelasannya sebagai

berikut:

1. Konsep non fisik adalah Manajemen Inti (Kerjasama Karaton dan Pemerintah Kabupaten), to

membuat sistem manajemen yang baik, solid, dan jujur, dalam pengaturan:

A. Kamandungan di sebelah timur dijadikan sebagai pusat wisata,

B. Peletakan jalan pada dua dinding yang mengelilingi kedhaton dan karaton tidak digunakan untuk jalan umum,

C. Ruang terbuka di kiri dan kanan Pagelaran digunakan sebagai tempat parkir kendaraan (bus, kendaraan,

motor),

D. Pengunjung dari tempat parkir untuk masuk ke dalam kompleks karaton dapat dicapai dengan; jalan kaki, bersepeda

(sepeda ditampung di tempat parkir kendaraan dengan menyewa), atau sudah dengan becak atau becak

ditampung,

e. Pengendara becak atau becak yang melayani pengunjung dipersiapkan dalam hal mengenal sejarah Indonesia

bahasa dengan baik dan benar, bahasa inggris pada umumnya, pengetahuan tentang nama-nama tempat di daerah

dari karaton. Penunggang becak atau becak juga memakai busana daerah atau lokal (desain utama dari tipis

zat untuk menghilangkan gerah),

F. Pemandu wisata yang dibuat berkelompok harus menguasai minimal dua bahasa asing dari beberapa bahasa asing

bahasa seperti; Cina, Jepang, Inggris, Jerman, Korea. Selain itu, pemandu wisata harus menguasai

sejarah Kerajaan Mataram, nama dan arti situs dan artefak serta , oleh karena itu di

penjelasan kepada tamu tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh pemandu. Pemandu wisata harus menggunakan adat Jawa

mode,

G. Menentukan Dalem Pangeran yang bisa dibuka untuk pengunjung. Dalem yang bisa dikunjungi dilengkapi

dengan perabotan interior berdasarkan waktu dan masih digunakan sebagai tempat tinggal pangeran itu. Pekarangan rumah adalah

dikelola, tanaman tinggi yang sudah mati ditanam kembali sehingga suasana rindang dapat tercapai. Ada musik

barang gamelan (musik tradisional) yang biasa dimiliki oleh pangeran. Penjaga memakai seperti abdi dalem.

Pada saat-saat tertentu pengunjung dapat menikmati makan malam dengan tarian tradisional yang diiringi oleh pangeran dan

putri secara lengkap (dapat dilakukan oleh pangeran sejati atau dicirikan oleh orang lain). Ini

penting untuk ditanyakan kepada para tamu di masa lalu karena pada saat itu karaton sebagai pusat administrasi,

7
Machine Translated by Google

H. Membuka toko suvenir yang menjual berbagai produk tradisional sebagai suvenir. Juga menjual objek

duplikat pamer di museum dengan sertifikat tanda duplikat,

Saya. Setiap pemukiman yang diberi nama dengan toponim dibuka satu rumah sentana dalem dan satu rumah

abdi dalem diisi dengan furnitur yang sepadan dengan masa lalu dan mode penghuninya

tugas yang mereka lakukan,

J. Kampung Gondorasan berdasarkan toponim fungsinya sebagai dapur kedhaton dapat menampung

makanan kedhaton seperti sekullanggi (semacam rijtafel) yang bisa dijual ke pengunjung,

k. Memerlukan penataan ulang bagi penjaja makanan tradisional di sekitar Kamandungan

spasialitas, pelayanan, atau kebersihannya,

l. Kuliner Wisata malam hari dengan atraksi sepeda dan becak neon di alun-alun selatan

perlu penataan lalu lintas dan tempat parkir kendaraan, sehingga terhindar dari kemacetan lalu lintas. Makanan

kebersihan dan pelayanan pasti butuh pendamping,

M. Pemandu wisata di museum karaton harus ditingkatkan pengetahuannya tentang sejarah

Mataram, serta bahasa asingnya,

N. Pada pukul 22.00 sementara genta atau lonceng dibunyikan berarti harus menutup tidak hanya pintu Brajanala (Utara,

Selatan, Barat, dan Timur) but also other small doors (butulan).

2. Konsep Fisik dilakukan Pemkab dengan mengadakan konsultasi dengan pihak Karaton

A. Penggantian material jalan di sekitar karaton termasuk jalan pemukiman dari material

asphalt into conblok,

B. Mengembalikan konsep lama (era Paku Buwana VI) semua rumah abdi dalem dan sentana dalem

diberi pagar tanaman herba, tinggi 90 cm,

C. Semua pekarangan rumah yang berbatasan dengan jalan diberi tanaman keras dan tinggi sehingga jalan di dalam

depan menjadi rindang,

D. Rumah jaga dibuat (tanpa dinding) di setiap sudut jalan lingkungan yang fungsinya untuk a

tempat singgah/transit bagi pengunjung pejalan kaki,

e. Di setiap sudut jalan diberi papan nama sebagai penanda tempat dan penunjuk arah jalan. Di beberapa tempat

mereka diberi peta arah pariwisata.

Kesimpulan; dalam hal perbaikan dilakukan secara keseluruhan seperti pada penjelasan di atas dengan mendapatkan masyarakat

terlibat sebagai subjek dalam penyelesaian tersebut (partisipasi aktif di lapangan), dikelola dan dikemas secara menarik dan

Tentu saja dengan pengembangan fasilitas pendukung pariwisata, Kampung Karaton Kasunanan Surakarta siap

menerima kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara.

8
Machine Translated by Google

Gambar 7. Contoh Peta Penunjuk Arah Pengunjung


(Data Pribadi, 2015)

9
Machine Translated by Google

Referensi:

Creswell, John W. (1968). Inkuiri Kualitatif dan Rancangan Penelitian, Memilih Diantara Lima Tradisi.

(Sage Publication, California).

Garnham, Harry Launce. (1985). Mempertahankan Semangat Tempat. (Perusahaan Penerbit PDA,

Mesa).

Behrend, Timotius Earl. (1983). Kraton dan Kosmos di Jawa Tradisional. (Madison: tidak diterbitkan

Tesis master, University of Wisconsin).

Budihardjo, Eko dan Sidharta. (1989) Pelestarian Lingkungan dan Bangunan Bersejarah di

Surakarta. (Yogyakarta: Gadjah Mada Press).

“Perencanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kampung Baluwerti Kota Surakarta. 2010.

(Provinsi Yogyakarta)”

Guinness, Patrick. (1986) Harmoni dan Hirarki di Kampung Jawa. (Asosiasi Studi Asia

of Australia, Southeast Asia Publications Series No. 11. Singapore, Oxford, dan New York: Oxford University

Tekan).

Kerber, Jordan E. (Ed.) (l994). Manajemen Sumber Daya Budaya: Penelitian Arkeologi,

Perencanaan Pelestarian, dan Pendidikan Publik di Amerika Serikat Bagian Timur Laut. (Wesport, Connecticut,

London: Bergin & Garvey).

Widayati, Naniek. (2015). Baluwerti akan menjadi “Desa Mandiri”, Kajian Pemukiman

Abdi Dalem (Internal Servant) and Sentana Dalem at Kasunanan Surakarta. (Dissertation, unpublished.

Jakarta: University of Indonesia).

10

Anda mungkin juga menyukai