LATAR BELAKANG
Indonesia, 2015) dan telah dimodifikasi sebagai berikut; Kampung Karaton merupakan bagian dari karaton yang tidak dapat dipisahkan, seperti terlihat pada
Konsep Kosmologi Behrend (1962: 182) diterapkan untuk Keraton Kasunanan Surakarta. Kampung Karaton adalah
terlihat pada lingkaran ketiga, bagian wilayah Negara sebagai pusat karaton. Situsnya mengelilingi Kedhaton, masyarakat yang tinggal
apakah sentana dalem dan abdi dalem setia kepada raja, ada beberapa Dalem Pangeran yang bertelur di daerah itu
desa-istana.
Pada awalnya kampung karaton didirikan oleh Paku Buwana II. Sejak itu, konsepsinya
ruang pemukiman telah didasarkan pada budaya Jawa. Dengan penggunaan nama kampung berdasarkan toponimi
(nama kampung sepadan dengan pekerjaan penduduk kampung itu). Kampung Karaton adalah salah satunya
“kampung wisata budaya” di Surakarta yang merupakan bagian dari kawasan konservasi Karaton Kasunanan Surakarta, berdasarkan
Pada awal pembentukan karaton, yaitu era urban kerajaan Jawa yang memegang wilayah kekuasaan di
outside of urban fort (manca negara), kampung karaton can function as “ruang-antara” and “defense-space”,
selain itu merupakan salah satu komponen dari struktur pemerintahan dan kekuasaan karaton pada waktu itu (abdi dalem dan
sentana dalem). Setelah era Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 “Kingdom-Kota” mengubah politiknya
statusnya menjadi bagian dari kota demokrasi yang dikelola sesuai dengan ketentuan konstitusi berdasarkan UUD
klasifikasi.
Yang terakhir di atas mempengaruhi perubahan hirarki budaya lokal itu karena tingkat pembangunan fisik dan
kegiatan. Dinamika kegiatan sosial ekonomi di Kampung Karaton yang dikelilingi oleh bangunan Kompleks ini
Karaton Kasunanan merupakan sistem kota di kawasan tersebut. Citra budaya yang lepas
wilayah dengan kelemahan akses visual dari artefak budaya yang ada. Perkembangan itu kurang mendapat apresiasi
citra wilayah yang mapan memberikan identitas Karaton Kasunanan khususnya dan identitas Kota Surakarta di
umum.
Pendirian konsep kampung wisata sangat dibutuhkan mengingat di Karaton Kasunanan itu
Surakarta merupakan salah satu warisan budaya yang lestari dan layak dikunjungi oleh masyarakat di seluruh dunia
1
Machine Translated by Google
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah strategi grounded theory research (penelitian yang memberikan landasan teori yang kuat).
Penelitian difokuskan pada aktor-aktor yang relevan secara aktif dan pasif untuk terlibat dalam proses perubahan kampung
karaton. Data yang terakumulasi dengan "Fokus Investigasi" diarahkan pada aktor yang memengaruhi perubahan tersebut
internal atau eksternal. Hasil investigasi ditambah dengan data observasi lapangan, dokumentasi, literatur
Data yang dapat dianalisis. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan perlu sebagai berikut; perbaikan di
arah pembangunan sosial budaya, dan ekonomi, dengan cara; melakukan strategi pembangunan sosial
budaya, ekonomi, dan politik. Langkah yang harus dilakukan; adalah mengadakan sosialisasi program pembangunan kampung karaton:
“desa wisata”, pengembangan ekonomi masyarakat lokal, pola regenerasi, filterisasi dan selektivitas
pengembangan pariwisata, pengembangan sistem perencanaan terpadu, pengembangan dengan pendekatan persuasif,
regulasi, mekanisme pasar, pengembangan sektor kegiatan sosial budaya, pengembangan politik untuk daerah
bidang kegiatan.
Temuan; Kampung karaton memiliki potensi produk sebagai pesona, dukungan sumber daya manusia, tinggi
motivasi dari masyarakat yang masih tinggal di pemukiman, sarana dan prasarana pendukung, fasilitas yang mendukung
Di luar tembok Kedhaton , di dalam tembok yang mengelilingi Karaton Kasunanan, terdapat pemukiman
kampung karaton diberi nama per-kelompok perkampungan di toponimi (nama perkampungan tunduk pada
pekerjaan/kewajiban penghuni) atas perintah raja sebagai penguasa tunggal dengan menggunakan konsep Sabdo Pandito Ratu, atau
nama desa tersebut seperti; Tamtaman (kediaman prajurit Tamtama), Kampung Baluwerti (kediaman prajurit
abdi dalem yang bertugas di dalam keputren, kebanyakan abdi dalem adalah perempuan), Carangan (abdi dalem bertugas sebagai
prajurit untuk menjaga keamanan kedhaton dan sekitarnya. Oleh karena itu nama kepala prajurit menggunakan nama
Carang, such as; Carangdiguna, Carangkartika, Carangwijaya and so forth), Gondorasan (it means to feel
apakah makanannya enak atau tidak). Ditempati oleh abdi dalem tukang masak harian kedhaton. Abdi dalem dari
perempuan yang melayani makan di istana yang dipimpin oleh Nyai Lurah Gandarasa dan Nyai Lurah Sekullanggi. Situs
terletak di sebelah timur dan terhubung dengan kedhaton), Lumbung (sebagai tempat menyimpan bahan makanan karaton, terdiri dari
dua kelompok yaitu; (1) Bumi Narawito; adalah produk bumi dari tanah khusus untuk kebutuhan raja yang berkuasa
[seperti ex officio]; (2) Bumi Pangrembe; merupakan hasil bumi yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan makan priyantun dalem
[nyonya]. Di sana tinggal abdi dalem Gedong yang bertugas mengurus rumah tangga kedhaton ), Wirengan
(kediaman abdi dalem prajurit Wira Tamtama karaton, bertugas sebagai pengawal pribadi raja, dan
keamanan karaton), Brajanalan (diduduki oleh juru kunci Brajanala), Hordenasan (diduduki oleh orang Jawa
tentara berpakaian seperti tentara Belanda berjumlah 33 orang. Perbedaan busana tentara ini adalah to
membedakan dengan tentara lain dalam hal tugas. Prajurit Hordenas bertugas menemani pegunungan di
program Sekaten. Mengiringi lambang pusaka pada saat malam kirab bulan pertama As Syura,
ada upacara khitanan, pernikahan putri dan putra raja. Tapi sebenarnya mereka adalah mata-mata Belanda
bertugas mengawasi kegiatan di dalam tembok dan melapor kepada Belanda), Gambuhan (kediaman abdi dalem
2
Machine Translated by Google
Pada waktu itu Raja Paku Buwana VI memerintah adanya Perda untuk mengatur tipikal daerah
Kampung Karaton (Bangunan selain keraton dan Dalem Pangeran, adalah sebagai berikut):
4) Bangunan tidak bertingkat atau lebih tinggi dari Panggung Sanggabuwana (menara setinggi 34 meter yang terletak di
istana).
Di kampung karaton terdapat beberapa bangunan yang lokasinya tersebar, ditempati oleh para pangeran,
kerabat, abdi dalem dan sentana dalem, apalagi penduduk yang melakukan pekerjaan bebas, seperti berdagang. Itu
penduduk yang tinggal di kampung karaton dalam beberapa hal terikat dengan peraturan tertentu, seperti mereka
hubungan dengan masyarakat di luar tembok karaton, terbatas. Selain jaga jaga saat masuk ke kampung
karaton mereka harus mematuhi peraturan tertentu. Tidak semua tempat pemukiman di kampung karaton digunakan sebagai tempat tinggal
pribadi. Ada yang untuk kepentingan karaton, seperti di sebelah barat Kori Brajanala Lor (Utara) ada
rumah jaga gapura yang di juluki Dragorder, bagi masyarakat dikenal dengan nama Dragunder, Masjid Suranata dan
tempat Kereta Raja. Di sebelah timur Kori Brajanala Lor (Utara) terdapat Paseban Kadipaten, semacam penjaga
rumah prajurit, dan di sebelah timur ada Sekolah Ksatriyan (Sekolah Ksatria). Di depan sekolah ini
disitu terletak Gedung Sidikara (penjara). Di kanan dan kiri Kori Kamandungan terdapat tempat gerbong dan
halaman depan kori itu, disebut Balerata atau Maderata, sebagai tempat naik turunnya kuda
pengangkutan.
Secara umum rumah-rumah di Kampung Karaton dapat digolongkan menjadi tiga kelompok. Pertama, Dalem Pangeran; itu
building has type of Javanese house type complete with Joglo with pendapa, peringgitan, dalem ageng, added
dengan deretan rumah di kiri dan kanan, bahkan terkadang terletak di depan bangunan utama. Mereka tinggal di sekitarnya
dalem pangeran berstatus magersari (menduduki bangunan dengan tidak menyewa tetapi setia dan patuh kepada
pemilik, dalam status abdi). Tipe rumah ini pada umumnya didirikan di halaman yang luas, dikelilingi oleh sedikit tembok
tinggi dan diberi regol di tengah. Dalem Pangeran yang mengelilingi kedhaton berjumlah 18 buah/unit. Kedua
kelompok, ditempati oleh sentana dalem (kerabat karaton); hunian dengan type rumah jawa yaitu
berbentuk limasan/ segitiga. Kelompok ketiga , ditempati oleh abdi dalem; tempat tinggal yang berbentuk Kampung juga
bentuk lain yang lebih sederhana. Pada umumnya rumah di Kampung Karaton termasuk ke dalam tipe rumah sederhana.
desa
istana
Istana
Selain berfungsi sebagai pemukiman, Kampung Karaton telah dikembangkan sebagai kawasan wisata. Disebut sebagai turis
kawasan selanjutnya adalah beberapa bangunan di Karaton Kasunanan yang dibuka dan diakses oleh umum. Fungsi wisata adalah
ditujukan untuk masyarakat yang tinggal di daerah tersebut atau ditujukan untuk minat wisatawan domestik atau mancanegara dalam mengenal budaya dan
Ruas pertunjukan di sebelah Alun-alun Utara pada zaman Karaton dulunya sebagai pusat pemerintahan
digunakan oleh raja untuk duduk di hadapan rakyatnya, saat ini terbuka untuk umum, dan sering digunakan untuk acara pameran. Dengan
4
Machine Translated by Google
kebakaran pasar klewer, pementasan tersebut untuk sesaat dijadikan sebagai pasar darurat pada saat terjadi kebakaran klewer
pasar dalam proses pembangunan. Hal ini menyebabkan nilai sakralitas pertunjukan menjadi hilang. Sebelah utara
Alun-alun sering digunakan untuk promosi, tempat penginapan para pedagang atau pedagang pada saat Sekaten
upacara. Permasalahan yang sering terjadi adalah setelah event selesai, tidak ada maintenance yang baik dan benar,
sehingga patung persegi sebagai gerbang utama kompleks karaton sebagai ruang terbuka tidak terlihat dalam kesakralan dan sifatnya
kecantikan.
Bagian yang dibuka untuk wisata adalah bangunan Karaton Kasunanan yang terletak di sisi barat. Pengunjung bisa masuk
lewat Supit urang, lewat Kori Brajanala Utara dan masuk Kamandungan. Di sini ada ruang terbuka
bernama Magangan yang dapat digunakan untuk memarkir kendaraan wisatawan di tempat parkir yang tepat. Kemudian turis bisa berjalan
di sebelah barat Karaton. Di sisi ini banyak dijumpai tempat parkir andong (kereta mesin) dan becak (becak).
untuk penumpang.
Saat itu Karaton sebagai pusat pemerintahan, akses jalan di sekitar karaton mengikuti
arah pradaksina (searah jarum jam). Jalan di sekitar karaton hanya boleh dilewati
pejalan kaki, pengendara sepeda, dan gerbong rumah. Saat ini situs kampung karaton yang strategis secara tidak langsung menjadikannya sebagai
kawasan penghubung antara utara dan selatan jalan Slamet Riyadi (sebagai pusat kota Surakarta). Apalagi dengan
berbagai fasilitas tersebar di sekitar kawasan ini, sehingga banyak kendaraan yang menggunakan kampung karaton as
hubungannya dengan lingkungan sekitar, karena itu pejalan kaki tidak nyaman dan terancam keselamatannya,
Lapisan jalanan langsung retak, suasana menjadi riuh. Selain itu, di jalur jalan ini tumbuh
acara komersial tidak diarahkan dengan baik dan berdampak pada wajah koridor karaton.
Padahal setiap pukul 22.00 membunyikan genta sebagai tanda empat pintu Brajanala (barat, timur, utara, dan
selatan) untuk menutup ternyata pintu kecil (butulan) tidak tertutup, sehingga dari sisi keamanan agak sulit
tanggung jawab.
5
Machine Translated by Google
Dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Sekitar Kampung Baluwerti (2010); Secara teori,
Desa wisata dapat diartikan sebagai suatu kawasan atau desa yang memiliki potensi keunikan dan wisata khas
pesona, baik karakter fisik lingkungan alam maupun kehidupan sosial budaya masyarakat, dikelola dan dikemas
secara menarik dan alami dengan pengembangan sarana penunjang pariwisata, dalam tatanan lingkungan
serasi dan terkelola secara baik dan terencana sehingga siap menerima kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Dari data analisis tahun 2009, disajikan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kampung Baluwerti
1. Memiliki pesona
1. Di wilayah Kampung Baluwarti ditemukan; aset budaya fisik seperti kompleks Dalem dan
griya/bangunan antik, aset budaya non fisik; acara kesenian, acara pembuatan kerajinan tradisional;
3. Warga Kampung Karaton memiliki motivasi untuk menjadikan kampungnya sebagai kampung wisata budaya,
4. Ruang gerak yang tersedia, namun perlu penataan ulang aktivitas dan pola ruang mikronya, ada
kereta kuda yang sudah menjadi moda transportasi khusus untuk pelayanan kegiatan pariwisata, sudah memadai
7. Bangunan tertentu seperti dalem pangeran, rumah sentana dan abdi dalem (yaitu bangunan konservasi)
8. Permukiman penduduk dapat dialihkan fungsinya sebagai sarana penunjang kegiatan pariwisata.
Dari hal tersebut di atas maka secara keseluruhan Kampung Karaton difungsikan atau potensial dikembangkan sebagai
Mengacu pada data lapangan yang bersumber dari observasi, wawancara terhadap para pelaku yang mengalami perubahan dalam penelitian
baik perubahan fisik maupun non fisik. Wawancara dengan pemegang saham Spaciality Service yang mewakili
PEMDA Surakarta, serta para kerabat karaton yang berkompeten di bidang sejarah dan keruangan karenanya
Penataan terbagi menjadi dua yaitu konsep nonfisik dan fisik. Demikian penjelasannya sebagai
berikut:
1. Konsep non fisik adalah Manajemen Inti (Kerjasama Karaton dan Pemerintah Kabupaten), to
membuat sistem manajemen yang baik, solid, dan jujur, dalam pengaturan:
B. Peletakan jalan pada dua dinding yang mengelilingi kedhaton dan karaton tidak digunakan untuk jalan umum,
C. Ruang terbuka di kiri dan kanan Pagelaran digunakan sebagai tempat parkir kendaraan (bus, kendaraan,
motor),
D. Pengunjung dari tempat parkir untuk masuk ke dalam kompleks karaton dapat dicapai dengan; jalan kaki, bersepeda
(sepeda ditampung di tempat parkir kendaraan dengan menyewa), atau sudah dengan becak atau becak
ditampung,
e. Pengendara becak atau becak yang melayani pengunjung dipersiapkan dalam hal mengenal sejarah Indonesia
bahasa dengan baik dan benar, bahasa inggris pada umumnya, pengetahuan tentang nama-nama tempat di daerah
dari karaton. Penunggang becak atau becak juga memakai busana daerah atau lokal (desain utama dari tipis
F. Pemandu wisata yang dibuat berkelompok harus menguasai minimal dua bahasa asing dari beberapa bahasa asing
bahasa seperti; Cina, Jepang, Inggris, Jerman, Korea. Selain itu, pemandu wisata harus menguasai
sejarah Kerajaan Mataram, nama dan arti situs dan artefak serta , oleh karena itu di
penjelasan kepada tamu tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh pemandu. Pemandu wisata harus menggunakan adat Jawa
mode,
G. Menentukan Dalem Pangeran yang bisa dibuka untuk pengunjung. Dalem yang bisa dikunjungi dilengkapi
dengan perabotan interior berdasarkan waktu dan masih digunakan sebagai tempat tinggal pangeran itu. Pekarangan rumah adalah
dikelola, tanaman tinggi yang sudah mati ditanam kembali sehingga suasana rindang dapat tercapai. Ada musik
barang gamelan (musik tradisional) yang biasa dimiliki oleh pangeran. Penjaga memakai seperti abdi dalem.
Pada saat-saat tertentu pengunjung dapat menikmati makan malam dengan tarian tradisional yang diiringi oleh pangeran dan
putri secara lengkap (dapat dilakukan oleh pangeran sejati atau dicirikan oleh orang lain). Ini
penting untuk ditanyakan kepada para tamu di masa lalu karena pada saat itu karaton sebagai pusat administrasi,
7
Machine Translated by Google
H. Membuka toko suvenir yang menjual berbagai produk tradisional sebagai suvenir. Juga menjual objek
Saya. Setiap pemukiman yang diberi nama dengan toponim dibuka satu rumah sentana dalem dan satu rumah
abdi dalem diisi dengan furnitur yang sepadan dengan masa lalu dan mode penghuninya
J. Kampung Gondorasan berdasarkan toponim fungsinya sebagai dapur kedhaton dapat menampung
makanan kedhaton seperti sekullanggi (semacam rijtafel) yang bisa dijual ke pengunjung,
l. Kuliner Wisata malam hari dengan atraksi sepeda dan becak neon di alun-alun selatan
perlu penataan lalu lintas dan tempat parkir kendaraan, sehingga terhindar dari kemacetan lalu lintas. Makanan
N. Pada pukul 22.00 sementara genta atau lonceng dibunyikan berarti harus menutup tidak hanya pintu Brajanala (Utara,
Selatan, Barat, dan Timur) but also other small doors (butulan).
2. Konsep Fisik dilakukan Pemkab dengan mengadakan konsultasi dengan pihak Karaton
A. Penggantian material jalan di sekitar karaton termasuk jalan pemukiman dari material
B. Mengembalikan konsep lama (era Paku Buwana VI) semua rumah abdi dalem dan sentana dalem
C. Semua pekarangan rumah yang berbatasan dengan jalan diberi tanaman keras dan tinggi sehingga jalan di dalam
D. Rumah jaga dibuat (tanpa dinding) di setiap sudut jalan lingkungan yang fungsinya untuk a
e. Di setiap sudut jalan diberi papan nama sebagai penanda tempat dan penunjuk arah jalan. Di beberapa tempat
Kesimpulan; dalam hal perbaikan dilakukan secara keseluruhan seperti pada penjelasan di atas dengan mendapatkan masyarakat
terlibat sebagai subjek dalam penyelesaian tersebut (partisipasi aktif di lapangan), dikelola dan dikemas secara menarik dan
Tentu saja dengan pengembangan fasilitas pendukung pariwisata, Kampung Karaton Kasunanan Surakarta siap
8
Machine Translated by Google
9
Machine Translated by Google
Referensi:
Creswell, John W. (1968). Inkuiri Kualitatif dan Rancangan Penelitian, Memilih Diantara Lima Tradisi.
Garnham, Harry Launce. (1985). Mempertahankan Semangat Tempat. (Perusahaan Penerbit PDA,
Mesa).
Behrend, Timotius Earl. (1983). Kraton dan Kosmos di Jawa Tradisional. (Madison: tidak diterbitkan
Budihardjo, Eko dan Sidharta. (1989) Pelestarian Lingkungan dan Bangunan Bersejarah di
“Perencanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kampung Baluwerti Kota Surakarta. 2010.
(Provinsi Yogyakarta)”
Guinness, Patrick. (1986) Harmoni dan Hirarki di Kampung Jawa. (Asosiasi Studi Asia
of Australia, Southeast Asia Publications Series No. 11. Singapore, Oxford, dan New York: Oxford University
Tekan).
Kerber, Jordan E. (Ed.) (l994). Manajemen Sumber Daya Budaya: Penelitian Arkeologi,
Perencanaan Pelestarian, dan Pendidikan Publik di Amerika Serikat Bagian Timur Laut. (Wesport, Connecticut,
Widayati, Naniek. (2015). Baluwerti akan menjadi “Desa Mandiri”, Kajian Pemukiman
Abdi Dalem (Internal Servant) and Sentana Dalem at Kasunanan Surakarta. (Dissertation, unpublished.
10