Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI SIGNIFIKANSI

BANGUNAN/KAWASAN
WARISAN BUDAYA
OLEH :

MUSYAWAROH
PRODI MAGISTER ARSITEKTUR FT UNS
DEFINISI CAGAR BUDAYA
Menurut UU No. 11 tahun 2010
• Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan
Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena
memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau
kebudayaan melalui proses penetapan
• Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar
Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang
yang khas.
• Bangunan CB adalah susunan binaan yg terbuat dari benda alam atau benda buatan
manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding dan
beratap
Apa pentingnya identifikasi signifikansi budaya?
1. Menurut Doby (1978) bangunan yang akan dilestarikan pertama kali harus di seleksi dan
diidentifikasi yang dinamakan "pendaftaran".
2. Menurut Planning Act 1947-1971 pendaftaran dilakukan berdasarkan arsitektural yang
spesial dan kesejarahan. Kriteria pendaftaran meliputi :
1. Hasil karya seni yang indah dan kreatif.
2. Arsitektur yang aneh/ganjil.
3. Bangunan merupakan bagian dari perkembangan arsitektur, yang akan kacau bila dihancurkan.
4. Kesatuan komposisi yang indah dan lengkap dalam satu lingkungan.
5. Contoh dari perkembangan teknologi.
6. Contoh dari aspek sosiologis pandangan hidup yang hampir hilang.
7. Bangunan merupakan bagian dari masyarakat/peristiwa tertentu.
SIGNIFIKANSI WARISAN BUDAYA
Menurut The Burra Charter 2013
• Cultural significance means aesthetic, historic, scientific, social or spiritual
value for past, present or future generations.
• Cultural significance is embodied in the place itself, its fabric, setting, use,
associations, meanings, records, related places and
related objects
• Places may have a range of values for different individuals or groups.
• Fabric means all the physical material of the place including elements,
fixtures, contents and objects
KRITERIA CAGAR BUDAYA
Menurut UU No. 11 tahun 2010
IDENTIFIKASI WARISAN BUDAYA
Potensi warisan budaya dapat diidentifikasi melalui (Musyawaroh, 2019) :
1) komponen fisik meliputi : inti sejarah, identitas ruang, bangunan tradisional
dan sekitarnya;
2) komponen non-fisik meliputi : peningkatan sosial-budaya, ekonomi, praktik
budaya masa lalu dan berkelanjutan, pengetahuan dan pengalaman hidup,
sistem keluarga besar dan pernikahan dan keyakinan agama.
Teori ini dikembangkan dari Funo, Ferianto & Yamada, 2005; Ismail, 2006;
Gunlu 2008; Chun & Bin, 2008; Bakri, 2015; Azmi, 2016; Firmansyah, 2016;
Ajayi, 2017), serta UURI No. 11 tahun 2010; United Cities and Local Governments,
2015; PerMenPU No.18/PRT/M/2010 pasal 1.
Kampung Luar Funo,
Batang
Funo et.al Ferianto &
(2005) :
• Kampung
Yamada,
kuno 2005.
• Permukiman
pertama di
Jakarta
• Mempunyai
masalah
pembangunan
hingga saat
ini
Warisan
Budaya Fisik Kauman Ska
Musyawaroh, 2019.

Keterkaitan rumah abdi


dalem ulama, Langgar &
Masjid Agung

Warisan Tipologi tata ruang


Budaya Santri Rumah abdi dalem ulama

Tipologi bentuk
Rumah abdi dalem ulama
Kampung kuno
Kauman
Tata guna lahan di sekitar
Kauman Warisan Tipologi tata ruang
Rumah pengusaha batik
Budaya Batik

Tipologi bentuk rumah pengusaha batik

Lokasi rumah pengusaha batik di


Gambar.
Sistem spasial
Keraton Surakarta
Sumber : Dikembangkan
dari Selo Soemardjan,
1962 : 23

Gambar.
Tipologi posisi langgar dan rumah abdi dalem ulama

Warisan Budaya Sistem Spasial


Kampung Kuno.

Gambar.
Sistem spasial kampong
kuno Kauman Surakarta
Warisan budaya non-fisik :
1. Warisan budaya santri  abdi dalem ulama keraton,
masyarakat Jawa, pemeluk agama Islam Puritan (social-
budaya-religius).
Profesi ganda, abdi dalem ulama – pengusaha batik  dikembangkan
oleh istri abdi dalem ulama, akherat kecandak donyane katut  berhasil
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Warisan budaya batik  pengusaha batik turun temurun,
masyarakat Jawa, keturunan/kerabat abdi dalem ulama,
pemeluk agama Islam Puritan, (social-budaya-ekonomi-
religius).
Usaha batik menjadi penopang kegiatan perekonomian di Kauman
hingga saat ini.
3. Warisan budaya system spasial kampung kuno  masyarakat
santri abdi (berawal dari abdi dalem ulama keratin), pemeluk
agama Islam Puritan, bagian dari system spasial Kerajaan
Mataram Islam (budaya-kosmologi-religius).
Terdapat hubungan kekerabatan antar abdi dalem ulama Kauman, riwayat kekerabatan pada Pengulu Masjid
Agung adalah sebagai berikut (Pusponegoro, 2007 : 42-45).
a) Pengulu Masjid Agung yang ke 2 (KKP Mohammad Thohar) adalah menantu dari KKP Jalalen (Pengulu Masjid
Agung ke 1).
b) KKP Tapsir Anom Hadiningrat (Pengulu Masjid Agung ke 3) adalah putra dari Pengulu Masjid Agung yang ke 2.
c) KKP Sumemi Tengah (Pengulu Masjid Agung ke 5) adalah adik dari KKP Mertoloyo (Pengulu Masjid Agung 4).
d) KKP Tapsir Anom II adalah putra dari Pengulu Masjid Agung ke 5.
e) Kanjeng Raden Pengulu (KRP) Tapsir Anom V (memegang jabatan 1885-1933) adalah putra dari KKP Tapsir Anom
IV (memegang jabatan 1813-1885). Beliau adalah ulama kepercayaan dari PB X, dan salah satu pemrakarsa
berdirinya Mamba’ul Ulum.
f) KRP Tapsir Anom VI (memegang jabatan 1934-1956) adalah putra dari KKP Tapsir Anom V.
Riwayat kekerabatan pada Ketib dan abdi dalem ulama lainnya di Kauman adalah sebagai berikut (Pusponegoro,
2007 : 53).
a) Ketib Trayem IV adalah putra dari Ketib Trayem III.
b) Ketib Trayem V adalah putra dari Ketib Trayem IV.
c) Ketib Winong (R. Shauman) adalah putra KRP Tapsir Anom V (R. Pringgokusumo).
d) Ketib Anom II adalah putra dari Ketib Anom I.
e) Ketib Arum (Pringgokusumo) menikah dengan cucu Tapsir Anom IV.
f) Putra dari R. Ng. Tjondrowijoto menikah dengan cucu Ketib Arum.
KERABAT PENGUSAHA BATIK
Sumber : Musyawaroh, 2019

Diagram pohon keturunan


RH. Ngabdoelkamid

Diagram pohon keturunan Abu Ngamar


Sumber : Hasil wawancara Musyawaroh, 1998
Referensi
• Australia ICOMOS, 2013. The Burra Charter, The Australia ICOMOS Charter for
Places of Cultural Significance.
• Doby, A, 1978, Conservation and Planning, Hutchinson, London
• Funo, S., Ferianto, B.S., Yamada, K., 2005. considerations on Typology of Kampong
House and Betawi Haouse on Kampung Luar Batang (Jakarta), Journal of Asian
Architecture and Building Engineering, Vol. 4 No. 1 May, pp. 129-136.
Musyawaroh, 2019. Konsevasi Berkelanjutan KCB Kauman Surakarta, Disertasi, Prodi
Ilmu Lingkungan, PPs UNS.
• Pusponegoro, M., Soim, M., Muttaqin, H., 2007. Kauman Religi, Tradisi & Seni,
Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman, Surakarta.
• UU No.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Anda mungkin juga menyukai