Anda di halaman 1dari 18

KELOMPOK 6

Hasil Kebudayaan pada Masyarakat Tingkat Lanjut


Anggota Kelompok :
Aurellia Salsabilla (05)
Bhirta Maulidiya Salsabila (07)
Bilal Nabil Amin Prakoso (08)
Christian Murti Syaputra (09)
Fajar Rafly Mandala Abadi (10)
Naufal Savero Ardha Putra (23)
Materi
Hasil Kebudayaan Pada Masa Pra Aksara Tingkat Lanjut
Jenis Jenis Folklore
Pengertian Folklore
Tradisi Lisan
Upaya Melestarikan Tradisi Lisan
Pentingnya Memelihara Tradisi Lisan
Hasil Kebudayaan Pada Masa Pra Aksara Tingkat Lanjut
1. Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Hasil kebudayaan tertua di Indonesia (Paleolitikum) dibagi menjadi dua, yaitu
Kebudayaan pacitan dan kebudayaan Ngandong.

a.) Di daerah Pacitan sejumlah alat-alat batu berupa kapak genggam,chopper,alat penepak/kapak
berimbas (berupa kapak tetapi tidak bertangkai digunakan dengan digenggam di tangan).

b.) Di daerah Ngandong ditemukan alat-alat dari tulang yang berfungsi sebagai penusuk/belati.
2. Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Neolitikum di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu kebudayaan kapak lonjong dan
kebudayaan kapak persegi.

a.) Kapak Persegi


Dinamakan kapak persegi berdasarkan penampangnya berupa persegi panjang atau
trapezium. Pengertian kapak persegi bukan hanya kapak saja, tetapi banyak alat lain
dalam berbagai ukuran dan keperluan seperti beliung/pacul alat yang besar, dan yang
kecil yaitu tarah digunakan untuk mengerjakan kayu.
b.) Kapak Lonjong
 Kapak Lonjong berdasarkan atas penampang yang berbentuk lonjong. Bentuk kapaknya
sendiri bulat telur, ujungnya agak lancip ditempatkan di tangkai dan ujung lain yang bulat
diasah tajam.
 Alat-alat yang digunakan sudah sangat halus pembuatannya karena mereka sudah
mengenal teknik mengasah dan mengupam.
 Melihat benda benda yang ditemukan diperkirakan masa ini sudah mengenal berbagai
perhiasan berupa gelang dari batu batu yang indah.
 Hasil hasil kebudayaan zaman ini :
Kapak Persegi, Kapak Lonjong, Kapak Bahu, Gerabah, Perhiasan, Alat pemukul kayu, hidup
menetap, membentuk perkampungan, bercocok tanam.
3. Zaman Batu Madya (Mesolithikum)
Kebudayaan Mesolhitikum di Indonesia ditemukan di daerah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
serta Flores. Peninggalannya Antara lain :
a) Kjokkenmoddinger (kjokken=dapur, modding=sampah) yang berarti dapur sampah adalah berupa
gundukan cangkang (kulit kerang) menyerupai bukit kecil, terbentuk karena manusia purba saat
makan kerang membuang kulitnya sedemikian rupa sehingga menumpuk menjadi bukit.
b) Pebble (kapak Sumatra), yang terbuat dari batu kali yang dipecah atau dibelah dengan sisi luar
yang sudah halus tidak diapa apakan, sedangkan sisi dalamnya sudah dibentuk sesuai keperluan,
ditemukan di dalam kjokkenmoddinger.
c) Hache courte (kapak pendek) Kapak ini cara penggunaannya dengan cara menggenggam.
d) Abris sous roche (gua untuk tempat tinggal), Alat yang ditemukan Antara lain adalah ujung panah.
e) Flakes (Alat Serpih) berupa alat alat dar tulang dan tanduk rusa. Diperkirakan kebudayaan
Mesolhitikus di Indonesia ada kaitannya dengan kebudayaan mesolhitikum di Asia Tenggara.
Mereka juga sudah mengenal bentuk kesenian, terbukti pada tahun 1950 ditemukan gambar-
gambar yang berwarna merah di Gua Leang Leang Sulsel.
4. Zaman Batu Besar (Megalhitikum)
Pada masa ini Manusia Pra aksara sudah dapat membangun bangunan yang terbuat dari batu-batu besar.
Mega berate besar, lith berasal dari kata lithol artinya batu.
Pembuatan barang dan bangunan itu erat sekali kaitannya dengan kepercayaan tradisional seperti animisme
dan dinamisme.
Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu :

1. Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung
Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak
undak, Arca-arca Statis.

2. Megalith Muda menyebar ke Indonseia pada zaman penunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan
Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan Megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga Sarkofagus dan
arca-arca dinamis.
Pengertian Folklore
 Folklore dalam bahasa inggris terdiri atas dua kata, folk dan lore. Folk = kolektif = diartikan
sebagai sekelompok orang yang memiliki ciri ciri pengenalan fisik , social dan budaya yang
sama sehingga dapat dibedakan dari kelompok yang lain (Alan Dundes). Ciri itu meliputi
warna kulit, bentu rambut, mata pencaharian, bahasa, agama yang sama. Mereka memiliki
tradisi yang diwariskan secara turun temurun, mereka sadar akan identitas kelompok
mereka. Lore = tradisi folk, yani sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau
melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat
(mnemonic device)

 Pengertian folklore adalah,sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan
secara turun temurun,secara tradisional dalam versi yang berbeda baik dalam bentuk lisan
maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat bantu.
Jenis-Jenis Folklore
1. Folklor Lisan merupakan factor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan
diwariskan secara lisan. Jenis tradisi lisan yang termasuk dalam jenis ini adalah Bahasa rakyat,
ungkapan tradisional (teka-teki), puisi rakyat, cerita prosa rakyat dan nyanyian rakyat.

2. Folklor Sebagian Lisan merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan
bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Tradisi lisan yang termasuk dalam jenis ini
adalah kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, pesta rakyat dan upacara
adat.

3. Folklor Bukan Lisan merupakan folklore yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatan nya
diajarkan secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materi (Artefak). Tradisi lisan yang termasuk
dalam jenis ini adalah arsitektur rakyat, kerajinan tangan rakyat, pakaian atau perhiasan tradisional,
obat-obatan tradisional dan makanan atau minuman tradisional.
Tradisi Lisan
Tradisi lisan adalah pesan atau kesaksian yang disampaikan secara
turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pesan
atau kesaksian itu disampaikan melalui ucapan, pidato, nyanyian,
dan dapat berbentuk pantun, cerita rakyat, nasihat, atau lagu.
Upaya Melestarikan Tradisi Lisan
 Dalam Ilmu kebudayaan bangsa bangsa dan etnis-etnis, selain tradisi tertulis, tradisi lisan juga menjadi salah satu
cara memiliki, menerima atau mewariskan kebudayaan. Tradisi lisan pada umumnya masih dimiliki dan dipelihara
oleh kelompok masyarakat yang masih kuat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma norma hidup tradisional.

 Banyak tradisi terancam hancur dan musnah justru oleh ketidakpedulian para pemiliknya. Kita harus menyatakan
sikap kepedulian kita secara konkret. Sebagai pemilik dan pencinta kebudayaan, kita mesti bertanya, bagaimana cara
pengungkapan keprihatian dan sikap kepedulian kita terhadap nilai-nilai tradisi terancam musnah itu?

 Adapun motif dari kelompok orang tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada orang yang peduli
terhadap nilai budaya karena minat dan perhatian. Ada yang didorong juga oleh alasan tugasnya. Juga tidak sedikit
kaum akademisi yang akhirnya peduli terhadap budaya karena tuntutan akademis. Dan terakhir kalangan peneliti
yang berminat untuk mengumpulkan data-data mengenai budaya untuk kemudian didokumentasikan dan
dipublikasikan.
Upaya Melestarikan Tradisi Lisan
 Masih ada kemungkinan lainnya untuk turut memacu usaha pelestarian kebudayaan daerah, yang rata-
rata masih tersimpan secara lisan dalam diri Para Pemiliknya stay pemangku adatnya. Yang paling
utama bukanlah tersedia atau tidaknya kemungkinan untuk melaksanakan kegiatan pelestarian,
melainkan usaha untuk memacu minat pars pemilik budaya agar memperhatikan muatan lokal yang
masih dipersoalkan atau paling kurang didiskusikan saat ini. Untuk itu dibutuhkan kerjasama antara
pihak pihak terkait yang bertugas menyeleksi bahan-bahan tersebut.

 Cara lain yang harus diusahakan adalah pemberian nama pada jalanan, bangunan, aula-aula, gedung,
yang diambil dari tradisi-tradisi lisan setempat. Di samping itu usaha pribadi orang-orang yang
berminat dengan dukungan moril dan dana insentif dari pemerintah kabupaten.
Pentingnya Memelihara Tradisi Lisan
 Posisi tradisi lisan masih terpinggirkan,potensinya masih terabaikan, dan masih banyak
yang menganggap bahwa tradisi lisan hanyalah peninggalan masa lalu yang hanya cukup
menjadi kenangan manis belaka.

 Tradisi lisan seolah-olah tidak relevan lagi dengan kehidupan modern yang semakin melaju
sangat cepat selama ini. Kemajuan teknologi ternyata tidak disikapi secara arif sehingga
semakin meminggirkan posisi tradisi lisan.

 Dalam dunia modern banyak anak-anak yg tidak mengenal dongeng-dongeng yang biasa
kita dengarkan sesaat sebelum tidur oleh orang tua kita.
Pentingnya Memelihara Tradisi Lisan
 Demikian pula cerita rakyat yang berkembang di masyarakat, sesungguhnya cerita rakyat
yang beragam dapat menjadi kekayaan budaya di negeri ini Certa rakyat seharusnya bisa
dimanfaatkan pada masa kini untuk menggugah kembali nilai-nilai baik yang dibutuhkan
dalam kehidupan

 Cerita rakyat sebagai sumber global di tengah pluralisme budaya terletak pada
kemampuannya mengkomunikasikan tradisi, pengetahuan, dan adat istiadat tertentu atau
menguraikan pandangan-pandangan manusia dalam dimensi perseorangan ataupun
dimensi sosial kepada budaya lain.

 Centa rakyat memang banyak mengandung khayalan. Sebagai contoh: cerita tentangbidadari
turun dari langit yang selendangnya dicuri oleh seorang perjaka: seekor kandil yang mampu
menipu harimau; seorang anak durhaka kepada bunya yang dikutuk menjadi batu; dan lain
sebagainya.
SELESAI…..
“Selesai Sudah Presentasi Kami Seperti
Kamu Dan Dia Yang Selesai Tanpa
Dimulai”
Sebelum Ditutup, Adakah Yang Ingin Bertanya?
Sekian Dari Kelompok Kami

Anda mungkin juga menyukai