Anda di halaman 1dari 4

SUMBANGAN PERADABAN

NUSANTARA TERHADAP
PERADABAN DUNIA
MASA DEPAN

Makalah diajukan pada acara Seminar


dengan tema “Sumbangan Peradaban Nusantara
terhadap Peradaban Dunia Masa Depan”
Diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi DKI berkerjasama
dengan Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN)
Jakarta, 5 Desember 2013

Oleh:
Meutia Hatta Swasono
(Guru Besar Antropologi FISIP-UI)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS INDONESIA
2013
SUMBANGAN PERADABAN NUSANTARA TERHADAP PERADABAN DUNIA
MASA DEPAN*
Oleh:
Meutia Hatta Swasono

I. PENDAHULUAN
1. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang nenek-moyangnya merupakan penduduk
Kepulauan Nusantara yang memiliki peradaban sejak masa prehistori. Penduduk Kepulauan
Nusantara sendiri berasal dari berbagai gelombang migrasi yang masuk ke Indonesia dari
daratan Asia Tenggara. Selain itu sebagian penduduk ini telah memainkan peranan penting
dalam kawasan Asia Tenggara.
2. Kepulauan Nusantara yang sebagiannya kini menjadi wilayah NKRI, merupakan suatu wilayah
besar dengan sejarah peradaban yang panjang. Wilayah ini bukan saja menerima gelombang
migrasi selama berabad-abad di era prehistori namun juga periode prehistori. Daerah Sangiran
yang kini termasuk Provinsi Jawa Timur, misalnya, telah menyumbangkan temuan yang sangat
berharga bagi kajian tentang evolusi biologi dan evolusi budaya, antara lain dengan
ditemukannya fosil Pithecanthropus Erectus. Di Sangiran juga sangat banyak terdapat fosil-fosil
berharga dari berbagai situs purbakala. Ini belum termasuk yang tersebar di seluruh Kepulauan
Nusantara.
3. Kita juga patut bangga karena gelombang peradaban di era prehistori juga masih berlanjut di
awal-awal abad histori, dengan diketemukannya peninggalan berupa bekas-bekas kerajaan yang
mewakili peradaban masa lalu dan dapat dibanggakan, bukan saja dari bentuknya tetapi juga
dari aspek takbendanya (intangible culture) yang terkait dengannya, misalnya konsep tentang
raja sebagai titisan dewa, negara, pemerintahan, struktur sosial dalam pemerintahan kerajaan,
obyek-obyek pemujaan dan cara-cara beribadah, serta berbagai kearifan lokal lainnya yang
terkait lingkungan hidup dan cara hidup manusia di lingkungan alamnya, di tengah lingkungan
sosialnya.
4. Pembahasan di sini hanya dibatasi pada era tumbuhnya kerajaan-kerajaan dan peradabannya,
serta sumbangannya bagi kehidupan bangsa Indonesia masa kini. Era yang panjang di awal
abad histori ditandai dengan munculnya berbagai kerajaan, antara lain kerajaan Singosari dan
Majapahit di Jawa Timur. Kita juga memiliki berbagai kerajaan di Jawa Tengah (di antaranya
kerajaan Mataram), dengan segala aset sosial-budayanya, yang kasat mata maupun yang tak
kasat mata, dan sarat dengan berbagai simbol dan makna serta pesan-pesan yang terkait
dengannya.
5. Berbagai kerajaan tetap hidup hingga sekarang, dan sebagiannya melampaui waktu hingga
ratusan tahun. Perkawinan juga terjadi antar kerajaan, untuk memperkuat hubungan
antarnegara.

II. PERADABAN DARI KERATON DI NUSANTARA


1. Kebudayaan keraton pada dasarnya mempunyai ciri khas sebagai panutan bagi rakyat,
walaupun tidak semua cara hidup keraton boleh ditiru. Ada kepercayaan bahwa nama-nama,
benda-benda pusaka dan motif-motif kain tradisional tertentu (batik, kain tenun) hanya boleh
dimiliki dan digunakan oleh keluarga kerajaan. Jika digunakan oleh orang-orang bukan ningrat,
mereka akan menderita celaka karena nama atau benda-benda pusaka tertentu itu terlalu
“berat” bagi mereka.
2. Keraton menjadi tempat berkumpulnya segala keahlian di bidang falsafah, pandangan hidup,
karya seni-budaya (tari-tarian, puisi, tembang, musik dan lagu tradisional, peralatan/teknologi
tradisional, dan jamu-jamuan). Pujangga-pujangga keraton merupakan aset bagi keraton atau
raja, dan menghasilkan ide-ide dan karya seni yang cemerlang, yang menunjukkan keunggulan
keraton. Raja-raja sendiri pun tidak jarang menghasilkan karya budaya tertentu yang menjadi
tradisi dan sangat dihargai (misalnya Sultan Hamengku Buwono IX pernah menghasilkan karya
seni tari tertentu, demikian pula Raja Gianyar pada awal abad ke-20). Pandai emas dan logam

* Makalah diajukan pada acara Seminar dengan tema “Sumbangan Peradaban Nusantara terhadap Peradaban Dunia Masa

Depan”, di Jakarta, 5 Desember 2013, diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi DKI bekerjasama dengan Forum Silaturahmi
Keraton Nusantara (FSKN). Penulis adalah Gurubesar Antropologi di FISIP-UI dan saat ini menjabat sebagai Anggota Dewan
Pertimbangan Presiden di bidang Pendidikan dan Kebudayaan.
2
mulia lainnya serta pandai besi menghasilkan karya seni yang istimewa, bukan hanya dalam
bentuknya namun juga dalam kekayaan simbol dan maknanya.
3. Keraton merupakan pula tempat menyimpan khasanah tentang kearifan budaya dan pandangan
budaya tentang cara melihat dunia (world view). Banyak di antaranya ditemukan dalam
naskah-naskah kuno yang dihasilkan oleh para pujangga dan ahli-ahli filsafat keraton.
4. Pada saat ini, sebagian dari kekayaan sosial-budaya dan seni rupa keraton telah dipopulerkan
ke masyarakat luas di balik tembok keraton, bahkan diterima pula dalam proses akulturasi oleh
warga suku-sukubangsa lainnya. Misalnya, jamu-jamuan dan kosmetik tradisional Jawa telah
populer di kalangan masyarakat Indonesia melalui proses akulturasi, tidak saja pada orang
Jawa melainkan juga pada suku-sukubangsa lainnya. Demikian pula makanan dan minuman
kebugaran serta praktek-praktek olah-fisik dan olah-mental tertentu.
5. Kerajaan kuno Majapahit pernah menjadi koordinator dan pusat serta penyatu kerajaan-
kerajaan kecil di Kepulauan Nusantara. Tidak jarang hubungan diplomatik antarkerajaan ini
memungkinkan terjadinya kerjasama politik yang diperkuat dengan perkawinan antarkeluarga
kerajaan.

III. SUMBANGAN PERADABAN KEPULAUAN NUSANTARA BAGI PERADABAN


DUNIA MASA KINI
1. Dalam perjalanan sejarah, kolonialisme yang berlangsung dalam kurun waktu yang panjang
mempersatukan rakyat di Kepulauan Nusantara dalam wilayah tanah jajahan yang bernama
Hindia-Belanda.
2. Di pihak lain, gerakan Kebangkitan Nasional pada abad ke-20 makin kuat menumbuhkan
perasaan solidaritas antarbangsa, baik yang berkembang di Negeri Belanda dengan motornya
Perhimpunan Indonesia, maupun di tanah air dengan munculnya berbagai perkumpulan
pemuda dari macam-macam daerah, seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong
Sumatranen Bond, dst. Gagasan Indonesia merdeka makin diperkuat di sini, termasuk
penggunaan nama “Indonesia” untuk menggantikan “Hindia-Belanda”.
3. Berbagai gerakan kebangsaan berikutnya yang mengarah kepada upaya mencapai Indonesia
merdeka bergerak di seluruh tanah air.
4. Nilai-nilai kebangsaan diperkaya dengan nilai-nilai yang telah tumbuh dari masa lalu, seperti
Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya “Berbeda-beda namun satu juga”. Dari pernyataan yang
diucapkan oleh pujangga Mpu Tantular pada abad ke-14 itu, Bhinneka Tunggal Ika mendapat
tempatnya yang baru sebagai motto untuk mempersatukan suku-sukubangsa di Indonesia
menjadi satu bangsa. Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia berikrar tentang
Sumpah Pemuda yang menegaskan komitmen mereka tentang “Satu Nusa, Satu Bangsa dan
Satu Bahasa” bernama Indonesia.
5. Sesudah periode pergerakan kemerdekaan Indonesia yang ditandai oleh dibuangnya tokoh-
tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia ke berbagai tempat yang jauh dari ibukota Jakarta dan
amat sulit medannya, seperti Ende, Bandanaira, Boven Digoel, juga setelah era pendudukan
Jepang yang singkat namun sangat kejam, Indonesia berhasil dalam perjuangannya mencapai
kemerdekaan, yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
6. Para perintis kemerdekaan dan pendiri bangsa telah menetapkan Pancasila sebagai dasar
negara yang juga berarti nilai budaya nasional, dan UUD 1945 sebagai norma budaya nasional.
Nilai dan norma kebudayaan nasional ini menjadi landasan dari tujuan membangun negara
Republik Indonesia yang bertujuan untuk “melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Nilai dan norma budaya ini kemudian menjadi pedoman
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai bangsa Indonesia. Sementara itu multikul-
turalisme Indonesia tetap dihargai, karena kebudayaan etnis tetap diakui dan berkembang
mengikuti perubahan zaman, dan dianggap memperkaya aset-aset sosial-budaya bangsa
Indonesia.
7. Berkenaan dengan proses perjalanan bangsa Indonesia yang memiliki sejarah yang panjang,
maka beberapa hal yang dapat dikemukakan di sini sebagai sumbangan budaya Indonesia bagi
peradaban dunia, baik kebudayaan yang bersifat takbenda (intangible culture) maupun
kebudayaan yang bersifat benda (tangible culture), antara lain adalah:
3
a. Pelajaran mengenai kearifan lokal, dan cara hidup yang didasari oleh prinsip
kebersamaan dan saling menghargai untuk mencapai kehidupan bersama untuk
menggalang dan memperkuat persatuan antarwarga kelompok dan sukubangsa.
b. Kearifan lokal yang berkaitan dengan bahan-bahan untuk jamu-jamuan dan kuliner
kebugaran, demi meningkatkan kerjasama perdagangan antarnegara.
c. Pengembangan kreativitas dan inovasi di bidang seni untuk peningkatan kegiatan
ekonomi dan nilai-tambah sosial-budaya yang terkait dengannya.
d. Keraton mewakili pandangan masyarakat mengenai dunia dan falsafah hidup mereka.
Hal itu terwujud dalam kesatuan-kesatuan wilayah yang di dalamnya terdapat berbagai
unsur seperti keraton, sawah, pekuburan dan bukit-bukit atau gunung, yang harus
dilihat dalam kaitannya dengan sejarah lisan, mitologi, dan kepercayaan tradisional
mereka. Secara keseluruhan, wilayah budaya itu merupakan unit yang saling tergantung
dan dapat dikemas menjadi obyek-obyek pariwisata eko-budaya.
e. Indonesia kaya akan situs maupun wilayah-wilayah yang dapat dikembangkan menjadi
daerah obyek wisata eko-budaya. Keseluruhannya akan bermanfaat tidak saja bagi
pengembangan pariwisata nasional, namun juga untuk mempererat hubungan
antarnegara.
f. Situs-situs sejarah juga dapat dikemas dalam konteks kepentingannya bagi pariwisata
yang menumbuhkan kebanggaan nasional, karena dapat menunjukkan hubungan antara
kerajaan-kerajaan Nusantara di masa lalu dengan kerajaan-kerajaan lain. Misalnya hu-
bungan antara kerajaan Sriwijaya dengan Nalanda di India yang ditandai oleh
dibangunnya asrama kuno bagi murid-murid yang mempelajari agama Buddha, oleh
kerajaan Sriwijaya. Selain itu ahli agama Buddha dari Tiongkok, bernama I Tsing yang
sangat terkenal, juga pernah belajar agama Buddha di Sriwijaya selama beberapa tahun.
Contoh lainnya, hubungan antara Barus yang kini termasuk dalam Kabupaten Tapanuli
Selatan, dengan negara-negara di Timur Tengah, telah berlangsung sejak seribuan
tahun yang lalu, dalam perdagangan antara lain kapur barus, yang dibutuhkan
masyarakat Timur Tengah sebagai wewangian dan sarana pengharum jenazah. Hal ini
pun masuk pula dalam naskah-naskah kuno di era Nabi Muhammad saw.
g. Dengan adanya pendayagunaan situs-situs yang bersifat sejarah dan kaya ragam budaya,
struktur sosial dalam kehidupan masyarakatnya yang menarik dan yang unik, maka
kerjasama pariwisata eko-budaya antara Indonesia dan negara-negara lain di dunia
dapat dikemas dan ditingkatkan kualitasnya.
h. Sumbangan besar bagi peradaban Indonesia untuk dunia masa kini adalah “budaya
kebersamaan” (mutualism) dengan “asas kekeluargaan” (brotherhood). Dunia saat ini
menuntut the brotherhood of men (all men are brothers) dan prinsip hidup
berdampingan secara damai (peaceful co-existence) Indonesia yang “Bhinneka Tunggal
Ika” dengan pluralism dan multikulturalisme-nya yang sangat luas tetap berketahanan-
hidup dan bersatu karena diktum mutualism dan brotherhood ini. World Culture Forum
(WCF) Bali, 25-28 November mendambakan World’s diversity hidup dalam peaceful co-
existence ini.
i. Budaya “musyawarah” untuk “mufakat” (intimate dialogue to reach consensus) adalah
budaya diplomasi Indonesia untuk menghindari konflik kepentingan dan konflik
gagasan (ide). Saya yakin dunia memerlukan dialog sebagai deliberation dan cross-
fertilization (mengandung prinsip asah-asih-asuh).

Demikianlah secara singkat hal-hal yang dapat dikemukakan sebagai materi budaya
tangible dan intangible yang dapat dilestarikan dan dikembangkan untuk meningkatkan nilai-
tambah ekonomi dan nilai-tambah sosial-budaya, juga untuk mempererat hubungan antara
Indonesia dengan negara-negara lain, melalui peranan dari keraton-keraton yang pada era
Indonesia merdeka ini berperanan penting sebagai wadah untuk melestarikan kekayaan budaya
bangsa sejak berabad-abad yang lalu. Tanpa peranan keraton, banyak unsur kebudayaan masa
lalu yang tidak tersampaikan ke masyarakat dan menjadi hilang. Hal itulah yang harus dicegah
dengan mengintensifkan kerjasama antar keraton untuk memperkaya dan memperkuat budaya
bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai