Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila merupakan dasar negara RI yang telah disahkan oleh PPKI pada tanggal
18 Agustus 1945. Terkandung pada Pancasila berupa nilai adat istiadat, kebudayaan dan
religius. Perumusan materi Pancasila secara formal dilakukan pada sidang BPUPKI
pertama, sidang panitia 9, dan sidang BPUPKI kedua. Akhirnya Pancasila disahkan
secara yudiris sebagai dasar filsafat negara.
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, serta keadilan. Indonesia sebagai tempat lahirnya
konsepsi Pancasila merupakan wilayah kepulauan yang dikelilingi 2 benua besar yaitu
benua Asia, Australia dan posisi strategis 2 samudra yaitu samudra Pasifik dan Samudra
Hindia. Istilah Indonesia pertama dikenalkan oleh seorang peniliti antropologi James
Richardson Logan dalam sebuah artikel “Ethnology of the Indian Archipelago” di Jurnal
Ilmiah Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia tahun 1850 di pulau Penang.
WE Maxwell dan Th. S. Raffles dalam bahasa Melayu dengan judul artikel “ The Islands
of Indonesia”. Etolog Jerman Adolf Bastian juga menerbitkan sebuah buku berjudul “
Indosien oder die Inseln des Malaysichen Archipels” (1884-1889) semakin mempertegas
nama Indonesia. Tahun 1884, sejumlah guru besar dari Universitas Leiden, seperti Van
Volenhoven dan R.A Kern mempopulerkan nama Indonesia dengan sebutan Indonesie-
Indonesier-Indonesisch di dalam karya mereka.
Sebelumnya nama Indonesia lebih dikenal dengan istilah Nusantara yang
dieprkenalkan Ki Hajar Dewantara dengan tujuan untuk merevitalisasi kebesaran
Indonesia pada masa lampau. Kebesaran Nusantara dapat dilihat dalam sejarah
perkembangan kerajaan-kerajaan nasional yang mampu membawa nama nusantara
dikenal bangsa asing yaitu bangsa India, Arab, Persia, Mesir dan beberapa negara di
Eropa (Raffles, 2010: xx).
Akhirnya menjadi popular bagi bangsa asing yang singgah di wilayah ini,
terutama bangsa Eropa ( Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda). Kondisi ini
mendorong masyarakat yang tinggal diwilayah ini (nusantara) memahami akan
pentingnya wilayah bagi mereka bagi dunia luar. Istilah Nusantara secara perlahan mulai
pudar setelah intelektual muda Indonesia yang belajar di belanda mempopulerkan nama
Indonesia dengan membentuk sebuah organisasi pemuda yang bernama “Perhimpunan
Indonesia” (Suhartono, 1994, 7).
Nilai-nilai luhur konsepsi Pancasila merupakan suatu refleksi dari perjalanan
sejarah Indonesia menjadi sebuah bangsa dan negara. Indonesia memiliki beragam nilai
luhur yang akhirnya menjadi inti historis, kultural dan filosofis pada makna filsafati
Pancasila berupa nilai adat istiadat, kebudayaan dan religious.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibhas dalam makalah ini meliputi beberapa hal yaitu
1. Apa saja nilai dasar pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia?
2. Bagaimana proses perumusan dan pengesahan pancasila?
3. Bagaimana dinamika pancasila?

1.3 Tujuan
Penyusunan makalah ini memiliki tujuan antara lain yaitu
1. Untuk mengetahui nilai dasar pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia
2. Untuk mengetahui proses perumusan dan pengesahan pancasila
3. Untuk mengetahui dinamika pancasila

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 A. Nilai Dasar Pancasila dalam Sejarah Bangsa


Berdasarkan pada latar belakang historis bahwa 1 juni 1945 yang disebut sebagai
lahirnya Pancasila. Lima dasar/sila ini dinamakan filosofische grondslag yaitu nilai-nilai
esensial yang terkandung dalam Pancasila tentang esensi ketuhanan, kemanusian,
persatuan, kerakyatan, serta keadilan yang secara objektif telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu sebelum mendirikan negara.

1. Nilai Luhur Masa Awal Indonesia


Peradaban awal manusia purba di Indonesia dibagi dalam 2 zaman, yaitu zaman Batu dan
zaman Logam. Berdasarkan temuan artefak dan fosil manusia yang beragam mulai dari
Phitecanthropus Erectus, Pitchecathropus Robustus, Homo Soloensis, Homo Wajakensis, Homo
Mojokertensis dan Homo Sapiens sebagai manusia terakhir modern menjelaskan bahwa nilai-
nilai kehidupan sudah mengacu kepada nilai yang selanjutnya menjadi indikator nilai Pancasila.
Inti nilai kehidupan masyarakat Indonesia pada masa itu sudah mencerminkan adanya hakekat
penanaman nilai-nilai Pancasila dalam beberapa kehidupan religi, sosial, budaya, persatuan,
demokrasi dan nilai kesejahteraan sosial yang adil berdasarkan kerukunan dan kekeluargaan.
1. Kehidupan religi Nampak pada zaman batu tengah (Mesolithikum). Keyakinan
didasarkan temuan artefak maupun lukisan dinding goa yang tersebar di Sulawesi,
Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku dan Jawa. Keyakinan menjelaskan bahwa sudah
mengenal adanya animism dan dinamisme sebagai wujud religious behavior. Aktifitas
religi Nampak pada alat upacara dan ritual upacara, yang masih lestari sampai masa
kini yaitu riual mendatangkan hujan, upacra penguburan jenazah, pemujaan roh
leluhur dsb.
2. Nilai kemanusian Nampak pada perilaku penghargaan terhadap anggota
masyarakatnya yang meninggal melalui ritual upacara penguburan sampai pemujaan
arwah.
3. Nilai persatuan nampak dalam pola pemenuhan kebutuhan hidupnya melalui
pembagian kerja, seperti (1) kaum pria mencari makanan; (2) kaum wanita menetap
di gua dan membuat alat rumah tangga serta menjaga anak-anak. Kesatuan
berkembang ketika masyarakat mengenal . bahasa komunikasi yaitu rumpun bahasa
Austronesia.
4. Kehidupan organisasi awal nampak dengan terbentuknya desa komunal dan
kehidupan bercocok tanam. System barter untuk memenuhi kebutuhan masing-
masing desa komunal didasarkan pada kesepakatan dan musyawarah sesuai
pemenuhan kebutuhan hidup utama. Perkembangan perkampungan membutuhkan
seorang pemimpin. Konsep primus intepares menjadi wujud untuk menampilkan
sosok pemimpin yang dapat diandalkan, karena pemimpin diharapkan memiliki

3
konsekuensi religio-magis yang berfungsi sebagai pemimpin diidang sosial, politik
dan keagamaan.
5. Kehidupan desa komunal membawa konsekuensi pola kehidupan untuk saling
melengkapi yang disebut sebagai pola “gotong royong”. Dengan ini berhasil
menyatukan pemahaman untuk saling melengkapi dan memenuhi kebutuhan hidup
suatu masyarakat. Kepandaian bercocok tanam berkembang sejak zaman neolithikum
semakin menuatkan pola berpikir sejahtera dengan jalan mulai menimbun
(akumulasi) persediaan makanan dalam sebuah “lumbung padi”.

2. Masa Kerajaan Tradisional bervisi Nasional


Perjalanan sejarah bangsa Indonesia berkembang ketika pengaruh asing (India-Cina) karena
posisi strategis Indonesia berada diantara pusat 2 jalur perdagangan zaman kuno yaitu India dan
Cina. Para ahli sejarah mengatakan pergadangan india lebih dulu berkembang dari cina hal ini
dibuktikan pada kitab Ramayana.
Hubungan awal Nusantara dan Cina terjadi karena perluasan pengaruh kekaisaran Cina di
Asia Tenggara pada akhir abad ke-2 SM. Pada zaman pemerintah kaisar Wu-Ti (140-86 SM)
orang cina telah berlayar mengunjungi 5 pulau besar di Laut Selatan yang kemungkinan besar
adalah Nusantara. Upeti dan barang dagang nusantara yang di bawa ke Cina berupa lada, pala,
cengkeh, kapur barus, kayu wangi, cula badak, gading gajah, dan sejumlah jenis hewan seperti
kera putih dan burung kasuari sebagai pertukarannya, orang nusantara mendapatkan barang-
barang keramik maupun kain sutera Cina.
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan ditemukannya prasasti 7 yupa
dari kerajaan kutai. Prasasti tersebut diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan Kudungga
mengadakan kenduri dan sedekah dengan para brahmana lalu para brahmana membangun yupa
itu sebagai tanda terimakasih kepada raja yang dermawan. Penyebaran agama Hindu akibat
kolonisasi masyarakat india sebagai pusat penyebaran budaya India di Indonesia. Pengaruh
budaya yang berkembang yaitu (1) perubahan tata negara dan pandangan agama (2) unsur
budaya masyakat dengan sistem kasta ajaran Hindu tidak menimbulkan pergeseran kepercayaan,
tetapi justru menjadi proses akulturasi dan internalisasi agama dalam agama tradisional
Nusantara yang masih berpola animism dinamisme.
Menurut Fa-Hsiem, sedikit rakyat di tarumanegara memeluk agama Hindu-Budha dan
terbatas pada keluarga raja, bangsawan dan pedagang. Sebagian besar rakyat masih memeluk
kepercayaan nenek moyangnya.
Pertengahan abad ke-8 di Jawa Tengah terdapat beberapa prasasti dari Dinasti Syailendra.
Prasasti Sojomerto (abad ke-5) isinya menyebutkan tentang nama Dapunta Selendra penganut
agama siwa. Bukti Epigrafis ini memperkuat asal usul wangsa sailendra bahwa mereka
masyarakat Indonesia asli yang semula menganut siwa, tetapi sejak pemerintahan Rakai
Panangkara menjadi penganut Budha Mahayana.

4
Bukti fisik adanya pengaruh India dan Cina di Indonesia sebagai bagian dari nilai religi
masih dapat dilihat pada prasasti, artefak, dan beberapa bangunan candi, klenteng dan vihara
yang tersebar di Indonesia.
Nilai kemanusiaan nampak dalam ajaran Hindhu adalah sistem kasta di Indonesia tidak sama
dengan sistem kasta di india. Hubungan dagang dengan masyarakat india membawa pengaruh
besar pada nilai keagamaan dan terjadi perkawinan campur antara masyarakat Indonesia dengan
masyarakat India maupun Cina ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia terbuka serta
ramah terhadap siapapun menghargai hak asasi dalam konteks sederhana.
Interaksi sosial melalui kontak budaya dan kontak antar kasta ini membawa pengaruh pada
perpaduan budaya yang menginternalisasikan nilai-nilai interaksi sosial. Tidak adanya perbedaan
ras, suku, agama, dan golongan ini mendorong proses interaksi perpaduan (akulturasi) tempat
tinggal, kekayaan bahasa dan budaya baru yang amsih tetap bercorak Indonesia sebagai wujud
kearifan bangsa.
Unsur persatuan nampak ketika perpaduan budaya berkembang di bidang politik. Kutai
menjadi kerajaan awal Hindhu dengan bukti fisik seperti prasasti 7 buah yupa. Upaya persatuan
secara lebih luas juga diterapkan pada kerajaan singasari masa raja kertanegara dengan konsep
cakrawala mandala. Konsep ini bertujuan untuk melakukan invansi dan perluasan daerah ke luar
pulau jawa karena adanya ancaman akan penaklukan dari kaisar Khubilai Khan dari Cina,
sehingga terimplementasi dalam sebuah ekspedisi penyerbuan ke Palamayu dan Pahang di
semenanjung Malaka tahun 1275.
Pengaruh Hindhu-Budha yang paling nyata di bidang politik nusantara di perkenalkannya
system kerajaan. Sebelumnya, kedudukan pemimpin dalam masyarakat nusantara ialah orang
yang dituakan oleh sesamanya (primus intepares). Sesuai dengan sistem kerajaan yang berlaku di
india, kedudukan pemimpin dalam masyarakat berubah menjadi mutlak dan turun-temurun
berdasarkan hak waris yang sesuai dengan peraturan hukum kasta.
Masa kejayaan kerajaan di nusantara mulai dari kerajaan besar seperti sriwijaya dan
majapahit menjadi bukti bahwa perjalanan bangsa Indonesia (nusantara) memiliki kedudukan
penting. Abad VII muncul kerajaan Sriwijaya di Sumatra yang dikuasai wangsa syailendra.
Sriwijaya merupakan suatu kerajaan besar yang cukup disegani dikawasan Asia Selatan, dalam
system pemerintahannya terdapat pegawai pengurus pajak, harta benda.
Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan bahari karena masyarakatnya hidup dari pelayaran dan
perdagangan. Keberadaan Sriwijaya dibuktikan dengan adanya prasasti kedukan bukit. Sriwijaya
menjadi pusat perkembangan agama Budhha Mahayana terpenting di Asia Tenggara dan Asia
Timur. Sriwjaya peduli terhadap kehidupan agama, melalui 30 tulisan Siddhayatra di sekitar
Palembang menandakan bahwa perkembangan Budha memiliki kesamaan dengan India.
Sriwijaya sebagai kerajaan berbentuk kadatuan (kelompok datu) terdapat suatu sistem
birokrasi dengan pola kebaharian. Menurut Coedes sebagaimana dikutip utomo kata datu
diartikan sebagai “gubernur provinsi” dan kadatuan sebagai “kantor dari datu”. Selain itu di
sriwijaya ada kelas-kelas penguasa atau para birokrat kadatuan. Berpatokan pada Prasasti Telaha
Batu, kadatuan sriwijaya dapat dibagi dalam beberapa mandala (semacam provinsi) dan setiap

5
mandala dikuasai oleh seorang datu. Seseorang yang menjadi datu harus dari kalangan putra raja
atau bangsawan. Sriwijaya berusaha memajukan kehidupan masyarakatnya melalui jalur niaga
dan maritim yang bersifat insulair, inter insulair dan international. Upaya ini membawa
keberhasilan sriwijaya sebagai kerajaan nasional yang besar selama abad ke-7 sampai ke-14.
Tahun 1293 berdiri kerajaan majapahit dibawah pemerintahan Hayam Wuruk dengan
Mahapatih Gajah Mada yang dibantu oleh Laksamana Nala, wilayah kekuasaan majapahit
semasa jayanya itu membentang dari Semenanjung Melayu sampai Irian barat melalui
Kalimantan Utara. Pada buku Sutasoma karangan Empu Tantular terdapat istilah Pancasila
dengan makna persatuan nasional yaitu Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua artinya
walaupun berbeda namun satu jua. Kerajaan Majapahit dibangun Raden Wijaya di Trowulan-
Mojokerto, Raden Wijaya banyak menghadapi konflik yang datang dari kalangan dekat istana.
Hakekat dan makna Pancasila telah lama dikenal masyarakat Indonesia sejak zaman majapahit
abad ke-14. Makna Pancasila pada masa itu dikenal sebagai Pancasila Krama yang memiliki 5
elemen dasar pembangunan karakter bangsa yaitu (1) tidak boleh melakukan kekerasan; (2) tidak
boleh mencuri; (3) tidak boleh berjiwa dengki; (4) tidak boleh berbohong; dan (5) tidak mabuk
minuman keras (Udin S. Winataputra, 2006: 5.3).
Kehidupan keagamaan masa kerajaan Majapahit mengutamakan sikap toleransi tinggi. Hal
ini terbukti bahwa pada masa kerajaan Majapahit berkembang sinkretisme 3 ajaran agama besar
yaitu ajaran Hindhu-Budha dan Islam. Juga lahir sinkritisme yang berpadu dengan keyakinan
masyarakat kuno yang masih berpola animism-dinamisme. Dalam kitab Sutasoma karya Mpu
Tantular disebutkan bahwa sikap toleransi ini dalam semboyan “Bhineka Tunggal Ika tan Hana
Dharma Mangrwa” dan perlindungan hukum agama dengan jalan mengangkat 2 pejabat khusus
keagamaan yaitu (1) Dharmadyaksa ring kasaiwan sebagai pemangku agama Hindu-siwa; dan
(2) Dharmadyaksa ring kasgotan sebagai pemangku agama Budha.

Tata masyarakat Majapahit berdasarkan Hinduisme yaitu pembagian anggota masyarakat ke


dalam empat golongan/kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Di samping itu,
terdapat tiga golongan terbawah dalam masyarakat yaitu:
a. Candala, yaitu orang-orang yang lahir dari perkawinan antarkasta yang berbeda.
b. Mleccha, yaitu mngkin yang dimaksud di sini adalah para pedagang asing dari India,
Kamboja, Campa, Siam, dan Cina yang tidak memeluk agama Hindu dan tinggal di kota-
kota pelabuhan.
c. Tuccha, terdiri dari para penjahat atau orang-orang yang tidak berguna, bahkan
merugikan masyarakat.

Berdasarkan berita dari Ma-Huan, dalam Ying-yai Cheng Lan menyebutkan di Majapahit
banyak bermukim orang-orang asing seperti orang Cina (Kanton dan Fukein), orang
Jambudwipa (India), Kamboja, Campa, Yawana, Goda, dan Kanakata. Perbedaan ras dan budaya
tidak mempengaruhi pola interaksi di bidang budaya, sosial, ekonomi maupun politik. Hal ini
menunjukkan bahwa Majapahit telah menerapkan konsepsi Pancasilakrama dengan baik dan

6
aturan Pancasilakrama ini dipatuhi oleh seluruh lapisan masyarakat apabila ingin dianggap
sebagai warga Majapahit.
Pancasilakrama menjadi dasar menata kehidupan bermasyarakat bagi warga negara
Majapahit. Ajaran agama Hindu-Budha menjadi dasar pola interaksi sosial dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia.
Selain penataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara sudah mulai tertata baik, Majapahit
melalui hubungan perdagangannya mampu mewujudkan kesetaraan dengan kerajaan-kerajaan
besar di luar nusantara seperti Cina, Siam, Champa, Kamboja, dan Malaka. Pada tahun 1370-
1381 Kerajaan Majapahit berkali-kali mengirimkan utusan persahabatan ke Cina dengan
semboyan Mitreka satata (menjaga hubungan baik yang bersifat kesetaraan menjadi dasar
kehidupan bernegara) pada waktu itu.
Majapahit tumbuh menjadi kerajaan besar dan mencapai puncak kejayaannya pada mas
peerintahan Hayam Wuruk tahun 1350-1389 yang berpandangan luas dan tajam serta
mempunyai cita-cita untuk menyatukan Nusantara. Patih Gajah Mada melalui Sumpah Palapa
dapat memimpin pasukan Kerajaan Majapahit menyerang dan menaklukkan daerah-daerah di
Nusantara.
Pada puncak kejayaannya itu wilayah kekuasaan Majapahit menurut kitab
Nagarakretagama meliputi wilayah Sumatra, Semenanjung Melayu, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara dan daerah pantai Papua Barat. Menurut Cribb wilayah Semenanjung
Melayu yang dimaksud adalah daerah Langkasuka disebelah utara Kedah.

Munoz menjelaskan bahwa hubungan persahabatan itu terjadi dengan Ayuthaya Thai,
Martaban (Burma), Champa, Kamboja, Yavana (Vietnam) dan Cina. Upaya Mapatih Gajah
Mada melaksanakan sistem sentralisasi pemerintahan dengan raja sebagia penguasa tunggal.
Pola sentalisasi ini terbagi dalam 3 kewenangan yaitu (1) kewenangan pemerintahan pusat, (2)
daerah dan (3) desa, tetapi senantiasa memiliki kesatuan struktur yang tertib.
Keberhasilan Gajah Mada membangun sistem sentralistik mendorong Majapahit dapat
menyatukan nusantara dalam kesatuan kedaulatan Majapahit melalui Sumpah Palapa yang
diucapkan tahun 1331.
Struktur pemerintahan Majapahit dikelompokkan menjadi 4 badan yaitu (1) raja dan
kerabat raja; (2) dewan penasehat raja; (3) dewan menteri: dan (4) para gubernur provinsi. Raja
merupakan pemimpin masyarakat yang disucikan dalam upacara Abhiseka. Kerabat raja yang
mendukung kedudukan raja menduduki jabatan sebagai menteri atau menjabat di provinsi-
provinsi utama seperti Tumapel atau Daha. Dewan penasehat (Bhattara Sapta Prabhu)
merupakan lembaga yang diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan mempunyai hak
memilih. Dewan menteri dipimpin oleh perdana menteri yang bergelar Mahapatih atau
Amangkubhumi. Kemudian ada Pahom Narendra anggotannya terdiri dari keluarga inti. Di
bawah raja terdapat sejumlah penguasa daerah (paduka bhattara) memerintah sebuah daerah.

7
Upaya keadilan dan kesejahteraan sosial mulai dibangun melalui pengembangan ekonomi
berbasis pertanian dan perdagangan. Dalam bidang pertanian raja memerintahkan untuk
membuat bendungan, saluran irigasi dan pembukaan tanah baru untuk perladangan.
3. Masa Kolonisasi dan Imperialisme Barat
Indonesia sebagai produsen rempah-rempah menjadikan Indonesia dilirik oleh bangsa
Eropa. Malaka menjadi jembatan dan pintu gerbang masuknya pengaruh Eropa ke Indonesia.
Kedatangan bangsa Eropa pertama adalah Portugis yang mengetahui bahwa Malaka merupakan
pelabuhuan transito bagi komoditas rempah-rempah.
Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia justru mendatangkan beberapa kesengsaraan
karena terjadi eksplorasi dan eksploitasi SDA dan SDM Indonesia. Pentingnya peran rempah-
rempah bagi bangsa Eropa mendorong Portugis akhirnya melakukan kerjasama dengan beberapa
penguasa lokal Indonesia. Kondisi mendorong bahwa Portugis mulai mengembangkan
ekspansinya ke wilayahnya Maluku sebagai pusat perkebunan rempah-rempah terutama lada,
pala dan cengkeh.
Kedatangan Belanda tahun 1596 menjadi titik awal kollonialisme imperialismenya di
Indonesia. Belanda membentuk VOC tahun 1602 sebagai sebuah kongsi dagang Belanda di
Indonesia dengan kewenangan penuh untuk memiliki (1) satuan militer; (2) mencetak uang
sendiri; (3) mengadakan perjanjian dengan penguasa lokal; (4) monopoli dagang; dan (5)
mencetak mata uang sendiri. Politik “pelayaran hongi” dan “estripasi” menjadi andalan Belanda
untuk menguasai Indonesia.
Keragaman agama yang dianut masyarakat Indonesia semakin banyak karena pengaruh
agama baru yaitu agama Katolik dan agama Protestan. Bukti fisik yang menunjukkan adanya
akulturasi sosial dalam penyebaran agama baru ini adalah banyaknya bangunan gereja yang
bercorak Katolik maupun Protestan di Indonesia. Wilayah Sumatra, Indonesia bagian timur dan
Jawa Tengah menjadi pusat penyebaran agama ini.
4. Masa Kebangkitan Kesadaran Nasional
Nama Indonesia mulai muncul pada awal abad ke-20 sebagai tonggak kebangkitan
pendidikan sehingga masa ini dianggap sebagai awal wadah tumbuh kembangnya nilai-nilai
Pancasila dalam ruang gerak bangsa Indonesia untuk memperjuangkan cita-cita kemerdekaan
dari tangan penjajah asing baik Belanda maupun Jepang.
Program edukasi/pendidikan menunjukkan perkembangan yang cukup positif bagi rakyat
Indonesia. Bentuk penyelengaraan pendidikan pada masa kolonial terbagi ke dalam tiga
kelompok yaitu (1) pendidikan kolonial; (2) perguruan kebangsaan; dan (3) pendidikan agama
(islam).
Perkembangan pendidikan di Indonesia sebagai akibat dari politik etis telah menimbulkan
perubahan besar bagi sebagian rakyat indonesia atau lebih tepatnya mengarah pada kesadaran
nasional. Selama periode tahun 1900-1925 banyak kemajuan serta perubahan dan bangunan-
bangunan besar dijalankan. Diantaranya, program desenralisasi, perubahan pemerintahan,
perbaikan kesehatan rakyat, emigrasi, perbaikan pertanian dan peternakan, pembangunan irigasi,
dan lalu lintas. Pada akhir abad ke-19 terdapat 721 sekolah rendah dengan 131.000 orang murid.

8
Nilai kejuanga menjadi cita-cita perjuangan bangsa Indonesia yang sudah lama
mengalami penindasan dan kesengsaraan akibat praktek kolonialis me-imperialisme bangsa
asing. Cita-cita patriotisme bangsa Indonesia ini dicapai dengan cara perjuangan melawan
penjajahan barat/asing.
Kesadaran nasional di Indonesia disebut sebagai kebangkitan nasional (1908) yang di
pelopori oleh Wahidin Sudirohusodo melalui suatu organisasi yang disebut Budi Utomo yang
didirikan pada tanggal 20 Oktober 1908. Perjuangan kesatuan nasional mencapai tonggak
kesadaran nasional untuk berikrar dalam Sumpah Pemuda tanggal 20 Oktober 1928, yang isinya
satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air Indonesia.
Langkah awal membangun persatuan dilaakukan dengan jalan mengadakan kongres
pemuda yang akan dihadiri oleh elemen intelektual muda dan para nasional bangsa dari sebagian
besar wilayah Indonesia. Sumpah Pemuda menjadi suatu ikrar politis dan psikologis yang
disepakati bersama sebagai wujud penyatuan kesadaran nasional mencapai cita-cita
kemerdekaan.
Kesadaran nasional kebangsaan menurut Sartono Kartodirdjo didasarkan pada
perkembangan sejarah bangsa Indonesia dan realitas sosial budaya akibat refleksi perjalanan
sejarah Indonesia khususnya sejak masa penjajahan.
Keragaman ritual keagamaan, interaksi sosial, nilai luhur dalam tradisi-budaya setiap
suku yang berkembang dalam masyarakat mulai dikondisikan untuk memahami permasalahan
kebangsaan. Perkembangan politik dan organisasi kepemudaan yang mulai tumbuh di beberapa
wilayah. Kesadaran akan pentingnya rasa persatuan bangsa Indonesia mulai disadari oleh tokoh
pergerakan sehingga mulai adalah kesadaran membangun wadah organisasi yang berskala
nasional. Pertemuan intelektual muda dalam beberapa studi club juga menjadi salah satu perekat
pemerataan informasi perkembangan nasionalisme di Indonesia yang tidak lagi berpusat di Jawa.
Hal ini mendorong lahirnya suatu peringatan bersama yang disebut hari nusantara (inter sulaire
dag) di Surabaya tanggal 11 Juli 1925 untuk mencanangkan jiwa kesatuan yang merata di
seluruh perwakilan suku-suku di Indonesia. Adapun tokoh yang berperan dalam pembangunan
kesadaran nasional ini antara lain Soekarno, Moh. Hatta, Tjipto Mangkusumo, Anrawi, Sartono,
Iskaq, Sunarjo, Sujudi, HOS Cokroaminoto, Ki Hajar Dewantara, EE Douwes Dekker, WR
Soepratman, dan masih banyak tokoh nasional muda lainnya.
Soekarno, Muh. Hatta, M. Yamin, Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan beberapa tokoh
lainnya mendorong perjuangan melalui media tulisan, interaksi sosial budaya dan pengembangan
pendidikan moral yang bernuansa kejuangan dan kesadaran berbangsa. Perjuangan ini terus
berlanjut sampai Belanda menyerah pada Jepang tahun 1942.
5. Masa Pendudukan Jepang
Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang Pemimpin Asia, Jepang saudara
tua bangsa Indonesia”. Tanggal 9 maret 1942 Panglima Tentara Belanda di Hindia Belanda
Letnan Jenderal Ter Poorten didampingi Gubernur Jenderal Carda Starkenborgh Stachouwer
menandatangani penyerahan tidak bersyarat (kapitulasi) di Kalijati (Subang) kepada Panglima
Balatentara Jepang ke-16 yaitu Letnan Jenderal Hitoshi

9
Semenjak bangsa Indonesia dikolonisasi penjajah Jepang melalui kekuatan angkatan darat
dan angkatan laut Jepang, Jepang mengeluarkan peraturan yang merugikan bangsa Indonesia.
Peraturan itu antara lain:
1. Undang-undang No. 3 berisi ketentuan yang melarang segala macam pembicaraan,
pergerakan dan anjuran atau propaganda perihal peraturan dan susunan negara
2. Undang-undang No. 4 berisi larangan pengibaran Sang Merah putih dan menyanyikan
lagu Indonesia Raya.
Beberapa badan-badan resmi pemerintah kolonial Jepang yang menjadi pusat penyebaran ide-ide
nasionalisme bagi tokoh pergerakan bangsa seperti: Gerakan Tiga A, PUTERA (Pusat Tenaga
Rakyat), PETA (Pembela Tanah Air), Jawa hokokai. Dalam sidang Teikuku Gikoi (Parlemen
Jepang) tanggal 7 September 1944 di Tokyo, Perdana Menteri Jepang Jenderal Kunaiki Koiso
mengeluarkan janji untuk memberikan kemerdekaan tanpa syarat kepada Indonesia pada tanggal
24 Agustus 1945. Sebgai bentuk realisasi janji tersebut maka dibentuk badan yang bertugas
menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu BPUPK (Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan)

2.2 C. Perumusan dan Pengesahan Pancasila


1. Pembentukan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (BPUPK)
Badan Penyelidik usaha Persiapan Kemerdekaan atau BPUPK ini bertugas mempelajari
dan menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan segi politik, ekonomi, pemerintahan
dan lain-lainnya yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara Indonesia merdeka. BPUPK
diketuai oleh DR. K.R.T. Radjiman Wedjodiningrat, dan ketua muda yang berumlah 60 orang.
Komposisi jumlah anggota perwakilan antar kelompok dan golongan dalam BPUPK sudah
mewakili keragaman golongan sosial politik yang ada di Indonesia sehingga akan dapat
menghindari terjadinya konflik kpentingan dalam penyelidikan persiapan dan kemerdekaan,
BPUPK sangan berjasa dalam merumuskan konsep dasar negara dan UUD negara Indonesia.
2. Perumusan Pancasila (29 Mei – 1 Juni 1945)
Proses perumusan Pancasila dan UUD NRI 1945 ditelusuri dari dua masa persidangan
BPUPK (Badan Penyelidik) yaitu masa persidangan pertama mulai 29 mei – 1 Juni 1945 yang
membahas tentang dasar Indoensia merdeka, dan masa persidangan kedua mulai 10 – 16 Juli
1945 membahas rancangan Undang-Undang Dasar. Perumusan Pancasila sebagai dasar negara
melalui sidang pertama BPUPK disampaikan oleh 3 tokoh yaitu Muh. Yamin, Mr. Soepomo dan
Ir. Soekarno. Ketiga usulan para tokoh sebagai berikut:
a. Muh. Yamin berpidato tanggal 29 mei 1945, yang menyatakan bahwa ke-5 sila yang
dirumuskan berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang
telah lama berkembangan. Diakhir pidatonya, Muh. Yamin menyerahkan lampiran
rancangan UUD Republik Indonesia. Pada bagian pembukaan dari rancangan itu
terdapat rumusan dasar negara, yaitu: (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) kebangsaan
persatuan Indonesia, (3) rasa kemanusiaan yang adil dan beradap, (4) Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan pewakilan, (5) Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Mr. Soepomo berpidato tanggal 31 Mei 1945, menyampaikan pemikirannya tentang
negara yang menegaskan bahwa pendirian negara nasional dalam susunan pemerintahan,
harus dibentuk sistem badan permusyawaratan dengan rasa keadilan dan cita-cita rakyat.

10
Hubungan natar bangsa mendorong Soepomo menganjurkan supaya negara Indonesia
sebagai bagian dari kekluargaan Asia Timur Raya. Dasar pemikiran Soepomo ini
menurut Notosoesanto merupakan dasar-dasar Indonesia merdeka yang bersifat: (1)
Persatua, (2) Kekeluargaan, (3) Keseimbangan lahir batin, (4) Musyawarah, (5) Keadilan
rakyat.
c. Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 berpidato yang mneyatakan lima prinsip sebagai
dasar negara yang dinamakan “Pancasila”, kemudian kelima sila tersebut dapat diperas
menjadi “Tri Sila” meliputi: (1) Sosionalisme yang merupakan sintesa dari kebangsaan
(nasionalisme) dan peri kemanusiaan (internasioanlisme), (2) Sosio demokrasi yang
merupakan sintesa dari mufakat (demokrasi) dengan kesejahteraan sosial, (3) ketuhanan.
Dengan pidatonya, Ir. Soekarno juga memutuskan untuk membubarkan BPUPK karena
dianggap sudah selasai dalam menjalankan tugasnya, dan dibubarkan pada tanggal 7
Agustus 1945. Yang kemudian Ir. Soekarno membentuk suatu badan baru yang
dinamakan PPKI yang bertugas merumuskan dan menyusun UUD dengan berpedoman
pada pidato yang di kemukkan oleh Ir. Soekarno. Selanjutnya Ir. Soekarno membentuk
panitia kecil (panitia 9) yang bertugas untuk merumuskan kembali Pancasila sebagai
Dasar Negara.

Tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai hari lahirnya Pancasila sesuai dalam Perpres No 24
tahun 2016, dimana Perpres tersebut menjelaskan bahwa penetapan hari lahirnya Pancasila
mengacu pada sidang BPUPK pada 29 Mei – 1 Juni 1945. Tetapi dengan perumusan Pancasila
ini masih ada proses lain yakni Piagam Jakarta (Jakarta Charter) pada 22 Juni 1945 dan
penetapan UUD NRI 1945 serta finalisasi Pancasila pada tanggal 18 Agustus 1945, hal tersebut
menjadi proses kesatuan proses lahirnya Pancasila sebagai Dasar Negara. Dalam pidato, Ir.
Soekarno menjelaskan tentang kesepakatan Piagam Jakarta yang berisi tentang penggabungan
ke-3 konsep usulan Pancasila yaitu:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarat
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada tanggal 22 Juni 1945 panitia 9 mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPK,
rapat tersebut memutuskan membentuk sebuah panitia kecil lagi yang bertugas untuk
menyelaraskan konsepsi Pancasila. Di hasilkan, rumusan Pancasila akan dicantumkan dalam
Mikadimah/Pembukaan UUD NRI, yang disahkan dan dinyatakan sah senagai dasar negara
Indonesia merdeka pada tanggal 18 Agustus 1945. Setelah rumusan Pancasila diterima sebagai
dasar negara secara resmi terdapat beberapa dokumen penetapannya, sebagi berikut:
a. Rumusan pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) tanggal 22 Juni 1945
b. Rumusan kedua: Pembukaan Undang-Undang Dasar tanggal 18 Agustus 1945
c. Rumusan ketiga: Mukkadimah Konstitusi republik Indonesia Serikat tanggal 27
Desember 1945
d. Rumusan keempat: Mukkadimah Undang-undang Dasar Sementara tanggal 15
Agustus 1950
e. Rumusan kelima: Rumusan kedua yang di jiwai oleh rumusan pertama (merujuk
Dekrit Presiden 5 Juli 1959)

11
3. Pengesahan Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila disahkan sebagai Dasar Neraga tanggal 18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI
yang diketiai oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakilnya. Pancasila adalah ideologi
dasar bagi negara Indonesia. Tanggal 18 Agustus 1945 menjadi awal negara Indonesia sebagai
tatanan negara yang beradulat, sidang pleno PPKI 18 Agustus 1945 menjadi awal untuk
membahas naskah perundangan UUD 1945 dan berhasil mengesahkan UUD beserta pembukaan
UUD NRI 1945 dengan mengubah Piagam Jakarta. Sidang pleno rapat PPKI tanggal 18 Agustus
1945 ini menghasilkan pengesahan yang memiliki kedudukan konstitusional dan disepakati oleh
seluruh rakyat Indonesia, hasil dari keputusan tersebut yaitu:
a. dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti
menjadi Yang Maha Esa sehingga sila 1 pancasila secara lengkap berbunyi
Ketuhanan Yang Maha Esa
b. pengesahan UUD NRI 1945 sebagai Hukum Dasar Negara yang terbagi dalam 2
bagian yaitu: (1) Pembukaan dan (2) Batang tubuh yang berisi 16 Bab, 37 pasal, 1
pasal aturan peralihan (4 pasal), 1 aturan tambahan (2 ayat) dan penjelasannya.
c. Pengesahan Pembukaan UUD NRI 1945 yang pada alinea ke 4 tercantum rumusan
Pancasila (5 sila) yang benar dan sah seperti yang dikenal saat ini.
d. Pengesahan UUD NRI 1945 sebagai tatanan hukum dasar negara Repyblik Indonesia
yang ada dalam pembukaan UUD NRI 1945 secara otomatis juga sebagai dasar
negara.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 diperingati sebagai Hari Konstitusi, pemkanaan hari
konstitusi ini sebagai wujud kesadaran pentingnya UUD NRI 1945 dan sistem penyelenggaraan
pemerintahan ditetapkan yaitu:
a. Ditetapkan dan disahkannya UUD NRI 1945 sebagai konstitus pertama dalam rapat
paripurna PPKI
b. Ditetapkan dan disahkannya Pancasila sebagai Dasar Negara
c. Dipilihnya Presiden dan Wakil Presiden sebagai pelaksana penyelenggaraan
pemerintahan negara Indonesia
d. Dibentuknya KNI-P sebagai lembaga negara sementara yang membantu proses
pelaksanaan penyelenggara negara.

2.3 D. Dinamika Pancasila


1. Masa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan
Unsur unsur Pancasila yang terangkai dalam sila sila yang telah dirumuskan memberikan
suatu motivasi dan inovasi memanfaatkan waktu status quo. Tanggal 17 Agustus 1945 menjadi
saksi dan bukti bahwa seeluruh unsur sila sila dalam Pancasila telah menjadi satu sehingga
mampu mencetuskan suatu revolusi cepat terorganisasi dan terintegrasi sosial melawan
kolonialisme asing (Sunoto, 1981; 15).
Proklamasi kemerdekaan tetap diutamakan sesuai dengan arahan Jepang. Setelah BPUPK
menyelesaikan tugasnya pada tanggal 17 Juli 1945, maka pemerintah Jepang melalui Jendral
Terauchi membentuk kepanitiaan kecil yaitu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

12
pada tanggal 7 agustus 1945. Anggota PPKI berjumlah 22 orang dengan Ahmad Soebardjo
sebagai penasehat.
Setelah jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, panglima umum kawasan Asia
Tenggara, Jenderal Besar Terauchi memanggil tokoh tokoh nasionalis indonesia yang terlibat
dalam panitia persiappan kemerdekaan. Soekarno dan Moh Hata dan dr Radjiman
Wediodiningrat tanggal 9 Agustus 1945 dipanggil Jendral Terauchi di Dalat (Vietnam Selatan)
untuk menyepakati proses kemerdekaan Indonesia melalui PPKI dengan Ketua PPKI adalah Ir
Soekarno.
Pertemuan di Dalat-Saigon mendorong Jendral Terauchi menegaskan wilayah Indonesia
merdeka meliputi bekas wilayah Hindia Belanda dan proklamasi dapat segera dilaksanakan.
Berdasarkan hasil keputusan rapat di salah satu ruang lembaga bakteriologi di Pegangsaan
Timur, golongan muda menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak rakyat Indonesia
dan tidak dapat digantungkan pada janji Jepang. Keputusan golongan mmuda ini disampaikan
Wikana dan Darwis pukul 22.30 di rumah Soekarno di jalan Pegangsangan Timur. Terjadi
perbedaan pendapat antara golongan muda dan tua. Golongan muda mendesak agar
melaksanakan kemerdekaan tanggal 16 agustus agar tidak ada pertumpahan darah. Tetapi
golongan tua menolak karna menekankan perlunya diadakan rapat PPKI terlebih dahulu. Rapat
terakhir folonfan muda di Asrama Beperpi Cikini Jakarta menegaskan bahwa Soekarno dan
Hatta harus diasingkan. Berkat vantuan senjata dari Chudanco Latief Hendraningnrat, maka
tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 sekelompok pemuda membawa Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok.
Ahmad Soebardjo sebagai wakil golongan tua dan Wikana sebagai wakil golongan muda
sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan harus tanpa campur tangan Jepang. Tanggal 16 agustus
1945, rombongan menuju rumah laksamana Maeda. Rumah ini dianggap tempat yang aman dari
tindakan intervensi Jepang, karena rumah ini sering dijadikan tempat pertemuan antar golongan
tokoh pergerakan naional Indonesia. Rumusan naskah berlangsung lancar dan beberapa
kalimatnya diambil dari Piagam Jakarta yang telah di sahkan tanggal 22 Juni 1945. Teks
proklamasi ditulis tangan langsung oleh Soekarno. Draft kalimat peoklamasi terdiri dari 2 ayat
yaitu:
1) Ayat pertama, “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan
Indonesia” merupakan kalimat yang diingat Ahmad Soebardjo dari Piagam Jakarta
yang selengkapnya berbunyi “atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan
dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemederkaannya”
2) Ayat kedua, disempurnakan oleh Moh Hatta “hal hal yang mengenai pemindahan
kekuasaan dan lain lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang
sesingkat singkatnya”
Teks ini diketik oleh Syuti Melik menjadi naskah proklamasi yang dibacakan saat
proklamasi kemerdekaan Indonesia dalam peristiwa Proklamasi Indonesia di Jl. Pegangsangan
Timur pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi titik awal

13
revolusi Pancasila. Proklamasi sebagai tiitk kulminasi bangsa Indonesia menjadi sebuah negara
Indonesia pada hakekatnya mengandung makna:
a) Merupakan titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang telah lama
mengalami penindasan penjajahan dan pencetus jiwa atau semangat untuk
mewujudkan cita cita bangsa seperti yang tertuang dalam pembukaa UUD 1945,
ainea ke 4
b) Pemberitahuan kepada bangsa Indonedia maupun dunia Internasional bahwa bangsa
Indonesia telah merdeka beradulat penuh dan siap mempertahankan kemerdekaan.
c) Proklamasi bangsa Indonesia melahirkan negaa Republik Indonesia dalam situasi
yang serba darurat-singkat-tergesa sehingga akan melengkapi syarat kenegaraan
seperti UUD, kepala negara, dasar negara, kabinet pelaksana, susunan pemerintahan
dan angkatan bersenjata dalam tempot singkat.
d) Proklamasi kemerdekaaan merupakan keputusan dan pernyataan bersama untuk
mnghapuskka hukum menjadi tata tata hukum kolonial nasional Indonesia yang
berdaulat penuh.
e) Proklamasi menjadi dasar mutu mental dan cita cita terbaik bangsa dan negara
Indonesia untuk mewujudkan kepribadian Indonesia yang menentukan bangun
tegaknya suatu negara “Indonesia”

2. Masa Pembentukan Negara Indonesia


Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia blum sepenuhnya diketahui seluruh rakyat
Indonesia. Sulitnya komunikasi dan kondisi alam Indonesia yang terpisah oleh gunung dan
perairan ini yang menyebabkan berita proklamasi tidak menyebar.
Proklamasi Indonesia yang terjadi tangga 17 Agustus 1945 menjadi awal perjuangan
bangsa Indonesia dalam membangun cita cita luhur sebagai suatu negara. Hasil sidang pleno
PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yang mengesahkan Pancasila sebagai dasar negara, dan UUD
NRI 1945 sebagai tatanan hukum dasar negara Indonesia, juga pemilihan presiden dan wakil
presiden baru yaitu Soekarno dan Moh Hatta atas usul Oto Iskandar Dinata. Rapat dilanjutkan
pada 19 Agustus 1945 untuk segera melengkapi beberapa unsur tata pemerintahan dan penentuan
wilayah. Pukul 10.00 pagi acara sidang dimulai dengan membentuk:
a. Panitia kecil diketuai Oto Iskandar Dinata untuk menata wilayah adinistrasi Indonesia
dengan hasil ada 8 propinsi
b. Komite nasional (daerah) dipimpin oleh Ahmad Soebardjo menjelaskan ada 12
kementrian:
1. Departemen luar negeri
2. Departemen dalam negeri
3. Departemen Kehakiman
4. Departemen Keuangan
5. Departemen Kemakmuran
6. Departemen Kesehatan
7. Departemen Pengajaran, pendidikan dan kebudayaan
8. Departemen Sosial

14
9. Departemen Pertahanan
10. Departemen Penerangan
11. Departemen Perhubungan
12. Departemen Pekerjaan umum
Selanjutnya siidang PPKI dilanjutkan oada tangal 22 Agustus 1945 dengan agenda
Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNI-P) yang akan berjumlah sekitar 150 orang.
Komite ini akan dibentuk tanggal 29 agustus 1945. Tujuan dibentuk KNI-P untuk:
1. Mempersatukan semua lapisan dan bidang pekerjaan agar tercapai solidaritas dan
kesatuan nasional yang erat dan utuh, membantu menentramkan rakyat dan
melindungi keamanan untuk mewujudkan cita cita bangsa
2. KNIP hanya sebagai lembaga pembantu pemerintahan sampai annti terbentuk
lembaga negara seperti MPR, DPA, DPR yang sesungguhnya.
KNI-P dibantu KNI-D untuk memimpin pemerintahan daerah. Tugas usaha Komite
Nasional ini untuk:
1. Menyatakan keamanan rakyat Indonesia untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka
2. Mempersatukan rakyat dari segala lapisan dan jabatan supaya terpadu pada segala
tempat di seluruh Indonesia, menjalin persatuan kebnagsaan
3. Membantu menentramkan rakyat dan turut menjaga keselamatan umum.
PNI sebagai partai negara diumumkan tanggal 27 Agustus 1945 dengan struktur
pemimpin besar PNI adalah presiden dan wakil presiden. Pembentukan PNI ini mengalami
kontroversi sehingga akhirnya dibatalkan.
Pembukaan UUD NRI 1945 menjadi dasar visi misi perjuangan dan perjalannan bangsa
Indonesia menjadi negara Indonesia yang berbentuk kesatuan (NKRI) karena:
a) Bagian pertama, kedua dan ketiga meruakan serangkaian pernyataan tentang keadaan
dan peristiwa yang mendahului terbentuknya Negara Indonesia
b) Bagian keempat merupakan pernyataan mengenai keadaan setelah Negara Indonesia
ada, dan mempunyai hubungan kausal dan organis dengan batang tubuh UUD.

3. Masa Orde Lama (1945-1965)


Pada masa orla, Pancasila dipahami sebagai paradigma ideologi karena kondisi politik
dan keamanan dalam negeri diliputi kekacauan dan kondisi sosial-budaya masyarakat transisi
menjadi masyarakat merdeka. Masa orla adalah masa pencarian bentuk iplementasi Pancasila
daam sistem kenegaraan. Periode ini persatuan dan kesatuan mendapatkan tantangan yang berat
dengan munculnya pemberontakan RMS, PRRI, dan PERMESTA yang ingin melepaskan diri
dari NKRI. Anggota konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun UUD seperti yang
diharapkan. Hl ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang menyebabkan
pemerintahan mengeluarkan dekrit presiden 1959 untuk membubakan konstituante. Uuds 1950
tidak berlaku dan kembali pada UUD NRI 1945. Penerapan pancasila selama periode ini
diarahkan sebagai ideologi liberal yang ternyata tidak menjamin stabilitas pemerintahan.

15
Periode 1959-1966, dikenal dengan demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan berada pada
kekuasaan rakyat, sehinggan yang memimpin adalah nilai nilai pancasila yang berada pada
kekuasaan pribadi presiden. Berbagai penyimpangan penafsiran terhadap pancasila dalam
konstitusi. Pada masa ini yang menjadi persoalan utama adaah ketika Soekarno sebagai
panglima besar revolusi dipandang tidak konsisten dengan implementasi Pancasila dan UUD
NRI 1945. Proses jatuhnya kekuasaan Orla tahun 1966 menjadikan Supersemar sebagai surat
“pengalihan kekuasaaan” menjadi proses penyerahan pemerintahan (transfer of uathority) masa
orla menuju orde baru. Penafsiran dan pelaksanaan pancasila pada masa orla tidak terlepas dari
situasi politik pada masa itu. Sebagai negara baru, pancasila sudah langsung mengalami
introdusir secara keliru oleh rezim yang berkuasa. Tanggal 12 Maret 1967, Soeharto diangkat
menjadi presidn dan memberhentikan Soekarno secara terhormat.

4. Masa Orde Baru (1968-1998)


Tekad orde baru (orba) ialah melaksanakan pancasila dan UUD NRI 1945 secara murni
dan konsekuen. Pancasila menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan, persatuan, kesatuan,
keserasian, keselarasanm dan keseimbangan. Pancasila bersifat akomodatif, dan menganut sistem
pemerintahan demokrasi berdasarkan kebijaksanaan musyawarah dan mufakat.
Tanggal 12 April 1976, presiden Suharto mengemukakakn gagasan mengenai pedoman
untuk menghayati dan mengamalkan pancasila melalui “Ekakprsetia Pancakarsa” yang
ditetapkan dalam ketetapan MPR tahun 1978 dan dikenal sebagai “Pedoman Penghayatan dan
Pengalaman Pancasila” atau P4. Tujuan penataran P4 untuk membentuk pemahaman yang sama
tentang demokrasi Pancasila, sehingga pemahaman yang sama diarapkan persatuan dan eksatuan
nasional akan terbentuk dan terpelihara. Penerapan nilai nilai luhur Pancasila lebih baik pada
masa orba yang pelaksanaannya dilakukan dengan konsisten serta tanggung jawab.

5. Masa Reformasi dan Pasca Reformasi (1998-kini)


Era reformasi di Indonesia dimulai pada pertengahan 1998, tepatnya saat Presiden
Soeharto mengundurkan diri pada 21 mei 1998 dan digantikan wakil presiden BJ Habibie. Sejak
Mei 1998 bangsa Indonesia bertekdan mereformai berbagai bidang kehidupan negara. Cara
pandang masyarakat mengenai pancasila mulai masa orba sampai orde reformasi mengalami
perkembangan persepsi yang berbeda. Masa orde baaru dimana penerapan pancasila
dilaksanakan secra konsisten dan terarah walaupun masih banyak penyimpangannya. Menurut
Yamin (1959) pancasila mengandung kenyataan yang hidup dan tumbuh dalam sanubari setiap
orang dalam masyarakat, sehingga pancasila selalu dipertahankan oleh rakyat Indonesia untuk
mendukung tumpah darah Indonesia. Gerakan reformasi berupaya mengembalikan kedudukan
pancasila sebagai dasar engara yang direalisasikan dalam TAP SI MPR No. XVIII/MPR/1998.
Pancasila sebagai asas kerohanian dibutuhkan di era ini agar euforia keanekaragaman dan
kemajemukan sebagai kesadaran individualisme dan kolektivisme dalam penyesuaian peradaban.
Fleksibilitas Pancasila yang akan mampu membingkai nasionalisme menjadi aset penting bagi
kehidupan era ini , sebab aneka ragam sosial dan kemajemukan budaya (agama, suku, geografis,

16
pengalaman sejarah). Pancasila harus tetap menjadi ideologi kebangsaan. Usaha usaha dalam
mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai harus menjadi nilai dasar bagi penyusunan norma
hukum di Indonesia. Nilai pancasila perlu dijabarkan lebih detail lagi ke dalam berbagai
peraturan perundangan, contoh seperti dalam ketetapan MPR, Undang undang, peraturan
pemerintah pengganti undang undang, keputusan presiden dan lain sebagainya.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara republik indonesia. Pancasila
juga merupakan sumber ideologi bagi masyarakat dan negara Republik Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila lahir tidak terlepas dari nilai-nilai kehidupan masyarakatnya pada jaman pra sejarah.
Maka masyarakat Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam
kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan. Perjuangan pancasila untuk ditetapkan
sebagai dasar negara sangatlah panjang. Hingga munculnya berbagai macam tantangan seperti
adanya kelompok kelompok baru yang memiliki yang menentang ataupun justru mnedukung
kelancaran proses Pancasila sebagai Dasar Negara. Tantangan terbesar Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara adalah kemampuan memposisikan nilai-nilai Pancasila
sebagai penghubung suatu hal tertentu dengan sebenar-benarnya agar tidak ada penyimpangan
yang terjadi dalam pelaksanaannya.
Proses perumusan pancasila, UUD 1945, dan Pengesahan Pancasila sebagai Dasar negara dan
Undang – undang Dasar Negara yang selama ini dilakukan bangsa Indonesia telah berbuah hasil
dengan adanya berdirinya Negara republik Indonesia. Untuk mewujudkan suatu Negara
diperlukan adanya dasar Negara dan hukum-hukum yang dirumuskan para pendiri Negara yang
berbentuk pancasila, UUD 1945. Proses tersebut dapat berhasil melalui bebrapa sidang yang
dilakukan sidang BPUPKI pertama, sidang BPUPKI ke-kedua, Piagam Jakarta dan sidang PPKI.

18
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pendidikan Pancasila UNESA. 2017. Pendidikan Pancasila. Surabaya : Unesa


University Press

19

Anda mungkin juga menyukai