Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH INDONESIA

DI SUSUN OLEH:

 ADELSTEREI TAMAELA
 ALMAYADANA PUTRI WALWULU
 AMINA RUMUAR
 ARIAN NUSAMARA
 BELFIN RIZLY LEKATOMPESSY
 CHRISTIN BELAVISTA TORSULU
 CLAUDET PELAPORY
 DENY YOSEPH PATTIRANE
 DESSY IMANUELA LARITMAS
 DIVA ACHIR
 DUITA KUNUELA
 DWIKA ADHIA PUTRI DHIANDRI
 ELDRIDGE THENU
 ELVI RAHANGIAR
 ELVIRA SARCE SEWA
 FAUZIA HANISA MARASABESSY
 YEREMIAS HUNITETU
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................2
1.1 Latar belakang...................................................................................2
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN..........................................................................2
BAB II..........................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 PANCASILA ERA PRA-KEMERDEKAAN................................................3
1. Zaman Pra Sejarah.........................................................................3
2.2 PANCASILA PADA MASA KERAJAAN...................................................4
2.3 Zaman Kerajaan-kerajaan Sebelum Majapahit.................................5
2.4 PANCASILA ERA KEMERDEKAAN......................................................11
2.5. Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1950...12
2.6 Sejarah Pancasila pada Era Orde Baru.............................................14
2.7 Sejarah Pancasila pada Era Reformasi.............................................15
BAB III.......................................................................................................17
PENUTUP..................................................................................................17
3.1 KESIMPULAN....................................................................................17
3.2 SARAN..............................................................................................17

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan Karunia-Nya, kami dapat menyesaikan penulisan Makalah ini pada
mata kuliah pendidikan pancasila tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makala berjudul “Pancasila dalam kajian sejarah bangsa


indonesia” dapat di selesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap
makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Kami kelompok 1 menyadari makala ini masih memerlukan


penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami memerima segala bentuk kritik
dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah


Pancasila dalam kajian sejarah bangsa indonesia ini dapat bermanfaat.

Ambon,19,Agustus,2022

penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dasar Negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan
mampu memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah Negara. Negara
Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu
pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar Negara, merupakan sumber
kaidah hukum yang mengatur Negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya
seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam
kedudukannya merupakan dasar pijakan penyelenggaraan Negara dan seluruh
kehidupan Negara Replubik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti yaitu mengatur
penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan pancasila sebagai dasar
Negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua
peraturan perundang-undangan di Negara Republik Indonesia bersumber pada
Pancasila.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada makalah ditunjukan untuk merumuskan


permasalahan yang akan dibahas pada pembahasan dalam makalah. Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah , sebagai berikut :

1. Pancasila Pada Era Pra Kemerdekaan


2. Pancasila Pada Era Kemerdekaan

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan dalam makalah ditunjukan untuk mencari tujuan dari


dibahasnya pembahasan atas rumusan masalah dalam makalah. Adapun tujuan
penulisan makalah, sebagai berikut:

1. Menjelaskan pancasila pada era pra- kemerdekaan


2. Menjelaskan pancasila pada era kemerdekaan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PANCASILA ERA PRA-KEMERDEKAAN

1. Zaman Pra Sejarah

Ahli geologi menyatakan bahwa kepulauan Indonesia terjadi dalam


pertengahan zaman tersier, kira-kira 60 juta tahun silam. Baru pada zaman
quarter yang dimulai sekitar 600.000 tahun yang silam Indonesia didiami oleh
manusia berdasarkan fosil-fosil yang ditemukan. Berdasarkan artefak yang
mereka tinggalkan, mereka mengalami hidup tiga zaman yaitu: Paleolitikum,
Mesolitikum, Neolitikum. Pada masa prasejarah tersebut, sebenarnya inti dari
kehidupan mereka adalah nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Yaitu:

Nilai Religious

Adanya sistem penguburan mayat diketahui dari ditemukannya kuburan


serta kerangka di dalamnya. Selain itu juga ditemukan alat-alat yang digunakan
untuk aktivitas religi seperti upacara mendatangkan hujan, dll. Adanya keyakinan
terhadap pemujaan roh leluhur juga dan penempatan menhir (kubur batu) di
tempat-tempat yang tinggi yang dianggap sebagai tempat roh leluhur, tempat
yang penuh keajaiban dan sebagai batas antara dunia manusia dan roh leluhur.

Nilai Perikemanusiaan

Tampak dalam perilaku kehidupan saat itu misalnya penghargaan terhadap


hakikat kemanusiaan yang ditandai dengan penghargaan yang tinggi terhadap
manusia meskipun sudah meninggal. Hal ini menggambarkan perilaku berbuat
baik terhadap sesama manusia, yang pada hakekatnya merupakan wujud
kesadaran akan nilai kemanusiaan. Mereka juga sudah mengenal sistem barter
antara kelompok pedalaman dengan pantai dan persebaran kapak. Selain itu
mereka juga menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain. Hal ini menandakan
bahwa mereka sudah bisa menjalin hubungan sosial.

Nilai Kesatuan

Adanya kesamaan bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa Austronesia,


sehingga muncul kesamaan dalam kosa kata dan kebudayaan. Hal ini sesuai
dengan teori perbandingan bahasa menurut H.Kern dan benda- benda
kebudayaan Pra Sejarah Von Heine Gildern. Kecakapan berlayar karena
menguasai pengetahuan tentang laut, musim, perahu, dan astronomi,
menyebabkan adanya kesamaan karakteristik kebudayaan Indonesia. Oleh karena
itu tidak mengherankan jika lautan juga merupakan tempat tinggal selain daratan.
Itulah sebabnya mereka menyebut negerinya dengan istilah Tanah Air.

Nilai Musyawarah

Kehidupan bercocok tanam dilakukan secara bersama-sama. Mereka sudah


memiliki aturan untuk kepentingan bercocok tanam, sehingga memungkinkan
tumbuh kembangnya adat sosial.

Kehidupan mereka berkelompok dalam desa-desa, klan, marga atau suku


yang dipimpin oleh seorang kepala suku yang dipilih secara musyawarah
berdasarkan Primus Inter Pares (yang pertama diantara yang sama).

Nilai Keadilan Sosial

Dikenalnya pola kehidupan bercocok tanam secara gotong-royong berarti


masyarakat pada saat itu telah berhasil meninggalkan pola hidup foodgathering
menuju ke pola hidup foodproducing. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu
upaya kearah perwujudan kesejahteraan dan kemakmuran bersama sudah ada.

2.2 PANCASILA PADA MASA KERAJAAN


1. Kerajaan Kutai

Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan


ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Diyakini prasasti tersebut
berasal dari kerajaan yang bernama Kutai. Berdasarkan prasasti tersebut dapat
diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan dari raja Aswawarman keturunan
dari Kudungga. Raja Mulawarman mengadakan kenduri dan memberikan sedekah
kepada Brahmana dan para Brahmana membangun Yupa itu sebagai tanda terima
kasih kepada Raja yang dermawan.

Masyarakat kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya


ini menampilkan nilai-nilai politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri,
serta sedekah kepada para brahmana.

2. Kerajaan Sriwijaya

Pada abad ke VII munculah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan


Wijaya, di bawah kekuasaaan bangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam prasasti
Kedudukan Bukit di kaki bukit Sguntang dekat Palembang yang bertarikh 605 caka
atau 683 M. yang ditulis dalam bahasa melayu kuno huruf Pallawa. Kerajaan itu
adalah kerajaan Maritim yang mengandalkan kekuatan lautnya, kunci-kunci lalu-
lintas laut di sebelah barat dikuasainya seperti selat Sunda (686), kemudian selat
Malaka (775). Pada zaman itu kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang
cukup disegani di kawasan Asia Selatan. Perdagangan dilakukan dengan
mempersatukan pedagang pengrajin dan pegawai raja yang disebut Tuhan An
Vatakvurah sebagai pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakat
mudah untuk memasarkan dagangannya. Demikian pula dalam sistem
pemerintahaannya terdapat pegawai pengurus pajak, harta benda, kerajaan,
rokhaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan gedung-gedung dan
patung-patung suci sehingga pada saat itu kerajaan dalam menjalankan sistem
negaranya tidak dapat dilepaskan dengan nilai Ketuhanan.

Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan suatu


universitas agama Budha, yang sangat terkenal di negara lain di Asia. Banyak
musafir dari negara lain misalnya dari Cina belajar terlebih dahulu di universitas
tersebut terutama tentang agama Budha dan bahasa Sansekerta sebelum
melanjutkan studinya ke India. Malahan banyak guru-guru besar tamu dari India
yang mengajar di Sriwijaya misalnya Dharmakitri. Cita-cita tentang kesejahteraan
bersama dalam suatu negara adalah tercemin pada kerajaan Sriwijaya tersebut
yaitu berbunyi ‘marvuat vanua criwijaya dhayatra subhiksa’ (suatu cita-cita negara
yang adil dan makmur).
2.3 Zaman Kerajaan-kerajaan Sebelum Majapahit

Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang


memancangkan nilai-nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa
Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti. Kerajaan Kalingga pada abad ke VII,
Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut membantu membangun candi Kalasan untuk
Dewa Tara dan sebuah wihara untuk pendeta Budha didirikan di Jawa Tengah
bersama dengan dinasti Syailendra (abad ke VII dan IX). Refleksi puncak dari Jawa
Tengah dalam periode-periode kerajaan-kerajaan tersebut adalah dibangunnya
candi Borobudur (candi agama Budha pada abad ke IX), dan candi Prambanan
(candi agama Hindhu pada abad ke X).

Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur


muncullah kerajaan-kerajaan Isana (pada abad ke IX), Darmawangsa (abad ke X)
demikian juga kerajaan Airlanga pada abad ke XI. Raja Airlangga membuat
bangunan keagamaan dan asrama, dan raja ini memiliki sikap toleransi dalam
beragama. Agama yang diakui oleh kerajaan adalah agama Budha , agama Wisnu
dan agama Syiwa yang hidup berdampingan secara damai. Menurut prasasti
Kelagen, Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama
dengan Benggala, Chola dan Champa hal ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan.
Demikian pula Airlangga mengalami penggemblengan lahir dan batin di hutan dan
tahun 1019 para pengikutnya, rakyat dan para Brahmana bermusyawarah dan
memutuskan untuk memohon Airlangga bersedia menjadi raja, meneruskan
tradisi istana, sebagai nilai-nilai sila keempat. Demikian pula menurut prasasti
Kelagen, pada tahun 1037, raja Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul
dan waduk demi kesejahteraan rakyat yang merupakan nilai-nilai sila kelima.

Di wilayah Kediri Jawa Timur berdiri pula kerajaan Singasari (pada abad ke
XIII), yang kemudian sangat erat hubungannya dengan berdirinya kerajaan
Majapahit.

1. Kerajaan Majapahit

Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman


keemasannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan mahapatih Gajah
Mada yang dibantu oleh Laksamana Nala dalam memimpin armadanya untuk
menguasai nusantara.Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365). Dalam
kitab tersebut telah terdapat istilah “Pancasila”. Empu Tantular mengarang buku
Sutasoma, dan di dalam buku itulah kita jumpai seloka persatuan nasional yaitu
Bhinneka Tunggal Ika yang bunyi lengkapnya Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana
Dharma Mangrua, artinya walaupun berbeda tapi tetap satu jua.

Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang
Ratu dan Menteri-menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331,
yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut :
‘saya baru akan berhenti berpuasa makan pelapa jikalau seluruh nusantara
bertakluk di bawah kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru,
Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik telah dikalahkan.

Dalam hubungannya dengan negara lain raja Hayam Wuruk mengadakan


hubungan bertetangga dengan baik dengan kerajaan Tiongkok, Ayodya, Champa,
dan Kamboja.

Majapahit menjulang dalam arena sejarah kebangsaan Indonesia dan


banyak meninggalkan nilai-nilai yang diangkat dalam nasionalisme negara
kebangsaan Indonesia 17Agustus 1945.

2. Zaman Penjajahan

Setelah Majapahit rutuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah


agama islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersama dengan itu berkembang
pulalah Kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Demak, dan mulailah
berdatangan orang-orang eropa di nusantara, antara lain orang Portugisa portgis
yang kemudian di ikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin mencari pusat
tanaman rempah-rempah.

Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang awalnya berdagang adalah


orang-orang bangsa portugis. Namun lama kelamaan bangsa portugis mulai
menunjukkan peranannya dalam bidang perdagangan yang meningkat menjadi
praktek penjajahan misalnya Malaka sejak tahun 1511 dikuasai oleh Portugis.

Pada akhir abad ke XVI Bangsa Belanda datang juga ke Indonesia. Untuk
menghindarkan persaingan diantara mereka sendiri (Belanda) kemudian mereka
mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama V.O.C.,(Verenigde Oost
Indische Compagnie), yang dikalangan rakyat dikenal dengan istilah ‘Kompeni’.

Mataram dibawah pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) berupaya


mengadakan perlawanan dan penyerangan ke Bataviapada tahun 1628 dan 1629,
walaupun tidak berhasil meruntuhkan namun Gubernur Jendral J .P. Coen tewas
dalam serangan Sultan Agung yang ke dua itu.

Beberapa saat setelah sultan Agung mangkat maka mataram menjadi


bagian kekuasaan kompeni. Dimakasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital
berhsil juga dikuasai oleh kompeni tahun (1667) dan timbulah perlawanan dari
rakyat makasar dibawah Hasanudin. Menyusul pula wilayah banten (Sultan Agung
Tirtoyoso) dapat di tundukkan pula oleh kompeni pada tahun 1684. Perlawanan
Trunojoyo, Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke XVII, nampaknya
tidak mampu meruntuhkan kekuasaan kompeni pada saat itu. Demikian Belanda
pada awalnya menguasai daerah-daerah yang strategis yang kaya akan hasil
rempah-rempah pada abad ke XVII dan nampaknya semakin memperkuat
kedudukannya dengan didukung oleh kekuatan militer.

Pada abad itu sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan keras
untuk memperkuat dan mengintensifkan kekuasaan di Indonesia. Melihat
praktek-praktek penjajahan Belanda tersebut maka meledaklah perlawanan
rakyat di berbagai wilayah nusantara, antara lain : Pattimura di maluku (1817),
Baharudin di Palembang (1819), Imam Bonjol di Minangkabau (1821-1837).
Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah (1825-1830), Jlentik, Polim, Teuku Tjik di
Tiro, Teuku Umar dalam perang Aceh (1860), anak Agung Made dalam perang
Lombok (1894-1895), Sisingamangaraja di tanah Batak (1900) dan masih banyak
perlawanan lainnya.Penghisapan mulai memuncak ketika Belanda mulai
menerapkan sistem monopoli melalui tanam paksa (1830-1870) dengan
memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat yang tidak berdosa.

3. Zaman Kebangkitan Nasional

Pada abad XX Di punggung Politik Internasional terjadilah pergolakan


kebangkitan dunia Timur dengan suatu kesadaran akan kekuatan sendiri. Partai
Kongres di india dengan tokoh Tilak dan Gandhi, adapun di indonesia bergolaklah
kebangkitan akan kesadaran berbangsa yaitu kebangkitan nasional (1908)
dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dengan Budi Utomonya. Gerakan ini lah
yang merupakan awal gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang
memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuasaannya sendiri.

Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 mei 1908 inilah yang
merupakan pergerakan nasional, sehingga segera setelah itu muncullah
organisasi-organisasi pergerakan lainnya. Organisasi-organisasi pergerakan
nasional itu antara lain : Sarakat Dagang Islam (SDI) (1909), yang kemudian
dengan cepat mengubah bentuknya menjadi gerakan politik dengan mengganti
namanya menjadi Sarikat Islam (SI) tahun (1911) di bawah H.O.S. Cokroaminoto.

Berikutnya muncullah Indische Partij (1913),yang di pimpin oleh tiga


serangkai yaitu: Douwes Dekker,Ciptomangunkusumo, Suwardi Suryaningrat
(yang kemudian lebih di kenal dengan nama Ki Hajar Dewantoro), partai ini tidak
menunjukkan keradikalannya, sehingga tidak dapat berumur panjang karena
pemimpinnya di buang di luar negeri (1913).

Dalam siuasi yang menggoncangkan itu muncullah Partai Nasional


Indonesia (PNI) (1927) yang dipelopori oleh Soekarno, Cipto mangunkusumo,
Sartono dan tokoh lainnya. Perjuangan Nasional Indonesia di titik beratkan pada
kesatuan nasional dengan tujuan Indonesia Merdeka. Tujuan ttu kemudian diikuti
dengan tampilnya golongan pemuda yang tokoh-tokohnya antara lain : M. Yamin,
Wongsonegoro, Kuncoro Purbo Pranoto, Serta tokoh-tokoh muda lainnya.
Perjuangan rintisan kesatuan Nasional kemudian diikuti dengan Sumpah Pemuda
pada tanggal 28 Oktober 1928, satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air
Indonesia. Lagu Indonesia Raya pada saat ini pertama kali dikumandangkan dan
sekaligus sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa.

Kemudian PNI oleh para pengikutnya dibubarkan, dan diganti bentuknya


dengan partai Indonesia dengan singkatan Partindo (1931). Kemudian golongan
Demokrat antara lai : Moh. Hatta, dan St. Syahrir mendirikan PNI baru yaitu
Pendidikan Nasional Indonesia (1933), dengan semboyan Kemerdekaan Indonesia
harus dicapai dengan kekuatan sendiri.

4. Zaman Sebelum Proklamasi

Pada tanggal 29 April 1945 dibentuk Suatu badan yang bertugas untuk
menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan
Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuriti Zyunbi
Tioosakai.

Pada hari itu juga di umumkan nama-nama Ketua, Wakil ketua serta para anggota
sebagai berikut :

Ketua (Kaicoo) : Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat

Ketua Muda : Ichibangase Yosio ( Seorang anggota luar biasa)

(Fuku Kaicoo Tokubetsu Iin )

Ketua Muda : R.P. Soeroso ( merangkap kepala)

(Fuku Kaicoo atau Zimukyoku Kucoo ).

Nama para anggota Iin menurut nomor tempat duduknya dalam sidang adalah
sebagai berikut :

1. Ir. Soekarno
2. Mr. Muh Yamin
3. Dr. R. Kusuma Atmaja
4. R. AbdulrahimPratalykrama
5. R. Aris
6. K. H. Dewantara dan masih banyak lagi yang lainnya

Sidang BPUPKI dilaksanakan sebanyak dua kali sebelum kemerdekaan


Indonesia. Siding pertama di laksanakan pada tanggal 29 mei – 1 juni 1945
sedangkan sidang ke dua di laksanakan pada tanggal 10-16 juli.

Sidang BPUPKI Pertama dilakukan untuk menentukan dasar Negara


Indonesia. Sidang berlangsung selama empat hari, berturut-turut yang tampil
untuk berpidato menyampaikan usulannya adalah sebagai berikut:

Mr. Muh Yamin (29 Mei 1945)


Dalam pidatonya 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan dasar
negara Indonesia sebagai berikut :

1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan,
3. Peri Ketuhanan,
4. Peri Kerakyatan (A.Permusyawaratan,B.Perwakilan,C. Kebijaksanaan )
5. Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial).

Prof.Dr. Soepomo (31 Mei 1945)

Prof. Dr. Soepomo Mengemukakan teori-teori sbb:


(1). Teori negara perseorangan (individualis).

(2). Paham negara kelas (Class Theory)

(3). Paham negara Integralistik, yang diajarkan oleh Spinoza, adam muler Hegel
(abad 18 dan 19).

Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat negara Indonesia Soepomo


mengusulkan hal-hal mengenai: kesatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan
batin, musyawarah, keadilan rakyat.

Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

Usulan dasar negara dalam sidang BPUPKI Pertama berikutnya adalah


pidato dari Ir. Soekarno yang disampaikan lisan tanpa teks, Beliau mengusulkan
dasar negara yang terdiri atas lima prinsip yang rumusannya adalah sbb :

1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)


2. Internasionalisme (peri Kemanusiaan)
3. Mufakat (Demokrasi)
4. Kesejahteraan social
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Berkebudayaan)
Beliau juga mengusulkan bahwa pancasila adalah sebagai dasar filsafat
negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia.Soekarno mengemukakan dasar-
dasar sebagai berikut:

Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat,


kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma,
tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa –
namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar
itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.

Oleh karena itu, ditetapkan pada tanggal 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai
hari lahir Pancasila.

2.4 PANCASILA ERA KEMERDEKAAN

Selepas perumusan dasar Negara Indonesia yang dilaksanakan tanggal


29 mei – 1 juni 1945, di bentuk panitia kecil (Sembilan orang) untuk
merumuskan gagasan-gagasan tentang dasar-dasar Negara yang di lontarkan
oleh tiga pembicara pada sidang pertama. Pada tanggal 22 juni 1945, rumusan
hasil panitia Sembilan itu di serahkan ke BPUPKI dan di beri nama “Piagam
Jakarta’’. Naskah piagam Jakarta di tulis dengan menggunakan ejaan republik
dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno, Moh Hatta, A. A. Maramis, abdul Kahar,
H Agus Salim, Achmad subardjo, abikoesno, K, H. Wahid Hasjim dan
Muhamaad Yamin. Namun, ada perdebatan terkait sila pertama pada piagam
Jakarta. oleh karena itu, dalam rapat panitia persiapan kemerdekaan Indonesia
(PPKI) pada 18 agustus 1945, di putuskan untuk melakukan perubahan pada
sila pertama dri yang di tulis dalam piagam Jakarta

Hingga kemudian, rumusan pancasila versi 18 agustus 1945 itu menjadi


seperti yang dikenal saat ini, yaitu :

1. Ketuhanan yang maha esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradap

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikamat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Era kemerdekaan dimulai dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada


tanggal 17 Agustus 1945. Secara ilmiah proklamasi kemerdekaan dapat
mengandung pengertian sebagai berikut:

1. Dari sudut ilmu hukum proklamasi merupakan saat tidak berlakunya tertib
hukum kolonial, dan saat mulai berlakunya tertib hukum nasional.
2. Secara politis ideologi proklamasi mengandung arti bahwa bangsa
Indonesia terbatas nasib sendiri dalam suatu Negara proklamasi republik
Indonesia.
Kemudian tanggal 18 Agustus pada rapat PPKI, ditetapkan UUD 1945 dan
Presiden serta Wakilnya. Sesudah itu dimulailah pergolakan politik dalam
negeri seperti berikut ini:
3. Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)
Sebagai hasil dari konferensi meja bundar (KMB) maka ditanda tangani suatu
persetujuan (mantel resolusi) Oleh Ratu Belanda Yuliana dan wakil pemerintah
RI di Kota Den Hag pada tanggal 27 Desember 1949, maka berlaku pulalah
secara otomatis anak-anak persetujuan hasil KMB lainnya dengan konstitusi
RIS, antara lain :
4. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalis) yaitu 16
Negara pasal (1 dan 2)
5. Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintah berdasarkan asas demokrasi
liberal dimana mentri-mentri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan
pemerintah terhadap parlemen (pasal 118 ayat 2)
6. Mukadiamah RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa dan semangat
maupun isi pembukaan UUD 1945, proklamasi kemerdekaan sebagai naskah
Proklamasi yang terinci.
7. Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memiliki kedaulatan,
oleh karena itu persetujuan 27 Desember 1949 tersebut bukannya penyerahan
kedaulatan melainkan “pemulihan kedaulatan” atau “pengakuan kedaulatan”

2.5. Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1950

Berdirinya negara RIS dalam Sejarah ketatanegaraan Indonesia adalah


sebagai suatu taktik secara politis untuk tetap konsisten terhadap deklarasi
Proklamasi yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 taitu negara persatuan
dan kesatuan sebagaimana termuat dalam alinea IV, bahwa pemerintah negar.”
yang melindungi segenap bangsa Indoneia dan seluruh tumpah darah negara
Indonesia” yang berdasarkan kepada UUD 1945 dan Pancasila. Maka terjadilah
gerakan unitaristis secara spontan dan rakyat untuk membentuk negara kesatuan
yaitu menggabungkan diri dengan Negara Proklamasi RI yang berpusat di
Yogyakarta, walaupun pada saat itu Negara RI yang berpusat di Yogyakarta itu
hanya berstatus sebagai negara bagian RIS saja.
Pada suatu ketika negara bagian dalam RIS tinggalah 3 buah negara bagian saja
yaitu :

1. Negara Bagian RI Proklamasi


2. Negara Indonesia Timur (NIT)
3. Negara Sumatera Timur (NST)

Akhirnya berdasarkan persetujuan RIS dengan negara RI tanggal 19 Mei


1950, maka seluruh negara bersatu dalam negara kesatuan, dengan Konstitusi
Sementara yang berlaku sejak 17 Agustus 1950.

Sejarah pancasila pada era orde lama

Masa setelah kemerdekaan RI (1945-1950), sejak Soekarno dan Moh Hatta


memproklamasikkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, yang terjadi setelahnya
adalah hiruk-pikuk politik dan keamanan seiring masuknya kembali Belanda ke
wilayah Indonesia. Pada masa awal pemerintahan Soekarno pula pancasila
dibentuk. Tak hanya dasar Negara, bentuk pemerintahan juga birokrasi
didalamnya juga dirumuskan. Pembentukan Negara Indonesia ini diwarnai silang
pendapat dan perdebatan panjang. Selain harus menghadapi Belanda diberbagai
front pertempuran maupun meja perundingan, masa pemerintahan usai
kemerdekaan RI kala itu juga terjadi gejolak internal. Ada rasa ketidakpercayaan
dari sejumlah golongan terhadap pemerintahan Soekarno-Hatta.

Masa setelah pengakuan kedaulatan (1950-1959), setelah melalui


rangkaian perundingan daan polemic bersenjata yang dituntaskan dengan
konferensi meja bundar (KMB), Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia
sebagai Negara yang merdeka dan berdiri sendiri pada 27 Desember 1949.
Menjadi Negara yang berdaulat justru membuat pemerintahan Soekarno tidak
stabil lantaran banyak munculnya masalah internal, baik dari cabinet maupun
ancaman disintegrasi bangsa. Dalam kurun waktu Sembilan tahun, yakni 1950-
1959, pemerintahan Indonesia (kala itu bernama Republik Indonesia Serikat atau
RIS) mengalami tujjuh perombakan cabinet. Diberbagai wilayah, pada periode ini
mmuncul gerakan-gerakan yang mengancam keutuhan Negara. Sebut saja
pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), Andi Aziz, Republik Maluku
Selatan (RMS), Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta), dan lain-lain. Pada masa
ini pula militer mulai menjadi fraksi yang kuat Dalam perpolitikan Indonesia dan
berperan besar dalam proses transisi pemerintahan dari orde lama ke orde baru
yang dipimpin oleh di Soeharto.

Masa akhir orde lama (1959-1966), periode ini diwarnai dengan system
demokrasi terpimpin oleh Soekarno. Masa demokrasi terpimpin juga menjadi
akhir orde lama usai terjadinya peristiwa gerakan 30 September (G30S) 1945.
Soekarno mengubah system politik Indonesia menjadi demokrasi terpimpin
melalui dekrit presiden 5 juli 1959. Akibatnya, sistem perpolitikan dan
pemerintahan Negara bertumpuk pada Soekarno sebagai presiden. Demokrasi
terpimpin sejatinya merupakan konsep untuk membentuk ulang system
pemerintahan yang kacau. Dengan menjadikan presiden sebagai titik sentral
pemerintahan, Soekarno berharap daapat menciptakan ulang stabilitas politik
Indonesia waktu itu. Namun, yang terjadi justru sebaliknya pelaksanaan
demokrasi terpimpin telah menyeleweng dari ketentuan UUD 1945. Pada
pelaksanaan demokrasi terpimpin, justru terjadi pelanggaran terhadap UUD 1945
dan pemerintahan cenderung menjadi sentralistik. Hal ini dikarenakan terpusat
hanya kepada presiden yang membbuat kedudukan presiden sangat kuat dan
berkuasa, terlebih setelah mundurnya Hatta dari possisi presiden sejak 1956.
Kedudukan pancasila pada masa orde lama kembali terancam dengan terjadinya
peristiwa G30S 1965 yang melibatkan orang-orang PKI dan sebagian militer
sebagai pelakunya. Tragedi ini sekaligus mennjadi awal dari akhir rezim orde lama
pimpinan Soekarno yang kemudian digantikan era orde baru sejak 1966.

2.6 Sejarah Pancasila pada Era Orde Baru


Pancasila sebagai dasar negara Indonesia juga diterapkan pada masa Orde
Baru sejak 1966-1998, ketika Soeharto menjadi Presiden RI. Lima bunyi Pancasila
juga dijadikan sebagai landasan negara selama rezim Orba kendati

sempat terjadi polemik dalam sejarahnya. Pemerintah Orde Baru


mempunyai visi utama dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD RI
dalam kehidupan masyarakat serta bernegara. Upaya penerapan Pancasila di
rezim ini salah satunya adalah penyederhanaan partai politik. Partai politik
dibatasi dan hanya berjumlah tiga, meliputi Partai Demokrasi Indonesia (PDI),
Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Golkar. Bukan hanya itu, rezim Orde
Baru mewajibkan Pancasila sebagai asas tunggal. Oleh sebab itu, baik organisasi
masyarakat hingga partai politik harus menjadikan Pancasila sebagai pedoman
utama dalam menjalankan kegiatannya.

Penerapan Pancasila juga terjadi dalam bidang sosial politik. Militer juga
ikut terlibat demi menjaga keutuhan Pancasila yang merupakan dasar negara
Indonesia. Pada akhirnya, kegiatan bebas yang seharusnya diperbolehkan menjadi
lebih dibatasi. Atas nama Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara, kata
Soeharto, maka ABRI (militer) dan Golkar harus bersatu, terutama dalam
menjalankan pemerintahan yang kuat dari segala ancaman. Selain itu, tidak jarang
dilakukan pembreidelan surat kabar hingga majalah kala itu. Ada juga peristiwa
penangkapan aktivis karena mengkritik pemerintahan Soeharto pada masa
Orde Baru. Penerapan Pancasila sebagai asas tunggal pada era Orde Baru dengan
segala dampaknya menuai kritik. Beberapa kalangan menyebut Soeharto telah
menyalahgunakan Pancasila untuk kepentingan sendiri dan kelompoknya.

2.7 Sejarah Pancasila pada Era Reformasi


Pancasila merupakan dasar negara Indonesia sebagai ideologi yang
dipegang teguh dalam menjalankan kehidupan bernegara. Penerapan Pancasila
pun berkembang sesuai dengan kemajuan zaman, termasuk masa Reformasi 1998
sampai sekarang. Penerapan Pancasila sebelum Reformasi 1998 mengalami
berbagai cobaan, semisal munculnya berbagai pemberontakan di era Orde Lama,
atau upaya penyalahgunaan Pancasila atas nama kekuasaan pada rezim Orde
Baru. Di era Reformasi 1998, seiring lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan
dan selanjutnya, penerapan Pancasila juga terhalang. banyak godaan. Berakhirnya
Orde Baru membuka pintu gerbang kebebasan
bagi rakyat Indonesia, nyaris di semua lini kehidupan.
Penerapan Pancasila kini mendapatkan tantangan dari kondisi
masyarakat Indonesia yang benar-benar mendapat kebebasan. Di satu sisi,
adanya kebebasan merupakan hal yang positif, semisal dengan munculnya
kreativitas dari anak-anak bangsa. Namun, ada juga beberapa sisi negatifnya.
Sebagai contoh adalah terjadinya pergaulan bebas, cara interaksi yang tak
beretika, penyalahgunaan narkoba dan minuman keras, anarkisme-vandalisme,
konflik horizontal, serta hal-hal lain yang dapat mengancam keutuhan bangsa.
Penerapan Pancasila di era digital, seperti dikutip dari laman resmi
Lembaga Ketahanan Nasional RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M. P. mengatakan,
“Pancasila merupakan ideologi terbuka”. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila
bisa memadukan beberapa nilai baru dalam kehidupan bernegara. Namun,
kendati sifatnya terbuka, Pancasila harus dijaga kemurniannya agar tidak
terancam oleh ideologi-ideologi lain. Kedatangan ideologi lain tidak terlepas
dari perkembangan teknologi informasi, seperti berbagai platform sosial media
(sosmed), merebaknya media online, dan lain-lain. Oleh karena itu, penerapan
Pancasila sebaiknya memanfaatkan teknologi agar menarik perhatian generasi
muda serta masyarakat untuk lebih bisa memaknai dan mengamalkannya.
Mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dan penerapan nilai-nilai Pancasila
juga diajarkan melalui pendidikan sekolah. Salah satunya lewat mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKN) agar generasi muda tidak
melupakan Pancasila. Melalui mata pelajaran PKN dengan kurikulum terbaru,
Pancasila bukan hanya diajarkan melalui teori, namun juga praktik di
kehidupan nyata sehari-hari. Pancasila selalu diterapkan sesuai dengan
perkembangan zaman. Di masa reformasi hingga saat ini, masyarakat tetap
dapat menjalankan nilai-nilai Pancasila dengan memaksimalkan hasil
kemajuan teknologi informasi. Oleh karena itu, cita-cita dari nilai asli
masyarakat Indonesia dapat terus berkembang agar masyarakat dapat mencapai
keadilan dan kemakmuran sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama
dengan bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa
yang saling berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan
dengan kejadian masa sekarang dan semuanya bermuara pada masa yang akan
datang. Hal ini berarti bahwa semua aktivitas manusia pada masa lampau
berkaitan dengan kehidupan masa sekarang untuk mewujudkan masa depan yang
berbeda dengan masa yang sebelumnya. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia
berlalu dengan melewati suatu proses waktu yang sangat panjang. Dalam proses
waktu yang panjang itu dapat dicatat kejadian-kejadian penting yang merupakan
tonggak sejarah perjuangan.

Dan Dasar Negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan
dan mampu memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah Negara. Negara
Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu
pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar Negara, merupakan sumber
kaidah hukum yang mengatur Negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya
seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam
kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan
Negara dan seluruh kehidupan Negara Replubik Indonesia.

3.2 SARAN

Proses sejarah pembentukan pancasila sebaagai dasar Negara serta


identitas Indonesia melaalui berbagai tahapan yang panjang daan tidak instan.
Oleh karenanya, penulis berpesan kepada generaasi muda penerus bangsa supaya
senantiasa memahami, mengimplementasikan, dan mengamalkan nilai-nilai
pancasila dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga pancasila akan selalu hidup
dan melekat sebagai jati diri bangsa Indonesia di masa sekarang maupun nanti
dimasa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, Prof.Dr., 2014, Pendidikan Pancasila, Paradigma, 2014, Pendidikan

Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.

1878, Pancasila ditinjau dari segi historis,yudiris constitutional dan filosofis,


Malang

http///www.google.com

http://kuliahkumanajemenpendidikan.wordpress.com

http//Birokrasi.kompasiana.com

https//www.slideshare.net/DWIAYU2/sejarah-pancasila

https://prezi.com/nw7zmgu02ghp/pancasila-dalam-kajian-sejarah-bangsa-
indonesia/

Anda mungkin juga menyukai