Dosen Pengampu :
Dwi Junianto, S. T., M. T.
Di Susun Oleh :
1. Muhammad Toha Abidin (22133204002)
2. Diaz Fajar Eka Pratama (22133204002)
3. Dimas Andrian (22133204009)
KELOMPOK 1
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................1-2
BAB II Pembahasan
2.1 Definisi dari Pancasila........................................................................3-4
2.2 Fungsi dan nilai Pancasila dalam lintasan waktu...............................4-8
2.3 Rumusan Pancasila...........................................................................8-14
2.4 perumusan Pancasila sebagai dasar negara....................................14-17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dalam lintasan waktu bangsa ini. Dalam hal ini, kita akan mengetahui posisi dan
sejarahnya mulai dari awal munculnya pancasila hingga saat ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi kata “Pancasila” berasal dari Bahasa sansekerta dari India
yaitu pancaI yang berarti “lima” dan sila yang berarti “dasar’. Jadi, secara harafiah
Pancasila diartikan sebagai “lima dasar”.
2. Menurut Sejarah
Beberapa pengertian Pancasila menurut para tokoh pendiri bangsa sebagai berikut
A. Muhammad Yamin
Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti
sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan
demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan
tentang tingkah laku yang penting dan baik.
B. Notonegoro
3
C. Ir. Soekarno
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad
lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila
tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
1. Nilai Religius
2. Nilai Perikemanusiaan
3. Nilai Kesatuan
4
pengetahuan tentang laut, musim, perahu, dan astronomi, menyebabkan adanya
kesamaan karakteristik kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu tidak
mengherankan jika lautan juga merupakan tempat tinggal selain daratan. Itulah
sebabnya mereka menyebut negerinya dengan istilah Tanah Air.
4. Nilai Musyawarah
Zaman Kerajaan
Nilai Pancasila:
5
1) Nilai Ketuhanan : memeluk agama Hindu
2) Nilai Kerakyatan : rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur
3) Nilai Persatuan : wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh
kawasan Kalimantan Timur
Zaman Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya memiliki nilai-nilai yang sama dengan nilai nilai yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila yang antara lain ialah :
1) Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya agama Budha dan Hindu yang
hidup berdampingan secara damai. Pada Kerajaan Sriwijaya terdapat pusat
kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Buddha.
2) Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India
(Dinasti Marsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India
menunjukan telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas aktif.
3) Nilai sila ketiga, sebagai Negara Maritim, Kerajaan Sriwijaya telah
menerapkan konsep Negara kepulauan sesuai dengan konsep wawasan
nusantara.
4) Nilai sila keempat, Kerajaan Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang
luas meliputi Siam dan Semenanjung Melayu.
5) Nilai sila kelima, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan
perdagangan sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.
Zaman Kerajaan Majapahit
6
refleksi puncak budaya kerajaan tersebut dibangun lah Candi Borobudur dan
Candi Prambanan.
Agama yang dilaksanakan pada zaman Kerajaan Majapahit ini adalah Agama
Hindu dan Budha yang saling hidup berdampingan secara damai. Pada masa ini
mulai dikenal beberapa istilah dan nilai-nilai Pancasila pada Kerajaan Majapahit,
yaitu sebagai berikut:
1) Nilai sila pertama, terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup
berdampingan secara damai. Istilah Pancasila terdapat dalam
bukuNegarakertagama karangan Empu Prapanca dan Empu Tantular
mengarang buku Sutasoma yang terdapat Sloka persatuan nasional yang
berbunyi ”Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua” yang
artinya, walaupun berbeda-beda namun tetap satu jua dan tidak ada agama
yang memiliki tujuan berbeda.
2) Nilai sila kedua, terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan
Kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Disamping itu juga
menjalin persahabatan dengan Negara-negara tetangga.
3) Nilai sila ketiga, terwujud dengan keutuhan kerajaan. Khususnya dalam
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang
Ratu dan Menteri-menteri pada tahun 1331
4) Nilai sila keempat, terdapat semacam penasehat dalam tata pemerintahan
Majapahit yang menunjukan nilai-nilai musyawarah mufakat. Menurut
Prasasti Kerajaan Brambang (1329), dalam tata Pemerintahan Kerajaan
Majapahit terdapat semacam penasehat kerajaan. Seperti, Rakryan I Hino,
I Sirikan dan I Halu yang berarti memberikan nasehat kepada Raja.
Kerukunan dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat telah
menumbuhkan adat bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan
masalah bersama.
5) Nilai sila kelima, terwujud dengan berdirinya kerajaan selama beberapa
abad yang ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
Zaman Penjajahan
7
Pada zaman penjajahan, nilai-nilai dalam Pancasila semakin nyata
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Penderitaan yang dirasakan
akibat penjajahan mengakibatkan kepala-kepala daerah bersatu untuk melawan
penjajah dimana hal tersebut mempererat persatuan rakyat Indonesia dengan
menyingkirkan ego masing-masing demi mencapai tujuan bersama yakni bebas
dari segala jenis penjajahan. Penderitaan yang dialami bangsa Indonesia pada
zaman inilah yang harus diingat dan dikenang oleh masayarakat sekarang
sehingga kejadian seperti ini tidak akan terulang di masa yang akan datang.
Soekarno pernah mengatakan “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Dari
perkataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi yang
beragam bagi kehidupan. Seperti diungkap seorang filsuf Yunani yang bernama
Cicero (106-43 SM) yang mengungkapkan “Historia Vitae Magistra”, yang
bermakna, “sejarah memberikan kearifan”. Pengertian yang lebih umum yaitu
“Sejarah merupakan guru kehidupan”. Sejarah memperlihatkan dengan nyata
bahwa semua bangsa memerlukan suatu konsepsi dan cita-cita. Jika mereka tidak
memilikinya atau jika konsepsi dan cita-cita itu menjadi kabur dan usang, maka
bangsa itu adalah dalam bahaya.
8
Dalam masa pembentukan Pancasila, periodenya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
9
Dalam sidang BPUPKI kedua yang berlangsung pada tangga 10-16 Juli
1945, disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian
dikenal dengan nama Piagam Jakarta (Jakarta Chartered). Piagam Jakarta
merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan Indonesia dimana pada
alinea ke-empat tersebut terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut
10
dapat lepas dari pengaruh Jepang. Setelah melalui proses yang berliku,
akhirnya teks proklamasi dibuat dengan usulan dari Soekarno dan M Hatta
serta diketik oleh Sayuti Melik pada pukul 02.00-04.00 dini. Teks ini
kemudian dibacakan pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 oleh Ir. Soekarno.
Kemudian pada 18 Agustus 1945 disahkannya UUD 1945 yang dalam
pembukaannya pada alinea keempat, terdapat rumusan Pancasila yang sedikit
berbeda dengan piagam Jakarta dimana sila pertama diubah kalimatnnya
menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” guna menjaga kesatuan dan persatuan
bangsa Indonesia.
Kemudian tanggal 18 Agustus pada rapat PPKI, ditetapkan UUD 1945 dan
Presiden serta Wakilnya. Sesudah itu dimulailah pergolakan politik dalam
negeri seperti berikut ini.
Sebagai hasil dari konferensi meja bundar (KMB) maka ditanda tangani suatu
persetujuan (Mantel resolusi) oleh Ratu Belanda Yuliana dan Wakil
Pemerintah RI di Kota Den Haag pada tanggal 27 Desember 1949, maka
berlaku pulalah secara otomatis anak-anak persetujuan hasil KMB lainnya
dengan konstitusi RIS, antara lain:
11
2. Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1950
Pada suatu ketika negara bagian dalam RIS tinggalah 3 buah negara bagian
saja yaitu Negara Bagian RI Proklamasi, Negara Indonesia Timur (NIT), dan
Negara Sumatera Timur (NST).
12
- Secara Ideologis Mukadimah Konstitusi Sementara 1950, tidak berhasil
mendekati perumusan otentik Pembukaan UUD 1945, yang dikenal
sebagai Declaration of Independence Bangsa Indonesia. Demikian pula
perumusan Pancasila dasar negara juga terjadi penyimpangan. Namun
bagaimanapun juga RIS yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dari
negara Republik Indonesia Serikat.
Pada akhir era ini, terjadi pergolakan politik yang tidak berujung. Hal
inilah yang mendorong Presiden Soekarno megeluarkan Dekrit Presiden pada
tanggal 5 Juli 1959.
Membubarkan Konstituante
Menetapkan kembali UUD 45 dan tidak berlakunya kembali UUD 50
Dibentuknya MPR dan DPR dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
13
Hukum Tatanegara Darurat Subjektif yaitu suatu keadaan hukum yang
memberi wewenang kepada orang tertinggi untuk mengambil tindakan-
tindakan hukum.
1. Periode 1945-1950
14
Pada masa ini, dasar yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945
yang presidensil, namun dalam prakteknya system ini tidak dapat terwujudkan
setelah penjajah dapat diusir. Persatuan rakyat Indonesia mulai mendapatkan
tantangan, dan muncul upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar
Negara dengan faham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun pada
tahun 1948 dan olen DI/TII yang ingin mendirikan Negara dengan agam Islam.
2. Periode 1950-1959
3. Periode 1956-1965
15
bangsa sekaligus menumpaskan paham komunis di Indonesia. Namun, walau
usaha seperti ini telah diterapkan sebenarnya orde baru sama saja seperti orde
lama, yaitu Pancasila tetap pada posisinya sebagai alat pembenar rezim otoritarian
baru di bawah Soeharto.
16
Eksistensi pancasila masih banyak dimaknai sebagai konsepsi politik yang
substansinya belum mampu diwujudkan secara riil. Reformasi belum berlangsung
dengan baik karena Pancasila belum difungsikan secara maksimal sebagaimana
mestinya. Banyak masyarakat yang hafal butir-butir Pancasila tetapi belum
memahami makna sesungguhnya.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
3.2 Saran
19
Daftar Pustaka
20