PENDIDIKAN PANCASILA
TENTANG
PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA
INDONESIA
Dosen : Nurul Istiqamah, M.Pd.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan innayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi isi materi, susunan kalimat, maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.3 Pancasila Dalam Kajian Sejarah Indonesia..............................................................2
2.3.1 Pancasila Era Pra Kemerdekaan............................................................................2
2.3.2 Teori Nilai Budaya................................................................................................3
2.3.3 Pancasila Era Kemerdekaan..................................................................................3
2.3.4 Pancasila Era Orde Lama......................................................................................5
2.3.5 Pancasila Era Orde Baru........................................................................................6
2.3.6 Pancasila Era Reformasi........................................................................................8
2.3.7 Hubungan Nilai-nilai Pancasila dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945, dengan Pembukaan UUD 1945, dengan batang tubuh UUD 1945, dan dengan
Manusia Indonesia.........................................................................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................10
3.2 Saran......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama
dengan bangsa Indonesia sejak dulu. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar
negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik
Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yaitu pemerintah,
wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya merupakan dasar pijakan
penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara Republik Indonesia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pancasila Dalam Kajian Sejarah Indonesia
a. Ketuhanan Yang Maha Esa: bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-
putusnya orang percaya kepada Tuhan.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab: bahwa bangsa Indonesia terkenal
ramah tamah, sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia.
c. Persatuan Indonesia: bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya guyub,
rukun, bersatu, dan kekeluargaan.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan: bahwa unsur-unsur demokrasi sudah ada
dalam masyarakat kita.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia: bahwa bangsa Indonesia
dalam menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan
berlaku adil terhadap sesama.
2
disimpulkan bahwa manusia mempunyai tiga kecenderungan mendasar yaitu theo-
genetis, bio-genetis, dan sosio-genetis.
3
Masa sidang kedua BPUPKI yaitu pada tanggal 10 Juli sampai dengan 17
Juli 1945, merupakan masa sidang penentuan perumusan dasar negara yang akan
merdeka sebagai hasil kesepakatan bersama. Anggota BPUPKI dalam masa
sidang kedua ini ditambah enam orang anggota baru. Sidang lengkap BPUPKI
pada tanggal 10 Juli 1945 menerima hasil panitia kecil atau Panitia Sembilan yang
disebut dengan Piagam Jakarta. Di samping menerima hasil rumusan Panitia
Sembilan dibentuk juga panitia-panitia Hukum Dasar yang dikelompokkan
menjadi tiga kelompok panitia perancang Hukum Dasar yaitu:
4
memuat dasar pembentukan Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta yang
lebih tua dari Piagam Perjanjian San Francisco (26 Juni 1945) dan Kapitulasi
Tokyo (15 Agustus 1945) itu ialah sumber berdaulat yang memancarkan
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (Yamin, 1954: 16). Piagam Jakarta
ini kemudian disahkan oleh sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menjadi
pembentukan UUD 1945, setelah terlebih dahulu dihapus 7 (tujuh) kata dari
kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”, diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pada tahun 1950-an muncul inisiatif dari sejumlah tokoh yang hendak
melakukan interpretasi ulang terhadap Pancasila. Saat itu muncul perbedaan
perspektif yang dikelompokkan dalam dua kubu. Pertama, beberapa tokoh
berusaha menempatkan Pancasila lebih dari sekedar kompromi politik atau
kontrak sosial. Mereka memandang Pancasila tidak hanya kompromi politik
melainkan sebuah filsafat sosial atau weltanschauung bangsa. Kedua, mereka
yang menempatkan Pancasila sebagai sebuah kompromi politik. Dasar
argumentasinya adalah fakta yang muncul dalam sidang-sidang BPUPKI dan
PPKI. Pancasila pada saat itu benar-benar merupakan kompromi politik di antara
golongan nasionalis netral agama (Sidik Djojosukarto dan Sutan Takdir
Alisyahbana dkk) dan nasionalis Islam (Hamka, Syaifuddin Zuhri sampai
Muhammad Natsir dkk) mengenai dasar negara.
1. Pembubaran konstituante;
2. Undang-Undang Dasar 1945 kembali berlaku; dan
3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
5
yang tampil hegemonik. Ikhtiar tersebut tercapai ketika Ir. Soekarno memberi
tafsir Pancasila sebagai satu kesatuan paham dalam doktrin “Manipol/USDEK”.
Manifesto Politik (Manipol) adalah materi pokok dari pidato Soekarno tanggal 17
Agustus 1959 berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” yang kemudian
ditetapkan oleh Dewan Pertimbangan Agung (DPA) menjadi Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN). Belakangan, materi pidato tersebut dikukuhkan dalam
Penetapan Presiden (Penpres) Nomor 1 tahun 1960 dan Ketetapan MPRS No.
1/MPRS1960 tentang GBHN (Ali, 2009: 30). Manifesto Politik Republik
Indonesia tersebut merupakan hasil perumusan suatu panitia yang dipimpin oleh
D.N. Aidit yang disetujui oleh DPA pada tanggal 30 September 1959 sebagai
haluan negara (Ismaun, 1978: 105).
Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen, semangat tersebut muncul berdasarkan
pengalaman sejarah dari pemerintahan sebelumnya yang telah menyimpang dari
pancasila serta UUD 1945. Akan tetapi, yang terjadi sebenarnya adalah tidak jauh
berbeda dengan apa yang terjadi pada masa orde lama, yaitu pancasila tetap pada
posisinya sebagai alat pembenar, rezim, otoritarian di bawah Soeharto.
Pelaksanaan UUD 1945 dan Pancasila pada masa orde lama dan orde
baru telah terjadi deviasi oleh oknum-oknum penyelenggara Pemerintah, sehingga
mendorong terjadinya reformasi oleh mahasiswa dan tokoh-tokoh bangsa.
Sehingga negara ini telah dilanda kritis, baik krisis di bidang ekonomi, politik
maupun kepemimpinan. Reformasi lahir dengan tujuan untuk memperbaiki krisis
yang berkepanjangan serta menata kearah yang lebih baik.
6
Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial politik
mengandung arti bahwa Pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia merdeka
diimplementasikan sebagai berikut:
7
Dimana orientasi pengembangan Pancasila diarahkan kepada Nation and
Character Building. Hal ini sebagai perwujudan keinginan bangsa Indonesia
untuk survival dari berbagai tantangan yang muncul baik dari dalam maupun luar
negeri, sehingga atmosfir politik sebagai panglima sangat dominan. Pancasila
sebagai dasar Negara, menurut Notonagoro dan Driarkara, bahwa Pancasila
mampu dijadikan pangkal sudut pandangan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan bahkan Pancasila merupakan suatu paham atau aliran filsafat
Indonesia, sehingga Pancasila tidak lahi djadikan alternatuf melainkan menjadi
suatu imperative dan suatu philosophical concensus dengan komitmen transenden
sebagai tali pengikat persatuan dan keatuan dalam menyongsong kehidupan masa
depan yang Bhineka Tunggal Ika.
8
1. Nilai-nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan atau dasar
serta motivasi segala perbuatannya, baik dalam hidup sehari-hari maupun
dalam hidup kenegaraan.
2. Fakta sejarah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memperjuangkan
terwujudnya nilai-nilai Pancasila itu dengan bermacam-macam cara dan
bertahap.
3. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan titik kulminasi
sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang didorong oleh amanat
penderitaan rakyat dan dijiwai Pancasila pada taraf yang tertinggi.
4. Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum lengkap isi-isi Pancasila dan
dapat dilihat pada tiap-tiap alinea dan pokok pikiran di dalamnya.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama
dengan bangsa Indonesia sejak dulu. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar
negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik
Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yaitu pemerintah,
wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya merupakan dasar pijakan
penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara Republik Indonesia.
B.Saran
Pancasila yang merupakan ideologi dan jati diri bangsa Indonesia, saat
ini nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sudah mulai dilupakan dan
ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, para generasi muda
harus dapat bersatu dan damai walau berbeda suku, budaya, dan agama. Dapat
berpikir rasional, demokratis, dan kritis dalam menuntaskan berbagai persoalan
yang terjadi. Memiliki semangat jiwa muda yang membangun Negara Indonesia,
dengan cara cinta tanah air dan rela berkorban, serta menjunjung tinggi nilai
nasionalisme anatara agama, budaya, dan suku bangsa agar tidak terjadi
perpecahan antar sesama bangsa Indonesia.
9
DAFTAR PUSTAKA
10