MULTIKULTURALISME
Tentang
DASAR KEBERAGAMAN DAN IDENTITAS KELOMPOK-KELOMPOK
BUDAYA
Dosen Pengampu : Sykurman, M.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
2. Kebudayaan
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif
digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami
lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi. Beberapa kebudayaan Indonesia antara lain :
a) Wayang
Seni pertunjukan asli dari Indonesia yang berkembang di Pulau Jawa dan
Bali ini sudah dikenal sejak beratus-ratu tahun yang lalu. Prasasti Balitung yang
ada sejak abad ke-4 membuktikan tentang keberadaan wayang pada saat itu,
dengan catatan “galigi mawayang”. Dalam perkembangannya, terdapat beberapa
jenis wayang, seperti wayang kulit, wayang golek, hingga wayang orang, dengan
cerita yang semakin berkembang pula. Pada tanggal 7 November 2003,
UNESCO juga sudah mengakui wayang sebagai salah satu seni bertutur budaya
Indonesia dalam daftar “Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of
Humanity”. Hingga saat ini, pertunjukan wayang masih bisa kita saksikan.
Bahkan, beberapa program di stasiun televisi swasta juga sering menayangkan
pertunjukan wayang orang, yang diselingi dengan humor, sehingga lebih menarik
dan tidak terkesan kuno.
b) Reog
Kesenian ini masih kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu
gaib. Dalam pertunjukan tradisional yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur ini,
biasanya menampilkan sosok “warok” dan “gemblak”. Kisah asal-usul reog yang
paling populer adalah ketika salah seorang abdi Kerajaan Majapahit pada abad
ke-15, bernama Ki Ageng Kutu mengumpulkan dukungan masyarakat untuk
melakukan pemberontakan dengan cara menggunakan reog.
c) Angklung
Dulunya, angklung dimainkan untuk memanggil Dewi Sri (dewi padi)
untuk turun ke bumi, agar tanaman masyarakat tumbuh subur. Hingga sekarang,
alat musik tradisional dari Jawa Barat tersebut, masih sering dimainkan dengan
cara digoyangkan, dalam berbagai upacara adat dan kegiatan nasional. Bahkan,
angklung juga sudah terdaftar di UNESCO sebagai Karya Agung Warisan
Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia, sejak bulan November 2010.
d) Tarian
Tarian yang berasal dari Provinsi Nangroe Aceh Darusalam seperti Tari
Seudati, Tari Saman Meusekat, dan lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Sumatera Utara seperti Tari Serampang
Dua Belas, Tari Tor-tor dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat seperti Tari Piring, Tari
Payung dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Riau seperti Tari Tandak, Tari Makan
Sirih, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Kepulauan Riau seperti Tari Serampang
Dua Belas, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Jambi seperti Tari Sekapur Sirih, Tari
Selampir Delapan, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Bengkulu seperti Tari Andun, Tari
Bidadari Teminang Anak, dan lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Sumatera Selatan seperti Tari Tanggai,
Tari Putri Bekhusek, dan yang lainnya
Tarian yang berasal dari Provinsi Bangka Belitung seperti Tari Campak dan
yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Lampung seperti Tari Jangget, Tari
Melinting, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Banten seperti Tari Merak, Tari Cokek,
dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi DKI Jakarta seperti Tari Topeng, Tari
Yopong, dan lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Jawa Barat seperti Tari Jaipong, Tari
Topeng Kuncaran, Tari Merak, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah seperti Tari Serimpi, Tari
Blambang Cakil, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi DI Yogyakarta seperti Tari Serimpi
Sanggu Pati, Tari Bedhaya, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Jawa Timur seperti Tari Remong, Tari
Reog Ponorogo, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Bali misalnya Tari Legong, Tari Kecak,
Tari Pendet, dan lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Barat seperti tari Mpa
Lenggogo, Tari Gandrung, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur seperti Tari Perang,
Tari Caci, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Kalimantan Barat seperti Tari Monong,
Tari Zapin Tembung, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah seperti Tari Tambun
dan Bungai, Tari Balean Dadas, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Kalimantan Selatan seperti Tari Baksa
Kembang, Tari Radab Rahayu, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Kalimantan Timur seperti Tari Gong, Tari
Perang, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Kalimantan Utara seperti Tarian Kancet
Ledo, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan seperti Tari Kipas, Tari
Bosara, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tengah seperti Tari Lumense,
Tari Moduai, Tari Peule Cinde dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tenggara seperti Tari Balumpa,
Tari Dinggu, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Sulawesi Utara seperti Tari Maengket, Tari
Polo dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Sulawesi Barat seperti Tari Toerang Batu,
dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Gorontalo seperti Tari Saronde, dan yang
lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Maluku seperti Tari Lenso, Tari Cakelele,
dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Maluku Utara seperti Tari Perang, Tari
Nahar Ilaa, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Papua seperti Tari Selamat Datang, Tari
Musyoh, dan yang lainnya.
Tarian yang berasal dari Provinsi Papua Barat seperti Tari Suanggi, Tari
Perang Papua, dan yang lainnya
e) Rumah Adat
Rumah Adat adalah bangunan yang memiliki cirikhas khusus, digunakan
untuk tempat hunian oleh suatu suku bangsa tertentu.Rumah adat merupakan
salah satu representasi kebudayaan yang paling tinggi dalam sebuah komunitas
suku/masyarakat.
3. Bahasa
a) Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda – beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara dan
orang yang dibicarakan serta media pembicara. Seiring berkembangnya zaman
bahasa mengalami perubahan juga dimasyarakat. Perubahan itu berupa variasi-
variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyak variasi tidak
mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efesien, dalam bahasa
timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan
tertentu yang disebut ragam bahasa setandar.
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar
agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan
dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat.
Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan
pengirim bahasa harus menguasai bahasa yang digunakan.
b) Penyebab Timbulnya Ragam Bahasa di Indonesia
Ada beberapa faktor penyebab timbulnya keragaman bahasa yang ada di
Indonesia yaitu:
1) Faktor Budaya.
Setiap daerah mempunyai perbedaan kultur atau daerah hidup yang berbeda
seperti wilayah Jawa, Papua dan beberapa wilayah lainnya.
2) Faktor Sejarah.
Setiap daerah mempunyai kebiasaan dan bahasa nenek moyang sendiri dan
berbeda- beda.
3) Faktor Perbedaan Demografi
Setiap daerah memiliki dataranyang berbeda seperti wilayah di daerah
pantai, pegunungan yang biasanya cenderung menggunakan bahasa yang
singkat jelas dan dengan intonasi volume suara yang besar. Berbeda dengan
pada pemukiman padat penduduk yang menggunakan bahasa lisan yang
panjang lebar dikarenakan lokasinya yang saling berdekatan dengan intonasi
volume suara yang kecil.
Selain Faktor tersebut Ragam Bahasa juga terjadi karena perkembangan zaman
dan perbedaan cara penyampaiannya atau logat bahasanya.
c) Macam- Macam Ragam Bahasa di Indonesia
1) Ragam Bahasa Secara Umum
Bahasa Baku, ragam bahasa yang penuturnya dipandang sebagai ragam yang
baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah,
suasana resmi, atau surat resmi.
Bahasa Cakapan (Bahasa akrab), ragam bahasa yang dipakai apabila
pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, dan topik
pembicara bersifat tidak resmi.
Bahasa Hormat, ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang
dihormati, misalnya orang tua dan atasan.
Bahasa Kasar, ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi
di kalangan orang yang saling mengenal.
Bahasa Lisan, ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait
oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu
pemahaman. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan
gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi
yang dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui, misalnya pada saat orang
berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan
ragam lisan yang non standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di
pasar, atau dalam kesempatan non formal lainnya.
Bahasa Resmi, ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.
Bahasa Tulis, ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak
terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan truktur sampai
pada sasaran secara visual. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang
standar maupun non standar. Ragam tulis yang standar kita temui dalam
buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga
dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau
poster.
2) Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek).
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian
bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta
berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali,
Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang berbeda-
beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak
padapelafalan/b/pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti
Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali
tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang
berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam
pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah,
kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan
mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm,
pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya
mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk
kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya
dipakai.
Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur.
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara
(jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu
antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca
terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya,
kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor
kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau
penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku.
Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin
tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah
tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan.
Dari pengertian, penyebab timbulnya, dan macam- macam keanekaragaman
bahasa di Indonesia yang sudah dijelaskan. Haruslah diketahui jumlah bahasa
yang dimiliki oleh Indonesia dengan keanekaragaman budaya maupun suku yang
sangat kaya. Menurut data badan pusat statistik yang didasarkan pada sensus
penduduk pada tahun 2010, jumlah bahasa yang berada di Indonesia adalah
sebanyak 1211 bahasa.
4. Agama
Keragaman agama dan keyakinan merupakan identitas lain dari kemajemukan
alamiah bangsa Indonesia. Begitu pentingnya keberadaan keragaman unsur agama
dan keyakinan ini, para pendiri bangsa Indonesia menjadikannya unsur paling penting
dalam konstitusi negara, sebagai upaya wajib negara untuk melindungi rahmat Tuhan
Yang Maha Esa yang harus tetap dipelihara dan disyukuri bangsa Indonesia. Para
perumus dasar negara Pancasila telah bersepakat agar menempatkan dasar
spiritualitas Nusantara ini dalam urutan pertama dari kelima sila Pancasila,
Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai yang terkandung dalam sila ini adalah kewajiban
bangsa Indonesia untuk beragama secara berkebudayaan yaitu suatu sikap dan
perilaku beragama yang menjunjung prinsip-prinsip toleransi. Bagian dari prinsip
toleransi beragama tersebut dapat dilakukan dengan menjauhkan sikap dan tindakan
memaksakan keyakinan seseorang atau kelompok atas individu atau kelompok
lainnya.
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat agamis. Agama-agama yang tumbuh
dan berkembang di nusantara adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong
Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi
negara. Tetapi sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi
negara dihapuskan.
Dari agama-agama di atas, agama Islam merupakan agama yang dianut oleh
mayoritas bangsa Indonesia. Dalam Islam terdapat banyak golongan dan kelompok
pemahaman misalnya kelompok Islam santri untuk menunjukkan keislaman yang
kuat dan Islam Abangan atau Islam Nominal bagi masyarakat Islam di daerah Jawa.
Sedangkan di kalangan kelompok santri sendiri perbedaan pemahaman dan
pengalaman Islam dikenal dengan kelompok modernis dan tradisionalis. Kelompok
pertama lebih berorientasi pada pencarian tafsir baru atau ijtihad atas wahyu Allah.
Sedangkan kelompok tradisionalis lebih menyandarkan pengalaman agamanya pada
pendapat-pendapat ulama.
Karena Indonesia merupakan Negara yang multi agama, maka Indonesia dapat
dikatakan sebagai Negara yang rawan terhadap disintegrasi bangsa. Banyak kasus
disintegraasi bangsa yang terhadi akhir-akhir ini melibatkan agama sebagai faktor
penyebabnya. Misalnya, kasus Ambon yang seringkali diisukan sebagai pertikaian
antara dua kelompok agama meskipun isu ini belum tentu benar. Akan tetapi isu
agama adalah salah satu isu yang mudah menciptakan konflik. Salah satu jalan yang
dapat mengurangi resiko konflik antar agama, perlunya diciptakan tradisi saling
menghormati antar agama-agama yang ada (Franz Magnis Suseno, 1995:174).
Menghormati berarti mengakui secara positif dalam agama dan kepercayaan orang
lain juga mampu belajar satu sama lain. Sikap saling menghormati dan menghargai
perbedaan memungkinkan penganut agama-agama yang berbeda bersama-sama
berjuang demi pembangunan yang sesuai dengan martabat yang diterima manusia
dari Tuhan
A. Kesimpulan
Identitas kelompok adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat
pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan paling
tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Identitas kelompok dijadikan
ciri dari suatu bangsa dan negara tersebut, sehingga identitas kelompok mencerminkan
kepribadian suatu bangsa.
Faktor-faktor pendukung kelahiran identitas kelompok yaitu kebudayaan, suku
bangsa, agama dan bahasa. Ke empat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam
proses pembentukan identitas kelompok bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari
masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain.
Arti penting identitas kelompok bagi suatu bangsa adalah sebagai pemersatu
bangsa yang bersangkutan sekaligus sebagai pembeda dengan bangsa lain. Bangsa yang
bersatu karena identitas yang sama dapat menimbulkan rasa kebanggan, kebersamaan,
dan kecintaan pada bangsa dan tanah airnya. Di sisi lain, identitas kelompok yang mampu
membedakan dengan bangsa lain akan menumbuhkan saling penghargaan toleransi,
hormat menghormati, dan sikap apresiatif terhadap identitas lain tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
www. kompas.com
www. academia.edu
www. wikiepedia.com