Dosen Pengampu:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa (Masa Pembuahan, Perumusan &
Pengesahan)” ini tepat pada waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai
dengan harapan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr. I Nengah
Suastika, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pancasila. Adapun
penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang sudah
mempercayakan tugas makalah ini kepada kelompok 1, sehingga sangat membantu
penulis untuk memperdalam pengetahuan tentang materi ini.
Tidak ada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan dari makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu pedoman bagi pembaca
serta penulis untuk menambah wawasan mengenai materi Pancasila dalam Arus
Sejarah Bangsa (Masa Pembuahan, Perumusan & Pengesahan).
Penulis
ii
DAFTAR ISI
2.2 Alasan Diperlukan Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia ... 9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia?
2. Apa alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia?
1
3. Bagaimana sumber historis, sosiologis, politis, tentang Pancasila dalam kajian
sejarah bangsa Indonesia?
4. Mengapa perlu membangun argumen tentang dinamika dan tantangan
Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia?
5. Bagaimana esensi dan urgensi Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia
untuk masa depan?
1. Untuk mengetahui konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa
Indonesia.
2. Untuk mengetahui alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia.
3. Untuk mengetahui sumber historis, sosiologis, politis, tentang Pancasila dalam
kajian sejarah bangsa Indonesia.
4. Untuk mengetahui perlunya membangun argumen tentang dinamika dan
tantangan Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia.
5. Untuk mengetahui esensi dan urgensi Pancasila dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia untuk masa depan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada awalnya perumusan Pancasila itu dilakukan pada sidang BPUPKI pertama
yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh
sang Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah anggota 60
orang. Badan ini diketuai oleh dr. Radjiman Wedyodiningrat yang didampingi oleh
dua orang ketua beliau (Wakil koordinator), yaitu Raden Panji Suroso dan
Ichibangase (orang Jepang). BPUPKI dilantik sang Letjen Kumakichi Harada,
panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta pada 28 Mei 1945. Sehari sesudah dilantik,
pada 29 Mei 1945, dimulailah sidang yang pertama dengan materi pokok pembicaraan
calon dasar negara. Adapun tokoh-tokoh yang berbicara dalam sidang BPUPKI yaitu
Mr. Muh Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Soepomo. Keempat tokoh
tersebut menyampaikan usulan wacana dasar negara menurut pandangannya masing-
masing. Meskipun demikian, perbedaan pendapatan di antara mereka tidak
mengurangi semangat persatuan dan kesatuan demi mewujudkan Indonesia merdeka.
3
Sikap toleransi yang berkembang pada kalangan para pendiri negara seperti inilah
yang seharusnya perlu diwariskan pada generasi-generasi selanjutnya. Pengusul calon
dasar negara dalam sidang BPUPKI yaitu Ir. Soekarno yang disampaikan melalui
pidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan lima buah gagasan
wacana dasar negara menjadi berikut:
Kemudian, kelima buah gagasan itu oleh Soekarno diberi nama Pancasila. Setelah
itu, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta sidang tidak menyukai angka
5, maka beliau memberikan angka tiga, yaitu Trisila yang terdiri atas :
1) Sosio-Nasionalisme,
2) Sosio-Demokrasi, serta
3) Ketuhanan yang Maha Esa.
Soekarno juga memberikan usulan nomor 1, yaitu Ekasila yang berisi asas
Gotong-Royong. Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno inilah yang di
kemudian hari diterbitkan kementrian penerangan Republik Indonesia dalam bentuk
buku yang berjudul “Lahirnya Pancasila (1947)”. Diketahui bahwa judul tersebut
mengakibatkan kontroversi seputar lahirnya Pancasila. Sewaktu Soekarno masih
berkuasa, terjadi semacam pengultusan terhadap Soekarno sehingga pada 1 Juni selalu
dirayakan menjadi hari lahirnya Pancasila. Adapun disaat pemerintahan Soekarno
jatuh, muncul upaya-upaya “de-Soekarnoisasi” oleh penguasa Orde Baru, sehingga
dikesankan seolah-olah Soekarno tidak berperan besar jasanya dalam penggalian dan
perumusan Pancasila. Setelah pidato Soekarno, sidang mendapatkan usulan nama
Pancasila bagi dasar filsafat negara (Philosofische grondslag) yang diusulkan oleh
Soekarno. Lalu dibuat panitia kecil 8 orang (Ki Bagus Hadi Kusumo, K.H. Wahid
Hasyim, Muh. Yamin, Sutarjo, A.A. Maramis, Otto Iskandar Dinata, dan Moh. Hatta)
yang bertugas menampung usul-usul seputar calon dasar negara. Sehingga sidang
pertama BPUPKI (29 Mei - 1 Juni 1945) ini berhenti sementara waktu.
4
2. Periode Perumusan Pancasila
Naskah awal “Pembukaan aturan Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini
menggunakan sejumlah perubahan yang dikemudian hari dijadikan sebagai
“Pembukaan” UUD 1945". Ketika para pemimpin Indonesia sedang sibuk
mempersiapkan kemerdekaan menurut skenario Jepang, secara tiba- tiba terjadi
perubahan peta politik dunia. Penyebab terjadinya perubahan peta politik dunia itu
disebabkan ditaklukkannya Jepang terhadap Sekutu. Insiden itu ditandai dengan
jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Sehari sesudah insiden
itu yakni pada 7 Agustus 1945, Pemerintah Pendudukan Jepang mengeluarkan
maklumatnya kepada Jakarta yang berisi:
Adapun pada 8 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal
Terauchi (Penguasa Militer Jepang pada kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan
5
pada Saigon, Vietnam. Ketiga tokoh tersebut diberi kewenangan sang Terauchi untuk
segera membentuk sebuah Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia sesuai
dengan maklumat Pemerintah Jepang 7 Agustus 1945. Sepulang dari Saigon, ketiga
tokoh tersebut membuat PPKI dengan total anggota 21 orang, yaitu: Soekarno, Moh.
Hatta, Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata, Purboyo,
Suryohamijoyo, Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul
Abbas, Ratulangi, Andi Pangerang, Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan, Panji Suroso,
Wahid Hasyim, T. Moh. Hasan.
Jatuhnya Bom di Hiroshima tidak membuat Jepang takluk, Amerika serta sekutu
akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Dengan
meluluhlantakkan kota tersebut sehingga membuat kekuatan Jepang semakin lemah.
Kekuatan yang semakin melemah, memaksa Jepang hingga akhirnya menyerah
kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Konsekuensi menyerahnya Jepang pada
sekutu, menjadikan daerah bekas pendudukan Jepang beralih kepada daerah
perwalian sekutu, termasuk Indonesia. Sebelum tentara sekutu dapat menjangkau
daerah-daerah tersebut, sementara waktu bala tentara Jepang masih ditugasi sebagai
sekadar penjaga kekosongan kekuasaan.
Kekosongan kekuasaan ini tidak disia-siakan oleh para tokoh nasional. Pada
awalnya, PPKI dibentuk oleh Jepang. Namun, dikarenakan Jepang sudah kalah dan
tidak berkuasa lagi, maka para pemimpin nasional pada saat itu segera mengambil
keputusan politis.
Peristiwa krusial lainnya terjadi pada 12 Agustus 1945, saat itu Soekarno, Hatta,
dan Rajiman Wedyodiningrat dipanggil oleh penguasa militer Jepang di Asia Selatan
ke Saigon untuk membahas wacana hari kemerdekaan Indonesia seperti yang pernah
dijanjikan. Namun, pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu.
Sehingga pada tanggal 15 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, serta Rajiman kembali ke
Indonesia. Kedatangan mereka disambut oleh para pemuda yang mendesak supaya
kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamasikan secepatnya, sebab mereka tanggap
terhadap perubahan situasi politik dunia. Para pemuda sudah mengetahui bahwa
6
Jepang menyerah kepada sekutu sebagai akibatnya Jepang tak memiliki kekuasaan
secara politis di daerah pendudukan, termasuk Indonesia.
7
2) Menentukan Presiden serta Wakil Presiden yang pertama (Soekarno serta Hatta).
3) Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI ditambah
tokoh-tokoh masyarakat dari banyak golongan. Komite ini dilantik 29 Agustus
1945 dengan ketua Mr. Kasman Singodimejo.
Sejarah bangsa Indonesia juga mencatat bahwa rumusan Pancasila yang disahkan
PPKI ternyata tidak sinkron dengan rumusan Pancasila yang termaksud pada Piagam
Jakarta. Hal tersebut disebabkan dengan adanya tuntutan asal wakil yang
mengatasnamakan warga Indonesia Bagian Timur yang menemui Bung Hatta yang
mempertanyakan 7 istilah di belakang istilah “Ketuhanan”, yaitu “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tuntutan ini ditanggapi
secara arif oleh para pendiri negara akibatnya terjadilah perubahan yang disepakati,
yaitu dihapusnya 7 kata yang dianggap menjadi kendala sehingga diganti
menggunakan kata “Yang Maha Esa”.
8
Perubahan bentuk negara berasal dari negara perkumpulan ke Negara Kesatuan
yang tidak diikuti dengan penggunaan Undang-Undang Dasar 1945. Namun dibuat
konstitusi baru yang dinamakan "Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS
1950)". Permasalahannya yakni sewaktu Indonesia pulang Negara Kesatuan,
ternyata tidak memakai Undang-Undang Dasar 1945, sehingga mengakibatkan
dilema kehidupan bernegara dikemudian hari. Berdasarkan Undang-Undang Dasar
sementara 1950 dilaksanakanlah Pemilu yang pertama pada tahun 1955. Pemilu ini
dilaksanakan untuk membentuk 2 badan perwakilan, yaitu Badan Konstituante dan
DPR pada tahun 1956. Badan Konstituante tersebut memulai sidang di Bandung
untuk membuat Undang-Undang yang definitif sebagai pengganti UUDS 1950.
Sebagian anggota menghendaki Islam menjadi dasar negara, sementara sebagian
yang lain tetap menghendaki Pancasila menjadi dasar negara. Kebuntuan ini
diselesaikan melalui voting, akan tetapi selalu gagal dalam mencapai suatu
keputusan, karena selalu tidak memenuhi syarat voting yang ditetapkan. Keadaan ini
memprihatinkan Soekarno menjadi kepala negara. Sehingga pada tanggal 5 Juli
1959, Presiden Soekarno mengambil langkah “darurat” dengan mengeluarkan dekrit.
Setelah dekrit Presiden Soekarno 5 Juli 1959, aplikasi sistem pemerintahan negara
didasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945. Hal itu disebabkan karena
pemberlakuan Undang-Undang Dasar 1945 menuntut konsekuensi menjadi berikut:
Adapun pada kenyataannya, selesainya Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959
terjadi beberapa hal yang berkaitan menggunakan penulisan sila-sila Pancasila yang
tidak seragam.
9
Budaya merupakan suatu proses cipta, rasa, dan karsa yang harus dikelola dan
dikembangkan secara terus-menerus. Budaya bisa membentuk identitas suatu bangsa
melalui suatu proses inkulturasi dan akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa
Indonesia merupakan konsekuensi dari proses inkulturasi dan akulturasi tersebut.
Kebudayaan tersebut mengandung pengertian sebagai berikut: ”suatu desain untuk
hidup yang merupakan suatu perencanaan dan sesuai dengan perencanaan itu
masyarakat mengadaptasikan dirinya pada lingkungan fisik, sosial, dan gagasan”
(Sastrapratedja, 1991: 144). Adapun jika didefinisikan kebudayaan ini ditarik ke
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka alasan diperlukannya Pancasila
dalam negara Indonesia untuk memerlukan suatu rancangan masa depan bagi bangsa
agar masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan lingkungan baru, yakni
kehidupan berbangsa yang mengatasi kepentingan individu atau kelompok.
10
persatuan, kerakyatan, dan keadilan juga ada dalam ideologi bangsa-bangsa lain,
akan tetapi bagi bangsa Indonesia kelima sila tersebut mencerminkan kepribadian
bangsa sebab dengan diangkat dari nilai-nilai kehidupan di dalam masyarakat
Indonesia itu sendiri dan dapat dilaksanakan secara simultan.
Seperti yang dikatakan Von Savigny bahwa setiap bangsa pasti memiliki
jiwanya masing-masing, hal itu disebut dengan volkgeist (jiwa rakyat atau jiwa
bangsa). Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa
Indonesia. Pancasila telah ada sejak dahulu bersama dengan lahirnya bangsa
Indonesia.
Perjanjian luhur memiliki arti bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa
dan kepribadian bangsa telah disepakati oleh para pendiri negara (political
consensus) sebagai dasar negara Indonesia (Bakry, 1994: 161). Kesepakatan dari
para pendiri negara terkait Pancasila sebagai dasar negara merupakan sebuah bukti
bahwa pilihan yang diambil pada saat itu merupakan pilihan yang tepat.
11
2.3 Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila tentang Pancasila
dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama
Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-nilai yang
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini dahulu. Misalnya, sila
Ketuhanan sudah ada pada zaman dahulu, meskipun kebenarannya, kebaikannya,
keindahannya, dan kegunaannya oleh bangsa dalam praktik pemujaan yang
beranekaragam, tetapi pengakuan tentang Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman
kehidupan bermasyarakat dan adanya Tuhan sudah diakui. Dalam Encyclopedia of
Philosophy disebutkan berbangsa dan menimbulkan tekad yang kuat untuk
mengamalkannya dalam beberapa unsur yang ada dalam agama, seperti kepercayaan
kepada kehidupan nyata (Bakry, 1994: 158).
12
3. Sumber Politis Pancasila
13
menunjukkan bahwa pengangkatan presiden seharusnya dilakukan secara periodik
dan ada batas waktu lima tahun.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan dasar negara, dan juga menjadi falsafah hidup bangsa
Indonesia sejak dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada negara, masyarakat, dan
pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila Pancasila itu tidak terlepas satu sama lain
melainkan satu kesatuan yang bulat, baik dalam fungsi dan kedudukannya sebagai
dasar negara maupun sebagai falsafah hidup bangsa. Pengertian dari kata “kesatuan
bulat” dari Pancasila ini ialah berarti bahwa sila yang satu meliputi dan menjiwai sila-
sila yang lain.
Sila-sila Pancasila itu tidak statis, akan tetapi dinamis, dengan gerakan- gerakannya
yang positif dan serasi, karena ketatanegaraan akan selalu berkaitan dengan tata
negara. Karena tata begara merupakan pengatur kehidupan bernegara yang
mennyangkut sifat, bentuk, tugas negara, dan pemerintahannya. Karena banyak
peristiwa-peristiwa penting yang terjadi yaitu seperti krisis-krisis yang menimpa
bangsa-bangsa dan negara, sebagai reaksi terhadap gejolak kehidupan bangsa tampak
menonjol satu atau beberapa sila saja. Berdasarkan penjelasan diatas telah diketahui
bahwa Pancasila sangat berperan terhadap keutuhan negara. Dengan kelima sila
tersebut kehidupan masyarakat akan lebih terarah.
3.2 Saran
Demikianlah yang dapat kelompok kami sampaikan terkait materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini. Tentunya, makalah ini memiliki banyak kekurangan dan
kelemahan. Sebab, terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang
kami peroleh hubungannya dengan makalah ini. Penulis memiliki harapan kepada
para pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk
kami, demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA