Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA

(MASA PEMBUAHAN, PERUMUSAN & PENGESAHAN)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila Rombel 7

Dosen Pengampu:

Dr. I Nengah Suastika, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 1:

Desita Amalia Nugraheni (2217041009)

Putu Ayu Kriliana Dewi (2217041008)

Ni Luh Putu Cintya Karmayani (2217041086)

Kadek Ayu Yuniasih (2217041303)

Mohammad Duta Ramadhan (2214101079)

Choky Sanjaya Barus (2217041135)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Om Swastiastu, Assalamualaikum wr.wb, salam sejahtera, salam kebajikan,


namo budaya, salam harmoni.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa (Masa Pembuahan, Perumusan &
Pengesahan)” ini tepat pada waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai
dengan harapan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr. I Nengah
Suastika, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pancasila. Adapun
penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang sudah
mempercayakan tugas makalah ini kepada kelompok 1, sehingga sangat membantu
penulis untuk memperdalam pengetahuan tentang materi ini.

Tidak ada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan dari makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu pedoman bagi pembaca
serta penulis untuk menambah wawasan mengenai materi Pancasila dalam Arus
Sejarah Bangsa (Masa Pembuahan, Perumusan & Pengesahan).

Singaraja, 18 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Sejarah Perumusan Pancasila ................................................................... 3

2.2 Alasan Diperlukan Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia ... 9

2.3 Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila tentang


Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia ................................ 12

2.4 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila


dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia ................................................ 13

2.5 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah


Bangsa Indonesia untuk Masa Depan .................................................... 14

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 15

3.2 Saran ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang berbentuk negara kepulauan dengan


bentuk pemerintahan republik. Oleh karena itu, Indonesia disebut dengan negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan bangsa Indonesia ini memiliki nilai-nilai
yang diyakini kebenarannya yang bersifat universal yaitu Pancasila.
Pancasila merupakan dasar negara dan juga sebagai falsafah hidup bangsa
Indonesia sejak dahulu. Pancasila diperuntukan untuk negara, masyarakat, dan
pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila Pancasila tidak akan terlepas antara sila satu
dengan sila yang lainnya dan merupakan satu kesatuan yang bulat, baik dalam segi
fungsi dan juga kedudukannya sebagai dasar negara maupun sebagai falsafah hidup
bangsa. Kata “kesatuan bulat” dari Pancasila ini memiliki arti bahwa sila yang satu
meliputi dan menjiwai sila-sila yang lain. Selain itu, perumusan Pancasila juga
dapat dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa yang selalu memiliki keterkaitan
dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam PP no. 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa
Pancasila wajib diajarkan di perguruan tinggi. Sehingga, Pancasila memiliki
peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter dari masyarakat bangsa
Indonesia. Dengan mempelajari Pancasila secara benar, maka bangsa Indonesia
akan tegar dalam menghadapi tantangan sekaligus menggapai peluang.
Untuk itu sebagai warga negara Indonesia yang baik dan bertanggung jawab
sebaiknya masyarakat mengikuti dan mematuhi sila-sila Pancasila, dikarenakan
seperti yang sudah dipaparkan pada penjelasan di atas, telah disebutkan bahwa
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum atau dasar negara yang harus
kita patuhi. Karena dalam sila-sila Pancasila tidak memihak kepada satu orang saja
melainkan untuk seluruh warga negara Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia?
2. Apa alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia?

1
3. Bagaimana sumber historis, sosiologis, politis, tentang Pancasila dalam kajian
sejarah bangsa Indonesia?
4. Mengapa perlu membangun argumen tentang dinamika dan tantangan
Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia?
5. Bagaimana esensi dan urgensi Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia
untuk masa depan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa
Indonesia.
2. Untuk mengetahui alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia.
3. Untuk mengetahui sumber historis, sosiologis, politis, tentang Pancasila dalam
kajian sejarah bangsa Indonesia.
4. Untuk mengetahui perlunya membangun argumen tentang dinamika dan
tantangan Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia.
5. Untuk mengetahui esensi dan urgensi Pancasila dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia untuk masa depan.

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini disusun dengan harapan mampu memberikan pengetahuan dan


wawasan bagi pembaca sebagai media informasi tentang Pancasila dalam Arus
Sejarah Bangsa (Masa Pembuahan, Perumusan & Pengesahan) serta bagi penulis
sebagai wahana penambah pengetahuan terkait sejarah bangsa dalam Pancasila.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perumusan Pancasila

1. Periode Pembuahan Pancasila

Jauh sebelum periode pengusulan Pancasila, cikal bakal munculnya ideologi


bangsa itu diawali dengan lahirnya rasa nasionalisme sebagai pembuka ke pintu
gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia. Kemudian, disusul lahirnya Soempah
Pemoeda 28 Oktober 1928 yang merupakan momen-momen perumusan diri bagi
bangsa Indonesia. Hal tersebut merupakan modal politik awal yang sudah dimiliki
oleh tokoh-tokoh pergerakan, sehingga sidang-sidang maraton BPUPKI yang
difasilitasi Laksamana Maeda, tidak sedikitpun ada intervensi dari pihak penjajah
Jepang. Para peserta sidang BPUPKI ditunjuk secara adil, bukan hanya atas dasar
konstituensi, melainkan pula atas dasar integritas dan rekam jejak di dalam
konstituensi masing-masing. Selanjutnya, sidang-sidang BPUPKI berlangsung secara
tahap demi tahap dan penuh dengan semangat musyawarah untuk melengkapi goresan
sejarah bangsa Indonesia hingga pada masa sekarang ini.

Pada awalnya perumusan Pancasila itu dilakukan pada sidang BPUPKI pertama
yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh
sang Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah anggota 60
orang. Badan ini diketuai oleh dr. Radjiman Wedyodiningrat yang didampingi oleh
dua orang ketua beliau (Wakil koordinator), yaitu Raden Panji Suroso dan
Ichibangase (orang Jepang). BPUPKI dilantik sang Letjen Kumakichi Harada,
panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta pada 28 Mei 1945. Sehari sesudah dilantik,
pada 29 Mei 1945, dimulailah sidang yang pertama dengan materi pokok pembicaraan
calon dasar negara. Adapun tokoh-tokoh yang berbicara dalam sidang BPUPKI yaitu
Mr. Muh Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Soepomo. Keempat tokoh
tersebut menyampaikan usulan wacana dasar negara menurut pandangannya masing-
masing. Meskipun demikian, perbedaan pendapatan di antara mereka tidak
mengurangi semangat persatuan dan kesatuan demi mewujudkan Indonesia merdeka.

3
Sikap toleransi yang berkembang pada kalangan para pendiri negara seperti inilah
yang seharusnya perlu diwariskan pada generasi-generasi selanjutnya. Pengusul calon
dasar negara dalam sidang BPUPKI yaitu Ir. Soekarno yang disampaikan melalui
pidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan lima buah gagasan
wacana dasar negara menjadi berikut:

a) Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,


b) Internasionalisme atau Peri kemanusiaan,
c) Mufakat atau Demokrasi,
d) Kesejahteraan Sosial,
e) Ketuhanan yang berkebudayaan.

Kemudian, kelima buah gagasan itu oleh Soekarno diberi nama Pancasila. Setelah
itu, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta sidang tidak menyukai angka
5, maka beliau memberikan angka tiga, yaitu Trisila yang terdiri atas :

1) Sosio-Nasionalisme,
2) Sosio-Demokrasi, serta
3) Ketuhanan yang Maha Esa.

Soekarno juga memberikan usulan nomor 1, yaitu Ekasila yang berisi asas
Gotong-Royong. Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno inilah yang di
kemudian hari diterbitkan kementrian penerangan Republik Indonesia dalam bentuk
buku yang berjudul “Lahirnya Pancasila (1947)”. Diketahui bahwa judul tersebut
mengakibatkan kontroversi seputar lahirnya Pancasila. Sewaktu Soekarno masih
berkuasa, terjadi semacam pengultusan terhadap Soekarno sehingga pada 1 Juni selalu
dirayakan menjadi hari lahirnya Pancasila. Adapun disaat pemerintahan Soekarno
jatuh, muncul upaya-upaya “de-Soekarnoisasi” oleh penguasa Orde Baru, sehingga
dikesankan seolah-olah Soekarno tidak berperan besar jasanya dalam penggalian dan
perumusan Pancasila. Setelah pidato Soekarno, sidang mendapatkan usulan nama
Pancasila bagi dasar filsafat negara (Philosofische grondslag) yang diusulkan oleh
Soekarno. Lalu dibuat panitia kecil 8 orang (Ki Bagus Hadi Kusumo, K.H. Wahid
Hasyim, Muh. Yamin, Sutarjo, A.A. Maramis, Otto Iskandar Dinata, dan Moh. Hatta)
yang bertugas menampung usul-usul seputar calon dasar negara. Sehingga sidang
pertama BPUPKI (29 Mei - 1 Juni 1945) ini berhenti sementara waktu.

4
2. Periode Perumusan Pancasila

Hal penting yang dikemukakan dalam sidang BPUPKI ke 2 pada 10 sampai 16


Juli 1945 yaitu disetujuinya naskah awal “Pembukaan aturan Dasar”. Kemudian,
disebut dengan nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta yakni naskah awal pernyataan
kemerdekaan Indonesia. Pada alinea ke-empat Piagam Jakarta terdapat rumusan
Pancasila sebagai berikut:

1) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya
2) Kemanusiaan yang adil serta beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Naskah awal “Pembukaan aturan Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini
menggunakan sejumlah perubahan yang dikemudian hari dijadikan sebagai
“Pembukaan” UUD 1945". Ketika para pemimpin Indonesia sedang sibuk
mempersiapkan kemerdekaan menurut skenario Jepang, secara tiba- tiba terjadi
perubahan peta politik dunia. Penyebab terjadinya perubahan peta politik dunia itu
disebabkan ditaklukkannya Jepang terhadap Sekutu. Insiden itu ditandai dengan
jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Sehari sesudah insiden
itu yakni pada 7 Agustus 1945, Pemerintah Pendudukan Jepang mengeluarkan
maklumatnya kepada Jakarta yang berisi:

1) Pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi


Indonesia (PPKI)
2) Panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 serta mulai bersidang 19
Agustus 1945
3) Direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan

Adapun pada 8 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal
Terauchi (Penguasa Militer Jepang pada kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan

5
pada Saigon, Vietnam. Ketiga tokoh tersebut diberi kewenangan sang Terauchi untuk
segera membentuk sebuah Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia sesuai
dengan maklumat Pemerintah Jepang 7 Agustus 1945. Sepulang dari Saigon, ketiga
tokoh tersebut membuat PPKI dengan total anggota 21 orang, yaitu: Soekarno, Moh.
Hatta, Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata, Purboyo,
Suryohamijoyo, Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul
Abbas, Ratulangi, Andi Pangerang, Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan, Panji Suroso,
Wahid Hasyim, T. Moh. Hasan.

Jatuhnya Bom di Hiroshima tidak membuat Jepang takluk, Amerika serta sekutu
akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Dengan
meluluhlantakkan kota tersebut sehingga membuat kekuatan Jepang semakin lemah.
Kekuatan yang semakin melemah, memaksa Jepang hingga akhirnya menyerah
kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Konsekuensi menyerahnya Jepang pada
sekutu, menjadikan daerah bekas pendudukan Jepang beralih kepada daerah
perwalian sekutu, termasuk Indonesia. Sebelum tentara sekutu dapat menjangkau
daerah-daerah tersebut, sementara waktu bala tentara Jepang masih ditugasi sebagai
sekadar penjaga kekosongan kekuasaan.

Kekosongan kekuasaan ini tidak disia-siakan oleh para tokoh nasional. Pada
awalnya, PPKI dibentuk oleh Jepang. Namun, dikarenakan Jepang sudah kalah dan
tidak berkuasa lagi, maka para pemimpin nasional pada saat itu segera mengambil
keputusan politis.

3. Periode Pengesahan Pancasila

Peristiwa krusial lainnya terjadi pada 12 Agustus 1945, saat itu Soekarno, Hatta,
dan Rajiman Wedyodiningrat dipanggil oleh penguasa militer Jepang di Asia Selatan
ke Saigon untuk membahas wacana hari kemerdekaan Indonesia seperti yang pernah
dijanjikan. Namun, pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu.
Sehingga pada tanggal 15 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, serta Rajiman kembali ke
Indonesia. Kedatangan mereka disambut oleh para pemuda yang mendesak supaya
kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamasikan secepatnya, sebab mereka tanggap
terhadap perubahan situasi politik dunia. Para pemuda sudah mengetahui bahwa

6
Jepang menyerah kepada sekutu sebagai akibatnya Jepang tak memiliki kekuasaan
secara politis di daerah pendudukan, termasuk Indonesia.

Perubahan situasi yang cepat itu mengakibatkan kesalahpahaman antara


gerombolan pemuda menggunakan Soekarno dan mitra-mitra. Sehingga terjadilah
penculikan atas diri Soekarno dan M. Hatta ke Rengas Dengklok. Tindakan para
pemuda tersebut sesuai keputusan rapat yang diadakan pada pukul 24.00 WIB
menjelang 16 Agustus 1945 di Cikini no. 71 Jakarta. Setelah berbagai kejadian,
dicetuskanlah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Teks kemerdekaan itu didiktekan oleh Moh. Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada dini
hari. Naskah bersejarah teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini digagas serta
ditulis oleh dua tokoh proklamator sehingga masuk akal bila mereka dinamakan
Dwitunggal. Adapun naskah tersebut diketik oleh sang Sayuti Melik. Rancangan
pernyataan kemerdekaan yang sudah dipersiapkan oleh BPUPKI yang diberi nama
Piagam Jakarta, akhirnya tak dibacakan pada 17 Agustus 1945 sebab situasi politik
yang berubah.

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yakni 18 Agustus 1945, PPKI


melakukan sidang untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa Indonesia dari
semula bangsa terjajah sebagai bangsa yang merdeka. PPKI yang semula artinya
badan buatan pemerintah Jepang, semenjak saat itu dianggap mandiri sebagai badan
nasional. Atas prakarsa Soekarno, anggota PPKI ditambah 6 orang lagi, dengan
maksud agar lebih mewakili seluruh komponen bangsa Indonesia. Adapun nama dari
enam anggota tersebut adalah Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Kasman
Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Koesoema Soemantri, dan Ahmad Subarjo. Indonesia
menjadi bangsa yang merdeka memerlukan perangkat serta kelengkapan kehidupan
bernegara, seperti Dasar Negara, Undang-Undang Dasar, Pemimpin Negara, dan
Perangkat Pendukung lainnya. Putusan-putusan krusial yang didapatkan mencakup
hal-hal berikut:

1) Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (Undang-Undang Dasar UUD


1945) yang terdiri atas Pembukaan serta Batang Tubuh. Naskah Pembukaan dari
berasal Piagam Jakarta dengan sejumlah perubahan. Batang Tubuh juga asal
berasal rancangan BPUPKI menggunakan sejumlah perubahan juga.

7
2) Menentukan Presiden serta Wakil Presiden yang pertama (Soekarno serta Hatta).
3) Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI ditambah
tokoh-tokoh masyarakat dari banyak golongan. Komite ini dilantik 29 Agustus
1945 dengan ketua Mr. Kasman Singodimejo.

Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:

1) Ketuhanan yang Maha Esa


2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sejarah bangsa Indonesia juga mencatat bahwa rumusan Pancasila yang disahkan
PPKI ternyata tidak sinkron dengan rumusan Pancasila yang termaksud pada Piagam
Jakarta. Hal tersebut disebabkan dengan adanya tuntutan asal wakil yang
mengatasnamakan warga Indonesia Bagian Timur yang menemui Bung Hatta yang
mempertanyakan 7 istilah di belakang istilah “Ketuhanan”, yaitu “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tuntutan ini ditanggapi
secara arif oleh para pendiri negara akibatnya terjadilah perubahan yang disepakati,
yaitu dihapusnya 7 kata yang dianggap menjadi kendala sehingga diganti
menggunakan kata “Yang Maha Esa”.

Sesudah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan serta diikuti dengan


pengesahaan Undang-Undang Dasar 1945. Maka roda pemerintahan yang
seharusnya dapat berjalan dengan baik serta tertib, ternyata menghadapi sejumlah
tantangan yang mengancam kemerdekaan negara dan keberadaan Pancasila. Salah
satu bentuk ancaman itu berasal dari pihak Belanda yang ingin menjajah kembali
Indonesia. Belanda ingin menguasai kembali negara Indonesia dengan berbagai cara.
Tindakan Belanda itu dilakukan dalam bentuk agresi selama kurang lebih 4 tahun.
Setelah pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia oleh Belanda pada 27 Desember
1949, maka Indonesia pada 17 Agustus 1950 kembali ke negara kesatuan yang
sebelumnya berbentuk Republik Indonesia perkumpulan (RIS).

8
Perubahan bentuk negara berasal dari negara perkumpulan ke Negara Kesatuan
yang tidak diikuti dengan penggunaan Undang-Undang Dasar 1945. Namun dibuat
konstitusi baru yang dinamakan "Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS
1950)". Permasalahannya yakni sewaktu Indonesia pulang Negara Kesatuan,
ternyata tidak memakai Undang-Undang Dasar 1945, sehingga mengakibatkan
dilema kehidupan bernegara dikemudian hari. Berdasarkan Undang-Undang Dasar
sementara 1950 dilaksanakanlah Pemilu yang pertama pada tahun 1955. Pemilu ini
dilaksanakan untuk membentuk 2 badan perwakilan, yaitu Badan Konstituante dan
DPR pada tahun 1956. Badan Konstituante tersebut memulai sidang di Bandung
untuk membuat Undang-Undang yang definitif sebagai pengganti UUDS 1950.
Sebagian anggota menghendaki Islam menjadi dasar negara, sementara sebagian
yang lain tetap menghendaki Pancasila menjadi dasar negara. Kebuntuan ini
diselesaikan melalui voting, akan tetapi selalu gagal dalam mencapai suatu
keputusan, karena selalu tidak memenuhi syarat voting yang ditetapkan. Keadaan ini
memprihatinkan Soekarno menjadi kepala negara. Sehingga pada tanggal 5 Juli
1959, Presiden Soekarno mengambil langkah “darurat” dengan mengeluarkan dekrit.
Setelah dekrit Presiden Soekarno 5 Juli 1959, aplikasi sistem pemerintahan negara
didasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945. Hal itu disebabkan karena
pemberlakuan Undang-Undang Dasar 1945 menuntut konsekuensi menjadi berikut:

1. Penulisan Pancasila sebagaimana termaksud dalam Pembukaan Undang-Undang


Dasar 1945
2. Penyelenggaraan negara seharusnya dilaksanakan sebagaimana amanat batang
Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS.

Adapun pada kenyataannya, selesainya Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959
terjadi beberapa hal yang berkaitan menggunakan penulisan sila-sila Pancasila yang
tidak seragam.

2.2 Alasan Diperlukan Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

1. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia

9
Budaya merupakan suatu proses cipta, rasa, dan karsa yang harus dikelola dan
dikembangkan secara terus-menerus. Budaya bisa membentuk identitas suatu bangsa
melalui suatu proses inkulturasi dan akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa
Indonesia merupakan konsekuensi dari proses inkulturasi dan akulturasi tersebut.
Kebudayaan tersebut mengandung pengertian sebagai berikut: ”suatu desain untuk
hidup yang merupakan suatu perencanaan dan sesuai dengan perencanaan itu
masyarakat mengadaptasikan dirinya pada lingkungan fisik, sosial, dan gagasan”
(Sastrapratedja, 1991: 144). Adapun jika didefinisikan kebudayaan ini ditarik ke
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka alasan diperlukannya Pancasila
dalam negara Indonesia untuk memerlukan suatu rancangan masa depan bagi bangsa
agar masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan lingkungan baru, yakni
kehidupan berbangsa yang mengatasi kepentingan individu atau kelompok.

Kemudian, kebudayaan bangsa Indonesia yang merupakan hasil inkulturasi, yakni


suatu proses perpaduan antara berbagai elemen budaya dalam kehidupan masyarakat
sehingga menjadikan masyarakat berkembang secara dinamis (J.W.M. Bakker, 1984:
22). Sehingga, sebagai jati diri bangsa Indonesia bisa ditemukan dalam berbagai
literatur, baik itu dalam bentuk bahasan sejarah bangsa Indonesia maupun dalam
bentuk bahasan tentang pemerintahan di Indonesia. As’ad Ali dalam buku Negara
Pancasila; Jalan Kemashlahatan Berbangsa mengatakan bahwa Pancasila sebagai
identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang berlaku dalam
masyarakat Indonesia. Sebab dengan tradisi dan kultur bangsa Indonesia tersebut
dapat ditelusuri melalui peran agama-agama besar.

2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia

Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, maksudnya nilai-


nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan
dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Sikap mental, tingkah
laku dan amal perbuatan bangsa Indonesia ini memiliki ciri khas, artinya bisa
dibedakan dengan bangsa lainnya. Kepribadian tersebut mengacu terhadap sesuatu
yang unik dan khas sebab tidak ada kepribadian yang benar-benar sama. Setiap
pribadi mencerminkan keadaan atau halnya sendiri, demikian pula halnya dengan
ideologi bangsa (Bakry, 1994: 157). Walaupun nilai ketuhanan, kemanusiaan,

10
persatuan, kerakyatan, dan keadilan juga ada dalam ideologi bangsa-bangsa lain,
akan tetapi bagi bangsa Indonesia kelima sila tersebut mencerminkan kepribadian
bangsa sebab dengan diangkat dari nilai-nilai kehidupan di dalam masyarakat
Indonesia itu sendiri dan dapat dilaksanakan secara simultan.

3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa Indonesia

Pancasila disebutkan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-nilai


ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini
kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya bagi bangsa Indonesia
sehingga dijadikan sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dan
menimbulkan tekad yang kuat untuk mengamalkannya dalam kehidupan nyata
(Bakry, 1994: 158). Maksudnya, Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup
berarti nilai-nilai Pancasila yang melekat dalam kehidupan masyarakat sehingga
dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak. Disaat Pancasila tersebut berfungsi
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, maka seluruh nilai Pancasila akan
dimanifestasi ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

4. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa

Seperti yang dikatakan Von Savigny bahwa setiap bangsa pasti memiliki
jiwanya masing-masing, hal itu disebut dengan volkgeist (jiwa rakyat atau jiwa
bangsa). Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa
Indonesia. Pancasila telah ada sejak dahulu bersama dengan lahirnya bangsa
Indonesia.

5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur

Perjanjian luhur memiliki arti bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa
dan kepribadian bangsa telah disepakati oleh para pendiri negara (political
consensus) sebagai dasar negara Indonesia (Bakry, 1994: 161). Kesepakatan dari
para pendiri negara terkait Pancasila sebagai dasar negara merupakan sebuah bukti
bahwa pilihan yang diambil pada saat itu merupakan pilihan yang tepat.

11
2.3 Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila tentang Pancasila
dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

1. Sumber Historis Pancasila

Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama
Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-nilai yang
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini dahulu. Misalnya, sila
Ketuhanan sudah ada pada zaman dahulu, meskipun kebenarannya, kebaikannya,
keindahannya, dan kegunaannya oleh bangsa dalam praktik pemujaan yang
beranekaragam, tetapi pengakuan tentang Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman
kehidupan bermasyarakat dan adanya Tuhan sudah diakui. Dalam Encyclopedia of
Philosophy disebutkan berbangsa dan menimbulkan tekad yang kuat untuk
mengamalkannya dalam beberapa unsur yang ada dalam agama, seperti kepercayaan
kepada kehidupan nyata (Bakry, 1994: 158).

2. Sumber Sosiologis Pancasila

Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Nilai-nilai Pancasila


ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan. Secara sosiologis telah ada
dalam masyarakat Indonesia sejak musyawarah. Salah satu nilai yang dapat
ditemukan dalam diri sendiri dipersilahkan untuk menggali informasi dan mengkritisi
cara-cara masyarakat Indonesia adalah nilai pengambilan keputusan berdasarkan
musyawarah untuk mufakat dalam gotong royong. Misalnya, kebiasaan
bergotongroyong, kehidupan masyarakat di sekitar. Baik dalam bentuk kendala yang
timbul ketika musyawarah itu keperluan umum pada desa-desa. Gotong royong juga
tercermin pada sistem perpajakan di Indonesia. Hal ini tindakan ritual pada objek
sakral, sembahyang atau doa sebagai bentuk disebabkan karena masyarakat secara
bersama-sama mengumpulkan iuran komunikasi kepada Tuhan, takjub sebagai
perasaan khas keagamaan, melalui pembayaran pajak yang dimaksudkan untuk
pelaksanaan tuntunan moral diyakini dari Tuhan, konsep hidup di dunia dihubungkan
pembangunan.

12
3. Sumber Politis Pancasila

Sebagaimana diketahui bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila


bersumber dan digali dari local wisdom, budaya, dan pengalaman bangsa Indonesia,
termasuk pengalaman dalam berhubungan dengan bangsa-bangsa lain. Nilai-nilai
Pancasila, seperti nilai kerakyatan sering ditemukan dalam suasana kehidupan
pedesaan yang demokratis dan dijiwai oleh semangat kekeluargaan sebagai cerminan
sila keempat Pancasila.

2.4 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam


Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

1. Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa

Dinamika Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan adanya


pasang surut dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai dalam Pancasila.
Misalnya, pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, terutama pada 1960-an
NASAKOM lebih populer daripada Pancasila. Pada zaman pemerintahan Presiden
Soeharto, Pancasila dijadikan pembenar dalam kekuasaan melalui penataran Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P-4, sehingga pasca turunnya Soeharto
adanya kalangan yang mengidentikkan Pancasila dengan P-4. Pada masa
pemerintahan era reformasi, mempunyai kecenderungan bagi para penguasa yang
tidak menghargai kepada Pancasila, seolah-olah Pancasila ditinggalkan begitu saja.

2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara

Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan


bernegara adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila yang tidak dalam posisi
sebenarnya. Sehingga, nilai-nilai Pancasila menyimpang dari kenyataan hidup
berbangsa dan bernegara. Salah satu contohnya, pengangkatan presiden seumur hidup
oleh MPRS dalam TAP No.Il/MPRS/1960 tentang pengangkatan Soekarno sebagai
Presiden Seumur Hidup. Hal tersebut bertentangan dengan pasal 7 Undang-Undang
Dasar 1945 yang menyatakan bahwa, "Presiden dan wakil presiden memangku
jabatan selama lima (5) tahun, sesudahnya dapat dipilih kembali". Pasal ini

13
menunjukkan bahwa pengangkatan presiden seharusnya dilakukan secara periodik
dan ada batas waktu lima tahun.

2.5 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah


Bangsa Indonesia untuk Masa Depan
1. Esensi Pancasila dalam Kajian Sejaran Bangsa

Pancasila pada dasarnya adalah filosofi Grondslag, Pemandangan dunia.


Pancasila dianggap sebagai dasar filsafat nasional (filosofis gross slug) karena
mengandung alasan filosofis untuk mendirikan sebuah negara. Produk Hukum
Indonesia harus berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

2. Ugrensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa

Pada 1 Juni 2008 menunjukkan kesadaran masyarakat yang menurun terhadap


Pancasila dengan kata lain, 48,4% responden berusia 17-29 tahun mampu
merumuskan kaidah-kaidah Pancasila secara akurat dan lengkap. 42.7D44
kesalahpahaman Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia karena Pancasila
mengidentifikasikan diri dengan ideologi lain, penyalahgunaan Pancasila sebagai alat
legitimasi kekuasaan rezim tertentu, merongrong pemahaman dan penerapan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan dasar negara, dan juga menjadi falsafah hidup bangsa
Indonesia sejak dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada negara, masyarakat, dan
pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila Pancasila itu tidak terlepas satu sama lain
melainkan satu kesatuan yang bulat, baik dalam fungsi dan kedudukannya sebagai
dasar negara maupun sebagai falsafah hidup bangsa. Pengertian dari kata “kesatuan
bulat” dari Pancasila ini ialah berarti bahwa sila yang satu meliputi dan menjiwai sila-
sila yang lain.
Sila-sila Pancasila itu tidak statis, akan tetapi dinamis, dengan gerakan- gerakannya
yang positif dan serasi, karena ketatanegaraan akan selalu berkaitan dengan tata
negara. Karena tata begara merupakan pengatur kehidupan bernegara yang
mennyangkut sifat, bentuk, tugas negara, dan pemerintahannya. Karena banyak
peristiwa-peristiwa penting yang terjadi yaitu seperti krisis-krisis yang menimpa
bangsa-bangsa dan negara, sebagai reaksi terhadap gejolak kehidupan bangsa tampak
menonjol satu atau beberapa sila saja. Berdasarkan penjelasan diatas telah diketahui
bahwa Pancasila sangat berperan terhadap keutuhan negara. Dengan kelima sila
tersebut kehidupan masyarakat akan lebih terarah.
3.2 Saran

Demikianlah yang dapat kelompok kami sampaikan terkait materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini. Tentunya, makalah ini memiliki banyak kekurangan dan
kelemahan. Sebab, terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang
kami peroleh hubungannya dengan makalah ini. Penulis memiliki harapan kepada
para pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk
kami, demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Latif, Y. (2011). Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas


Pancasila. Ulasan Buku Pancasila: Sebuah Monumen atau Leitstar
Dinamis?, 101.

Paristiyanti, H. A. (2016). PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK PERGURUAN


TINGGI. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan.

Siregar, C. (2022, Agustus 04). Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara.


Retrieved from Pancasila Sebagai Dasar Negara:
https://binus.ac.id/character-building/2022/08/perumusan-Pancasila-
sebagai-dasar-negara/

Syadzily, A. H. (2016). Sejarah Lahirnya Pancasila. Jakarta: Fakultas Ekonomi


dan Bisnis UIN.

Anda mungkin juga menyukai