Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PANCASILA

“Dasar Yuridis Tujuan Mata Kuliah Pancasila dan


Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia”

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. M. Salman Al Farisi (23021230021)
2. Siti Nurhaliza (23021230005)
3. Athazia Azmi (23021230033)

DOSEN PENGAMPU :
Dr, Jummiana, M.Pd.I

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Atas nama Tuhan Yang Maha Kuasa, kami panjatkan puji syukur
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, inayah, serta hidayah-Nya kepada
kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas
tentang “Dasar Yuridis dan Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia”. Dibuat dengan
maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila dan juga memberikan
sebuah pengetahuan baru bagi para pembaca tentang Dasar Yuridis dan Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia.

Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Selain itu, kami mohon maaf yang
sebesar besarnya apabila ada susunan kata ataupun kalimat yang kurang tepat dan
tidak jelas apa maksudny, karena hanya inilah kemampuan yang kami miliki.
Maka dari itu, dengan terbuka kami menerima segala kritikan serta saran yang
memotivasi kami untuk terus memperbaiki makalah kami agar menjadi makalah
yang baik dan benar.

Dengan ini kami berharap semoga makalah ini dapat dimengerti oleh para
pembaca sebagai bahan materi di mata kuliah Pancasila.

Palembang, 29 Agustus
2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan penulisan.............................................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
2.1 Landasan – landasan Yuridis Pancasila..........................................................7
2.2 Tujuan Pendidikan Pancasila........................................................................10
2.3 Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia..........................................................10
2.4 Proses Perjuangan Bangsa Indonesia...........................................................13
2.5 Penjajahan Negara Barat di Indonesia..........................................................17
2.6 Penjajahan Jepang........................................................................................18
2.7 Kebangkitan Nasional/ Kesadaran Bangsa Indonesia..................................20
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP.............................................................................................................22
3.1 Kesimpulan...................................................................................................22
3.2 Saran.............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyajian perkuliahan Pendidikan Pancasila dimimbar perguruan tinggi


berdasarkan peraturan perundang - undangan dan landasan hukum yang telah ada
serta analisis objyektif ilmiah guna menemukan hakekat dan kebenaran Pancasila
sebagai dasar negara kesatuan RI, pandangan hidup bangsa Indonesia, filsafat
bangsa dan sendi kehidupan bangsa Indonesia. Sehingga mahasiswa diarahkan
untuk dapat memahami latar belakang historis kuliah Pendidikan Pancasila,
dengan memahami fakta budaya dan filsafat hidup Bersama dalam suatu negara,
dengan cara mendiskusikannya diantara mereka. Untuk itu harus didasari dengan
pemahaman dasar - dasar yuridis tujuan Pendidikan nasional, Pendidikan
Pancasila serta kompetensi yang diharapkan dari kuliah Pendidikan Pancasila.

Pancasila sebagai dasar negara republik indonesia sebelum di sahkan pada


tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa
indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa indonesia mendirikan
negara,yang berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius.
Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan
sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-
nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa indonesia sendiri, sehingga bangsa
indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian
diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk dijadikan
sebagai dasar filsafat negara indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara
formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang panitia
“9”, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disahkan secara yuridis sebagai dasar
filsafat negara republik indonesia. Berdasarkan kenyataan tersebut maka untuk
memahami Pancasila secara
lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya dengan jati diri bangsa indonesia.
Secara epistemologis sekaligus sebagai pertanggung jawaban Ilmiah, bahwa
Pancasila selain sebagai dasar negara Indonesia juga sebagai pandangan hidup
bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian luruh bangsa
indonesia pada waktu mendirikan negara.

Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu: Ketuhanan,


Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara
objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum
mendirikan negara. Proses terbentuknya negara dan bangsa Indonesia yaitu sejak
zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV, ke V
kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke
VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra di
palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta
kerajaan-kerajaan lainnya.

Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang


kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang
kebangkitan pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada sumpah pemuda pada
tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah pejuangan bangsa Indonesia dalam
mendirikan negara tercapai dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 17 agustus 1945.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja landasan dasar yuridis Pancasila ?

2. Apa saja tujuan Pendidikan Pancasila ?

3. Bagaimana Sejarah perjuangan bangsa Indonesia?

4. Bagaimana proses perjuangan bangsa Indonesia?

5. Mengapa negara barat menjajah Indonesia ?


6. Bagaimana jepang menjajah Indonesia?

7. Bagaimana proses kebangkitan nasional atau kesadaran bangsa Indonesia ?

1.3 Tujuan penulisan

Untuk mengetahui apa saja landasan yang mendukung Dasar Yuridis


tujuan mata kuliah Pancasila dan Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia sehingga
tergugah untuk selalu berusaha mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang kita cintai ini.

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini mampu memberikan pengetahuan dan wawasan bagi para


mahasiswa tentang Dasar Yuridis tujuan mata kuliah Pancasila dan Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan – landasan Yuridis Pancasila

1. Landasan Historis

a) Nilai - nilai Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri


b) Dirumuskan dalam sidang-sidang BPUPKI. Ditetapkan sebagai Dasar
Negara dalam sidang Pleno PPKI tanggal 18 Agustus 1945
c) Masa Raja – raja (Kerajaan Indonesia)
d) Masa Imperialisme. Proses yang panjang sehingga ditemukan jati diri yang
didalamnya tersimpul watak, sifat dan ciri khas bangsa yang berbeda
dengan bangsa yang lain yang oleh para pendiri negara disebut 5 prinsip
yang diberi nama Pancasila
e) Lahir, tumbuh dan berkembang dari adat isitiadat, tradisi dan budaya
sendiri

2. Landasan Kultural

Pancasila adalah nilai – nilai sosial budaya bangsa Indonesia. Sebagai nilai
sosial budaya Pancasila berwujud sebagai :

a) Kepribadian bangsa Indonesia. Nilai – nilai Pancasila merupakan ciri khas


yang dimiliki bangsa Indonesia yang digali dari kebudayaan, adat istiadat,
tradisi dan keagamaan bangsa Indonesia
b) Jiwa bangsa Indonesia. Bahwa Pancasila mengandung semangat
kebangsaan dan patriotic yang mampu mempersatukan bangsa Indonesia
yang bhinneka dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
c) Moralitas bangsa Indonesia. Bahwa tata nilai Pancasila menjadi patokan
dan penuntut sikap dan perilaku manusia Indonesia dalam seluruh gerak
dan hubungannya ke segala arah.
- Ciri khas setiap bangsa berbeda – beda sesuai dengan Sejarah sehingga
melahirkan segala kebudayaan yang berbeda – beda.
- Negara komunistik, liberalistik, persemakmuran, federal, serikat.
- Bangsa Indonesia memiliki asas kulturil yang berbeda. Nilai
kemasyarakatan dan kenegaraan yang terkandung dalam sila- sila
Pancasila merupakan karya besar dari tokoh – tokoh kenegaraan
Indonesia : Mr. M. Yamin, Prof. Soepomo, Bung Karno.

3. Landasan Yuridis

a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945


b) Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional.
c) UU No. 2 tahun 1989 UU No. 2 tahun 2003 “Jenjang pendidikan tinggi
memuat mata kuliah pengembangan kepribadian”
d) Keputusan Materi Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.
e) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi
dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.
f) Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No. 38/DIKTI/2002
tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Matakuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi.
4. Landasan Filosofis

Pancasila adalah sistem filsafat bangsa Indonesia

Sebagai sistem filsafat diwujudkan sebagai falsafah bangsa atau


pandangan hidup bangsa Indonesia dalam konteks bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Sebelum terbentuknya negara ada hal yang harus dipenuhi :

1. Ada persatuan yang terwujud sebagai rakyat

2. Adanya pemerintah

3. Adanya wilayah

Dengan memahami latar belakang filosofis pendidikan kewarganegaraan


di perguruan tinggi umum, maka diharapkan pelaksanaan pembelajaran
pendidikan pancasila dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini dengan alasan bahwa
melalui pendidikan pancasila, paradigma pendidikan demokrasi secara sistemik
dengan pengembangan civic intelegen, civic participation and civic responsibility
dari civic education merupakan wahana pendidikan demokrasi yang diharapkan
dapat menghasilkan manusia berkualitas dengan keahlian professional serta
berkeadaban khas pancasila. Pancasila harus menjadi core filosofis bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara demokratis dalam
rangka mewujudkan masyarakat warga yang berkeadaban. Berdasarkan itu semua,
perguruan tinggi umum harus mampu menghasilkan manusia yang unggul secara
intelektual, anggun secara moral, berkompeten dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, serta memiliki komitmen yang tinggi untuk
berbagai kegiatan pemenuhan amanat sosial tersebut.
2.2 Tujuan Pendidikan Pancasila
Tujuan pendidikan Pancasila adalah untuk mengembangkan kepribadian
yang berkarakter, mandiri, dan berdaya saing tinggi, serta memiliki pemahaman
yang mendalam dan pengamalan yang tulus terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia, Tujuan diharapkan dapat membangun kesadaran dan
kepedulian warga negara terhadap kepentingan bangsa dan negara serta menjaga
keutuhan dan keberlangsungan bangsa Indonesia sebagai negara yang plural,
demokratis, dan berkeadilan.

Pendidikan Pancasila di Indonesia tidak hanya ditekankan pada aspek


teoritis, tetapi juga pada aspek praktis dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
setiap warga negara dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya
sebagai individu dan anggota masyarakat. Dengan demikian, tujuan pendidikan
Pancasila adalah untuk membentuk manusia Indonesia yang berakhlak mulia,
berbudaya, berdisiplin, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan
negara.

2.3 Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia


Perjuangan Sebelum Abad XX

Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI, berkembanglah


agama Islam. Bersamaan dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam, seperti
Demak, mulailah berdatangan orang Eropa di perairan Nusantara. Masuknya
bangsa Eropa ke Indonesia disebabkan faktor kelemahan di dalam negeri sendiri
dengan pudarnya nilai-nilai nasionalisme akibat perselisihan dan perang saudara.

Tujuan bangsa Eropa masuk ke Indonesia untuk menguasai hasil bumi,


khususnya rempahrempah (cengkeh, nilam, tembakau, tebu, kopi, dll). Mereka
adalah orang-orang Portugis diikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin mencari
pusat tanaman rempah-rempah. Keuntungan Portugis yang luar biasa atas
monopoli rempah-rempah yang amat berharga di Eropa, mendorong pula
tetangganya berdagang di daerah surga rempah-rempah itu. Demikianlah orang
Belanda pada abad XVI sampai ke Indonesia. Untuk menghindarkan persaingan di
antara mereka sendiri (Belanda), didirikanlah suatu perkumpulan dagang yang
bernama Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC) yang kemudian dikenal oleh
rakyat dengan nama singkatnya Kompeni. Mereka menyingkirkan saingannya
(Portugis).

Kompeni mulai berhasil menanamkan kekuasaan politiknya di Indonesia.


Tujuan dagang selalu diikuti dengan kekuasaan politik, seperti penguasaan
daerah-daerah (Maluku, Jayakarta, Malaka, Mataram, Makasar, Banten dll) dan
sebagainya. Pada abad XVII, kompeni telah memperluas daerah kekuasaannya
sampai ke daerah yang vital artinya bagi dunia perniagaan dan politik Indonesia
pada waktu itu.

Pada permulaan abad XIX penjajah Belanda mengubah sistem


kolonialismenya dari VOC menjadi badan pemerintahan resmi, yakni
pemerintahan Hindia Belanda. Inggris sempat berkuasa, namun tidak lama
kemudian Belanda menguasai lagi. Usaha Belanda memperkuat kolonialismenya
tetap mendapat perlawanan dari bangsa Indonesia, seperti: Patimura di Maluku
(1817), Imam Bonjol di Minangkabau (1822-1837), Diponegoro di Mataram
(1825-1830), Jelantik di Bali (1850), Anang Agung Made di Lombok (1895),
Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro dan Cut Nya’Din di Aceh (1873-1940),
Sisingamangaraja di tanah Batak (1900). Perjuangan mereka melawan penjajahan
Belanda tersebut tidak membuahkan hasil, karena belum ada persatuan dan
koordinasi secara bersama di antara mereka. Mereka gagal dan kolonialisme
semakin memperkukuh kedudukannya di Indonesia.

Penghisapan makin memuncak ketika Belanda melakukan sistem ekonomi


Tanam Paksa (1830-1870), Belanda memaksakan beban kewajiban terhadap
rakyat untuk mengumpulkan kekayaan demi penuhnya kas negeri Belanda sendiri.
Di tengah kerakusan pemerintah Belanda tersebut, bangakitlah kaum liberal di
negeri Belanda yang menentang sistem Tanam Paksa yang kejam itu dan
mengusulkan sistem ekonomi liberal, sehingga membuka jalan bagi modal-modal
partikulir yang sedang kehausan tampat berusaha mencari keuntungan. Hal inilah
yang semakin memberi peluang luasnya ladang penghisapan penjajah, yang bukan
hanya di bidang pertanian, melainkan juga di bidang pertambangan seperti
minyak, timah, batu bara, dll. Rakyat Indonesia menjadi abdi dan kuli pemodal-
pemodal asing itu untuk sesuap nasi. Rakyat menderita kemiskinan di tengah-
tengah kekayaan alamnya sendiri.

Penderitaan rakyat memukul hati nurani beberapa humanis Belanda,


sehingga mereka menganjurkan adanya politik etika di Indonesia. Politik ini
sejenis politik “Hutang Budi” dengan memberi irigasi, emigrasi dan edukasi.
Politik yang kedengarannya manis ini, tetap menguntungkan kaum kapitalis yang
sedang berkiprah di Indonesia.

Penjajah Belanda membuat kedaulatan negara hilang, persatuan


dihancurkan, kemakmuran lenyap, dan wilayah diinjak-injak oleh penjajah.
Semua yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia pada masa kerajaan Sriwijaya
dan Majapahit menjadi lenyap. Penjajahan Eropa yang memusnahkan
kemakmuran bangsa Indonesia tersebut mendapat perlawanan secara fisik dari
bangsa Indonesia. Mereka dengan semangat patriotik berjuang menentang
penjajahan Belanda, tetapi perjuangan pada waktu itu sifatnya masih kedaerahan,
sehingga mereka tidak berhasil. Beberapa nama pahlawan yang berjuang melawan
penjajahan pada saat itu, yakni Sultan Agung di Mataram abad XVII dan XVIII
(1645), Sultan Ageng Tirta Yasa dan Ki Tapa di Banten (1660), Iskandar Muda di
Aceh (1635), Untung Surapati dan Trunojoyo di Jatim (1670), Ibnu Iskandar di
Minangkabau (1680), dll.

Berhasilnya Belanda berkuasa di Indonesia disebabkan antara lain oleh


karena adanya politik devide et impera yang memecah belah bangsa menjadi
kepingan-kepingan kekuasaan yang berupa kerajaan-kerajaan kecil, yang
terisolasi satu dengan yang lain.
2.4 Proses Perjuangan Bangsa Indonesia

a) Zaman Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan
ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Berdasarkan
prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan dari
raja Aswawarman keturunan dari Kudungga. Masarakat kutai yang
membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkn nilai-
nilai politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah
kepada para brahmana.
Dalam aman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil
mencapai integrasi dengan wilayah yang meliputi hampir separuh
Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia sekarang yaitu kerajaan
Sriwijaya di sumatra dan Majapahit yang berpusat di Jawa.

b) Zaman Sriwijaya dan Zaman Majapahit


Bangsa Indonesia telah mendirikan Kerajaan Sriwijaya di
Sumatera Selatan, dan kemudian sekitar seabad seterusnya didirikan pula
Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Baik Sriwijaya, maupun Majapahit
pada zamannya itu telah merupakan negara - negara yang berdaulat,
bersatu, serta mempunyai wilayah yang meliputi seluruh nusantara ini.
Dalam Sejarah Indonesia terdapat dua kerajaan kuno yang besar
dan megah yaitu Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Para ahli masih
berbeda pendapat letak yang pasti kerajaan Sriwijaya. Tetapi peristiwa
Sidhayarta yang dilakukan oleh Dapuntah yang menguatkan kesimpulan
bahwa pusat kerajaan Sriwijaya terletak di Jambi. Pendapat ini diperkuat
pula dengan ditemukannya prasasti Muara Takus. Namun dari keterangan
prasasti Kota Kapu di Talang To, yang menyebut-nyebut kata “Sriwijaya”,
dapat ditarik kesimpulan lain, yaitu pusat ibu kota sriwijaya adalah di
Palembang. Prasasti lain yang menunjukkan adanya kekuasaan Sriwijaya
adalah Bukit Siguntang dan Karang Brahi. Dalam pertumbuhannya,
Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan besar.
Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor:
1. Letak Sriwijaya yang strategis iaitu berda dijalur lalu lintas hubungan
dagang India dengan Cina serta pelabuhannya yang tenang karena
terlindung oleh Pulau Bangka dari terjangan ombak besar .
2. Runtuhnya kerajan Fuhan sebagai kerajaan maritime menguntungkan
kerajaan Sriwijaya karena ia bisa berkembang dalam perdangan di Asia
Tenggara.
3. Majunya pelayaran dan perdagangan India dan Cina memberi Sriwijaya
kesempatan untuk berkembang dalam perdangan di Asia Tenggara.
4. Memiliki armada laut yang kuat untuk mengamankan lalulintas
pelayaran, perdagangan serta daerah kekuasaaan.

Pada Hakekatnya Nilai-nilai budaya Kerajaan Sriwijaya telah menunjukan


nilai-nilai pancasila, yaitu sebagai berikut :
1. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya agama Budha dan Hindu
yang hidup berdampingan secara damai. Pada Kerajaan Sriwijaya terdapat
pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha.
2. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India
(Dinasti Marsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India
meunjukan telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas aktif.
3. Nilai sila ketiga, sebagai negara maritim, Kerajaan Sriwijaya telah
menerapkan konsep negara kepulauan sesuai dengan konsep wawasan
nusantara.
4. Nilai sila keempat Kerajaan Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang
luas, meliputi Siam dan Semenanjung Melayu (INA sekarang)
5. Nilai Sila kelima, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan
perdagangan sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.
Disisi lain perkembangan agama Budha, Sriwijaya berperan
penting sebagai pusat perkembangan agama ini di Asia Tenggara dan
sebagai pusat perkembangan bahasa Sansekerta, sehingga para biksu dari
negeri Cina harus belajar Sansekerta di Sriwijaya terlebih dahulu sebelum
belajar agama Budha di India. Diantara Dharmapala,ada seorang murid
bernama Sakiyakirti yang kemudian menjadi guru besar di
Sriwijaya.Berdasarkan prasasti Nalanda, Balaputra Dewa adalah keturunan
Raja Jawa yang mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Benggala
yang diperintah oleh Dewapala Dewa yang pernah menghadiahkan
sebidang tanah untuk mendirikan asrama bagi pelajar dari Sriwijaya.
Prasasti itu juga menjelaskan bahwa Balaputra Dewa keturunan dari Raja
Samaratungga dan Putri Tara dari Sriwijaya kemudian menjadi raja besar.
Namun hubungan Sriwijaya dengan India retak (1023-1024m) karena
adanya pertikaian mengenai penguasaan jalur lalulintas perdangan di Selat
Malaka. Setelah BalaPutra Dewa meninggal, Sriwijaya mengalami
kemunduran.
Faktor faktor penyebabnya adalah:
1. Pengganti Balaputra Dewa tidak sekuat Balaputra Dewa dalam hal
pemerintahan dan kurang bijaksana dalam menghadapi para pembantunya.
2. Adanya serangan Pamalayu dari Singosari dibawah pemerintahan
KartaNegara.
3. Daerah-daerah yang berada dibawah pengaruh Sriwijaya berusaha
melepaskan diri seperti Thai, Ligor serta daerah lain di semenanjung
Malaka.
4. Adanya serangan Majapahit dalam usaha persatuan Nusantara dibawah
panji Majapahit

Masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit merupakan dua kerajaan


yang memiliki karisma tersendiri menduduki tempat yang cukup
mengesankan serta disegani oleh banyak Negara asing. Dalam
pertumbuhannya, Majapahit banyak menerima unsur politik, kebudayaan,
social, ekonomi dari Singosari sebagai kerajaan yang mendahuluinya.
Pendirinya adalah Raden Wijaya yang berhasil menduduki tahta berkat
bantuan dari Atya Wiraraja, bupati Madura yang menghadiahkan daerah
Tarik kepada Raden Wijaya sebagai daerah kekuasaan. Pada 1293 Raden
Wijaya naik tahta dan bergelar Sri Kertajarasa Jaya Wardhana. Yang
memrintah dari tahun 1293 sampai wafatnya pada tahun 1309 dan
dimakamkan sebagai JenaBudha Wisnu dan Siwadi Chandi camping dan
candi Budha di Antaphura, kota Majapahit. Sepeninggalannya kertajasa,
putranya Kalagemit yang bergelar Srijaya Negara mengisi tahta kerajaan.
Namun pemerintahannya lemah dan selalu dironrong oleh pemberontakan,
misalnya pemberontakan Ranggalawe, LembuSora, Juru Demong, Gajah
Biru, Nambi, Lasem, dan Semi. Aying paling berbahaya adalah
pemberontakan Kuti dengan peristiwa Badandernya yang hampir
meruntuhkan Majapahit sehingga Jaya Negara mengungsi dengan diikuti
oleh pasukan Bhayangkara yang dipimpin oleh Gajah Mada.
Pada masa ini juga mulai dikenal beberapa isitilah dan Nilai-nilai
pancasila pada Kerajaan Majapahit, antara lain:
1. Sila 1, terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup
berdampingan secara damai. Istilah Pancasila terdapat dalam buku
'Negrakertagama karangan Empu Prapanca dan Empu Tantular mengarang
buku Sutasoma yang terdapat seloka persatuan nasional yang berbunyi
"Bhineha Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrud\ artinya walaupun
berbeda-beda namun satu jua dan tidak ada agama yang memiliki tujuan
yang berbeda.
2. Nilai sila 2, terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan
kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan kamboja. Disamping itu juga
mengadakan persahabatan dengan Negara-negara tetangga.
3. Nilai sila 3, terwujud dengan keutuhan kerajaan , khususnya Sumpah
Palapa, yang di ucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu
dan Menteri-menteri tahun 1331 yang berbunyi: "Saya baru akan berhenti
berpuasa makan palapa, jika seluruh nusantara tertakluk di bawah
kekuasaan Negara, jika gurun, Seram, Tanjung, Ham, pahang, Dempo,
Bali Sunda, Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan"
4. Nilai sila 4, Terdapat semacam penasehat dalam tata pemerintahan
Majapahit yang menunjukan nilai-nilai musyawarah mufakat. Menurut
prasasti Kerajaan Brumbang (1329), dalam tata pemerintahan kerajaan
Majapahit terdapat semacam penasehat kerajaan , seperti Rakryan I Hino, I
Sirikan dan I Halu yang berarti memberikan nasehat kepada Raja.
Kerukunan dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat telah
menumbuhkan adat bennusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan
masalah bersama.
5. Nllai Sila 5 dengan berdirinya kerajaan selama beberapa abad yang
ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya

2.5 Penjajahan Negara Barat di Indonesia

Kesadaran Indonesia dengan hasil buminya yang melimpah terutama


rempah - rempahnya yang dibutuhkan oleh negara - negara di luar Indonesia
menyebabkan bangsa asing berduyun - duyun masuk ke Indonesia.
Bermunculanlah bangsa bangsa barat yakni Portugis, Spanyol, Inggris dan
akhirnya Belanda dibumi Indonesia Perlawanan fisik bangsa Indonesia (abad
XVII-XX) .
Penjajahan barat yang memusnahkan kemakmuran bangsa Indonesia itu
tidak dibiarkan begitu saja oleh segenap bangsa Indonesia. Sejak semula
imprealisme itu menjejakkan kakinya di Indonesia. Dimana mana bangsa
Indonesia melawannya dengan semangat patriotik Perlawanan terhadap penjajah
digerakkan oleh pahlawan Sultan Agung (Mataram 1645), Sultan Ageng Tirta
Yasa dan Ki Tapa (Banten) pada tahun 1650, Hassanuddin ( Makassar) pada tahun
1660, Iskandar Muda ( Acheh tahun 1635) Untung Surapati dan Trunojoyo (Jawa
Timur tahun 1670), Ibnu Iskandar di Minangkabau 1680.Pada kurun XIX penjajah
Belanda mengubah sistem kolonialismenya yang semula berbentuk perseroan
dagang partikelir V.O.C, pada abad itu berubah menjadi badan pemerintahan
resmi yaitu Pemerintahan Hindia Belanda.Kemudian meletus lagi perlawanan
bangsa Indonesia dengan Belanda yang dipimpin oleh Pattimura( Maluku 1817 ),
Imam Bonjol (Minangkabau 1822- 1837), Diponegoro (Mataram 1825-1830),
Badaruddin (Palembang 1817), Pangeran (Kalimantan 1860), Jelantik( Bali 1850),
Anak Agung Made (Lombok 1895), Teuku Umar, Teuku Cik di tiro, Cut Nya’Din
( Acheh 1873- 1904), Singamangaraja (Batak 1900).

2.6 Penjajahan Jepang

Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari pemberian janji


kemerdekaan di kemudian hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri
Jepang saat itu, Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944. pemerintah
Jepang membentuk BPUPKI. BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 29 April 1945 (2605, tahun Showa 20)
yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tata
pemerintahan Indonesia Merdeka. BPUPKI semula beranggotakan 70 orang (62
orang Indonesia dan 8 orang anggota istimewa bangsa Jepang yang tidak berhak
berbicara, hanya mengamati/ ''observer''),kemudian ditambah dengan 6 orng
Indonesia pada sidang kedua. Sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni
1945 untuk merumuskan falsafah dasar negara bagi negara Indonesia. Selama
empat hari bersidang ada tiga puluh tiga pembicara. Penelitian terakhir
menunjukkan bahwa Soekarno adalah "Penggali/Perumus Pancasila". Tokoh lain
yang yang menyumbangkan pikirannya tentang Dasar Negara antara lain adalah
Mohamad Hatta, Muhammad Yamin dan Soepomo."Klaim" Muhammad Yamin
bahwa pada tanggal 29 Mei 1945 dia mengemukakan 5 asas bagi negara Indonesia
Merdeka, yaitu ''kebangsaan, kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan
kesejahteraan rakyat.'' oleh "Panitia Lima" (Bung Hatta cs) diragukan
kebenarannya. Arsip A.G Pringgodigdo dan arsip A.K.Pringgodigdo yang telah
ditemukan kembali menunjukkan bahwa Klaim Yamin tidak dapat diterima. Pada
hari keempat, Soekarno mengusulkan 5 asas yaitu ''kebangsaan Indonesia,
internasionalisme atau peri-kemanusiaan, persatuan dan kesatuan, kesejahteraan
sosial, dan ketuhanan yang Maha Esa'', yang oleh Soekarno dinamakan
''Pancasila'', Pidato Soekarno diterima dengan gegap gempita oleh peserta sidang.
Oleh karena itu, tanggal 1 Juni 1945 diketahui sebagai hari lahirnya pancasila.
Muhammad Yamin (29 Mei 1945).
Pada tanggal 28 Mei 1945 itu Badan Penyelidik mengadakan sidangnya
yang pertama. Peristiwa ini kita jadikan tonggak sejarah karena pada saat itulah
Mr M. Yamin mendapat kesempatan yang pertama untuk mengemukakan
pidatonya di hadapan sidang Badan Penyelidik, lima asas dasar ntuk Negara
Indonesia Merdeka yang diidamkan itu, yakni :
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato, diatas asas yang lima tadi, beliau menyampaikan usul
tertulis mengenai Rancangan UUD Republik Indonesia didalam rancangan UUD
itu tercantum perumusan lima asas dasar Negara yang berbunyi:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kebangsaan Persatuan Indonesia
3) Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan
permusyawaratan perwakilan.
5) Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Ir. Soekarno (1 Juni 1945)


Ir. Soekarno mengucapkan pada pidatonya dihadapan siding hari ketiga
Badan Penyelidik diusulkan juga lima hal untuk menjadi dasar dasar Negara
Merdeka:
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme atau perikemanusiaan
3) Mufakat-atau Demokrat
4) Kesejahtraan social
5) Ketuhanan dan kebudayaan

Piagam Jakarta (22 Juni 1945)


Sembilan tokoh nasional ialah Ir. Soekarno, Drs Moh. Hatta, Mr. A.a.a
Maramis dan lain-lain mengadakan perbahasan dan pertemuan untuk membahas
pidato serta usul usul mengenai dasar Negara yang telah dikemukakan dalam
sidang- sidang Badan Penyelidik. Setelah mengadakan perbahasan maka
disusunlah sebuah piagam yang kemudian terkenal dengan nama Piagam Jakarta.
Kemudian pada 14 Juli 1945 Piagam Jakarta dapat penerimaan oleh Badan
Penyelidik yang berlangsung pada sidangnya yang kedua pada tanggal 14 -15 Juli
1945. Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi kemerdekaan,
datang berberapa utusan dari wilayahIndonesia Bagian Timur. Berberapa utusan
tersebut adalah sebagai berikut: Sam Ratulangi wakil dari Sulawesi, Hamidhan,
wakil dari Kalimantan, Ketut Pudja wakil dari Nusa Tenggara, Latuharhary wakil
dari Maluku. Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang
bagian kalimat dalam rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila
pertama Pancasila sebelumnya, yang berbunyi, "Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Pada Sidang PPKI I, yaitu
pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu mengusulkan mengubah tujuh kata
tersebut menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Pengubahan kalimat ini telah
dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta dengan 4 orang tokoh Islam, yaitu
Kasman Singodimejo, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka
menyetujui perubahan kalimat tersebut demi persatuan dan kesatuan bangsa. Dan
akhirnya bersamaan dengan penetapan rancangan pembukaan dan batang tubuh
UUD 1945 pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila ditetapkan
sebagai dasar negara Indonesia.
2.7 Kebangkitan Nasional/ Kesadaran Bangsa Indonesia

Pada abad ke-XX Indonesia mengubah cara-caranya dalam melakukan


perlawanan terhadap penjajah Belanda. Kegagalan perlawanan secara fisik yang
tidak adanya koordinasi pada masa lalu mendorong pemimpin-pemimpin
Indonesia abad ke-XX untuk mengubah bentuk perlawanan yang lain dengan cara
membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia akan pentingnya bernegara. Usaha-
usaha yang dilakukan dengan cara mendirikan berbagai organisasi politik
disamping organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial.
Dimulai dengan didirikannya suatu organisasi yang bernama Budi Utomo
(20 Mei 1908) yang di pelopori oleh Dr. Sudiro Husodo dan didirikan oleh Dr.
Sutomo yang bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan. Tahun 1911 Haji
Samanhudi mendirikan Serikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi
pergerakan politik dengan nama Serikat Islam (1913) di bawah pimpinan H.O.S
Tjokroaminoto. Dan pada tahun 1912 berdiri Indische Partij yang terang-terangan
menuntut kemerdekaan Indonesia yang di dirikan oleh Douwes Dekker, Dr. Tjipto
mangunkusumo dan Ki Hadjar Dewantara. Selanjutnya PNI (1928) yang
menitikberatkan pada kesatuan nasional yang dipelopori oleh Soekarno dan
Kawan-kawan yang menuntut Indonesia Merdeka.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 terjadilah penonjolan peritiwa sejarah
perjuangan bangsa Indonesia didalam mencapai cita-citanya. Pada saat itu pemuda
pemuda Indonesia yang dipelopori oleh Muh. Yamen, Kuntjoro Purbopranoto,
Wongsonegoro dan lain lainnya mengumandangkan Sumpah Pemuda Indonesia
yang berbunyi : “ Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku Berbangsa satu,
bangsa Indonesia, Bertanah air satu, tanah Indonesia, Berbahasa satu, Bahasa
Indonesia.” Dengan sumpah pemuda ini makin tegaslah apa yang diinginkan oleh
bangsa Indonesia iaitu kemerdekaan tanah-air dan bangsa Indonesia. Untuk
mencapai kemerdekaan perlu adanya rasa persatuan sebagai bangsa yang
merupakan syarat mutlak.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tujuan pendidikan Pancasila adalah untuk membentuk manusia Indonesia


yang memiliki sikap, pemikiran, dan tindakan yang selaras dengan nilai-nilai
Pancasila. Landasan dari pendidikan Pancasila terdiri dari empat aspek, yaitu
landasan historis, landasan kultural, landasan yuridis, dan landasan filosofis.

Dalam sejarah Indonesia terdapat dua kerajaan kuno yang besar dan
megah yaitu Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Para ahli masih berbeda pendapat
letak yang pasti kerajaan Sriwijaya.
Sejarah perjuangan dan berdirinya bangsa Indonesia dalam mencapai
kemerdekaannya berjalan sejak sekian abad yang lalu, dengan berbagai cara dan
bertahap. Dengan itu sejarah perjuangan bangsa Indonesia mempunyai
hubungannya dengan sejarah lahirnya pancasila. Karena sejarah perjuangan
bangsa Indonesia sejak berabad-abad yang lalu itu panjang sekali, maka perlulah
ditetapkan tonggak-tonggak sejarah tersebut, yakni peristiwa- peristiwa yang
menonjol, terutama dalam hubungannya dengan pancasila.
Penjajahan barat yang memusnahkan kemakmuran bangsa Indonesia itu
tidak dibiarkan begitu saja oleh segenap bangsa Indonesia. Sejak semula
imprealisme itu menjejakkan kakinya di Indonesia.
Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari pemberian janji
kemerdekaan di kemudian hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri
Jepang saat itu, Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944. Setelah itu
pemerintah Jepang membentuk BPUPKI.

3.2 Saran

Menurut kami Sejarah perjuangan bangsa Indonesia harus tetap kita


pertahankan, sebagai generasi muda Indonesia selayaknya kita mempertahankan
hasil perjuangan ini melalui cara yang sesuai dengan bidang yang kita geluti.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, M.Iqbal, MM. pokok pokok Materi Pendidikan Pancasila. PT Raja Graha

Persada. Jakarta, 2002.

Kaelan, Drs. MS. Pendidikan Pancasila, Yuridis Kenegaraan. paradigma.


Yogyakarta. 1998 Pendidikan Pancasila. Paradigma. Yogyakarta, 2003

https://www.academia.edu/21538851/
SEJARAH_PERJUANGAN_BANGSA_INDONESIA

Maarif, S. (2018). Kedudukan dan Tujuan Pendidikan Pancasila dalam


Pembangunan Karakter Bangsa. Jurnal Pendidikan Karakter, 8(2), 83-92.

Pertiwi, M. B., & Hidayat, R. (2020). Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila


dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan Luar Biasa, 5(1), 1-14

Sukmadinata, N. S. (2015). Pendidikan Pancasila. PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai