Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN


BANGSA INDONESIA

Disusun oleh :

Kelompok 1

Sri Widyastuti (2213016002)

Praja Septia Ningsih (2213016004)

Ema Khuzaimah (2213016006)

Nanda Putri Ramadhani (2213016008)

Dosen Pengampu :

Dra. Hj. Marwiah.J, M. Pd

Fakultas Farmasi

Universitas Mulawarman

2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
berkat dan rahmat-Nyalah makalah yang berjudul “Pancasila Dalam Konteks Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia” ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Makalah berjudul “Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia”


ini di buat guna memenuhi nilai tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila. Terima kasih saya
ucapkan kepada Ibu Dra. Hj. Marwiah J,M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila
yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dalam menyelesaikan tugas ini kami banyak mendapatkan ilmu pengetahuan baru
khususnya mengenai sejarah Pancasila dalam perjuangan bangsa Indonesia. Kami sebagai
penulis makalah ini berharap semoga makalah yang telah kami susun ini dapat memberikan
banyak manfaat serta ilmu pengetahuan bagi pembacanya kelak.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kata sempurna, dan
memiliki banyak kekurangan yang membutuhkan perbaikan. Sehingga saya mengharapkan
masukan serta kritik membangun dari para pembaca makalah ini, guna menyempurnakan
makalah ini.

Samarinda, 15 September 2022

Penulis ………………….……

Kelompok 1 …. ….
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Sebelum Kemerdekaan............................................................................................................3
B. Masa orde lama........................................................................................................................4
C. Perumusan Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.........................................5
D. Pancasila Pada Masa Orde Baru............................................................................................9
E. Pada masa reformasi.............................................................................................................13
BAB III...............................................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan............................................................................................................................15
B. Saran.......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tanggal 1 Juni 1945 disebut sebagai tanggal lahirnya Pancasila dari
pidato Ir.Soekarno di hadapan para anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Lima dasar atau lima sila yang beliau ajukan
beliau namakan sebagai filosofische grondslag. Pancasila yang disahkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945 merupakan dasar filsafat Negara Republik Indonesia.

Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya telah ada pada bangsa indonesia


sejak zaman dahulu kala bahkan sebelum bangsa indonesia mendirikan negara. Nilai-
nilai tersebut berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius.
Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari sebagai pandangan hidup masyarakat , sehingga materi Pancasila yang berupa
nilai-nilai tersebut berasal dari bangsa indonesia sendiri.

Dalam kenyataannya, secara objektif Pancasila telah dimiliki oleh bangsa


Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang, yaitu sejak zaman
kerajan-kerajaan pada abad ke IV, ke V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia
telah mulai nampak pada abad ke VII, yaitu ketika munculnya kerajaan Kutai di
Kalimantan, Sriwijaya di Palembang, kerajaan Majapahit di Jawa Timur serta
kerajaan-kerajaan lainnya.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka untuk memahami Pancasila secara


lengkap dan utuh, selain sebagai dasar negara Indonesia juga sebagai pandangan
hidup bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian luhur bangsa
indonesia pada waktu mendirikan negara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di sampaikan, maka rumusan masalah
yang tercipta adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah sejarah Pancasila pada masa sebelum kemerdekaan?


2. Bagaimanakah sejarah Pancasila pada masa orde lama?
3. Bagaimanakah Proses Perumusan Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia?
4. Bagaimanakah sejarah Pancasila pada masa orde baru?
5. Bagaimanakah sejarah Pancasila pada masa reformasi?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang telah di sampaikan di atas, tujuan dan
manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut;

1. Mengetahui sejarah Pancasila pada masa sebelum kemerdekaan.


2. Memahami sejarah Pancasila pada masa orde lama.
3. Mengetahui proses perumusan pancasila dan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
4. Mengetahui sejarah Pancasila pada masa orde baru.
5. Mengetahui sejarah Pancasila pada masa reformasi.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Sebelum Kemerdekaan
Perjalanan sejarah Bangsa Indonesia pada abad ke 7 menunjukkan fakta yang
sangat menarik untuk dipelajari kembali. Terdapat Kerajaan Samudera Pasai, Sriwijaya,
Demak, Mataram Majapahit, Kutai, Singosari dan lain-lain yang memiliki jiwa dan
kepribadian yang sama, walaupun kadang-kadang tidak tertutup kemungkinan untuk
terjadinya konflik (Syarbaini, 2006). Berdasarkan sejarah kerajaan yang ada hingga saat
inilah melahirkan Sumpah Pemuda sebagai refleksi Susilawati, Napak Tilas Pancasila
dalam Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia: Kajian Pustaka 917 rasa nasionalisme yang
kuat dan dinamika kehidupan bangsa yang dinamis berbasis nilai-nilai Pancasila melalui
3 pernyataan sikap: “Kami putra putri Indonesia Mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah air Indonesia; Mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; Menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”

Pancasila terdapat dalam wujud dalam nilai, kebiasaan, adat, agama, watak dan
perangai pada setiap jiwa Bangsa Indonesia. Oleh karena itu Pancasila bukan hal baru,
tetapi merupakan rumusan yang di kembangkan dan dirumuskan kembali. Kesepakatan
Bangsa Indonesia, menetapkan 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila. Proses pengesahan
UUD 1945 dilakukan pada Tanggal 18 Agustus 1945 merupakan momentum penting
bagi Bangsa dan Negara Indonesia, karena pada saat itu merupakan momentum
penetapan Pancasila sebagai dasar negara. Proses pengesahan ini akhirnya disepakati
dengan meniadakan rumusan 7 kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk pemeluknya” sebagai produk Piagam Jakarta. Peniadaan 7 kata ini berawal dari
respon kurang sepakat dari golongan non muslim dan bermuara pada kerelaan golongan
muslim demi kepentingan nasional (Maryani, 2014).

Munculnya kerajaan di Indonesia pada abad ke VII di Indonesia telah


memberikan pengaruh terhadap nilai-nilai Pancasila seperti nilai sosial politik dan nilai
Ketuhanan. Kerajaan Sriwijaya mengembangkan bidang pendidikan terbukti dengan
didirikannya semacam universitas agama Budha yang sangat terkenal di Asia. Pada masa
kejayaan kerajaan Majapahit , hidup dan berkembang dua agama yaitu Hindu dan Budha.
Pada masa itu pula hidup Mpu Prapanca dan Mpu Tantular yang pada kitab karangan
mereka ditemukan istilah ‘’Pancasila’’ dan ‘’Bhineka Tunggal Ika’’. Keberadaan Candi
Borobudur sebagai wujud keberadaan masyarakat Buddha serta Candi Prambanan milik
masyarakat Hindu. Nilai-nilai Pancasila yang terdapat saat itu ialah nilai religius, nilai
toleransi beragama, kekeluargaan dan musyawarah.

B. Masa orde lama

Dalam sistem kenegaraan, masa Orde Lama bagi Bangsa Indonesia adalah masa
pencarian bentuk implementasi atau penerapan Pancasila. Hal ini terlihat dari penerapan
Pancasila dalam bentuk yang berbeda-beda. Terdapat 3 periode implementasi Pancasila yang
berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan periode 1959-1966 (Syarbaini, 2003).
Pada saat itu, kondisi konflik ideologi, politik, dan bisa dikatakan cukup menegangkan, kacaunya
politik dan keamanan dalam negeri serta kondisi sosial budaya yang berada dalam suasana
transisi dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat merdeka sehingga bisa dikatakan bahwa
periode ini merupakan periode transisional.

Periode 1945 – 1950 ditandai oleh upaya-upaya mengganti Pancasila sebagai dasar
negara dengan ideologi yang menyimpang. Di satu pihak, PKI melakukan pemberontakan di
Madiun Tahun 1948 dan melakukan upaya untuk mengganti Pancasila dengan paham komunis.
Di pihak lain, DI/TII juga melakukan upaya untuk mendirikan negara dengan dasar Islam. Hal
yang menguntungkan pada periode ini adalah masih tingginya nilai persatuan dan kesatuan
ketika menghadapi Belanda yang masih ingin mempertahankan penjajahannya di bumi Indonesia
(Maryani, 2014). Nilai persatuan mendapat tantangan yang cukup hebat setelah penjajah dapat
diusir. Demokrasi yang diterapkan adalah Demokrasi Parlementer. Presiden berfungsi sebagai
Kepala Negara dan Perdana Menteri sebagai Kepala Pemerintahan.

Periode 1950 -1959 Pancasila diarahkan sebagai ideologi liberal (Taufik, 2013) . Sistem
pemerintahan yang liberal lebih menekankan hak-hak individual ternyata tidak menjamin
stabilitas pemerintahan. Walaupun dasar negara tetaplah Pancasila, tetapi rumusan sila keempat
tidak berdasarkan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak (voting). Munculnya
pemberontakan RMS, PRRI, dan Permesta yang ingin melepaskan diri dari NKRI, membuat
persatuan dan kesatuan mendapat tantangan yang berat. Terjadi krisis politik, ekonomi, dan
keamanan, karena anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun UUD seperti yang
diharapkan. Akhirnya, pemerintah mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 untuk membubarkan
Konstituante, menyatakan UUD 1950 tidak berlaku, dan kembali kepada UUD 1945.
Periode 1956-1965, merupakan masa suramnya perjalanan Pancasila dalam sejarah
Bangsa Indonesia. Periode ini juga dikenal dengan dikenal sebagai periode Demokrasi Terpimpin
(Syarbaini, 2003). Demokrasi berada pada kekuasaan pribadi Presiden Soekarno bukan berada
pada kekuasaan rakyat sehingga menimbulkan beberapa penyimpanan dalam pelaksanaan
pemerintahan Indonesia, Beberapa wujud nyata yang dilihat dari berbagai penyimpangan tersebut
adalah otoriternya Soekarno, mengangkat Soekarno menjadi presiden seumur hidup, politik
konfrontasi, menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak cocok bagi
NKRI dan lain-lain. Akibat penyimpangan tersebut, terjadi kemerosotan moral di sebagian
masyarakat sehingga muncul beberapa kelompok yang berusaha untuk menggantikan Pancasila
dengan ideologi lain. Kondisi ini menyebabkan kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang
memprihatinkan.

C. Perumusan Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

1. Sidang BPUPKI Pertama

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar Negara yang resmi, terdapat
usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam BPUPKI yaitu:

a. Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)

Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan
dasar negara sebagai berikut:

1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan 
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan (permusyawaratan, perwakilan, kebijaksanaan)
5) Kesejahteraan rakyat (keadilan sosial)

Pada akhir pidatonya Muh. Yamin  menyerahkan rancangan usulan sementara berisi
rumusan Undang Undang Dasar RI.

b. Prof. Dr. Supomo  (31 Mei 1945)

Dalam pidatonya  Prof. Dr. Supomo  mengemukakan teori-teori Negara sebagai berikut:

1) Teori Negara perseorangan (individualis)


2) Paham negara kelas (class theory) 
3) Paham Negara integralistik
Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat Negara Indonesia, Soepomo
mengusulkan hal-hal mengenai: kesatuan,kekeluargaan, keseimbanagan lahir dan batin,
musyawarah, keadilan rakyat.

c. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

Dalam hal ini Ir.Soekarno menyampaikan dasar Negara yang terdiri atas lima prinsip
yang rumusannya yaitu:

1). Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)

2). Internasionalisme (peri kemanusiaan)

3). Mufakat atau demokrasi

4). Kesejahteraan sosial

5). Ketuhanan yang Maha Esa

Ir. Soekarno juga mengusulkan bahwa pancasila adalah sebagai dasar filsafat
negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Soekarno mengubah nama  Panca
Dharma untuk  kelima dasar menjadi Pancasila. Pada akhir Sidang Pertama, Ketua
Sidang BPUPKI membentuk sebuah panitia kecil yang terdiri dari delapan orang
(Panitia Delapan) dan diketuai oleh Ir. Soekarno yang memiliki tugas antara lain,
mengumpulkan dan menggolong-golongkan usul yang diajukan peserta sidang. 

Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Delapan mengadakan pertemuan dengan


38 orang anggota BPUPKI untuk mencari mufakat antara golongan paham
kebangsaan dan golongan Islam. Rapat tersebut terbentuk juga suatu panitia kecil
yang terdiri dari sembilan orang. Panitia Sembilan itu berhasil menghasilkan, yaitu
dicapainya persetujuan antara pihak Islam dan kebangsaan. Persetujuan itu tertuang
dalam suatu naskah rancangan pembukaan hukum dasar (rancangan preambule
hukum dasar) yang berbunyi:

‘‘ …….. maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu hukum
dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’’

Kesepakatan yang berhasil dicapai antara golongan kebangsaan dan golongan


Islam pada tanggal 22 Juni 1945 itu dikenal dengan Piagam Jakarta. Dalam rancangan
pembukaan hukum dasar terdapat rancangan dasar negara yaitu :

1) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Sidang BPUPKI Kedua 

Panitia Delapan menyetujui sepenuhnya rancangan preambule hukum dasar yang disusun
oleh sembilan orang anggota BPUPKI dan menyampaikannya kepada sidang BPUPKI ke-II
pada tanggal 10 Juli 1945. Pada tanggal 11 Juli 1945, ketua BPUPKI membentuk tiga
panitia :

a. Panitia Perancangan Undang-Undang Dasar


b. Panitia Pembelaan Tanah Air
c. Panitia Soal Keuangan dan Perekonomian

Hasil Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang disampaikan pada sidang BPUPKI
terdiri atas tiga naskah yaitu :

a. Rancangan  pernyataan Indonesia merdeka, yang berupa dakwaan di muka dunia atas
Penjajahan Belanda.
b. Rancangan pembukaan yang didalamnya terkandung dasar Negara Pancasila.
c. Rancangan  pasal-pasal Undang Undang Dasar.

Setelah selesai melaksanakan tugasnya BPUPKI melaporkan hasilnya kepada pemerintah


Jepang disertai usulan suatu badan baru yakni Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI).

3. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan Sidang PPKI 


Pembentukan Badan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Dokuritsu
Junbi Iinkai 7 Agustus 1945. PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno, wakil Dr. Moh Hatta dengan
21 anggota. Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu. Pada 16 Agustus
1945 pemerintah Jepang memberitahukan bahwa PPKI dilarang untuk mengadakan rapat
persiapan pengumuman kemerdekaan. Indonesia memanfaatkan kekosongan kekuasaan
dengan mengambil keputusan sendiri atau secara sepihak dengan cara memproklamasikan
kemerdekaan. Putusan sepihak yang diambil oleh bangsa Indonesia ini membuktikan bahwa
kemerdekaan bangsa Indonesia bukan sebagai hadiah dari Jepang, melainkan kemerdekaan
atas dasar perjuangan dengan kekuatan sendiri. 

Rancangan pernyataan Indonesia merdeka yang disusun oleh BPUPKI tidak


digunakan dan diganti dengan naskah proklamasi yang baru. Teks Proklamasi dirumuskan
dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Dr. Moh. Hatta atas nama Indonesia setelah
disetujui oleh anggota-anggota PPKI dan para pemuda yang hadir di jalan Imam Bonjol No. 1
Jakarta menjelang dini hari tanggal 17 Agustus 1945. Teks tersebut dibacakan oleh Ir.
Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 waktu setempat di halaman rumahnya,
Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta, dengan didahului oleh suatu pidato singkat. PPKI
menetapkan :

a. Menetapkan Undang-Undang Dasar dengan perubahan-perubahan dasar negara


dirumuskan menjadi : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila
yang sah dan autentik.
b. Mengangkat Ir. Soekarno, Dr. Moh. Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Tugas-
tugas Presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional. Pada tanggal 17 Agustus 1945
bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya dengan suatu Proklamasi
Kemerdekaan .Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik kulminasi sejarah perjuangan
kemerdekaan bangsa Indonesia yang melahirkan negara kebangsaan yang berbentuk
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Pancasila.

D. Pancasila Pada Masa Orde Baru


Setelah jatuhnya Ir. Soekarno sebagai presiden, selanjutnya Jenderal Soeharto
yang memegang kendali terhadap negeri ini. Dengan berpindahnya kursi kepresidenan
tersebut, arah pemahaman terhadap Pancasila pun mulai diperbaiki. Pada peringatan hari
lahir Pancasila, 1 Juni 1967 Presiden Soeharto menyatakan, “Pancasila makin banyak
mengalami ujian zaman dan makin bulat tekad kita mempertahankan Pancasila”. Selain
itu, Presiden Soeharto juga mengatakan, “Pancasila sama sekali bukan sekedar semboyan
untuk dikumandangkan, Pancasila bukan dasar falsafah negara yang sekedar
dikeramatkan dalam naskah UUD, melainkan Pancasila harus diamalkan (Setiardja,
1994: 5).

Pancasila dijadikan sebagai political force di samping sebagai kekuatan ritual.


Begitu kuatnya Pancasila digunakan sebagai dasar negara, maka pada 1 Juni 1968
Presiden Soeharto mengatakan bahwa Pancasila sebagai pegangan hidup bangsa akan
membuat bangsa Indonesia tidak goyah, bahkan jika ada pihak-pihak tertentu mau
mengganti, merubah Pancasila dan menyimpang dari Pancasila pasti digagalkan (Pranoto
dalam Dodo dan Endah (ed.), 2010: 42). Selanjutnya pada tahun 1968 Presiden Soeharto
mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 12 tahun 1968 yang menjadi panduan dalam
mengucapkan Pancasila sebagai dasar negara, yaitu:

Satu : Ketuhanan Yang Maha Esa

Dua : Kemanusiaan yang adil dan beradab

Tiga : Persatuan Indonesia

Empat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/ perwakilan

Lima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Instruksi Presiden tersebut mulai berlaku pada tanggal 13 April 1968. Pada
tanggal 22 Maret 1978 dengan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa)  Pasal 4 menjelaskan,
“Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila merupakan penuntun dan pegangan
hidup dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara bagi setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelenggara Negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik Pusat maupun di Daerah dan dilaksanakan secara bulat dan utuh”. 

Nilai dan norma-norma yang terkandung dalam Pedoman Penghayatan dan


Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa)  tersebut meliputi 36 butir,
yaitu:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.
b. Hormat-menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina
kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan
agama dan kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban
antara sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g. Berani membela kebenaran dan keadilan.
h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerja sama dengan bangsa lain.
3. Sila Persatuan Indonesia
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa.
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
berBhineka Tunggal Ika.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
e. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
g. Keputusan yang diambil harus dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan
h. Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
5. Sila Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan
sikap dan suasana
b. kekeluargaan dan kegotongroyongan.
c. Bersikap adil.
d. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
e. Menghormati hak-hak orang lain.
f. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
g. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
h. Tidak bersifat boros.
i. Tidak bergaya hidup mewah.
j. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
k. Suka bekerja keras.
l. Menghargai hasil karya orang lain.
m. Bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
sosial.
Nilai-nilai Pancasila yang terdiri atas 36 butir tersebut, kemudian
pada tahun 1994 disarikan/dijabarkan kembali oleh BP-7 Pusat menjadi 45
butir P4. Perbedaan yang dapat digambarkan yaitu: Sila Kesatu, menjadi 7
(tujuh) butir; Sila Kedua, menjadi 10 (sepuluh) butir; Sila Ketiga, menjadi
7 (tujuh) butir; Sila Keempat, menjadi 10 (sepuluh) butir; dan Sila Kelima,
menjadi 11 (sebelas) butir. Sumber hukum dan tata urutan peraturan
perundang-undangan di negara Indonesia diatur dalam Ketetapan MPRS
No. XX/MPRS/1966.
Ketetapan ini menegaskan, “Amanat penderitaan rakyat hanya
dapat diberikan dengan pengamalan Pancasila secara paripurna dalam
segala segi kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan dan dengan
pelaksanaan secara murni dan konsekuen jiwa serta ketentuan-ketentuan
UUD 1945, untuk menegakkan Republik Indonesia sebagai suatu negara
hukum yang konstitusional sebagaimana yang dinyatakan dalam
pembukaan UUD 1945” (Ali, 2009: 37).
Ketika itu, sebagian golongan Islam menolak reinforcing oleh
pemerintah dengan menyatakan bahwa pemerintah akan mengagamakan
Pancasila. Kemarahan Pemerintah tidak dapat dibendung sehingga
Presiden Soeharto bicara keras pada Rapim ABRI di Pekanbaru 27 Maret
1980. Intinya Orba tidak akan mengubah Pancasila dan UUD 1945, malah
diperkuat sebagai comparatist ideology.
Jelas sekali bagaimana pemerintah Orde Baru merasa perlu
membentengi Pancasila dan TAP itu meski dengan gaya militer.
Selanjutnya pada bulan Agustus 1982 Pemerintahan Orde Baru
menjalankan “Azas Tunggal” yaitu pengakuan terhadap Pancasila sebagai
Azas Tunggal, bahwa setiap partai politik harus mengakui posisi Pancasila
sebagai pemersatu bangsa (Pranoto dalam Dodo dan Endah (ed.), 2010:
43-44).
Dengan semakin terbukanya informasi dunia, pada akhirnya
pengaruh luar masuk Indonesia pada akhir 1990-an yang secara tidak
langsung mengancam aplikasi Pancasila yang dilakukan oleh pemerintah
Orde Baru.
Demikian pula demokrasi semakin santer mengkritik praktik
pemerintah Orde Baru yang tidak transparan dan otoriter, represif, korup
dan manipulasi politik yang sekaligus mengkritik praktik Pancasila. Meski
demikian kondisi ini bertahan sampai dengan lengsernya Presiden
Soeharto pada 21 Mei 1998 (Pranoto dalam Dodo dan Endah (ed), 2010:
45).
E. Pada masa reformasi
Gerakan reformasi yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia dimulai dengan
diangkatnya Prof. Dr. B.J Habibie yang menggantikan Presiden Soeharto pada
Tanggal 21 Mei 1998 . Gerakan reformasi merupakan gerakan moral politik yang
menuntut adanya reformasi di segala bidang terutama bidang hukum, politik,
ekonomi, dan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat dan dipelopori oleh
mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat dari berbagai lapisan. Munculnya
gerakan reformasi ini untuk membenahi  penyimpangan terhadap Pancasila yang
berwujud hancurnya perekonomian nasional (Syarbaini, 2003).
Semua tindakan dan kebijakan mengatasnamakan Pancasila, walaupun ada
kenyataannya tindakan dan kebijakan tersebut sangat bertentangan dengan
Pancasila. Hal ini dilakukan mengingat Pancasila diyakini sebagai sumber nilai,
dasar moral etik bagi negara dan aparat pelaksana negara sehingga digunakan
sebagai alat legitimasi politik. Kenyataan yang dihadapi, menunjukkan bahwa
sebagian masyarakat salah dalam memahami arti kata reformasi.
Hal ini terlihat dari perusakan beberapa fasilitas umum yang diawali oleh
aksi anarkis akibat pengajuan tuntutan yang kadang-kadang miskin dari telaah
potensi apalagi kajian dan solusi yang memadai (Daulay, 2007). Dengan demikian,
agar proses menjalankan reformasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka
masyarakat harus tahu dan paham akan pengertian reformasi sebagai bekal yang
kondusif dalam melakukan gerakan reformasi.
Reformasi dapat dipahami sebagai upaya untuk mengembalikan hal-hal
yang menyimpang kepada bentuk yang sesuai dengan konstitusi dan nilai-nilai
ideal yang dicita-citakan rakyat. Artinya, gerakan reformasi harus memiliki visi
yang jelas, yaitu demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat. 
Gerakan reformasi harus dilanjutkan karena ranah pembentukan jiwa dan
kepribadian yang diamanatkan oleh Pancasila belum menyentuh sasaran. Kondisi
ini terlihat dari semakin maraknya koruptor melakukan aktivitas dengan frekuensi
yang semakin meningkat, modus yang semakin beragam dan sasaran yang semakin
bervariasi.
Kondisi lain yang terlihat bahwa pemahaman terhadap Pancasila belum
utuh dan menyeluruh sehingga ada kelompok yang ingin menafsirkan menurut
pemahamannya masing-masing dan ada pula yang mencoba membuat pembagian
antara Pancasila dengan Agama. Gerakan reformasi ditandai awalnya dengan
trauma akibat penerapan Pancasila di masa Orde Baru, sehingga semua yang
berbau Orde Baru diupayakan agar tidak digunakan kembali  misalnya GBHN,
sebagai Landasan Operasional Pembangunan Nasional, penamaan Mata Kuliah
Pembentuk Kepribadian di Perguruan Tinggi yang awalnya Pendidikan Kewiraan
menjadi Pendidikan Kewarganegaraan dan sebagainya.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah Pancasila pada masa sebelum kemerdekaan secara garis besar yakni
Munculnya kerajaan di Indonesia pada abad ke VII di Indonesia telah memberikan
pengaruh terhadap nilai-nilai Pancasila seperti nilai sosial politik dan nilai Ketuhanan.
Nilai yang ada pada Pancasila sudah ada sejak lama karena terdapat dalam wujud dalam
nilai, kebiasaan, adat, agama, watak dan perangai pada setiap jiwa Bangsa Indonesia.
Oleh karena itu Pancasila bukan hal baru, tetapi merupakan rumusan yang di
kembangkan dan dirumuskan kembali.

Sejarah pancasila pada masa orde baru secara garis besar yakni, Dalam sistem
kenegaraan, masa Orde Lama bagi Bangsa Indonesia adalah masa pencarian bentuk
implementasi atau penerapan Pancasila. Hal ini terlihat dari penerapan Pancasila dalam
bentuk yang berbeda-beda.

Sejarah pancasila pada masa perumusan pancasila dan proklamasi kemerdekaan


Indonesia dimulai saat sidang BPUPKI yang pertama yang menghasilkan Piagam
Jakarta. Selanjutnya, proses yang kedua adalah sidang kedua BPUPKI yang akhirnya
membentuk PPKI. Terakhir, proklamasi kemerdekaan republik Indonesia dan Sidang
PPKI.

Sejarah pancasila pada masa orde baru secara garis besar antara lain, setelah
lengsernya Ir. Soekarno sebagai presiden, selanjutnya Jenderal Soeharto yang memegang
kendali terhadap negeri ini. Dengan berpindahnya kursi kepresidenan tersebut, arah
pemahaman terhadap Pancasila pun mulai diperbaiki

1. Pancasila tidak sekedar semboyan untuk dikumandangkan, Pancasila bukan dasar


falsafah negara yang sekedar dikeramatkan dalam naskah UUD, melainkan
Pancasila harus diamalkan.
2. Pancasila dijadikan sebagai political force di samping sebagai kekuatan ritual.
3. Pada tahun 1968 Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 12
tahun 1968 yang menjadi panduan dalam mengucapkan Pancasila. Instruksi Presiden
tersebut mulai berlaku pada tanggal 13 April 1968.
4. Pada tanggal 22 Maret 1978 dengan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) Pasal
4, menjelaskan, “Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila merupakan
penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara bagi setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara Negara serta
setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik Pusat maupun di
Daerah dan dilaksanakan secara bulat dan utuh”.
5. pada tahun 1994 disarikan/dijabarkan kembali oleh BP-7 Pusat menjadi 45 butir P4.
Perbedaan yang dapat digambarkan yaitu: Sila Kesatu, menjadi 7 (tujuh) butir; Sila
Kedua, menjadi 10 (sepuluh) butir; Sila Ketiga, menjadi 7 (tujuh) butir; Sila
Keempat, menjadi 10 (sepuluh) butir; dan Sila Kelima, menjadi 11 (sebelas) butir.
6. Pada masa orde baru sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan
di negara Indonesia diatur dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966.
7. Sebagian golongan Islam menolak reinforcing oleh pemerintah dengan menyatakan
bahwa pemerintah akan mengagamakan Pancasila. Kemarahan Pemerintah tidak
dapat dibendung sehingga Presiden Soeharto bicara keras pada Rapim ABRI di
Pekanbaru 27 Maret 1980. Intinya Orde Baru tidak akan mengubah Pancasila dan
UUD 1945, sebaliknya Pancasila diperkuat sebagai comparatist ideology.
8. pada bulan Agustus 1982 Pemerintahan Orde Baru menjalankan “Asas Tunggal”
yaitu pengakuan terhadap Pancasila sebagai Asas Tunggal, bahwa setiap partai
politik harus mengakui posisi Pancasila sebagai pemersatu bangsa.
9. Dengan semakin terbukanya informasi dunia, pada akhirnya pengaruh luar masuk
Indonesia pada akhir 1990-an yang secara tidak langsung mengancam aplikasi
Pancasila yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.
10. Terbukanya informasi dunia juga berpengaruh terhadap demokrasi yang semakin
santer mengkritik praktik pemerintah Orde Baru yang tidak transparan dan otoriter,
represif, korupsi dan manipulasi politik yang sekaligus mengkritik praktik
Pancasila.

Sejarah Pancasila pada masa reformasi secara garis besar antara lain, Gerakan
reformasi yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia dimulai dengan diangkatnya Prof. Dr.
B.J Habibie yang menggantikan Presiden Soeharto pada Tanggal 21 Mei 1998 . Gerakan
reformasi merupakan gerakan moral politik yang menuntut adanya reformasi di segala
bidang terutama bidang hukum, politik, ekonomi, dan pembangunan yang dilakukan
oleh masyarakat dan dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat dari
berbagai lapisan.

B. Saran
Kita sebagai generasi muda penerus bangsa alangkah baiknya mempelajari
serta memahami sejarah perkembangan pancasila beserta perjuangan para tokoh
pendiri bangsa indonesia dalam merumuskan serta mengembangkan pancasila
sebagai dasar negara kita agar kedepannya nilai-nilai pancasila dapat lebih dihargai
serta diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, selain itu pula diharapkan agar
kedepannya generasi selanjutnya akan senantiasa menghargai serta menghormati
pancasila serta tokoh-tokoh yang berjuang dalam proses perkembangan pancasila
bagi bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(2), Juli 2021, 916-921

Susilawati. 2021. Napak Tilas Pancasila dalam Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia: Kajian Pustaka.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(2), 916-921

Permana, Ujung. 2019. Pendidikan Pancasila. Bandung: LovRinz Publishing.

Anda mungkin juga menyukai