Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN


BANGSA INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING : SUCI ALVIANITA, S.Kom., M.Kom

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

1. ELVINA CALISTA (1906112289)


2. GALIH ADJIE BAYU (1906156071)
3. HAZLAM ROY MAHENDRA (1906111879)
4. ILHAM NUGRAHA (1906110029)
5. JORGI ALESSANDRO (1906124515)
6. MUHAMMAD IRFAN WARDANI (1606116183)
7. RESTIKA RAMADHANI (1906124995)
8. RICKY ZULHAM (1906156433)
9. VIENTIKA JUNIRA (1906110143)

AGROTEKNOLOGI-C 2019
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia”.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu


Suci Alvianita, S.Kom., M.Kom selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila
yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas
makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka


menambah pengetahuan juga wawasan menyangkut “Pancasila dalam Konteks
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia”.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami menerima adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang


khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat
kata-kata yang kurang berkenan.

Pekanbaru, 27 Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila


Dalam Sejarah Bangsa Indonesia ................................................................ 3
B. Dinamika Dan Tantangan Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia ..................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. 14
B. Saran ............................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia sebelum disahkan


pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan
negara, yang berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai
religius. Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam
kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga materi Pancasila
yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia
sendiri, sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. Nilai-
nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para
pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat negara Indonesia. Proses
perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang-
sidang BPUPKI pertama, sidang panitia “9”, sidang BPUPKI kedua, serta
akhirnya disahkan secara yuridis sebagai dasar filsafat negara republik
Indonesia.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka untuk memahami Pancasila


secara lengkap dan utuh, mengutamakan kaitannya dengan jati diri bangsa
Indonesia. Secara epistemologis sekaligus sebagai pertanggung jawaban
Ilmiah, bahwa Pancasila selain sebagai dasar negara Indonesia juga sebagai
pandangan hidup bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian
luruh bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara. Nilai-nilai esensial
yang terkandung dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki
oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara.

1
Proses terbentuknya negara dan bangsa Indonesia yaitu sejak zaman
batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV, ke V kemudian
dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke VII, yaitu
ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra di
palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta
kerajaan-kerajaan lainnya.

Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para


pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para
tokoh pejuang kebangkitan pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada
sumpah pemuda pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah pejuangan
bangsa Indonesia dalam mendirikan negara tercapai dengan
diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia akan selalu berperan


dimasa depan. Terdapat sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila
dalam arus sejarah bangsa Indonesia yang harus diketahui lebih rinci, karena
bangsa Indonesia akan mengalami dinamika yang kaya dan penuh tantangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila
dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia?
2. Bagaimana Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia.
2. Untuk Mengetahui Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam
Kajian Sejarah Bangsa Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila dalam


Sejarah Bangsa Indonesia
1. Sumber Historis Pancasila

Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan,


dan agama yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak
zaman kerajaan dahulu. Misalnya, sila Ketuhanan sudah ada pada zaman
dahulu, meskipun dalam praktik pemujaan yang beranekaragam, tetapi
pengakuan tentang adanya Tuhan sudah diakui. Dalam Encyclopedia of
Philosophy disebutkan beberapa unsur yang ada dalam agama, seperti
kepercayaan kepada kekuatan supranatural, perbedaan antara yang
sakral dan yang profan, tindakan ritual pada objek sakral, sembahyang
atau doa sebagai bentuk komunikasi kepada Tuhan, takjub sebagai
perasaan khas keagamaan, tuntunan moral diyakini dari Tuhan, konsep
hidup di dunia dihubungkan dengan Tuhan, kelompok sosial seagama
dan seiman.

Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang


cukup panjang sejak kerajaan. Beratus- ratus tahun bangsa Indonesia
dalam perjalanan hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya
sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara terutama dalam masa reformasi,
bangasa indonesia sebagai bangsa yang mandiri harus memiliki visi
serta pandangan hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing. Hal ini
dapat terlaksana bukan melalui pelaksanaan.

3
Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila
Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara
Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia
sendiri. Sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari
bangsa Indonesia sebagai kausa materialis pancasila. Oleh karena itu
penerus bangsa terutama kalangan intelektual kampus untuk mengkaji,
memahami dan mengembangkan berdasarkan pengembangan ilmiah,
yang pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta wawasan
kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri.
Konsekuensinya Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat
negara serta ideologi bangsa bukan ideologi yang menguasai bangsa.

2. Sumber Sosiologis Pancasila

Nilai-nilai Pancasila (ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,


kerakyatan, keadilan) secara sosiologis telah ada dalam masyarakat
Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Salah satu nilai yang dapat
ditemukan dalam masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu hingga
sekarang adalah nilai gotong royong. Misalnya dapat dilihat, bahwa
kebiasaan bergotongroyong, baik berupa saling membantu antar
tetangga maupun bekerjasama untuk keperluan umum di desa-desa.
Kegiatan gotong royong itu dilakukan dengan semangat kekeluargaan
sebagai cerminan dari sila Keadilan Sosial. Gotong royong juga
tercermin pada sistem perpajakan di Indonesia. Hal ini disebabkan
karena masyarakat secara bersama-sama mengumpulkan iuran melalui
pembayaran pajak yang dimaksudkan untuk pelaksanaan pembangunan.

4
Bangsa Indonesia yang penuh kebhinekaan terdiri dari 300 suku
yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau, secara sosiologis telah
mempraktikan Pancasila karena nilai-nilai yang terkandung didalamnya
merupakan dasar didalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia. Pancasila sebagai dasar yang mengikat setiap warga bangsa
untuk taat pada nilai-nilai instrumental yang berupa norma atau hukum
yang tertulis maupun yang tidak tertulis seperti adat istiadat,
kesepakatan atau perjanjian, dan konveksi.

Kebhinekaan atau pluralitas masyarakat bangsa Indonesia yang


tinggi, dimana agama, ras, etnik, bahasa, tradisi-budaya penuh
perbedaan, menyebabkan ideologi Pancasila bisa di terima sebagai
ideologi pemersatu. Pancasila sebagai ideologi negara berakar dalam
kehidupan masyarakat. Unsur-unsur sosiologis yang membentuk
Pancasila sebagai ideologi negara meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Sila ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam
kehidupan beragama masyarakat Indonesia dalam berbagai
bentuk kepercayaan dan keyakinan tehadap adanya sesuatu zat
yang maha agung.
b. Prinsip kemanusian yang adil dan beradab mengakui bahwa
setiap orang memiliki martabat yang sama, setiap orang harus
diperlakukan adil sebagai manusia yang menjadi bagi pelaksana
hak asasi manusia.
c. Prinsip persatuan mengandung konsep nasionalisme politik yang
menyatakan bahwa perbedaan budaya, etnis, bahasa, dan agama
tidak menghambat atau mengurangi partisipasi perwujudannya
sebagai warga negara kebangsaan dengan berbagai cara pada
akhirnya bertujuan menciptakan identitas diri bangsa Indonesia.
d. Prinsip kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan dan perwakilan mengandung makna

5
bahwa sistem demokrasi diusahakan ditempuh melalui proses
musyawarah demi tercapainya mufakat untuk menghindari
dikotomi mayoritas dan minoritas.
e. Prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
sebagaimana yang dikemukakan Soekarno, yaitu didasarkan pada
prinsip tidak adanya kemiskinan dalam negara Indonesia merdeka
dan hidup dalam kesejahteraan.

3. Sumber Politis Pancasila

Sebagaimana diketahui bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung


dalam Pancasila bersumber dan digali dari local wisdom, budaya, dan
pengalaman bangsa Indonesia, termasuk pengalaman dalam
berhubungan dengan bangsa-bangsa lain. Nilai-nilai Pancasila, misalnya
nilai kerakyatan dapat ditemukan dalam suasana kehidupan pedesaan
yang pola kehidupan bersama yang bersatu dan demokratis yang dijiwai
oleh semangat kekeluargaan sebagaimana tercermin dalam sila keempat
Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Semangat seperti ini diperlukan dalam
mengambil keputusan yang mencerminkan musyawarah.

Etika politik adalah nilai-nilai azas moral yang disepakati


bersama, baik pemerintah dan masyarakat untuk dijalankan dalam
proses pembagian kekuasaan serta pelaksanaan keputusan yang
mengikat untuk kepentingan bersama. Etika politik memiliki tujuan
menjelaskan tingkah laku politik yang baik dan mana yang buruk.
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat
teoritis, untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik
secara bertangguang jawab. Etika politik diharapkan mampu
menciptakan suasana harmonis antar pelaku dan antar kekuatan sosial
politik serta antar kelompok berkepentingan lainnya untuk mencapai

6
kemajuan bangsa dan negara dengan mendahulukan kepentingan
bersama daripada kepentingan pribadi dan golongan. Sebagaimana
diketahui bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
bersumber dan digali dari local wisdom, budaya, dan pengalaman
bangsa Indonesia, termasuk pengalaman dalam berhubungan dengan
bangasa lain seperti sistem politik luar negeri Indonesia yaitu bebas
aktif. Nilai-nilai Pancasila, misalnya nilai kerakyatan dapat ditemukan
dalam suasana kehidupan pedesaan yang pola kehidupan bersama yang
bersatu dan demokratis yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan
sebagaimana tercermin dalam sila keempat kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.

Semangat seperti ini diperlukan dalam mengambil keputusan


yang mencerminkan musyawarah. Dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar kekuasaan dalam
negara dijalankan sesuai dengan asas legitimasi hukum, yaitu dijalankan
sesuai dengan hukum dan dilaksanakan berdasarkan legitimasi moral.
Oleh karena itu, etika politik bangsa Indonesia harus mengacu pada
nilai-nilai Pancasila sebagai berikut ini :

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Nilai-nilai ketuhanan sebagimana terkandung dalam agama-
agama yang dianut bangsa Indonesia mengandung nilai-nilai yang
mengayomi, meliputi dan menjiwai keempat sila yang lain. Oleh karena
itu, etika politik yang dilandasi dengan Ketuhanan Yang Maha Esa akan
menempatkan fungsi kontrol bagi para penyelenggara negara dan para
politisi bahwa ada tuhan yang menjadi spirit nilai-nilai spiritual dalam
bertindak dan berperilaku sehingga tidak terjadi penyalahgunaan
kekuasaan.

7
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Hakikat sila kemanusiaan terkandung dalam pembukaan UUD
1945 alinea pertama : “ Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah
hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia
harus, dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan...”. Sila kedua ini memberikan legitimasi moral
kemanusiaan dalam menyelenggarakan negara sehingga menuntut warga
negara dan penyelenggara negara agar memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang
luhur.

c. Sila Persatuan Indonesia


Proses penyelenggaraan negara harus selalu didasari oleh asas
persatuaan, dimana setiap kebijakan yang ditetapkan oleh penguasa tidak
ditujukan untuk memecah belah bangsa, tetapi untuk memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini sesuai dengan pembukaan UUD
1945 alinea keempat, yang berbunyi, “ Kemudian dari pada itu untuk
membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia...”. Oleh
karena itu, perlu dibangun etika politik kenegaraan yang cocok dengan
karakter bangsa.

d. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam


Purmusyawarahan dan Perwakilan
Sila ini menegaskan bahawa negara berasal dari rakyat dan
segala kebijakan dan kekuasaan senantiasa untuk rakyat. Sebagaimana
dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yaitu, “...
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang
berkedaulatan rakyat...”. Dengan demikian, aktivitas politik yang

8
menyangkut kekuasaan serta konsep pengambilan keputusan,
pengawasan, dan partisipasi harus berdasarkan legitimasi dari rakyat.

e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memberikan
legitimasi hukum dalam kehidupan dan penyelenggaraan negara. Selain
itu, keadilan sosial merupakan tujuan dalam kehidupan bernegara yang
menunjukan setiap warga negara Indonesia mendapatkan perlakuan adil
dalam bidang hukum, politik, sosial, agama, ekonomi dan kebudayaan.
Oleh karena itu, untuk mencapai aspek keadilan tersebut, kehidupan dan
penyelenggaraan negara harus senantiasa berdasarkan hukum yang
berlaku.

B. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila


dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia.

1. Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa


Dinamika pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia
menunjukan adanya perubahan-perubahan tentang pemahaman dan
pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Dinamika Pancasila yang terjadi
dibeberapa periode kepemimpinan yaitu pertama pada masa
pemerintahan presiden Soekarno atau masa Orde Lama, kedua pada
masa pemerintahan presiden Soeharto atau masa Orde Baru, ketiga
pada masa pemerintahan presiden B.J. Habibie atau pada masa
reformasi sampai masa pemerintahan presiden yang sekarang.

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, dimana pada


masa ini masih adanya pencarian bentuk penerapan Pancasila terutama
pada sistem kenegaraannya. Pada pemerintahan Soekarno atau Orde
Lama, adanya 3 periode penerapan Pancasila. Yang pertama pada saat

9
Indonesia baru saja merdeka, banyak terjadi keinginan untuk
menggantikan pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia. Yaitu
adanya keinginan dari kalangan yang paham komunis yang ingin
menggantikan ideologi Pancasila menjadi komunis. Serta adanya dari
kalangan warga muslim yang ingin menjadikan Indonesia menjadi
Negara islam dengan ideologi yang berdasarkan atas syariat islam. yang
kedua yaitu, pada tahun 1950-1959 pada periode ini dasar Negara tetap
pancasila akan tetapi dalam penerapannya lebih mengarah kepada
Liberalis yang menyimpang dari Pancasila sila ke empat. Yang ketiga
yaitu pada saat demokrasi terpimpin pada tahun 199-1965 yang pada
saat itu NASAKOM lebih popular dari pada Pancasila itu sendiri.

Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto , Pancasila


dijadikan pembenar kekuasaan melalui penataran P-4. Diajukannya
usul tersebut oleh Presiden Soeharto karena Presiden ingin
mengembalikan posisi Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Pada masa reformasi, nilai-nilai Pancasila menjadi lebih


diutamakan dengan mengeluarkan beberapa kebijakan-kebijakan, akan
tetapi para penguasa yang tidak respek terhadap Pancasila itu sendiri.

2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara

Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak
dalam posisi sebenarnya sehingga nilai-nilai Pancasila menyimpang
dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara. Salah satu contohnya,
pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS dalam TAP

10
No.III/MPRS/1960 Tentang Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden
Seumur Hidup. Hal tersebut bertentangan dengan pasal 7 Undang-
Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa, ”Presiden dan wakil
presiden memangku jabatan selama lima (5) tahun, sesudahnya dapat
dipilih kembali”. Pasal ini menunjukkan bahwa pengangkatan presiden
seharusnya dilakukan secara periodik dan ada batas waktu lima tahun.

Penyimpangan-penyimpangan telah terjadi bahkan pada saat


pemerintahan yang sebelumnya. Yaitu yang pertama pada saat Orde
Lama yang pada saat itu terdapat beberapa periode penyimpangan
yaitu:
a) Pada periode 1945-1950, pada periode ini Pancasila menghadapi
berbagai masalah dimana yang ditandai dengan adanya upaya-
upaya dari beberapa kalangan untuk menggantikan Pancasila
sebagai dasar dan ideologi negara. Pemberontakan-
pemberontakan yang terjadi antara lain : Pemberontakan Partai
Komunis Indonesia (PKI) di Madiun 18, September 1948 yang
dipimpin oleh Muso, tujuan utamanya yaitu mendirikan Negara
Soviet Indonesia yang berideologi komunis (paham komunis).
Yang kedua adanya pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia 17, Agustus 1949 dipimpin oleh Kartosuwiryo dan
ditangkap 4, Juni 1962 tujuan utamanya yaitu mendirikan Negara
Islam Indonesia (NII) dengan syaria’t islam sebagai pengganti
Pancasila
b) Periode 1950-1959 pada periode ini dimana penerapan Pancasila
lebih diarahkan pada ideologi liberalisme (kebebasan tanpa
batasan), yang tidak menjamin stabilitas pemerintahan. Periode
ini ditandai dengan penerapan Pancasila pada sila keempat yang
tidak lagi berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara

11
terbanyak (voting). Pada periode ini banyak terjadi
pemberontakan dari masyarakat Indonesia yaitu :
 Republik Maluku Selatan (RMS). Republik Maluku
Selatan dipimpin oleh Chris Soumokil tetapi didirikan
oleh Johanis Manuhutu pada tanggal 25 April 1950. RMS
didirikan karena rayat Maluku Selatan ingin memisahkan
diri dari NKRI.
 Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
yang didirikan pada tanggal 15 februari 1958.
 Perjuangan Rakyat Semesta (PERMESTA) NKRI karena
ketidakpuasan Daerah terhadap Pemerintah Pusat dan
didukung Amerika Serikat.

Pada bidang politik, terlaksananya Pemilu pada tahun 1955


yang bertujuan membentuk KONSTITUANTE (sebagai lembaga
pembentuk UU). Akan tetapi tidak sesuai dengan rencana yang
diinginkan. Lalu timbulnya krisis politik, ekonomi, dan keamanan
akibat Konstituante tidak dapat menyusun UU. Kemudian pada tahun
1959 pemerintah mengeluarkan DEKRIT PRESIDEN 1959, yang
memiliki isi :

- Dibubarkannya KONSTITUANTE
- Tidak berlakunya UUD Sementara Tahun 1950
- Kembali menggunakan UUD Tahun 1945

c) Periode 1959-1966 Periode yang dikenal dengan periode


demokrasi terpimpin (demokrasi yang berada pada kekuasaan
pribadi presiden Soekarno) adanya terjadi penyimpangan
penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi sehingga
Presiden Soekarno menjadi otoriter karena diangkat menjadi
presiden seumur hidup melalui TAP MPR No. lll/MPRS/1960.

12
Pada periode presiden mengeluarkan ajaran NASAKOM
(Nasionalis, Agama dan Komunis) tetapi ajaran tersebut tidak
cocok untuk NKRI karena penyimpangan terhadap Ideologi
Pancasila. Sehingga terjadi kemerosotan moral di sebagian
masyarakat, dan Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI)
pada tanggal 30 September 1965 dipimpin oleh D.N. Aidit, yang
bertujuan untuk mendirikan Negara Soviet Indonesia yang
berideologi komunis sebagai pengganti pancasila.

Yang kedua pada masa pemerintahan Soeharto atau pada masa


Orde Baru pancasila dijadikan landasan Negara yang sesungguhnya.
Pada awalnya pancasila dijadikan landasan yang sebenarnya akan tetapi
saat presiden Soeharto mengeluarkan penataran P-4 (Pedoman,
Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila). Akan tetapi, sebenarnya
tidak ada perubahan yang subtantif dari kehidupan politik Indonesia
pada saat itu. Dalam perjalanan politik pemerintahan Orde Baru,
kekuasaan Presiden tetap merupakan pusat dari seluruh proses politik di
Indonesia. Lembaga Kepresidenan merupakan pengontrol utama
lembaga negara lainnya baik yang bersifat suprastruktur (DPR, MPR,
DPA, BPK dan MA) maupun yang bersifat infrastruktur (LSM, Partai
Politik, dan sebagainya). Sehingga adanya anggapan bahwa Pancasila
adalah produk rezim Orde Baru. Yang ketiga tantangan yang dihadapi
Pancasila adalah adanya era globalsasi yang dapat menyebabkan
adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila
yang seharusnya ditaati.

Tantangan yang ada pada saat ini yaitu terdapat dari dalam
Negara itu sendiri ataupun adanya pengaruh dari luar. Tantangan dari
Negara itu sendiri seperti, disintegrasi, pemberontakan-pemberontakan
yang dilakukan warga Negara, adanya sifat individualisme yang dapat
menghancurkan bangsa. Tantangan dari luar yaitu tantangan yang

13
berasal dari luar seperti adanya tantangan dari ideology lain yang ingin
menggantikan ideology Pancasila, adanya campur tangan luar terhadap
kebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi, social maupun
budaya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang
bersama dengan bangsa indonesia sejak dahulu. Sejarah merupakan deretan
peristiwa yang saling berhubungan.peristiwa peristiwa masa lampau yang
berhubungan dengan kejadian masa sekarang dan semuanya bermuara pada
masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa semua aktivitas manusia pada
masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang untuk mewujudkan
masa depan yang berbeda dengan masa yang sebelumnya. Sejarah perjuangan
bangsa Indonesia berlalu dengan melewati suatu peroses waktu yang sangat
panjang. Dalam peroses waktu yang panjang itu dapat kejadian kejadian penting
yang merupakan tonggak sejarah perjuangan.

Dan Dasar negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi


pijakan dan lampu memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah negara
Negara Indonesia di bangun juga berdasarkan dalam suatu landasan atau pijakan
yaitu Pancasila. Dalam fungsinya sebagai dasar negara,merupakan sumber

14
kaidah hukum yang mengatur negara republik Indonesia,termasuk di dalam nya
seluruh unsur unsurnya yakni pemerintah,wilayah,dah rakyat pancasila dalam
kedudukan nya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan
negara dan seluruh kehidupan negara republik Indonesia.

B. Saran

Pancasila merupakan kepribadian bangsa indonesia yang mana


setiap warga negara indonesia harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila
sila dari pencarian tersebut dalam setulus hati dan penuh dengan rasa tanggung
jawab. Agar pancasila tidak terbatas pada coretan tinta belaka tanpa makna.
Agar setiap warga Negara dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi
berbagai tantangan dimasa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016. Pendidikan Pancasila


untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Ristekdikti. (Halaman 64 – 67)

Kaderi, Alwi. 2015. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Banjarmasin :


Antasari Press.

https://www.academia.edu/34863513/TUGAS_MATA_KULIAH_PENDIDIKAN_
PANCASILA (dikutip pada tanggal 27 Agustus 2019, pukul 21.00 pm).

15

Anda mungkin juga menyukai