Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

DOSEN PENGAMPU

Drs. USAMAH HANAFIE M.Si

Oleh :

KELOMPOK 3

Gannopem Sugandi (1910514210019)

Muhammad Febri Abimanyu (1910514210021)

Muhammad Iqbal (1910514210022)

Fadhly Nurrahman (1910514210023)

Muhammad Irfan Muyassar (1910514210024)

Rifaldo Ginting (1910514210027)

Dian Nugraha Ramadhan (1910514210029)

Anita (1910514220004)

Loktavia Rosanjaya (1910514220005)

Rabiatul Adawiah (1910514320026)

FAKULTAS PERTANIAN

PROGAM STUDI AGRIBISNIS TAHUN 2019/2020

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun
akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan tugas dari dosen dari mata kuliah Pancasila dengan judul
“Pendidikan Pancasila”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen Pancasila kami yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Banjarbaru, 4 September 2019


PENDAHULUAN

Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan UUD 1945 , diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7
bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Dalam Perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat negara
Republik Indonesia mengalami berbagai manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya
kekuasaan.

Pandangan yang sinis serta upaya melemahkan peranan ideologi pancasila pada era reformasi dewasa ini akan sangat
berakibat fatal bagi bangsa Indonesia yaitu melemahnya kepercayaan rakyat terhadap ideologi negara yang kemudian pada
gilirannya akan sangat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Berdasarkan alasan serta kenyataan objektif
tersebut di atas maka sudah menjadi tanggung jawab kita bersama warga negara untuk mengembangkan serta mengkaji
Pancasila sebagai suatu hasil karya besar bangsa kita yang setingkat dengan paham dan isme isme besar.

Oleh karena itu kiranya merupakan tugas berat kalangan intelektual untuk mengembalikan pandangan yang keliru
tersebut ke arah cita-cita bersama bagi bangsa indonesia.

A. Landasan Pendidikan Pancasila


a. Landasan Historis
Beratus-ratus tahun bangsa indonesia dalam perjalanan hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya
sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup
serta filasafat hidup bangsa. Setelah melalui suatu proses yang cukup panjang dalam perjalanan sejarah bangsa
indonesia menemukan jati dirinya, yang didalamnya tersimpul ciri khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda
dengan bangsa lain, yang oleh pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun
mendalam, yang meliputi lima prinsip (lima sila) yang kemudian diberi nama pancasila.
Atas dasar pengertian dan alasan historis inilah maka sangat penting bagi para generasi penerus bangsa
terutama kalangan intelektual kampus untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan berdasarkan pendekatan
ilmiah, yang pada giliranya akan memiliki sautu kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan
nilai-nilai yang dimilikinya sendiri.
b. Landasan Kultural
Setiap bangsa di dunia yang hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara senantiasa memiliki suatu
pandangan hidup, filsafat hidup, serta pegangan hidup. Setiap bangsamemiliki ciri khas serta pandangan hidup
yang berbeda dengan bangsa lain. Bangsa indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat.
Nilai nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila pancasila bukan hanya merupakan
suatu hasil konseptual seseorng saja namun merupakan hasil karya besar bansa indonesia sendiri, yang diangkat
dari nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara
seperti Soekarno, M. Yamin, M. Hatta, Sepomo serta para tokoh pendiri negara lainnya.
Satu-satunya karya besar bangsa indonesia yang sejajar dengan karya bangsa lain di dunia adalah hasil pemikiran
tentang bangsa dan negara yang berdasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai yang tertuang dalam sila-sila
pancasila.
C. Landasan Yuridis

• UU No.2 Tahun 1989 memuat Sistem Pendidikan Nasional di Perguruan Tinggi

• Pasal 39 berisi kurikulum (jenis/jalur/jenjang) dinyatakan wajib memuat pendidikan :

a. Pancasila

b. Agama

c. Kewarganegaraan

• SK Mendiknas No.232/U/2000

Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Pasal 10
ayat 1 menyatakan setiap pelajaran wajib memuat agama, Pancasila, dan Kewarganegaraan.

•SK Dirjen PT : SK No.38/DIKTI/KEP/2002 (pasal 3)

Untuk Mampu berpikir :

a. Nasional

b. Dinamis

Dari Segi :

a. Historis

b. Filosofis

c. Ketatanegaraan

d. Etika politik

d. Landasan filosofis
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia. Hal ini berdasarkan
pada kenyataan secara filosofis dan objektif pada nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila yang secara
filosofis merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara.

Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara merupakan bangsa yang berketuhanan dan
berkemanusiaan. Sedangkan syarat mutlak suatu negara adalah persatuan yang terwujudkan sebagai rakyat
(merupakan unsur pokok negara). Konsekuensinya rakyat adalah merupakan dasar ontologis demokrasi, karena
rakyat adalah asal mula kekuasaan negara.

Nilai-nilai Pancasila merupakan dasar filsafat negara. Konsekuensinya dalam aspek penyelenggaraan negara
bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Sehingga, suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai
pelaksaaan negara, seperti pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, maupun pertahanan
dan keamanan.
B. Tujuan Pendidikan Pancasila
Dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional dan juga termuat dalam SK Dirjen Dikti.
No.38/DIKTI/Kep/2003, dijelaskan bahwa tujuan Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang
diharapkan terwujud dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai macam golongan, diarahkan pada perilaku yang mendukung upaya
terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Tujuan pendidikan diartikan sebagai seperangkat tindakan intelektual penuh taggung jawab yang berorientasi pada
kompetensi mahasiswa pada bidang profesi masing-masing dengan menerapkan pemikiran yang berlandaskan nilai-nilai
Pancasila.

Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dengan sikap dan perilaku, (1) dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab sesuai dengan hati nuraninya, (2)
mampu mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya, (3) mengenali perubahan dan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta (4) mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai budaya bangsa
untuk menggalang persatuan Indonesia

C. Pembahasan Pancasila secara Ilmiah

Pembahasan pancasila termasuk filsafat Pancasila sebagai suatu kajian ilmiah, harus memenuhi
syarat ilmiah sebagai dikemukakan oleh I.R. Poedjowijatno dalam bukunya 'Tahu dan Pengetahuan' yang
merinci syarat-syarat ilmiah sebagai berikut:

1. Berobjek

2. Bermetode

3. Bersistem

4. Bersifat Universal

1. Berobjek

Syarat pertama bagi suatu pengetahuan yang memenuhi syarat ilmiah adalah harus memiliki objek.
Filsafat ilmu pengetahuan dibedakan atas dua macam yaitu 'objek forma' dan 'objek materia'. ' Objek
forma' pada hakikatnya pancasila dapat dibahas dari berbagai macam sudut pandang yaitu moral (moral
pancasila), ekonomi (ekonomi pancasila), pers (pers Pancasila), hukum dan kenegaraan (Pancasila
Yuridis kenegaraan), filsafat (filsafat Pancasila), dll.

'Objek materia' Pancasila adalah suatu objek yang merupakan sasaran pembahasan dan pengkajian
Pancasila baik yang bersifat empiris maupun nonempiris. Objek materia pembahasan Pancasila adalah
dapat berupa hasil budaya bangsa Indonesiayang berupa lembaran sejarah, bukti-bukti sejarah, benda-
benda sejarah, benda-benda budaya, lembaran hukum maupun naskah-naskah kenegaraan lainnya,
maupun adat-istiadat bangsa Indonesia sendiri. Adapun objek yang bersifat nonempiris antara lain
meliputi nilai-nilai budaya, nilai moral, serta nilai-nilai religius yang tercermin dalam kepribadian, sifat,
karakter dan pola-pola budaya dalam bermasyarakat, bebangsa dan bernegara.
2. Bermetode

Setiap pengetahuan ilmiah harus memiliki metode yaitu seperangkat cara atau sistem pendekatan
dalam rangka pembahasan Pancasila untuk mendapatkan suatu kebenaran yang bersifat objektif. Contoh
metode dalam pembahasan Pancasila adalah anastico syntetic, hermeneutika, kohersi historis, serta
metode pemahaman, penafsiran, dan interpretasi

3. Bersistem

Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu yang bulat dan utuh bagian-bagian dari
pengetahuan ilmiah itu harus merupakan suatu kesatuan antara bagian-bagian itu saling berhubungan.
Pembahasan Pancasila secara ilmiah harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan, bahkan Pancasila itu
sendiri dalam dirinya sendiri adalah merupakan suatu kesatuan dan keutuhan 'majemuk tunggal' yaitu
kelima sila itu adalah baik rumusannya, inti, dan isi dari sila-sila Pancasila itu adalah merupakan suatu
kesatuan dan kebulatan

4. Bersifat Universal

Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal, artinya kebenarannya tidak terbatas
oleh waktu, ruang, keadaan, situasi, kondisi maupun jumlah tertentu. Dalam kaitanya dengan kajian
Pancasila hakikat ontologis nilai-nilai Pancasila adalah bersifat universal, atau dengan lain perkataan inti
sari, essensi atau makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila pada hakikatnya adalah bersifat universal

Tingkat Pengetahuan Ilmiah

Tingkat pengetahuan ilmiah dalam masalah ini bukan berarti tingkatan dalam hal kebenaran namun
lebih menekankan pada karakteristik pengetahuan masing-masing.

1. Pengetahuan Deskriptif

dengan menjawab suatu pernyataan ilmiah 'bagaimana', maka akan diperoleh suatu pengetahuan
ilmiah yang bersifat deskriptif. Pengetahuan macam ini adalah suatu jenis pengetahuan yang memberikan
suatu keterangan, penjelasan secara objektif, tanpa adanya unsur subjektivitas. Kita harus menerangkan,
menjelaskan, serta menguraikan Pancasila secara objektif sesuai dengan pancasila itu sendiri sebagai
hasil budaya bangsa indonesia.

2. Pengetahuan Kausal
Dalam suatu ilmu pengetahuan upaya untuk suatu jawaban dari pertanyaan ilmiah "mengapa",
maka akan diperoleh suatu jenis pengetahuan “kausal”, yaitu suatu pengetahuan yang memberikan
jawaban tentang sebab dan akibat. dalam kaitannya dengan kajian proses kausalitas terjadinya Pancasila
yang meliputi empat klausa yaitu : kausa materialis, kausa formalis, kausa effisien dan kausa finalis.

3. Pengetahuan Normatif

Tingkatan pengetahuan normatif adalah sebagai hasil dari pernyataan ilmiah “kemana”. dalam
membahas Pancasila tidak cukup Hanya berupa hasil deskripsi atau hasil kausalitas belaka, melainkan
perlu untuk dikaji norma-normanya karena Pancasila itu untuk diamalkan ,direalisasikan serta di
kongkritasikan dengan kajian normatif ini maka kita dapat membedakan secara normatif realisasi atau
pengamalan Pancasila yang seharusnya dilakukan ,dan realisasi Pancasila dalam kenyataan faktualnya
dari Pancasila yang senantiasa berkaitan dengan dinamika kehidupan serta perkembangan zaman.

4. Pengetahuan Essensial

Pengetahuan esensial adalah tingkatan pengetahuan untuk hakikat segala sesuatu, dan hal ini dikaji
dalam bidang ilmu filsafat. kajian Pancasila secara esensial pada hakikatnya nya untuk mendapatkan
suatu pengetahuan tentang intisari atau makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila.

Lingkup Pembahasan Pancasila Yuridis Kenegaraan

Pancasila sebagai objek pembahasan ilmiah memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Pancasila
yuridis kenegaraan meliputi pembahasan Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar negara Republik
Indonesia . tingkatan pengetahuan ilmiah dalam pembahasan pancasila yuridis kenegaraan adalah
meliputi tingkatan pengetahuan deskriptif, kasual dan normatif.

1. Pengertian pancasila secara etimologis

Secara etimologis istilah "Pancasila" berasal dari sansekerta dari india (bahasa kasta brahmana)
adapun rakyat biasa adalah bahasa prakerta. Menurut muhammad yamin, dalam bahasa sansekerta
"pancasila" memiliki dua arti secara leksikal yaitu:

"Panca" artinya "lima"

"Syila" vokal i pendek artinya "batu sendi", "alas", atau "dasar"

"Syiila" vokal i panjang artinya "pertaruna tingkah laku yang baik, penting atau yang senonoh

Kata kata tersebut kemudian dalam bahasa indonesia terutama bahasa jawa diartikan susila yang memiliki
hubungan dengan moralitas. Secara etimologis "Pancasila" dengan i pendek memiliki makna lesikal
"berbatu sendi lima" atau secara harfiah "dasar yang memiliki lima unsur". Adapun istilah "panca syiila"
dengan huruf dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting (Yamin, 1960 : 437)

Perkataan pancasila mula mula terdalam dalam kepustakaan budha di india. Dalam ajaran budha
terdapat ajaran moral untuk mencapai nirwana, ajaran ajaran moral tersebut adalah sebagai berikut:

Desasyiila
Septasyuila

Pancasyiila

Ajaran pancasyiila menurut budha adalah lima aturan (larangan) atau five moral principles. Yang
harus dilaksanakan oleh para penganut biasa atau awam.

3. Pengertian Pancasila secara Terminologis

Dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia (PPKI) yang diselenggarakan
pada tanggal 18 Agustus 1945 telah mengesahkan UUD 1945 yang terbagi menjadi 2 bagian yaitu
Pembukaan UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal, dan 1 Aturan
Tambahan terdiri atas 2 ayat.

Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea yang tercantum dalan rumusan Pancasila, yaitu :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik
Indonesia. Namun dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia terdapat puka rumusan-rumusan Pancasila
sebagai berikut :

a. Dalam Konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat)

Berlaku pada tanggal 29 Desember sampai dengan 17 Agustus 1950.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Peri Kemanusiaan

3. Kebangsaan

4. Kerakyatan

5. Keadilan sosial

b. Dalam UUD (Undang-Undang Dasar Sementara 1950)

Dalam UUDS 1950 yang berlaku mulai tanggak 17 Agustus 1950 sampai tanggal 5 Juli 1959.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Peri Kemanusiaan

3. Kebangsaan
4. Kerakyatan

5. Keadilan sosial

c. Rumusan Pancasila di Kalangan Masyarakat

1. Ketuhanan yang Maha Esa

2. Peri Kemanusiaan

3. Kebangsaan

4. Kedaulatan Rakyat

5. Keadilan Sosial

Dari bermacam-macam rumusan pancasila di atas yang sah dan benar secara konstitusional adalah
rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

2. Pengertian Pancasila secara Historis

Proses perumusan pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dokter Radjiman
Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah
tearsebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara indonesia yang akan dibentuk. Kemudian
tampilah tiga orang pembicara pada sidang tersebut, yaitu Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno

Pada tanggal 1 juni 1945 di dalam sidang tersebut ir. Soekarno berpidato secara lisan mengenai
calon rumusan negara Indonesia. Kemudian untuk memberi nama istilah dasar negara indonesia tersebut
soekarno memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar hal ini merupakan saran dari salah satu
temanya yang merupakan seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekannya, kemudian pada


tanggal 18 Agustus 1945 disahkanlah Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945
dimana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip dasar negara yang diberi nama Pancasila.

Demikianlah

Anda mungkin juga menyukai