Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu: Meri Yuliani, M.Pd.
"PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA
INDONESIA"

Disusun Oleh :
1.Iwan Kurniawan (210804047)
2.Muhamad Irzan (210804043)
3.Amrizan (210804054)
4.Nurhasanah (210804011)
5.Laela Hamsatun (210804010)
6.Hasrin Nisa AF A (210804029)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


INSTITUT PENDIDIKAN NUSANTARA GLOBAL (IPNG)
TA:2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas rahmat

dan karunia-Nya kami dapat meyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tema dari makalah ini adalah "Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa

Indonesia". Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah

memberikan tugas terhadap kami. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata

sempurna, kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan

makalah ini. Akhirnya kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi

banyak orang.

Aik Mual 25.februari 2022

ii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian....................................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1. Sejarah Perumusan Pancasila..................................................................................3
2.2. Alasan Mengapa Pancasila Diperlukan Dalam Kajian Sejarah Indonesia..............4
2.3. Bagaimana Cara Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Yudisiris dan
Politik Pendidikan Pancasila..........................................................................................7
2.4. Membangun Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan
Pancasila......................................................................................................................11
2.5. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila Dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia Untuk Masa Depan.........................................................................13
BAB III PENUTUP...........................................................................................................16
3.1. Kesimpulan...........................................................................................................16
3.2. Saran.....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki bentuk Negara


kepulauan dan bentuk pemerintahan republik sehingga disebut dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan masyarakatnya tidak
asing lagi dengan pancasila. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
masyarakat Indonesia mengenal pancasila sebagai dasar Negara, pedoman,
dan pandangan hidup,yang nilainya diangkat dari kehidupan masyarakat
sendiri. Pancasila merupakan dasar Negara, dan juga menjadi falsafah
hidup bangsa Indonesia sejak dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada
Negara, masyarakat, dan pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila pancasila itu
tidak terlepas satu sama lain melainkan satu kesatuan yang bulat, baik
dalam fungsi dan kedudukannya sebagai dasar Negara maupun sebagai
falsafah hidup bangsa. Pengertian dari kata “kesatuan bulat” dari pancasila
ini ialah berarti bahwa sila yang satu meliputi dan menjiwai sila-sila yang
lain. Lantas perumusan pancasila juga dapat dijadikan sebagai pandangan
hidup bangsa yang selalu berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Seperti yang telah diketahui bahwa pancasila itu juga merupakan
dasar Negara Indonesia, yang berarti dasar dari hukum tertinggi di Indonesia
atau sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Hal ini terdapat pada
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang merupakan Naskah
Proklamasi Indonesia.
Untuk itu sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab
seharusnya masyarakat mengikuti dan mematuhi pancasila, karena seperti
pemaparan di atas telah disebutkan bahwa pancasila adalah sumber dari
segala sumber hukum atau dasar Negara yang harus dipatuhi. Karena dalam
sila-sila pancasila tidak memihak kepada satu orang saja melainkan
keseluruh warga Negara Indonesia.

1
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perumusan pancasila?


2. Mengapa pancasila diperlukan dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia?
3. Bagaimana cara menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politik
Pendidikan Pancasila
4. Bagaimana cara membangun argumen tentang dinamika dan
tantangan pendidikan Pancasila?
5. Bagaimana cara mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila
dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia untuk Masa Depan?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Sebagai media pembejaran dan informasi tentang Pancasila


2. Sebagai bacaan siswa/mahasiswa untuk menambah pengetahuan
mengenai Pancasila

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
Sejarah perumusan Pancasila dimulai dari dibentuknya Badan
Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu
Zyunbi Tyoosakai, pada tanggal 1 Maret 1945 oleh Jepang. Diketuai oleh
Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat, BPUPKI beranggotakan 64 orang.
Dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara, BPUPKI
mengadakan sidang sebanyak dua kali. Sidang pertama tanggal 29 Mei-1
Juni 1945 membahas mengenai perumusan dasar negara Indonesia dan ada
tiga nasional yang menyampaikan gagasannya yaitu: Mr. Mohammad
Yamin, Prof. DR. Soepomo, dan Ir.Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir Soekarno menyampaikan gagasan
tentang dasar negara Indonesia yang dinamakan Pancasila, dan diterima
secara aklamasi oleh seluruh anggota BPPUPKI. Tanggal 1 Juni ini
kemudian ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila.
BPUPKI kemudian membentuk Panitia Sembilan yang diketuai oleh
Ir. Soekarno. Sembilan orang dalam kepanitiaan tersebut bersidang pada
tanggal 2 Juni – 9 Juni 1945. Dalam sidang reses pun terjadi perdebatan
antara golongan nasionalisme dengan golongan yang mempertahankan
syariat Islam.
Akhirnya rumusan dasar negara Indonesia disepakati, yang diberi
nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Berikut isinya:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam sidang kedua pada tanggal 10 Juli – 16 Juli BPUPKI
membahas tentang rancangan hukum dasar terdiri atas pembukaan
(preambule) dan batang tubuh (pasal-pasal) UUD berdasarkan hasil dari
panitia Sembilan.
3
Sebelum perumusan Pancasila dalam Piagam Jakarta disahkan,
terjadi perubahan-perubahan yang di lakukan BPUPKI sebelum sidang
dimulai. Perubahan-perubahan itu di dasarkan pada laporan utusan Kaigun
(Angkatan Laut Jepang) kepada Drs. Mohammad Hatta bahwa daerah-
daerah di Indonesia bagian timur yang tidak beragama Islam merasa
keberatan terhadap sila pertama Pancasila.
Masalah keberatan tersebut dibicarakan oleh oleh Drs. Mohammad
Hatta dengan 4 orang anggota PPKI, yaitu K.H Wahid Hasjim, Ki Basgus
Hadikusumo, Mr. Kasman Singodimejo, dan Mr. Teuku Moh. Dari
pembicaraan tersebut disepakati untuk mengubah rumusan dasar negara
tersebut sehingga menjadi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebjaksanan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sampai saat ini rumusan dasar tersebut dikenal sebagai yang biasa kita
baca dan dengarkan. Demikian, pembahasan sejarah perumusan Pancasila
secara singkat untuk bisa dipahami bersama. (RN)

2.2 ALASAN MENGAPA PANCASILA DIPERLUKAN DALAM KAJIAN


SEJARAH INDONESIA.
1. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Setiap bangsa mana pun di dunia ini memiliki identitas yang sesuai
dengan latar belakang budaya masing-masing. Budaya merupakan proses
cipta, rasa, dan karsa yang perlu dikelola dan dikembangkan secara terus-
menerus. Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui proses
inkulturasi dan akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia
merupakan konsekuensi dari proses inkulturasi dan akulturasi tersebut.
Kebudayaan itu sendiri mengandung banyak pengertian dan
definisi. Salah satu defisini kebudayaan adalah sebagai berikut: ”suatu
desain untuk hidup yang merupakan suatu perencanaan dan sesuai
dengan perencanaan itu masyarakat mengadaptasikan dirinya pada
lingkungan fisik, sosial, dan gagasan” (Sastrapratedja, 1991: 144).

4
Apabila definisi kebudayaan ini ditarik ke dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, maka negara Indonesia memerlukan suatu rancangan
masa depan bagi bangsa agar masyarakat dapat menyesuaikan diri
dengan situasi dan lingkungan baru, yakni kehidupan berbangsa yang
mengatasi kepentingan individu atau kelompok.
Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan hasil inkulturasi, yaitu
proses perpaduan berbagai elemen budaya dalam kehidupan masyarakat
sehingga menjadikan masyarakat berkembang secara dinamis. (J.W.M.
Bakker, 1984: menyebutkan adanya beberapa saluran inkulturasi, yang
meliputi: jaringan pendidikan, kontrol, dan bimbingan keluarga, struktur
kepribadian dasar, dan self expression. Kebudayaan bangsa Indonesia
juga merupakan hasil akulturasi sebagaimana yang ditengarai Eka
Dharmaputera dalam bukunya Pancasila: Identitas dan Modernitas
Pancasila sebagai identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan
agama yang berlaku dalam masyarakat Indonesia. Karena tradisi dan
kultur bangsa Indonesia dapat diitelusuri melalui peran agama-agama
besar, seperti: peradaban Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen. Agama-
agama tersebut menyumbang dan menyempurnakan konstruksi nilai,
norma, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam
masyarakat. Misalnya, konstruksi tradisi dan kultur masyarakat Melayu,
Minangkabau, dan Aceh tidak bisa dilepaskan dari peran peradaban
Islam. Sementara konstruksi budaya Toraja dan Papua tidak terlepas dari
peradaban Kristen. Demikian pula halnya dengan konstruksi budaya
masyarakat Bali yang sepenuhnya dibentuk oleh peradaban Hindu (Ali,
2010: 75).
2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa
Indonesia Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa
Indonesia, artinya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan diwujudkan dalam sikap mental dan tingkah
laku serta amal perbuatan. Setiap pribadi mencerminkan keadaan atau
halnya sendiri, demikian pula halnya dengan ideologi bangsa (Bakry,
1994: 157).
Meskipun nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan juga terdapat dalam ideologi bangsa-bangsa lain, tetapi bagi
bangsa Indonesia kelima sila tersebut mencerminkan kepribadian bangsa
karena diangkat dari nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia sendiri
dan dilaksanakan secara simultan. Nilai nilai spiritual, sistem

5
perekonomian, politik, budaya merupakan contoh keunggulan yang
berakar dari kepribadian masyarakat Indonesia sendiri.
3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa Indonesia
Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
diyakini kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya
oleh bangsa Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa dan menimbulkan tekad yang kuat untuk
mengamalkannya dalam kehidupan nyata (Bakry, 1994: 158). Pancasila
sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai Pancasila melekat dalam
kehidupan masyarakat dan dijadikan norma dalam bersikap dan
bertindak. Ketika Pancasila berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia, maka seluruh nilai Pancasila dimanifestasi ke dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila Sebagai
Jiwa Bangsa Sebagaimana dikatakan von Savigny bahwa setiap bangsa
mempunyai jiwanya masing-masing, yang dinamakan volkgeist (jiwa
rakyat atau jiwa bangsa).
4. Pancasila sebagai jiwa bangsa
lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Pancasila telah
ada sejak dahulu kala bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia
(Bakry, 1994: 157).
5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa
dan kepribadian bangsa disepakati oleh para pendiri negara (political
consensus) sebagai dasar negara Indonesia (Bakry, 1994: 161).
Kesepakatan para pendiri negara tentang Pancasila sebagai dasar negara
merupakan bukti bahwa pilihan yang diambil pada waktu itu merupakan
sesuatu yang tepat.

2.3. BAGAIMANA CARA MENGENALI SUMBER


HISTORIS,SOSIOLOGIS,YURIDIS DAN POLITIK PENDIDIKAN
PANCASILA
Dilihat dari segi objek materil, pengayaan materi atau substansi
mata kuliah pendidikan Pancasila dapat dikembangkan melalui beberapa
pendekatan, diantaranya pendekatan historis, sosiologis, dan politik.

6
Sementara, dilihat dari segi objek formil, pengayaan materi mata kuliah
pendidikan Pancasila dilakukan dengan pendekatan ilmiah, filosofis, dan
ideologis.
Materi perkuliahan dikembangkan dari fenomena sosial untuk
dikaji dan ditemukan solusinya yang rasional dan bertanggung jawab
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila oleh mahasiswa. Kesadaran sosial
mahasiswa turut serta dalam memecahkan permasalahan-permasalahan
sosial. Hal ini akan terus bertumbuh melalui mata kuliah pendidikan
Pancasila. Pada gilirannya, mahasiswa akan memiliki argumentasi bahwa
mata kuliah pendidikan Pancasila bermakna penting dalam sistem
pendidikan tinggi di tanah air.
1. Sumber Historis Pendidikan Pancasila
Presiden Soekarno pernah mengatakan kehidupan bangsa dengan
lebih bijaksana di masa depan. Sejarah juga merupakan guru
kehidupan”.Melalui pendekatan ini, mahasiswa diharapkan dapat
mengambil pelajaran atau hikmah dari berbagai peristiwa sejarah, baik
sejarah nasional maupun sejarah bangsa-bangsa lain.Dengan pendekatan
historis, mahasiswa diharapkan akan memperoleh inspirasi untuk
berpartisipasi dalam pembangunan bangsa sesuai dengan program studi
masing-masing dan dapat menghindari perilaku yang bernuansa
mengulangi kembali kesalahan sejarah.
Dalam peristiwa sejarah nasional, banyak hikmah yang dapat
dipetik, misalnya mengapa bangsa Indonesia sebelum masa pergerakan
nasional selalu mengalami kekalahan dari penjajah? Jawabannya antara
lain karena perjuangan pada masa itu masih bersifat kedaerahan, kurang
adanya persatuan, mudah dipecah belah, dan kalah dalam penguasaan
IPTEKS termasuk dalam bidang persenjataan. Hal ini berarti bahwa
apabila integrasi bangsa lemah dan penguasaan IPTEKS lemah, maka
bangsa Indonesia dapat kembali terjajah atau setidak-tidaknya daya saing
bangsa melemah. Implikasi dari pendekatan historis ini adalah
meningkatkan motivasi kejuangan bangsa dan meningkatkan motivasi
belajar Anda dalam menguasai IPTEKS sesuai dengan prodi masing-
masing

7
2. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila
Sosiologi adalah ilmu tentang kehidupan antarmanusia.
Didalamnya mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola
kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat,
disamping juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan
pembaharuan dalam masyarakat.
Melalui pendekatan sosiologis ini pula, Anda diharapkan dapat
mengkaji struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan
sosial, dan masalah-masalah sosial yang patut disikapi secara arif dengan
menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu kepada nilai-nilai
Pancasila. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia
mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa
itu sendiri. Nilainilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja,
melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat
dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri
melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000: 13).
Bung Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari
bumi pertiwi Indonesia. Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari
kehidupan sosiologis masyarakat Indonesia. Pernyataan ini tidak
diragukan lagi karena dikemukakan oleh Bung Karno sebagai penggali
Pancasila, meskipun beliau dengan rendah hati membantah apabila
disebut sebagai pencipta Pancasila, sebagaimana dikemukakan Beliau
dalam paparan sebagai berikut:
Makna penting lainnya dari pernyataan Bung Karno tersebut
adalah Pancasila sebagai dasar negara merupakan pemberian atau ilham
dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Apabila dikaitkan dengan teori kausalitas
dari Notonegoro bahwa Pancasila merupakan penyebab lahirnya
(kemerdekaan) bangsa Indonesia, maka kemerdekaan berasal dari Allah,
Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan makna Alinea III
Pembukaan UUD 1945. Sebagai makhluk Tuhan, sebaiknya segala
pemberian Tuhan, termasuk kemerdekaan Bangsa Indonesia ini wajib
untuk disyukuri. Salah satu bentuk wujud konkret mensyukuri nikmat
karunia kemerdekaan adalah dengan memberikan kontribusi pemikiran
terhadap pembaharuan dalam masyarakat. Bentuk lain mensyukuri
kemerdekaan adalah dengan memberikan kontribusi konkret bagi

8
pembangunan negara melalui kewajiban membayar pajak, karena dengan
dana pajak itulah pembangunan dapat dilangsungkan secara optimal.
Sejalan dengan hal itu, Anda juga diharapkan dapat berpartisipasi
dalam meningkatkan fungsi-fungsi lembaga pengendalian sosial (agent of
social control) yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.

3. Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila


Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat) dan
salah satu cirinya atau istilah yang bernuansa bersinonim, yaitu
pemerintahan berdasarkan hukum (rule of law). Pancasila sebagai dasar
negara merupakan landasan dan sumber dalam membentuk dan
menyelenggarakan negara hukum tersebut. Hal tersebut berarti
pendekatan yuridis (hukum) merupakan salah satu pendekatan utama
dalam pengembangan atau pengayaan materi mata kuliah pendidikan
Pancasila. Urgensi pendekatan yuridis ini adalah dalam rangka
menegakkan Undang-Undang (law enforcement) yang merupakan salah
satu kewajiban negara yang penting. Penegakan hukum ini hanya akan
efektif, apabila didukung oleh kesadaran hukum warga negara terutama
dari kalangan intelektualnya.
Dengan demikian, pada gilirannya melalui pendekatan yuridis
tersebut mahasiswa dapat berperan serta dalam mewujudkan negara
hukum formal dan sekaligus negara hukum material sehingga dapat
diwujudkan keteraturan sosial (social order) dan sekaligus terbangun
suatu kondisi bagi terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat
sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa. Kesadaran
hukum tidak semata-mata mencakup hukum perdata dan pidana, tetapi
juga hukum tata negara. Ketiganya membutuhkan sosialisasi yang
seimbang di seluruh kalangan masyarakat, sehingga setiap warga negara
mengetahui hak dan kewajibannya. Selama ini sebagian masyarakat masih
lebih banyak menuntut haknya, namun melalaikan kewajibannya.
Keseimbangan antara hak dan kewajiban akan melahirkan kehidupan
yang harmonis sebagai bentuk tujuan negera mencapai masyarakat adil
dan makmur.
4. Sumber Politik Pendidikan Pancasila

9
Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah
berasal dari fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Tujuannya
agar Anda mampu mendiagnosa dan mampu memformulasikan saran-
saran tentang upaya atau usaha mewujudkan kehidupan politik yang ideal
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bukankah Pancasila dalam tataran
tertentu merupakan ideologi politik, yaitu mengandung nilai-nilai yang
menjadi kaidah penuntun dalam mewujudkan tata tertib sosial politik yang
ideal. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Budiardjo (1998:32) sebagai
berikut:
“Ideologi politik adalah himpunan nilai-nilai, idée, norma-norma,
kepercayaan dan keyakinan, suatu “Weltanschauung”, yang dimiliki
seseorang atau sekelompok oran, atas dasar mana dia menentukan
sikapnya terhadap kejadian dan problema politik yang dihadapinya dan
yang menentukan tingkah laku politiknya.” Melalui pendekatan politik
ini, Anda diharapkan mampu menafsirkan fenomena politik dalam rangka
menemukan pedoman yang bersifat moral yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila untuk mewujudkan kehidupan politik yang sehat. Pada
gilirannya, Anda akan mampu memberikan kontribusi konstruktif dalam
menciptakan struktur politik yang stabil dan dinamis. Secara spesifik,
fokus kajian melalui pendekatan politik tersebut, yaitu menemukan nilai-
nilai ideal yang menjadi kaidah penuntun atau pedoman dalam mengkaji
konsep-konsep pokok dalam politik yang meliputi negara (state),
kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan
(policy), dan pembagian (distribution) sumber daya negara, baik di pusat
maupun di daerah. Melalui kajian tersebut, Anda diharapkan lebih
termotivasi berpartisipasi memberikan masukan konstruktif, baik kepada
infrastruktur politik maupun suprastruktur politik.

Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian


Sejarah Bangsa Indonesia untuk Masa Depan I. Essensi Pancasila dalam
Kajian Sejarah Bangsa. Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara
(Philosofische Grondslag) karena mengandung unsur-unsur sebagai
berikut : Alasan filosofis berdirinya suatu negara Alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan
pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi
2.4. MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN
TANTANGAN PENDIDIKAN PANCASILA

10
Dinamika Pancasila sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa
Indonesia memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-
nilai Pancasila. Pancasila sebagai ideologi negara dalam masa
pemerintahan Presiden Soekarno; sebagaimana diketahui bahwa Soekarno
termasuk salah seorang perumus Pancasila, bahkan penggali dan memberi
nama untuk dasar negara. Pancasila sebagai ideologi dalam masa
pemerintahan Presiden Soeharto diletakkan pada kedudukan yang sangat
kuat melalui TAP MPR No. II/1978 tentang pemasyarakatan P-4. Pada
masa Soeharto ini pula, ideologi Pancasila menjadi asas tunggal bagi
semua organisasi politik (Orpol) dan organisasi masyarakat (Ormas).
Bahkan pada masa reformasi masih mengalami pasang surut
yakni,enggannya para penyelenggara negara mewacanakan tentang
pancasila, bahkan berujung pada hilangnya pancasila dikurikulum
nasional. Meskipun pada akhirnya timbul kesadaran penyelenggara negara
tentang pendidikan pancasila di perguruan tinggi.
Tantangan terhadap Pancasila sebagai Ideologi Negara
Unsur-unsur yang mempengaruhi tantangan terhadap pancasila
sebagai ideologi negara meliputi faktor eksternal dan internal.
Adapun faktor eksternal meliputi hal-hal berikut:
a) Pertarungan ideologi antara negara-negara super power antara
Amerika Serikat dan Uni Soviet antara 1945 sampai 1990 yang berakhir
dengan bubarnya negara Soviet sehingga Amerika menjadi satu-satunya
negara super power.
b) Menguatnya isu kebudayaan global yang ditandai dengan
masuknya berbagai ideologi asing dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara karena keterbukaan informasi.
c) Meningkatnya kebutuhan dunia sebagai akibat pertambahan
penduduk dan kemajuan ideologi sehingga terjadi eksploitasi terhadap
sumber daya alam secara matif.
d) Dampak konkritnya adalah kerusakan lingkungan, seperti banjir,
kebakaran hutan.
Adapun faktor internal meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik
yang berorientasi pada kepentingan kelompok atau partai sehingga
ideologi Pancasila sering terabaikan.

11
2) Penyalahgunaan kekuasaan (korupsi) mengakibatkan rendahnya
kepercayaan masyarakat terhadap rezim yang berkuasa sehingga
kepercyaan terhadap ideologi menurut drastis.
3) Penyelenggaraan pendidikan Pancasila sebagai mata kuliah di
perguruan tinggi ditegaskan dalam Surat Edaran Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Nomor 914/E/T/2011, tertanggal 30 Juni 2011,
ditentukan bahwa perguruan tinggi harus menyelenggarakan pendidikan
Pancasila minimal 2 (dua) SKS atau dilaksanakan bersama mata kuliah
pendidikan kewarganegaraan dengan nama pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan (PPKn) dengan bobot minimal 3 (tiga) SKS.
Selanjutnya, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012,
tentang pendidikan tinggi, memuat penegasan 11 tentang pentingnya dan
ketentuan penyelenggaraan pendidikan Pancasila sebagaimana termaktub
dalam pasal-pasal berikut.
a) Pasal 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi berdasarkan
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka
Tunggal Ika.
b) Pasal 35 ayat (3) menegaskan ketentuan bahwa kurikulum
pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memuat mata kuliah: agama, Pancasila, kewarganegaraan, dan
bahasa Indonesia.
Dengan demikian, berdasarkan ketentuan dalam pasal 35 ayat (3)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012, tentang
pendidikan Tinggi, yang dimaksud dengan mata kuliah pendidikan
Pancasila adalah pendidikan untuk memberikan pemahaman dan
penghayatan kepada mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia.
Dengan landasan tersebut, Ditjen Dikti mengembangkan esensi materi
pendidikan Pancasila yang meliputi:
1. Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila
2. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai dasar Negara

2.5. MENDESKRIPSIKAN ESENSI DAN URGENSI PANCASILA


DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA UNTUK MASA
DEPAN

12
1. Essensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa.
Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara (Philosofische
Grondslag) karena mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
Alasan filosofis berdirinya suatu negara
Alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk
mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang
meliputi 12 suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang
bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
 Setiap produk hukum di Indonesia harus berdasarkan nilai
Pancasila.
 Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (Weltanschauung)
mengandung unsur nilai-nilai agama, budaya, dan adat istiadat.
2. Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
A. Hasil Survei yang dilakukan KOMPAS yang dirilis pada 1 Juni 2008:
 o48, 4% responden berusia 17 sampai 29 tahun tidak mampu
menyebutkan silaisila Pancasila secara benar dan lengkap.
 42, 7% salah menyebut sila-sila Pancasila.
 60% responden berusia 46 tahun ke atas salah menyebutkan sila-
sila Pancasila.
B. Pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia dikarenakan
hal-hal berikut:
 Pengidentikan Pancasila dengan ideologi lain.

 Penyalahgunaan Pancasila sebagai alat justifikasi kekuasaan


rezim tertentu.
 Melemahnya pemahaman dan pelaksanaan nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
C. Faktor penyebab rendahnya pemahaman dan pengamalan tentang
nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat Indonesia dewasa ini:
 Banyak generasi muda yang menerapkan budaya barat
 Kurangnya pengajaran karakter bangsa berlandaskan Pancasila
 Adanya sikap apatisme
 Adanya kesenjangan sosial.
13
CONTOH KASUS
Munculnya permasalahan yang mendera Indonesia,
memperlihatkan telah tergerusnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, perlu diungkap
berbagai permasalahan di negeri tercinta ini yang menunjukkan
pentingnya mata kuliah pendidikan Pancasila.
1. Masalah Kesadaran Perpajakan Kesadaran perpajakan menjadi
permasalahan utama bangsa, karena uang dari pajak menjadi tulang
punggung pembiayaan pembangunan. APBN 2016, sebesar 74,6 %
penerimaan negara berasal dari pajak. Masalah yang muncul adalah
masih banyak Wajib Pajak Perorangan maupun badan
(lembaga/instansi/perusahaan/dan lain-lain) yang masih belum sadar
dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Laporan yang disampaikan
masih belum sesuai dengan harta dan penghasilan yang sebenarnya
dimiliki, bahkan banyak kekayaannya yang disembunyikan. Masih
banyak warga negara yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak, tidak
membayar pajak tetapi ikut menikmati fasilitas yang disediakan oleh
pemerintah.
2. Masalah Korupsi Masalah korupsi sampai sekarang masih
banyak terjadi, baik di pusat maupun di daerah. Transparency
Internasional (TI) merilis situasi korupsi di 188 negara untuk tahun 2015.
Berdasarkan data dari TI tersebut, Indonesia masih menduduki peringkat
88 dalam urutan negara paling korup di dunia. pendidikan Pancasila perlu
diintensifkan di perguruan tinggi. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa
merupakan kelompok elit intelektual generasi muda calon-calon pejabat
publik di kemudian hari.
3. Masalah Disintegrasi Bangsa Demokratisasi mengalir dengan
deras menyusul terjadinya reformasi di Indonesia. Disamping
menghasilkan perbaikan-perbaikan dalam tatanan Negara Republik
Indonesia, reformasi juga menghasilkan dampak negatif, antara lain
terkikisnya rasa kesatuan dan persatuan bangsa. Sebagai contoh acapkali
mengemuka dalam wacana publik bahwa ada segelintir elit politik di
daerah yang memiliki pemahaman yang sempit tentang otonomi daerah.
Mereka 14 terkadang memahami otonomi daerah sebagai bentuk
keleluasaan pemerintah daerah untuk membentuk kerajaan-kerajaan
kecil. Implikasinya mereka menghendaki daerahnya diistimewakan
dengan berbagai alasan.

14
4. Masalah Penegakan Hukum yang Berkeadilan Salah satu tujuan
dari gerakan reformasi adalah mereformasi sistem hukum dan sekaligus
meningkatkan kualitas penegakan hukum. Memang banyak faktor yang
berpengaruh terhadap efektivitas penegakan hukum, tetapi faktor
dominan dalam penegakan hukum adalah faktor manusianya. Konkretnya
penegakan hukum ditentukan oleh kesadaran hukum masyarakat dan
profesionalitas aparatur penegak hukum. Inilah salah satu urgensi mata
kuliah pendidikan Pancasila, yaitu meningkatkan kesadaran hukum para
mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa.
5. Masalah Terorisme Salah satu masalah besar yang dihadapi
Indonesia saat ini adalah terorisme. Asal mula dari kelompok terorisme
itu sendiri tidak begitu jelas di Indonesia. Namun, faktanya terdapat
beberapa kelompok teroris yang sudah ditangkap dan dipenjarakan
berdasarkan hukum yang berlaku. Para teroris tersebut melakukan
kekerasan kepada orang lain dengan melawan hukum dan
mengatasnamakan agama. Mengapa mereka mudah terpengaruh paham
ekstrim tersebut? Sejumlah tokoh berasumsi bahwa lahirnya terorisme
disebabkan oleh himpitan ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan,
pemahaman keagamaan yang kurang komprehensif terkadang membuat
mereka mudah dipengaruhi oleh keyakinan ekstrim tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Pancasila merupakan dasar Negara, dan juga menjadi falsafah hidup
bangsa Indonesia sejak dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada Negara,
masyarakat, dan pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila pancasila itu tidak
terlepas satu sama lain melainkan satu kesatuan yang bulat, baik dalam fungsi
15
dan kedudukannya sebagai dasar Negara maupun sebagai falsafah hidup
bangsa. Pengertian dari kata “kesatuan bulat” dari pancasila ini ialah berarti
bahwa sila yang satu meliputi dan menjiwai sila-sila yang lain.
Sila-sila pancasila itu tidak statis, akan tetapi dinamis, dengan
gerakangerakannya yang positif dan serasi, karena ketatanegaraan akan selalu
berkaitan dengan tata negara. Karena tata begara merupakan pengatur
kehidupan bernegara yang mennyangkut sifat, bentuk, tugas negara,dan
pemerintahannya. Karena banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi
yaitu seperti krisis-krisis yang menimpa bangsa bangsa dan negara, sebagai
reaksi terhadap gejolak kehidupan bangsa tampak menonjol satu atau
beberapa sila saja. Dari kalimat diatas telah diketahui bahwa pancasila sangat
berperan untuk keutuhan negara. Dengan kelima sila tersebut kehidupan
masyarakat akan lebih terarah.

3.2. SARAN
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan
kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami
peroleh hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada
para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami
demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Laurensius Arliman S, Problematika Dan Solusi Pemenuhan Perlindungan
Hak Anak Sebagai Tersangka Tindak Pidana Di Satlantas Polresta Pariaman,
Justicia Islamica, Volume 13, Nomor 2, 2016.
Laurensius Arliman S, Participation Non-Governmental Organization In
Protecting Child Rights In The Area Of Social Conflict, The 1st Ushuluddin
and Islamic Thought International Conference (Usicon), Volume 1, 2017.
Prawirohardjo, Soeroso, dkk. 1987. Pancasila sebagai Orientasi
Pengembangan Ilmu.Yogyakarta: Badan Penerbit Kedaulatan Rakyat.

16
Ristek (Ed.). 2009, Sains dan Teknologi: Berbagi Ide untuk Menjawab
Tantangan dan Kebutuhan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
D. kompasiana. 2020. Membangun Argumen tentang Dinamika dan
Tantangan Pendidikan Pancasila. Diakses pada 4 september 2021.
Maria Farida. 2007. Ilmu perundang-undangan proses dan teknik
pembentukannya. Yogyakarta: Kanisius

17

Anda mungkin juga menyukai