Anda di halaman 1dari 17

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA

INDONESIA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Samawi, MHum.
PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA
INDONESIA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Samawi, MHum.
MAKALAH
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH BANGSA INDONESIA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu: Drs. Zainal Abidin

1. Neha Tafdilla Ahsana 22106620335


2. Fidya Fayza Islami 22106620341

Disusun Oleh :

PROGAN STUDI MANAGEMEN


FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM BALITAR

2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia Nya sehingga makalah yang berjudul “Pancasila dalam Konteks Sejarah Bangsa
Indonesia” dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini,
tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Zainal Abidin, selaku dosen
pengampu pada Mata Kuliah Pendidikan Pancasila yang telah membimbing kami
dalam pengerjaan tugas makalah.

Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang turut berkontribusi dan
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi sistematika maupun isinya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna
menyempurnakan makalah ini kedepannya. Penulis berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Blitar, 28 Oktober 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN........................................................................................................................6

2.1 Konsep dan Urgensi Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia.......................6

A Periode Pengusulan Pancacasila..................................................................................6

B. Periode Perumusan Pancasila.....................................................................................6

C. Periode Penetapan/ Pengesahan Pancasila................................................................7

2.2 Fungsi Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia.................9

2.3 Sejarah Pancasila..............................................................................................................11

BAB III....................................................................................................................................14

PENUTUP...............................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar negara yang berisi lima nilai dasar yang dijadikan
sebagai kaidah negara yang mendasar. Pancasila sebagai dasar negara memiliki
arti bahwa Pancasila menjadi pedoman dalam penyelenggaraan segala norma
hukum dan negara. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah
dilegalkan oleh Instruksi Presiden Nomor 12/1968. Kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia memiliki arti bahwa segala peraturan negara harus sesuai dan
tidak bisa bertentangan dengan Pancasila. Menurut menjadirawan Inggris, John
TSup sejarah merupakan memori kolektif, pengalaman melalui pengembangan
suatu rasa sosial manusia dan prospek manusia tersebut di masa yang akan
datang. Negara Indonesia adalah suatu proses sejarah yang panjang dan melalui
beberapa tahap, yang dalam tahapan tersebut mencakup beberapa peristiwa
berkaitan dengan nilai-nilai perumusan Pancasila.

Pancasila merupakan sebuah pikiran, musyawarah, dan mufakat yang dilakukan


untuk tokoh penting pada masa perjuangan kemerdekaan yang dirumuskan melalui
sidang BPUPKI, pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945. Semua nilai Pancasila merupakan
satu kesatuan utuh yang tidak dapat dilaksanakan secara terpisah-pisah, karena
Pancasila yang memiliki keterkaitan dari pertama hingga kelima. Pancasila
merupakan jiwa bangsa yang harus diwujudkan dari setiap lembaga atau organisasi dan
manusia yang ada di Indonesia. Pancasila sebagai jiwa bangsa, berarti
Pancasila memberikan ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia dan membedakannya
dengan bangsa lain.

Sebagai ideologi yang bersifat terbuka dan dinamis, nilai-nilai yang


terkandung dalam Pancasila tentu bersifat abadi, namun dalam penga-
plikasiannya harus bersifat dinamis sesuai dengan dinamika masyarakat Indonesia yang
dapat menerima dan mengakomodasikan pemikiran dari luar sepanjang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai dasar Pancasila yang menjadi identitas bangsa. Oleh
karena itu, dalam makalah ini, kami membahas tentang “Pancasila dalam Konteks
Sejarah Bangsa Indonesia” untuk menelusuri proses sejarah menghasilkan Pancasila
hingga menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta menjadi
jati diri bangsa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa
Indonesia?

2. Apakah alasan/fungsi diperlukannya Pancasila dalam sejarah Indonesia?

3. Bagaimana perkembangan Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia.

2. Untuk mengetahui alasan/fungsi diperlukannya Pancasila dalam konteks sejarah


bangsa Indonesia.

3. Untuk mengetahui perkembangan Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep dan Urgensi Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila pada hakikatnya merupakan Philosofische Grondslag dan
Weltanschauung. Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara
(Philosofische Grondslag) karena mengandung unsur-unsur alasan filosofis
berdirinya suatu negara. Setiap produk hukum di Indonesia harus berdasarkan
nilai Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (Weltanschauung)
mengandung unsur-unsur sebagai berikut: nilai-nilai agama, budaya, dan adat
istiadat.
1. Periode Pengumpulan Pancacasila
BPUPKI merupakan cikal bakal terbentuknya Pancasila. Dr.
Radjiman Widyodiningrat, selaku ketua BPUPKI, mengajukan suatu
masalah khususnya yang akan dibahas pada sidang tersebut. Tiga orang
pembicara yaitu: Mohammad Yamin, Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno. Pada
tanggal 1 Juni 1945, di dalam sidang tersebut Ir. Soekarno berpidato secara
lisan mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk
memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut
Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa
yang tidak disebutkan namanya. Awalnya sila pertama pada pancasila
memiliki perbedaan bunyi dari pancasila sekarang tetapi, atas perundingan
yang terjadi dan pertimbangan lainya untuk mencapai persatuan dan
kesatuan akhirnya sila pertama pancasila berbunyi “Ketuhanan yang Maha
Esa”
Proses perumusan dasar negara berlangsung dalam sidang-sidang
Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan, selanjutnya disebut BPUPKI) yang dilanjutkan dalam
sidang-sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Urgensi Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila pada hakikatnya merupakan Philosofische Grondslag dan
Weltanschauung. Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara (Philosofische
Grondslag) karena mengandung unsur-unsur alasan filosofis berdirinya suatu
negara. Setiap produk hukum di Indonesia harus berdasarkan nilai Pancasila. Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa (Weltanschauung) mengandung unsur-unsur sebagai
berikut: nilai-nilai agama, budaya, dan adat istiadat.

A Periode Pengusulan Pancacasila


BPUPKI merupakan cikal bakal terbentuknya Pancasila. Dr. Radjiman
Widyodiningrat, selaku ketua BPUPKI, mengajukan suatu masalah khususnya
yang akan dibahas pada sidang tersebut. Tiga orang pembicara yaitu:
Mohammad Yamin, Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945, di
dalam sidang tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan mengenai calon
rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama
“Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran
dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli Bahasa yang tidak disebutkan
namanya. Awalnya sila pertama pada Pancasila memiliki perbedaan bunyi dari
pancasila sekarang tetapi, atas perundingan yang terjadi dan pertimbangan
lainya untuk mencapai persatuan dan kesatuan akhirnya sila pertama pancasila
berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa” Proses perumusan dasar negara
berlangsung dalam sidang-sidang Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai (Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan, selanjutnya disebut
BPUPKI) yang dilanjutkan dalam sidang-sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI).

B. Periode Perumusan Pancasila


Hal terpenting yang mengemukakan dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16
Juli 1945 adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang
kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Piagam
Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan Indonesia. Pada
alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut.

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam
Jakarta” ini di kemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah
perubahan di sana-sini. Periode perumusan pancasila dimulai dari diadakannya
sidang BPUPKI. BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali yaitu pada
tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 dan sidang keduanya pada tanggal 10 - 16 Juni
1945. Sidang pertama digunakan untuk merunfingkan isi dari dasar negara yang
dimana di usulkan oleh tiga orang tokoh yaitu Mohammad Yamin, Dr. Soepomo
dan Ir. Soekarno. Sedangkan sidang kedua BPUPKI membahas mengenai
pengesahan dasar negara dengan nama yang dikenal piagam jakarta.

C. Periode Penetapan/ Pengesahan Pancasila


Karena adanya kekosongan kekuasaan di Indonesia akhirnya golongan
muda mendesak Soekarno untuk memerdekakan Indonesia. Setelah peristiwa
diculiknya Soekano dan Moh. Hatta akhirnya Soekarno menulis naskah
proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda dan keesokan harinya
naskah tersebut dibacakan oleh Soekarno. Isi dari teks proklamasi adalah sebagai
berikut:

PROKLAMASI

Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain,

diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-

singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945

atas nama bangsa Indonesia

Soekarno-Hatta

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yakni 18 Agustus 1945,


PPKI bersidang untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa Indonesia
dari semula bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka. PPKI yang semula
merupakan badan buatan pemerintah Jepang, sejak saat itu dianggap mandiri
sebagai badan nasional. Atas prakarsa Soekarno, anggota PPKI ditambah 6 orang
lagi, dengan maksud agar lebih mewakili seluruh komponen bangsa Indonesia.
Mereka adalah Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo,
Sayuti Melik, Iwa Koesoema Soemantri, dan Ahmad Subarjo. Indonesia sebagai
bangsa yang merdeka memerlukan perangkat dan kelengkapan kehidupan
bernegara, seperti: dasar negara, Undang-Undang Dasar, pemimpin negara,
dan perangkat pendukung lainnya. Putusan-putusan penting yang dihasilkan
mencakup hal-hal berikut:
a) Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD ‘45) yang terdiri

atas Pembukaan dan Batang Tubuh. Naskah Pembukaan berasal dari


Piagam Jakarta dengan sejumlah perubahan. Batang Tubuh juga berasal dari
rancangan BPUPKI dengan sejumlah perubahan pula.

b) Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan

Hatta).

c) Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI

ditambah tokoh-tokoh masyarakat dari banyak golongan. Komite ini


dilantik 29 Agustus 1945 dengan ketua Mr. Kasman Singodimejo.

Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.2 Fungsi Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


a. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia

Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi dan
akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia merupakan konsekuensi
dari proses inkulturasi dan akulturasi tersebut. Defisini kebudayaan adalah
sebagai berikut: "suatu desain untuk hidup yang merupakan suatu perencanaan dan
sesuai dengan perencanaan itu masyarakat mengadaptasikan dirinya pada lingkungan
fisik, sosial, dan gagasan" (Sastrapratedja, 1991: 144). Apabila definisi kebudayaan
ini ditarik ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka negara Indonesia
memerlukan suatu rancangan masa depan bagi bangsa agar masyarakat dapat
menyesuaikan diri dengan situasi dan lingkungan baru, yakni kehidupan berbangsa
yang mengatasi kepentingan individu atau kelompok.
Kebudayaan bangsa indonesia merupakan hasil inkulturasi, yaitu proses
perpaduan berbagai elemen budaya dalam kehidupan masyarakat sehingga
menjadikan masyarakat berkembang secara dinamis. UW.M. Bakker, 1984: 22)
menyebutkan adanya beberapa saluran inkulturasi, yang meliputi: jaringan
pendidikan, kontrol, dan bimbingan keluarga, struktur kepribadian dasar, dan self
expression. Kebudayaan bangsa Indonesia juga merupakan hasil akulturasi
sebagaimana yang ditengarai Eka Dharmaputera dalam bukunya Pancasila: identitas
dan Modernitas. Haviland menegaskan bahwa akulturasi adalah perubahan besar
yang terjadi sebagai akibat dari kontak antarkebudayaan yang berlangsung lama.

Hal-hal yang terjadi dalam akulturasi meliputi:

1) Substitusi, penggantian unsur atau kompleks yang ada oleh yang lain yang
mengambil alih fungsinya dengan perubahan struktural yang minimal

2) Sinkretisme; percampuran unsur-unsur lama untuk membentuk sistem baru

3) Adisi; tambahan unsur atau kompleks-kompleks baru

4) Orijinasi; tumbuhnya unsur-unsur baru untuk memenuhi kebutuhan situasi yang


berubah

5) Rejeksi; perubahan yang berlangsung cepat dapat membuat sejumlah besar orang
tidak dapat menerimanya sehingga menyebabkan penolakan total atau timbulnya
pemberontakan atau gerakan Kebangkitan (Haviland, 1985: 263).

Pemaparan tentang Pancasila sebagai identitas bangsa atau juga disebut sebagai
jati diri bangsa Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai literatur, baik dalam
bentuk bahasan sejarah bangsa Indonesia maupun dalam bentuk bahasan tentang
pemerintahan di Indonesia. As'ad Ali dalam buku Negara Pancasila; Jalan
Kemashlahatan Berbangsa mengatakan bahwa Pancasila sebagai identitas kultural
dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang berlaku dalarn masyarakat Indonesia.
Karena tradisi dan kultur bangsa Indonesia dapat ditelusuri melalui peran agama-
agama besar, seperti: peradaban Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen. Agama-agama
tersebut menyumbang dan menyempurnakan konstruksi nilai, norma, tradisi, dan
kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya, konstruksi
tradisi dan kultur masyarakat Melayu, Minangkabau, dan Aceh tidak bisa dilepaskan
dari peran peradaban Islam. Sementara konstruksi budaya Toraja dan Papua tidak
terlepas dari peradaban Kristen. Demikian pula halnya dengan konstruksi

b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia


Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan dalam
sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Sikap mental, tingkah laku dan
perbuatan bangsa Indonesia mempunyai ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan
bangsa lain. Kepribadian itu mengacu pada sesuatu yang unik dan khas karena tidak
ada pribadi yang benar-benar sama, Setiap pribadi mencerminkan keadaan atau
halnya sendiri, demikian pula halnya dengan ideologi bangsa (Bakry, 1994: 157).
Meskipun nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan juga
terdapat dalam ideologi bangsa-bangsa lain, tetapi bagi bangsa Indonesia kelima sila
tersebut mencerminkan kepribadian bangsa karena diangkat dari hitel-nilai
kehidupan masyarakat Indonesia sendiri dan dilaksanakan secara simultan. Di
samping itu, proses akulturasi dan inkulturasi ikut memengaruhi kepribadian bangsa
Indonesia dengan berbagai variasi yang sangat beragam. Kendatipun demiklan,
kepribadian bangsa Indonesia sendiri sudah terbentuk sejak lama sehingga sejarah
mencatat kejayaan di zaman Majapahit, Sriwijaya, Mataram, dan lain-lain yang
memperlihatkan keunggulan peradaban di masa itu. Nilai nilai spiritual, sistem
perekonomian, politik, budaya merupakan contoh keunggulan yang berakar dari
kepribadian masyarakat Indonesia sendiri.

c. Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa Indonesia


Artinya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan diyakini kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan
kegunaannya oleh bangsa Indonesia dan menjadikan sebagai pedoman
bermasyarakat berbangsa dan menimbulkan tekad yang kuat untuk mengamalkanya
dalam kehidupan nyata (Bakry, 1994: 158). Pancasila sebagai pandangan hidup
berarti nilai-nilai. Pancasila melekat dalam kehidupan masyarakat dan dijadikan
norma dalam ersikap dan bertindak. Ketika Pancasila berfungsi sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia, maka seluaruh nilai Pancasila dimanisfestasi kedalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

d. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa


Sebagaimana dikatakan von Savigny bahwa setiap bangsa mempunyal jiwanya
masing-masing, yang dinamakan volkgeist (jiwa rakyat atau jiwa bangsa). Pancasila
sebagal jiwa bangsa lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Pancasila
telah ada sejak dahulu kala bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia (Bakry,
1994: 157).

e. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur


Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa dan kepribadian
bangsa disepakati oleh para pendiri negara (political consensus) sebagai dasar negara
Indonesia (Bakry, 1994: 161). Kesepakatan para pendiri negara tentang Pancasila
sebagai dasar negara merupakan bukti bahwa pilihan yang diambil pada waktu itu
merupakan sesuatu yang tepat.

elah
dilalui bangsa Indonesia. Ada beberapa sejarah yang tercatat, diantaranya:
• Sejarah Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan
• Sejarah Pancasila pada Era Kemerdekaan
• Sejarah Pancasila Pada Era Orde Lama
• Sejarah Pancasila pada Era Orde Baru
• Sejarah Pancasila pada Era Reformasi
Sejarah Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan
Pada tanggal 1 Maret 1945, dibentuk Badan Penyelidikan Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden
Tumenggung (K. R. T) Radjiman Widyodiningrat. Dalam pembukaan pidato
pada sidang pertama Radjiman Widyodiningrat melontarkan pertanyaan "Apa

2.3 Sejarah Pancasila


Ada beberapa sejarah yang tercatat, diantaranya:
• Sejarah Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan
• Sejarah Pancasila pada Era Kemerdekaan
A. Sejarah Pancasila pada Era Pra-Kemerdekaan
Pada tanggal 1 Maret 1945, dibentuk Badan Penyelidikan Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang diketuai oleh Dr. Kanjeng
Raden Tumenggung (K. R. T) Radjiman Widyodiningrat. Dalam pembukaan
pidato pada sidang pertama Radjiman Widyodiningrat melontarkan pertanyaan
"Dasar Negara kita mau dibentuk Apa?”. Untuk merumuskan Pancasila
sebagai dasar negara, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam
sidang BPUPKI yaitu Muhammad Yamin, Soekarno, dan Soepomo. Sidang
pertama dilaksanakan pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 untuk merumuskan
falsafah dasar negara untuk negara Indonesia.

Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengemukakan 5 asas bagi


negara Indonesia yaitu: Sila pertama "Kebangsaan", sila kedua
"Kemanusiaan", sila ketiga "Ketuhanan", sila keempat "Kerakyatan", dan sila
kelima "Kesejahteraan Rakyat".

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Soepomo mengemukakan 3 asas


teori-teori bagi negara Indonesia yaitu: Sila pertama "Teori Negara
Perseorangan (Individualis)", sila kedua "Paham Negara Kelas (Class
Theory)", dan sila ketiga "Paham Negara Integralistik". Pada tanggal 1 Juni 1945,
Ir Soekarno mengemukakan 5 prinsip dasar Negara yaitu: Sila pertama
"Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)", sila kedua "Internasionalisme (Peri
kemanusiaan)", sila ketiga "Mufakat (Demokarasi)", sila keempat
"Kesejahteraan Sosial", dan sila kelima "Ketuhanan yang Maha Esa."

B. Sejarah Pancasila pada Era Kemerdekaan

Selepas perumusan dasar negara Indonesia yang dilaksanakan tanggal 29


Mei-1 Juni 1945, dibentuk panitia kecil (9 orang) untuk merumuskan
gagasan-gagasan tentang dasar-dasar negara yang dilontarkan oleh 3 pembicara
pada persidangan pertama. Pada tanggal 22 Juni 1945, rumusan hasil Panitia 9
itu diserahkan ke BPUPKI dan diberi nama "Piagam Jakarta". Naskah Piagam
Jakarta ditulis dengan menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani oleh
Ir.Soekarno, Moh. Hatta, A. A. Maramis, Abdul Kahar, H. Agus Salim, Achmad
Subardjo, Abikoesno, K. H. Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin. Namun,
ada perdebatan terkait sila pertama pada Piagam Jakarta. Oleh karena
itu, dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18
Agustus 1945, diputuskan untuk melakukan perubahan pada sila
pertama dari yang ditulis dalam Piagam Jakarta. Hingga kemudian,
rumusan Pancasila versi 18 Agustus 1945 itu menjadi seperti yang
dikenal saat ini, yaitu:

1. Ketuhanan yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.


3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan nilai-nilai luhur yang menjadi dasar negara Indonesia
sekaligus menjadi pedoman hidup dan identitas diri bangsa Indonesia, yang
mana kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah dilegalkan oleh
Instruksi Presiden Nomor 12/1968. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
memiliki arti bahwa segala peraturan negara harus sesuai dan tidak boleh bertentangan
dengan Pancasila. Pancasila terbentuk melalui proses sejarah yang panjang dan bertahap,
mulai dari proses pengumpulan sila-sila Pancasila, proses perumusan Pancasila,
hingga proses pengesahan Pancasila. Pancasila merupakan buah pikiran,
musyawarah, dan mufakat yang dilakukan para tokoh penting pada masa perjuangan
kemerdekaan yang dirumuskan melalui sidang BPUPKI, pada tanggal 29 Mei-1 Juni
1945. Adapun alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa

Indonesia adalah karena Pancasila merupakan identitas dan jiwa bangsa, serta
mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila juga merupakan
pandangan hidup bangsa Indonesia, yang artinya semua nilai-nilai Pancasila dijadikan
pedoman hidup yang melekat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Misnan Munir, M. ,. (2016, Juni). PENDIDIKAN PANCASILA. Direktoral Jendral Pembelajaran dan
Kemahasiswaan, Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 48-
54.

Nurwadani, P. d. (2016). Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Pendidikan Pancasila untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta:Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
KementerianRiset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Nurwadani, P, dkk. 2016.


Pendidikan Pancasila untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta:
Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kementerian
Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai