Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pancasila dengan judul: “Pancasila Dalam
Arus Sejarah”.
Tak ada gading yang tak retak karenanya kami sebagai tim penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari sisi materi maupun
penulisannya. Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima berbagai
masukan maupun saran yang bersifat membangun yang diharapkan berguna bagi seluruh
pembaca.

Bireueun 24
September 2022

Kelompok 2

1
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1
A.Latar Belakang………………………………………………………………………1
B.Rumusan Masalah…………………………………………………………………...1
C.Tujuan Penelitian……………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………...3
A.Pancasila Era Pra-Kemerdekaan…………………………………………………….3
B.Pancasila Era Kemerdekaan………………………………………………………..10
C.Pancasila Era Orde Lama…………………………………………………………..12
D.Pancasila Era Orde Baru…………………………………………………………...13
E.Pancasial Era Reformasi……………………………………………………………14
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….18
A.Kesimpulan…...........................................................................................................18
B.Saran……………………………………………………………………………….18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….19

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Dengan kejadian masa sekarang dan semuanya bermuara pada masa yang akan datang. Hal
ini berarti bahwa semua aktivitas manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan
masa sekarang dahulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling berhubungan.
Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan untuk mewujudkan masa depan yang
berbeda dengan masa yang sebelumnya
Dasar Negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu memberikan
kekuatan kepada berdirinya sebuah Negara. Negara Indonesia dibangun juga berdasarkan
pada suatu landasan atau pijakan yaitu pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar
Negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Republik Indonesia,
termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah, dan rakyat.
Pancasila dalam kedudukannya merupakan dasar pijakan penyelenggaraan Negara dan
seluruh kehidupan Negara Replubik Indonesia.

Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti yaitu mengatur penyelenggaraan


pemerintahan. Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama
dengan bangsa Indonesia sejak Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum. Hal ini menempatkan pancasila sebagai dasar Negara yang berarti
melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan di Negara
Republik Indonesia bersumber pada Pancasila.

RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada makalah ditunjukan untuk merumuskan permasalahan yang akan
dibahas pada pembahasan dalam makalah. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah , sebagai berikut :

1. Pancasila Pada Era Pra Kemerdekaan


2. Pancasila Pada Era Kemerdekaan
3. Pancasila Pada Era Orde Lama
4. Pancasila Pada Era Orde Baru

1
TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan dalam makalah ditunjukan untuk mencari tujuan dari dibahasnya
pembahasan atas rumusan masalah dalam makalah. Adapun tujuan penulisan makalah,
sebagai berikut:

1. Menjelaskan pancasila pada era pra- kemerdekaan


2. Menjelaskan pancasila pada era kemerdekaan
3. Menjelaskan Pancasila pada era orde lama
4. Menjelaskan Pancasila pada era orde baru

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PANCASILA ERA PRA-KEMERDEKAAN

1. Zaman Pra Sejarah


Ahli geologi menyatakan bahwa kepulauan Indonesia terjadi dalam pertengahan zaman
tersier, kira-kira 60 juta tahun silam. Baru pada zaman quarter yang dimulai sekitar 600.000
tahun yang silam Indonesia didiami oleh manusia berdasarkan fosil-fosil yang ditemukan.
Berdasarkan artefak yang mereka tinggalkan, mereka mengalami hidup tiga zaman yaitu:
Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum. Pada masa prasejarah tersebut, sebenarnya inti dari
kehidupan mereka adalah nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Yaitu:

Nilai Religious
Adanya sistem penguburan mayat diketahui dari ditemukannya kuburan serta kerangka di
dalamnya. Selain itu juga ditemukan alat-alat yang digunakan untuk aktivitas religi seperti
upacara mendatangkan hujan, dll. Adanya keyakinan terhadap pemujaan roh leluhur juga dan
penempatan menhir (kubur batu) di tempat-tempat yang tinggi yang dianggap sebagai tempat
roh leluhur, tempat yang penuh keajaiban dan sebagai batas antara dunia manusia dan roh
leluhur.

Nilai Perikemanusiaan

Tampak dalam perilaku kehidupan saat itu misalnya penghargaan terhadap hakikat
kemanusiaan yang ditandai dengan penghargaan yang tinggi terhadap manusia meskipun
sudah meninggal. Hal ini menggambarkan perilaku berbuat baik terhadap sesama manusia,
yang pada hakekatnya merupakan wujud kesadaran akan nilai kemanusiaan. Mereka juga
sudah mengenal sistem barter antara kelompok pedalaman dengan pantai dan persebaran
kapak. Selain itu mereka juga menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain. Hal ini
menandakan bahwa mereka sudah bisa menjalin hubungan sosial.

Nilai Kesatuan

3
Adanya kesamaan bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa Austronesia, sehingga muncul
kesamaan dalam kosa kata dan kebudayaan. Hal ini sesuai dengan teori perbandingan bahasa
menurut H.Kern dan benda- benda kebudayaan Pra Sejarah Von Heine Gildern. Kecakapan
berlayar karena menguasai pengetahuan tentang laut, musim, perahu, dan astronomi,
menyebabkan adanya kesamaan karakteristik kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu tidak
mengherankan jika lautan juga merupakan tempat tinggal selain daratan. Itulah sebabnya
mereka menyebut negerinya dengan istilah Tanah Air

Nilai Musyawarah

Kehidupan bercocok tanam dilakukan secara bersama-sama. Mereka sudah memiliki aturan
untuk kepentingan bercocok tanam, sehingga memungkinkan tumbuh kembangnya adat
sosial.

Kehidupan mereka berkelompok dalam desa-desa, klan, marga atau suku yang dipimpin oleh
seorang kepala suku yang dipilih secara musyawarah berdasarkan Primus Inter Pares (yang
pertama diantara yang sama).

Nilai Keadilan Sosial

Dikenalnya pola kehidupan bercocok tanam secara gotong-royong berarti masyarakat pada
saat itu telah berhasil meninggalkan pola hidup foodgathering menuju ke pola hidup
foodproducing. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu upaya kearah perwujudan
kesejahteraan dan kemakmuran bersama sudah ada.

2. Kerajaan Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan ditemukannya prasasti yang
berupa 7 yupa (tiang batu). Diyakini prasasti tersebut berasal dari kerajaan yang bernama
Kutai. Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan dari
raja Aswawarman keturunan dari Kudungga. Raja Mulawarman mengadakan kenduri dan
memberikan sedekah kepada Brahmana dan para Brahmana membangun Yupa itu sebagai
tanda terima kasih kepada Raja yang dermawan.

Masyarakat kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan
nilai-nilai politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para
brahmana.

3. Kerajaan Sriwijaya

4
Pada abad ke VII munculah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan Wijaya, di bawah
kekuasaaan bangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam prasasti Kedudukan Bukit di kaki bukit
Sguntang dekat Palembang yang bertarikh 605 caka atau 683 M. yang ditulis dalam bahasa
melayu kuno huruf Pallawa. Kerajaan itu adalah kerajaan Maritim yang mengandalkan
kekuatan lautnya, kunci-kunci lalu-lintas laut di sebelah barat dikuasainya seperti selat Sunda
(686), kemudian selat Malaka (775). Pada zaman itu kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan
besar yang cukup disegani di kawasan Asia Selatan. Perdagangan dilakukan dengan
mempersatukan pedagang pengrajin dan pegawai raja yang disebut Tuhan An Vatakvurah
sebagai pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakat mudah untuk
memasarkan dagangannya. Demikian pula dalam sistem pemerintahaannya terdapat pegawai
pengurus pajak, harta benda, kerajaan, rokhaniawan yang menjadi pengawas teknis
pembangunan gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga pada saat itu kerajaan dalam
menjalankan sistem negaranya tidak dapat dilepaskan dengan nilai Ketuhanan.

Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan suatu universitas agama Budha,
yang sangat terkenal di negara lain di Asia. Banyak musafir dari negara lain misalnya dari
Cina belajar terlebih dahulu di universitas tersebut terutama tentang agama Budha dan bahasa
Sansekerta sebelum melanjutkan studinya ke India. Malahan banyak guru-guru besar tamu
dari India yang mengajar di Sriwijaya misalnya Dharmakitri. Cita-cita tentang kesejahteraan
bersama dalam suatu negara adalah tercemin pada kerajaan Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi
‘marvuat vanua criwijaya dhayatra subhiksa’ (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur).

4. Zaman Kerajaan-kerajaan Sebelum Majapahit


Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang memancangkan nilai-nilai
nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih
berganti. Kerajaan Kalingga pada abad ke VII, Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut
membantu membangun candi Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah wihara untuk pendeta
Budha didirikan di Jawa Tengah bersama dengan dinasti Syailendra (abad ke VII dan IX).
Refleksi puncak dari Jawa Tengah dalam periode-periode kerajaan-kerajaan tersebut adalah
dibangunnya candi Borobudur (candi agama Budha pada abad ke IX), dan candi Prambanan
(candi agama Hindhu pada abad ke X).

Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur muncullah kerajaan-


kerajaan Isana (pada abad ke IX), Darmawangsa (abad ke X) demikian juga kerajaan
Airlanga pada abad ke XI. Raja Airlangga membuat bangunan keagamaan dan asrama, dan
raja ini memiliki sikap toleransi dalam beragama. Agama yang diakui oleh kerajaan adalah
agama Budha , agama Wisnu dan agama Syiwa yang hidup berdampingan secara damai.
Menurut prasasti Kelagen, Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan bekerja
sama dengan Benggala, Chola dan Champa hal ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan.
Demikian pula Airlangga mengalami penggemblengan lahir dan batin di hutan dan tahun
1019 para pengikutnya, rakyat dan para Brahmana bermusyawarah dan memutuskan untuk
memohon Airlangga bersedia menjadi raja, meneruskan tradisi istana, sebagai nilai-nilai sila

5
keempat. Demikian pula menurut prasasti Kelagen, pada tahun 1037, raja Airlangga
memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan rakyat yang
merupakan nilai-nilai sila kelima.

Di wilayah Kediri Jawa Timur berdiri pula kerajaan Singasari (pada abad ke XIII), yang
kemudian sangat erat hubungannya dengan berdirinya kerajaan Majapahit.

5. Kerajaan Majapahit
Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman keemasannya pada
pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan mahapatih Gajah Mada yang dibantu oleh
Laksamana Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai nusantara.Empu Prapanca
menulis Negarakertagama (1365). Dalam kitab tersebut telah terdapat istilah “Pancasila”.
Empu Tantular mengarang buku Sutasoma, dan di dalam buku itulah kita jumpai seloka
persatuan nasional yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang bunyi lengkapnya Bhinneka Tunggal
Ika Tan Hana Dharma Mangrua, artinya walaupun berbeda tapi tetap satu jua.

Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan Menteri-
menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi cita-cita
mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut : ‘saya baru akan berhenti berpuasa
makan pelapa jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara, jikalau Gurun,
Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik telah
dikalahkan.

Dalam hubungannya dengan negara lain raja Hayam Wuruk mengadakan hubungan
bertetangga dengan baik dengan kerajaan Tiongkok, Ayodya, Champa, dan Kamboja.
Majapahit menjulang dalam arena sejarah kebangsaan Indonesia dan banyak meninggalkan
nilai-nilai yang diangkat dalam nasionalisme negara kebangsaan Indonesia 17Agustus 1945.

6. Zaman Penjajahan
Setelah Majapahit rutuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah agama islam
dengan pesatnya di Indonesia. Bersama dengan itu berkembang pulalah Kerajaan-kerajaan
Islam seperti kerajaan Demak, dan mulailah berdatangan orang-orang eropa di nusantara,
antara lain orang Portugisa portgis yang kemudian di ikuti oleh orang-orang Spanyol yang
ingin mencari pusat tanaman rempah-rempah.

Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang awalnya berdagang adalah orang-orang bangsa
portugis. Namun lama kelamaan bangsa portugis mulai menunjukkan peranannya dalam
bidang perdagangan yang meningkat menjadi praktek penjajahan misalnya Malaka sejak
tahun 1511 dikuasai oleh Portugis.

Pada akhir abad ke XVI Bangsa Belanda datang juga ke Indonesia. Untuk menghindarkan
persaingan diantara mereka sendiri (Belanda) kemudian mereka mendirikan suatu

6
perkumpulan dagang yang bernama V.O.C.,(Verenigde Oost Indische Compagnie), yang
dikalangan rakyat dikenal dengan istilah ‘Kompeni’.

Mataram dibawah pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) berupaya mengadakan


perlawanan dan penyerangan ke Bataviapada tahun 1628 dan 1629, walaupun tidak berhasil
meruntuhkan namun Gubernur Jendral J .P. Coen tewas dalam serangan Sultan Agung yang
ke dua itu.

Beberapa saat setelah sultan Agung mangkat maka mataram menjadi bagian kekuasaan
kompeni. Dimakasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital berhsil juga dikuasai oleh
kompeni tahun (1667) dan timbulah perlawanan dari rakyat makasar dibawah Hasanudin.
Menyusul pula wilayah banten (Sultan Agung Tirtoyoso) dapat di tundukkan pula oleh
kompeni pada tahun 1684. Perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir
abad ke XVII, nampaknya tidak mampu meruntuhkan kekuasaan kompeni pada saat itu.
Demikian Belanda pada awalnya menguasai daerah-daerah yang strategis yang kaya akan
hasil rempah-rempah pada abad ke XVII dan nampaknya semakin memperkuat
kedudukannya dengan didukung oleh kekuatan militer.

Pada abad itu sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan keras untuk memperkuat dan
mengintensifkan kekuasaan di Indonesia. Melihat praktek-praktek penjajahan Belanda
tersebut maka meledaklah perlawanan rakyat di berbagai wilayah nusantara, antara lain :
Pattimura di maluku (1817), Baharudin di Palembang (1819), Imam Bonjol di Minangkabau
(1821-1837). Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah (1825-1830), Jlentik, Polim, Teuku Tjik
di Tiro, Teuku Umar dalam perang Aceh (1860), anak Agung Made dalam perang Lombok
(1894-1895), Sisingamangaraja di tanah Batak (1900) dan masih banyak perlawanan
lainnya.Penghisapan mulai memuncak ketika Belanda mulai menerapkan sistem monopoli
melalui tanam paksa (1830-1870) dengan memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat
yang tidak berdosa.

7. Zaman Kebangkitan Nasional


Pada abad XX Di punggung Politik Internasional terjadilah pergolakan kebangkitan dunia
Timur dengan suatu kesadaran akan kekuatan sendiri. Partai Kongres di india dengan tokoh
Tilak dan Gandhi, adapun di indonesia bergolaklah kebangkitan akan kesadaran berbangsa
yaitu kebangkitan nasional (1908) dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dengan Budi
Utomonya. Gerakan ini lah yang merupakan awal gerakan nasional untuk mewujudkan suatu
bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuasaannya sendiri.

Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 mei 1908 inilah yang merupakan pergerakan
nasional, sehingga segera setelah itu muncullah organisasi-organisasi pergerakan lainnya.
Organisasi-organisasi pergerakan nasional itu antara lain : Sarakat Dagang Islam (SDI)
(1909), yang kemudian dengan cepat mengubah bentuknya menjadi gerakan politik dengan
mengganti namanya menjadi Sarikat Islam (SI) tahun (1911) di bawah H.O.S. Cokroaminoto.

7
Berikutnya muncullah Indische Partij (1913),yang di pimpin oleh tiga serangkai yaitu:
Douwes Dekker,Ciptomangunkusumo, Suwardi Suryaningrat (yang kemudian lebih di kenal
dengan nama Ki Hajar Dewantoro), partai ini tidak menunjukkan keradikalannya, sehingga
tidak dapat berumur panjang karena pemimpinnya di buang di luar negeri (1913).

Dalam siuasi yang menggoncangkan itu muncullah Partai Nasional Indonesia (PNI) (1927)
yang dipelopori oleh Soekarno, Cipto mangunkusumo, Sartono dan tokoh lainnya.
Perjuangan Nasional Indonesia di titik beratkan pada kesatuan nasional dengan tujuan
Indonesia Merdeka. Tujuan ttu kemudian diikuti dengan tampilnya golongan pemuda yang
tokoh-tokohnya antara lain : M. Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro Purbo Pranoto, Serta
tokoh-tokoh muda lainnya. Perjuangan rintisan kesatuan Nasional kemudian diikuti dengan
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air
Indonesia. Lagu Indonesia Raya pada saat ini pertama kali dikumandangkan dan sekaligus
sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa.

Kemudian PNI oleh para pengikutnya dibubarkan, dan diganti bentuknya dengan partai
Indonesia dengan singkatan Partindo (1931). Kemudian golongan Demokrat antara lai : Moh.
Hatta, dan St. Syahrir mendirikan PNI baru yaitu Pendidikan Nasional Indonesia (1933),
dengan semboyan Kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.

8. Zaman Sebelum Proklamasi


Pada tanggal 29 Mei 1945 dibentuk Suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-
usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) atau Dokuriti Zyunbi Tioosakai.

Pada hari itu juga di umumkan nama-nama Ketua, Wakil ketua serta para anggota sebagai
berikut :

Ketua (Kaicoo) : Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat

Ketua Muda : Itibangase ( Seorang anggota luar biasa)

(Fuku Kaicoo Tokubetsu Iin )

Ketua Muda : R.P. Soeroso ( merangkap kepala)

(Fuku Kaicoo atau Zimukyoku Kucoo ).

Nama para anggota Iin menurut nomor tempat duduknya dalam sidang adalah sebagai berikut
:

1. Ir. Soekarno
2. Mr. Muh Yamin

8
3. Dr. R. Kusuma Atmaja
4. R. AbdulrahimPratalykrama
5. R. Aris
6. K. H. Dewantara dan masih banyak lagi yang lainnya
Sidang BPUPKI Pertama dilakukan untuk menentukan dasar Negara Indonesia. Sidang
berlangsung selama empat hari, berturut-turut yang tampil untuk berpidato menyampaikan
usulannya adalah sebagai berikut:

Mr. Muh Yamin (29 Mei 1945)

Dalam pidatonya 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan dasar negara
Indonesia sebagai berikut :

1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan,
3. Peri Ketuhanan,
4. Peri Kerakyatan (A. Permusyawaratan, B. Perwakilan, C. Kebijaksanaan )
5. Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial).
luargaan, keseimbangan lahir dan batin, musyawarah, keadilan rakyat.

Ir. Usulan dasar negara dalam sidang BPUPKI Pertama berikutnya adalah pidato dari Ir.
Soekarno yang disampaikan lisan tanpa teks Soekarno (1 Juni 1945)

, Beliau mengusulkan dasar negara yang terdiri atas lima prinsip yang rumusannya adalah sbb
:

1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)


2. Internasionalisme (peri Kemanusiaan)
3. Mufakat (Demokrasi)
4. Kesejahteraan social
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Berkebudayaan)
Beliau juga mengusulkan bahwa pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia.Soekarno mengeProf.Dr. Soepomo (31 Mei 1945)

Prof. Dr. Soepomo Mengemukakan teori-teori sbb:


(1). Teori negara perseorangan (individualis).

(2). Paham negara kelas (Class Theory)

(3). Paham negara Integralistik, yang diajarkan oleh Spinoza, adam muler Hegel (abad 18 dan
19).

9
Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat negara Indonesia Soepomo mengusulkan
hal-hal mengenai: kesatuan, kekemukakan dasar-dasar sebagai berikut:

Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan


ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini
dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa – namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas
atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.

Oleh karena itu, ditetapkan pada tanggal 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila 

B. PANCASILA ERA KEMERDEKAAN

Era kemerdekaan dimulai dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17


Agustus 1945. Secara ilmiah proklamasi kemerdekaan dapat mengandung pengertian sebagai
berikut:

1. Dari sudut ilmu hukum proklamasi merupakan saat tidak berlakunya tertib hukum
kolonial, dan saat mulai berlakunya tertib hukum nasional.
2. Secara politis ideologi proklamasi mengandung arti bahwa bangsa Indonesia terbatas
nasib sendiri dalam suatu Negara proklamasi republik Indonesia.
Kemudian tanggal 18 Agustus pada rapat PPKI, ditetapkan UUD 1945 dan Presiden
serta Wakilnya. Sesudah itu dimulailah pergolakan politik dalam negeri seperti
berikut ini:
3. Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)
Sebagai hasil dari konferensi meja bundar (KMB) maka ditanda tangani suatu
persetujuan (mantel resolusi) Oleh Ratu Belanda Yuliana dan wakil pemerintah RI di
Kota Den Hag pada tanggal 27 Desember 1949, maka berlaku pulalah secara otomatis
anak-anak persetujuan hasil KMB lainnya dengan konstitusi RIS, antara lain :
4. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalis) yaitu 16 Negara pasal (1
dan 2)
5. Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintah berdasarkan asas demokrasi liberal
dimana mentri-mentri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
terhadap parlemen (pasal 118 ayat 2)
6. Mukadiamah RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa dan semangat maupun isi
pembukaan UUD 1945, proklamasi kemerdekaan sebagai naskah Proklamasi yang
terinci.
7. Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memiliki kedaulatan, oleh karena
itu persetujuan 27 Desember 1949 tersebut bukannya penyerahan kedaulatan
melainkan “pemulihan kedaulatan” atau “pengakuan kedaulatan”

10
Berdirinya negara RIS dalam Sejarah ketatanegaraan Indonesia adalah sebagai suatu taktik
secara politis untuk tetap konsisten terhadap deklarasi Proklamasi yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 taitu negara persatuan dan kesatuan sebagaimana termuat dalam
alinea IV, bahwa pemerintah negara…….” yang melindungi segenap bangsa Indoneia dan
seluruh tumpah darah negara Indonesia …..” yang berdasarkan kepada UUD 1945 dan
Pancasila. Maka terjadilah gerakan unitaristis secara spontan dan rakyat untuk membentuk
negara kesatuan yaitu menggabungkan diri dengan Negara Proklamasi RI yang berpusat di
Yogyakarta, walaupun pada saat itu Negara RI yang berpusat di Yogyakarta itu hanya
berstatus sebagai negara bagian RIS saja.
Negara Pada suatu ketika bagian dalam RIS tinggalah 3 buah negara bagian saja yaitu :

1. Negara Bagian RI Proklamasi


2. Negara Indonesia Timur (NIT)
3. Negara Sumatera Timur (NST)

Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1950

Akhirnya berdasarkan persetujuan RIS dengan negara RI tanggal 19 Mei 1950, maka seluruh
negara bersatu dalam negara kesatuan, dengan Konstitusi Sementara yang berlaku sejak 17
Agustus 1950.

Walaupun UUDS 1950 telah merupakan tonggak untuk menuju cita-cita Proklamasi,
Pancasila dan UUD 1945, namun kenyataannya masih berorientasi kepada Pemerintah yang
berasas Demokrasi Liberal sehingga isi maupun jiwanya merupakan penyimpangan terhadap
Pancasila. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Sistem multi partai dan kabinet Parlementer berakibat silih bergantinya kabinet yang
rata-rata hanya berumur 6 atau 8 tahun. Hal ini berakibat tidak mempunyai
Pemerintah yang menyusun program serta tidak mampu menyalurkan dinamika
Masyarakat ke arah pembangunan, bahkan menimbulkan pertentangan –
pertentangan, gangguan – gangguan keamanan serta penyelewengan –
penyelewengan dalam masyarakat.
2. Secara Ideologis Mukadimah Konstitusi Sementara 1950, tidak berhasil mendekati
perumusan otentik Pembukaan UUD 1945, yang dikenal sebagai Declaration of
Independence bangsa Indonesia. Demikian pula perumusan Pancasila dasar negara
juga terjadi penyimpangan. Namun bagaimanapun juga RIS yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 dari negara Republik Indonesia Serikat.
Pada akhir era ini, terjadi pergolakan politik yang tidak berujung. Hal inilah yang mendorong
Presiden Soekarno megeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959.

C. PANCASILA ERA ORDE LAMA

11
Kedudukan Pancasila sebagai idiologi Negara dan falsafah bangsa yang pernah dikeramatkan
dengan sebutan azimat revolusi bangsa, pudar untuk pertama kalinya pada akhir dua dasa
warsa setelah proklamasi kemerdekaan. Meredupnya api sinar Pancasila sebagai tuntunan
hidup berbangsa dan bernegara bagi jutaan orang diawali oleh kehendak seorang kepala
pemerintah yang terlalu gandrung pada persaan dan kesatuan. Kegandrungan tersebut
diwujudkan dalam bentuk membangun kekuasaan yang terpusat, agar dapat menjadi
pemimpin bangsa yang dapat menyelesaikan sebuah revolusi perjuangan melawan penjajah
(nekolim, neokolonialisme) serta ikut menata dunia agar bebas dari penghisapan atas bangsa
dan penghisapan manusia atas manusia.
Orde lama berlangsung dari tahun 1959-1966. Pada masa itu berlaku demokrasi terpimpin.
Setelah menetapkan berlakunya kembali UUD 1945, Presiden Soekarno meletakkan dasar
kepemimpinannya. Yang dinamakan demokrasi terpimpin adalah demokrasi khas Indonesia
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Demokrasi
terpimpin dalam prakteknya tidak sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya dan
bahkan terkenal menyimpang. Dimana demokrasi terpimpin dipipin oleh kepentingan –
kepentingan tertentu.
Pada masa pemerintahan orde lama, kehidupan politik dan pemerintah sering terjadi
penyimpangan yang dilakukan presiden dan juga MPRS yang bertentangan dengan Pancasila
dan UUD 1945 pada masa itu belum dilaksanakan sebagiman mestinya. Hal ini terjadi karena
penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada keuasaan seorang presiden dan lemahnya
control yang seharusnya dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan.
Selan itu, muncul politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan sehungga situasi
politik , keamanan dan kehidupan ekonomi semakin memburuk, puncak dari situasi tersebut
adalah munculnya pemberontakan G30S/PKI yang sangat membahayakan keselamatan
bangsa dan negara.
Mengingat keadaan makin membahayakan Ir.Soekarno melalui surat perintah RI
memberikan perintah kepada Letjen Soeharto melalui surat perintah 11 maret 1969
(Supersemar) untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya keamanan,
ketertiban, dan ketenangan serta kestabilan jalanya pemerintah. Lahirnya supersema tersebut
dianggap sebagai awal masa Orde Baru.

D. PANCASILA ERA ORDE BARU


Era Orde baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan yang terlama, dan
juga bisa dikatakan pada masa pemerintahan yang paling stabil. Stabil dalam artian tidak
banyak gejola yang mengemuka, layaknya keadaan dewasa ini. Stabilitas yang diiringi
dengan maraknya pembangunan disegala bidang, era penuh kestabilan, menimbulkan
romantisme dari banyak kalangan.
Di era orde baru, yakni stabilitas dan pembangunan, seta merta tidak lepas dari keberadaan
Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah untuk semakin menancapkan kekuasaan di
Indonesia. Pancasila begitu diagung-agungkan, Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai dan
hakikatnya pada rakyat, dan rakyat tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang
mengganjal.

12
Menurut Hendro Muhaimin bahwa pemerinah di era orde baru sendiri terkesan
“Menunggangi” Pancasila, karena dianggap menggunakan dasar negara sebagai alat politik
untuk memperoleh kekuasaan. Disamping hal tersebut, penanaman nilai-nilai Pancasila di era
baru juga dibarengi dengan Praktik dalam kehidupan sosial rakayat Indonesia. Kepedulian
antarwarga sangat kental, toleransi dikalangan masyarakat cukup baik, dan budaya gotong-
royong sangat dijunjung tinggi. Selain penanaman nilai-nilai tersebut dapa dilihat dari
penggunaan Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi, yang menyatakan
bahwa semua organisasi, apapun bentuknya, baik itu organisasi masyarakat, komunitas,
perkumpulan dan sebagainya haruslah menggunakan Pancasila sebagai asas utamanya.

Romantisme Pelaksanaan P4
Di Era Orde Baru, terdapat kebijakan pemerintah terkait penanaman nilai-nilai Pancasila,
yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamatan Pancasila (P4). Materi penataran P4 bukan
hanya Pancasila, terdapat juga materi lain seperti UUD 1945, Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GHBN), Wawasan Nusantara, dan materi lain yang berkaitan dengan kebangsaan,
nasionalisme dan patriotism. Kebijakan tersebut disosialisasikan pada seluruh komponen
bangsa sampai pada level bawah termasuk penataran P4 untuk siswa baru Sekolah Dasar
(SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), yang lalu dilanjutkan di perguruan
tinggi hingga diwilayah kerja. Penyelenggara Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
Pengamatan Pancasila (BP7) dengan metode indoktrinasi.
Visi Ordebaru pada saat itu adalah untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara yang melaksakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Sejalan dengan semakin dominannya kekuatan negara, Pancasila dan UUD 1945 menjadi
semacam senjata bagi pemerintahan orde baru dalam hal mengontrol prilaku masyarakat.
Seakan-akan ukurannya hanya satu; sesuat dianggap benar kalau hal tersebut sesuai dengan
keinginan penguasa, sebaliknya dianggap salah kalau bertentangan dengan kehendaknya.
Sikap politik masyarakat yang kritis dan berbeda pendapat dengan negara dalam prakteknya
malah dengan mudahnya dikriminalisasi.
Penanaman nilai-niai Pancasila pada saat itu dilakukan tanpa sejalan dengan fakta yang
terjadi di masyarakat, berdasarkan perbuatan pemerintah. Akibatnya, bukan nilai-nilai
Pancasila yang meresap kedalam kehidupan masyarakat, tetapi kemunakfikan yang tumbuh
subur dalam masyarakat. Sebab setiap ungkapan para pemimpin mengenai nilai-nilai
kehidupan tidak disertai dengan keteladanan serta tindakan yang nyata, sehingga banyak
masyarakat pun tidak menerima adanya penataran yang tidak dibarengi dengan perbuatan
pemerintah yng benar-benar pro-rakyat.
Pancasila yang begitu diagung-agungkan
Pada Era Orde Baru sebagai era “dimanis-maniskannya” Pancasila. Secara pribadi, Soeharto
sendiri sering kali menyatakan pendapatnya mengenai keberadaan Pancasila, yang
kesemuanya memberikan penilaian setinggi-tinginya terhadap Pancasila. Ketika soeharto
memberikan pidato dalam peringatan hari lahirnya Pancasila, 1 juni 1967, Soeharto
mendeklarasikan Pancasila sebagi suatu force yang dikemas dalam berbagai frase yang
bernada angkuh, elegan, begitu superior. Dalam pidato tersebut, Soeharto menyatakan

13
Pancasila sebagai “ tuntunan hidup”, serta merupakan “sumber tertib negara” dan “sumber
tertib hukum”, kepada pemuda Indonesia dalam kongres pemuda tanggal 28 oktober 1974,
Soeharto menyatakan, “ Pancasila janganlah hanya dimiliki, akan tetapi harus dipahami dan
dihayati” Dapat dikatakan tidak ada yang lebih kuat maknanya selain Pancasila di Indonesia,
pada saat itu, dan dalam era orde baru.
Demokrasi Pancasila: Wajah semu Era Orde Baru
Di dalam P4, nelaui ketetapan MPR (TAP MPR) No. II/MPR/1978 ( sudah dicabut ), adalah
36 butir Pancasila sebagai ciri-ciri manusia pancialisis.
Pemerintah pada Era Orde Baru mengharapkan melalui 36 butir Pancasila, yang serta merta
“wajib hukumnya” untuk dihafal, akan terbentuk suatu tatanan rakyat Indonesia yang
mempraktikan semuanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, lalu terciptalah negara
Indonesia yang adil dan makmur, di segala bidang. Akan tetapi, justru penglafalan itu yang
menjadi bumerangnya. Cita-cita yang berkembang melauli P4 yang keluar dari mulut saja,
tanpa ada pengalaman yang berarti untuk setiap butir yang terkandung di dalamnya,
meskipun tidak terjadi secara general.

E. PANCASILA ERA REFORMASI


Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks dasar negara dan
ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki
pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap
kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dala kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Pancasila sebagai peradigma ketatanegaraan artinya Pancasila menjadi kerangka berpikir dan
pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar negara ia sebagai landasan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagi negara hukum, setiap perbuatan baik dari
masyarakat maupu dari pejabat-pejabat harus berdasarkan hukum, baik mau yang tertulis
maupun yang tidak tertulis. Dalam kaitannya dalam pengembanga hukum, Pancasila harus
menjadi landasannya. Artinya hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh
bertentangan dengan sila-sila Pancasila. Subtansi produk hukumnya tidak bertentangan
dengan sila-sila Pancasila.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial politik mengandung arti bahwa
nilai-nilai Pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia merdeka di implementasikan sebagai
berikut:
a. Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, agama,
dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mementingan kepentingan rakyat / demokrasi dalam pengambilan keputusan
c. Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan
konsep mempertahankan kesatuan.
d. Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan
kemanusiaan yang adil dan beradap
e. Nilai-nilai keadilan, kejujurann dan toleransi bersumber pada nilai ke Tuhanan
Yang Maha Esa.
14
Pancasila sebagai paradigm nasional bidang ekonomi mengandung pengertian bagaimana
suatu falsafah itu diimplementasikan secar real dan sistematis dalam kehidupan nyata.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan mengandung
pengertian bahwa Pancasila adalah etos budaya persatuan, dimana pembangunan kebudayaan
sebagai sarana pengikat persatuan dalam masyarakat majemuk. Oleh karena itu semboyan
Bhineka Tunggal Ika dan pelaksanaan UUD 1945 yang menyangkut pembangunan
kebudayaan bangsa hendaknya menjadi prioritas, karena kebudayaan nasional sangat
diperlukan sebagai landasan media sosial yang memperkuat persatuan.
Pancasila sebagai paradigma Pembangunan Nasional Bidang Hankam, maka paradigma baru
TNI terus diaktualisasikan untuk menegaskan, bahwa TNI telah meninggalkan peran sosial
politiknya atau mengakhiri dwi fungsinya dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari
sistem nasional.
Pancasila sebagai paradigma Ilmu Pengetahuan, dengan memasuki kawasan filsafat ilmu
(philosophy of science) ilmu pengetahuan yang diletakan diatas Pancasila sebagai
paradigmanya perlu dipahami dasar dan arah penerapannya, yaitu pada aspek ontologis,
epistomologis, dan aksiologis. Ontologis yaitu hakitat ilmu pengetahuan manusia yang tidak
mengenal titik henti dalam upayanya untuk mencari dan menemukan kebenaran dan
kenyataan. Ilmu pengetahuan harus dipandang secara, dalam dimensinya sebagai proses
menggambarkan suatu aktivitas warga masyarakat ilmiah yang melalui abstraksi, spekulasi,
imajinasi, refleksi, observasi, eksperimentasi, komparasi dan eksplorasi mencari dan
menemukan kebenaran dan kenyataan. Sebagai produk adanya hasil hasil yang diperoleh
melalui proses, yang berwujud karya ilmiah beserta aplikasinya yang berwujud fisik atupun
non fisik. Epistomologi, yaitu bahwa Pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung didalamya
dijadika metode berpikir, dalam arti dijadikan dasar dan arah didalam pengembangan ilmu
pengetahuan yang parameter kebenaran serta kemanfaatan hasil-hasil yang dicapainya adalah
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Aksilogis, yaitu bahwa dengan
menggunakan epistemologi tersebut diatas, pemanfaatan dan efek pengembangan ilmu
pengetahuan secara negatif tidak betentangan dengan pancasila dan secara positif medukung
atau mewujudkan nilai-nilai ideal Pancasila.
Memahami peran Pancasila di Era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar negara
dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia
memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama
terhadap kedudukn ,peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Semenjak ditetapkan sebagai dasar negara (oleh PPKI 18 agustus 1945),
Pancasila telah mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa
Indonesia (Koento wibisono, 2001) memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai
dasar negara dalam tiga tahap yaitu:
1. Tahap 1945-1968 sebagai Tahap politis
Dimana orientasi pengembangan Pancasila diarahkan kepada nation and character building.
Hal ini sebagai perwujudan keinginan bangsa Indonesia untuk survival dari berbagai
tantangan yang muncul baik dalam maupun luar negeri, sehingga atmosfir politik sebagai
panglima sangat dominan. Pancasila sebagai dasar negara misalnya menurut Notonagoro dan
Driakara. Kedua ilmuan tersebut menyatakan bahwa Pancasila mampu dijadikan pangkal

15
sudut pandang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan bahkan Pancasila merupakan
suatu paham atau aliran filsafat Indonesia, dan ditegaskan bahwa Pancasila merupakan
rumusan ilmu filsafati tentang manusia dan realitas, sehingga Pancasila tidak lagi dijadikan
alternatife melainkan menjadi suatu imperative dan suatu philosophical concensus dengan
komitmen transenden sebagai tali pengikat kesatuan dan persatuan dalam menyongsong
kehidupan masa depan yang Bhineka Tunggal ika. Bahkan Notonagoro menyatakan bahwa
pembukaan UUD 1945 merupakan staatfundamental norm yang tidak dapat diubah secara
hukum oleh siapapun. Sebagai akibat dari keberhasilan mengatasi berbagai tantangan baik
dari dalam maupun luar negeri, masa ini ditandai oleh kebijakan nasional yaitu menempatkan
Pancasila dalam asas tunggal.
2. Tahap 1969-1994 sebagai Tahap Pembangunan Ekonomi
Yaitu upaya mengisi kemerdekaan melalui progam-progran ekonomi. Orientasi
pengembangan Pancasila diarahkan pada bidang ekonomi, akibatnya cenderung menjadikan
ekonomi sebagai ideologi. Pada tahap ini pembangunan ekonomi menunjukan keberhasilan
secara spektakuler, walaupun bersamaan dengan itu muncul gejala ketidakmerataan dalam
pembagian hasil pembangunan. Kesenjangan sosial merupakan fenomena yang dilematis
dengan progam penataran P4 yang selama itu dilaksanakan oleh pemerintah. Keadaan ini
semakin memprihatinkan setelah terjadinya gejala terjadnya gejala KKN dan kronisme yang
bertentangan dengan nila-nilai Pancasila. Bersamaan dengan itu perkembangan
perkembangan perplitikan dunia, setelah hancur nya negara-negara komunis, lahirnya 3 tiga
raksasa kapitalisme dunia yaitu Amerika serikat, Eropa, dan Jepang. Oleh karena itu,
Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya dihantui oleh supersifnya komunisme melainkan
juga harus berhadapan dengan gelombang aneksasinya kapitalisme, disamping menghadapi
tantanagan baru yaitu KKN dan kronisme.
3. Tahap 1995-2020 sebagai Tahap Repositioning Pancasila
Dunia masa kini sedang dihadapi kepada gelombang perubahan secara cepat, mendasar,
spektakuler, sebagai implikasi arus globalisasi yang melanda seluruh penjuru dunia,
khususnya di abad XXI sekarang ini, Bersamaan arus reformasi yang sedang dilakukan oleh
bangsa Indonesia. Reformasi telah merombak semua segi kehidupan secara mendasar, maka
semakin terasa orgensinya untuk menjadi Pancasila sebagai dasar negara dalam kerangka
mepertahankan jati diri bangsa dan persatuan dan kesatuan nasional, lebih-lebih kehidupan
perpolitikan nasional yang tidak menentu di era reformasi ini. Berdasarkan hal tersebut di
atas perlunya reposisi Pancasila yaitu reposis Pancasila sebagai dasar negara yang
mengandung makna Pancasila harus diletakkan dalam keutuhannya dengan pembukaan UUD
1945, dieksplorasikan pada dimensi-dimensi yang melekat padanya.
Realitasnya bahwa nilai-nilai yang terandung didalamnya dikonkritisasikan sebagai
cerminan kodisi obyektif yang bertumbuh dan berkembang dalam masyarakat, suatu
rangkaian nilai-nilai yang bersifat “sein im sollen dan sollen im sein”.
Idealitasnya bahwa idealisme yang terkandung didalamnya bukanlah sekedar utopi
tanpa makna, melainkan diobyektifitasikan sebagai akta kerja untuk membangkitkan gairah
dan optimisme para warga masyarakat guna melihat hari depan secara prosprektif.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila adalah lima dasar nilai luhur yang ada dan berkembang bersama dengan
bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling
berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan masa
sekarang dan semuanya bermuara pada masa yang akan datang. Hal ini berarti semua
aktivitas pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang untuk
mewujudkan masa depan yang berbeda dari masa sebelumnya. Sejarah perjuangan
bangsa berlalu dengan melewati suatu proses waktu yang sangat panjang. Dalam proses
waktu yang panjang itu dapat dicatat kejadian-kejadian penting yang merupakan tonggak
sejarah perjuangan.
Dan dasar negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu
memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah Negara. Negara Indonesia dibangun
juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakann yaitu Pancasila. Pancasila, dalam
fungsinya sebagai dasar negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur
Negara Republik Indonesia, termasuk didalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni
pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pancasila dan kedudukanya seperti inilah yang
merupakan dasar pijakan penyenglenggaraan Negara dan seluruh kehidupan Negara
Republik Indonesia.

B. Saran
Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang mana setiap warga negara
Indonesia harus menjungjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut
dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab. Agar Pancasila tidak terbatas pada
coretan tinta belaka tanpa makna.

17
.DAFTAR PUSTAKA

 Kaelan, Prof.Dr., 2014, Pendidikan Pancasila, Paradigma, 2014, Pendidikan


Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.
 1878, Pancasila ditinjau dari segi historis,yudiris constitutional dan filosofis, Malang
 http///www.google.com
 http://kuliahkumanajemenpendidikan.wordpress.com
 http//Birokrasi.kompasiana.com
 https//www.slideshare.net/DWIAYU2/sejarah-pancasila
 https://prezi.com/nw7zmgu02ghp/pancasila-dalam-kajian-sejarah-bangsa-indonesia/
 Ubaedillah A & Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM dan
Masyarakat Madani, Icce. UIN Jakarta, 2003

 Darmodiharjo, Darji. 1982. Pancasila dalam Beberapa Perpsektif. Jakarta: Aries


Lima
 Tim Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2005. Pendidikan
Pancasila. Jakarta: Universitas Terbuka
 Winatapura, Udin. S, ddk.2008. Buku Materi dan Pembelajaran Pkn SD Jakarta:
Universitas Terbuka

18

Anda mungkin juga menyukai