PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Era Kemerdekaan
Era kemerdekaan dimulai dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945. Secara ilmiah proklamasi kemerdekaan dapat
mengandung pengertian sebagai berikut:
1. Dari sudut ilmu hukum proklamasi merupakaan saat tidak berlakunya
tertib hukum kolonial, dan saat mulai berlakunya tertib hukum nasional
2. Secara politis ideologi proklamasi mengandung arti bahwa Indonesia
terbatas nasib sendiri dalam suatu negara proklamasi republik Indonesia.
Kemuadin tanggal 18 Agustus pada rapat PPKI, ditetapkan UUD 1945 dan
Presiden serta Wakilnya. Sesudah itu dimulailah pergolakan politik dalam
negeri seperti berikut ini :
1. Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)
Sebagai hasil dari konferensi meja bundar (KMB) maka ditanda tangani
suatu persetujuan (mantel resolusi) oleh Ratu Belanda Yuliana dan wakil
pemerintah RI di kota Den Hag pada tanggal 27 Desember 1949, maka
berlaku pulalah secara otomatis anak-anak persetujuan hasil KMB lainnya
dengan konstitusi RIS, antara lain :
a) Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalis) yaitu 16
Negara pasal (1 dan 2)
b) Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintah berdasarkan asas demokrasi
liberal dimana menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh
kebijaksanaan pemerintah terhadap parlemen (pasal 118 ayat 2)
c. Mukadiamah RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa dan semangat
maupun isi pembukaan UUD 1945, proklamasi kemerdekaan sebagai
naskah Proklamasi yang terinci.
d. Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memiliki kedaulatan,
oleh karena itu persetujuan 27 Desember 1949 tersebut bukannya
penyerahan kedaulatan melainkan “pemulihan kedaulatan” atau “pengakuan
kedaulatan”
2. Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1950
Berdirinya negara RIS dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia adalah
sebagai suatu taktik secara politis untuk tetap konsisten terhadap deklarasi
Proklamasi yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yaitu negara
persatuan dan kesatuan sebagaimana termuat dalam alinea IV, bahwa
pemerintah negara........ “ yang melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah negara Indonesia...... “ yang berdasarkan kepada UUD 1945
dan Pancasila. Maka terjadilah gerakan unitaristis secara spontan dan rakyat
untuk membentuk negara kesatuan yaitu menggabungkan diri dengan
Negara Proklamasi RI yang berpusat di Yogyakarta, walaupun pada saat itu
Negara RI yang berpusat di Yogyakarta itu hanya berstatus sebagai negara
bagian RIS saja.
Pada suatu ketika negara bagian dalam RIS tinggalah 3 buah bagian saja
yaitu
1. Negara Bagian RI Proklamasi
2. Negara Indonesia Timur (NIT)
3. Negara Sumatera Timur ( NST)
Akhirnya berdasarkan persetujuan RIS dengan negara RI tanggal 19 Mei
1950, maka seluruh negara bersatu dalam negara kesatuan, dengan
konstitusi sementara yang berlaku sejak 17 Agustus 1950.
Walaupun UUD 1950 telah merupakan tonggak untuk menuju cita-cita
Proklamasi, Pancasila dan UUD 1945, namun kenyataannya masih
berorientasi kepada pemerintah yang berasas Demokrasi Liberal sehingga
isi maupun jiwanya merupakan penyimpangan terhadap Pancasila.
Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Sistem multi partai dan kabinet parlementer berakibat silih bergantinya
kabinet yang rata-rata hanya berumur 6 atau 8 tahun. Hal ini berakibat tidak
mempunyai pemerintah yang menyusun program serta tidak mampu
menyalurkan dinamika masyarakat ke arah pembangunan, bahkan
menimbulkan pertentangan-pertentangan, gangguan-gangguan,
penyelewengan-penyelewengan dalam masyarakat.
b. Secara ideologis mukadimah konstitusi sementara 1950, tidak berhasil
mendekati perumusan otentik pembukaan UUD 1945, yang dikenal sebagai
Declaration of Independence bangsa Indonesia. Demikian pula perumusan
Pancasila dasar negara juga terjadi penyimpangan. Namun bagaimanapun
juga RIS yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dari negara Republik
Indonesia Serikat.
Pada akhir era ini, terjadi pergolakan politik yang tidak berujung. Hal inilah
yang mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada
tanggal 5 juli 1959.
a. Kajian kesimpulan pada era kemerdekaan
1. Rakyat Indonesia tsudah mengetahui nilai-nilai luhur Pancasila dan
berusaha untuk menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari
2. Setelah merdeka, bangsa Indonesia membuat berbagai penyesuaian yang
cocok dan padu dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
b. Kekurangan :
1. Belum stabilnya keadaan di Indonesia. baik itu dari segi
politik,social,ekonomi.
2. Terjadinya penggantian dasar Negara sebanyak 2 kali. Padahal
seharusnya Pancasila tidak tergantikan.
c. Kesimpulan dan solusi
Keadaan di Indonesia masih terombang ambing dan tidak stabil. Lalu
terjadih masalah yang alot di konstituante sehingga Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden.
C. Era Orde Lama
Era orde lama ditandai dengan dikeluarkannya dekrit presiden pada tanggal
5 juli 1959.
Pada masa itu berlaku demokrasi terimpin. Setelah menetapkan berlakunya
kembali UUD 1945, presiden soekarno meletakan dasar kepemimpinannya.
Yang dinamakan demokrasi terimpin yaiutu demokrasi khas Indonesia yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan. Demokrasi
terimpin dalam prakteknya tidak sesuai dengan makna yang terkandung di
dalamnya dan bahkan terkenal menyimpang. Dimana demokrasi dipimpin
oleh kepentingan-kepentingan tertentu.
Pada masa pemerintahan orde lama, kehidupan politik dan pemerintah
sering terjadi penyimpangan yang sering dilakukan presiden dan juga
MPRS yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Artinya
pelaksanaan UUD 1945 pada masa itu belum dilaksanakan sebagaimana
mestinya. Hal ini terjadi karena penyelenggaraan pemerintahan terpusat
pada kekuasaan seorang presiden dan lemahnya control yang seharusnya
dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan. Selain itu, muncul
pertentangan politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan sehingga
situasi politik, keamanan dan kehidupan ekonomi makin memburuk puncak
dari situasi tersebut adalah munculnya pemberontakan G30S/PKI yang
sangat membahayakan keselamatan bangsa dan Negara.
Mengingat keadaan makin membahayakan Ir. Soekarno selaku presiden RI
memberikan perintah kepada Letjen Soeharto melalui surat perintah 11
Maret 1969 (supersemar) untuk mengambil segala tindakan yang
diperlukan bagi terjaminnya keamanan,ketertiban dan ketenangan serta
kesetabilan jalannya pemerintah. Lahirya supersemar tersebut dianggap
sebagai awal masa orde baru.
Kajian kesimpulan pada era orde lama
a. Kelebihan
1. Munculya aksi-aksi positif dari masyarakat sebagai bentuk demokrasi.
b. Kekurangan
1. Munculnya komunisme dan liberalisme.
2. Meletusnya pemberontakan G 30 S/PKI.
3. Sering jatuhnya kabinet
4. Penyimpangan terhadap UUD dan Pancasila yang ironisnya dilakukan
oleh Presiden Indonesia sendiri.
c. Kesimpulan dan solusi
Pada masa orde lama ini banyak terjadi penyimpangan dalam badan UUD
dan Pancasila. Juga terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan seperti
munculnya liberalisme dan komunisme. Puncaknya yaitu saat G 30 S/PKI
dan pemerintah dinilai tidak mampu mengatasinya sehingga presiden
Soekarno memberikan mandat kepada jendral soehartountuk mengambil
tindakan.
E. Era Reformasi
Memahami peran pancasila dari era reformasi khususnya dalam konteks
sebagai dasar negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar
setiap warga Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya
memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan
fungsi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi
kerangka berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai
dasar negara ia sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai negara hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dalam
kaitannya dalam pengembangan hukum, pancasila harus menjadi
landasannya. Artinya hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak
boleh bertentangan dengan sila-sila pancasila. Substansi produk hukumnya
tidak bertentangan dengan sila-sila pancasila.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial politik
mengantung arti bahwa nilai-nilai pancasila sebagai wujud cita-cita
Indonesia merdeka di implementasikan sebagai berikut :
a. Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan
politik, agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mementingkan kepentingan rakyat / demokrasi dalam pengambilan
keputusan.
c. Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan
berdasarkan konsep mempertahankan kesatuan.
d. Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan keadilan menggunakan
pendekatan kemanusiaan yang adil dan beradab.
e. Nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan toleransi bersumber pada nilai ke
Tuhanan Yang Maha Esa.
Pancasila sebagai paradigma nasional bidang ekonomi mengandung
pengertian bagaimana suatu falsafah itu diimplementasikan secara rill dan
sistematis dalam kehidupan nyata.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan
mengandung pengertian bahwa pancasila adalah etos budaya persatuan.
Oleh karena itu semboyan Bhineka Tunggal Ika dan pelaksanaan UUD
1945 yang menyangkut pembangunan kebudayaan bangsa hendaknya
menjadi prioritas, karena kebudayaan nasional sangat di perlukan sebagai
landasa media sosial yang memperkuat persatuan. Dalam hal ini bahasa
Indonesia adalah sebagai baha persatuan.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang hankam, maka
paradigma baru TNI terus diaktualisasikan untuk menegaskan, bahwa TNI
telah meninggalkan peran sosial politiknya atau mengakhiri dwifungsinya
dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari sistem nasional.
Pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan, dengan memasuki
kawasan filsafat ilmu (philosophy of science) ilmu pengetahuan yang
diletakan di atas pancasila sebagai paradigmanya perlu difahami dasar dan
arah penerapannya, yaitu pada aspek ontologis, epistomologis, dan
aksiologis. Ontologis, yaitu bahwa hakikat ilmu pengetahuan aktivitas
manusia yang tak mengenal titik henti dalam upaya untuk mencari dan
menemukan kebenaran dan kenyataan. Ilmu pengetahuan harus dipandang
secara utuh, dalam dimensinya sebagai proses menggambarkan suatu
aktivitas warga masyarakat ilmiah yang melalui abstraksi, spekulasi,
imajinasi, refleksi, observasi, eksperimentasi, komparasi dan eksplorasi
mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan. Sebagai produk,
adanya hasil yang diperoleh melalui proses, yang berwujud karya-karya
ilmiah beserta aplikasinya yang berwujud fisik ataupun non fisik.
Epistimologi, yaitu bahwa pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya dijadikan metode berpikir, dalam arti dijadikan dasar dan arah
didalam pengembangan ilmu pengetahuan yang parameter kebenaran serta
kemanfaatan hasil-hasil yang dicapainya adalah nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila itu sendiri. Aksilogis, yaitu bahwa dengan
menggunakan epistemologi tersebut diatas, pemanfaatan dan efek
pengembangan ilmu pengetahuan secara negatif tidak bertentangan
dengan pancasila dan secara positif mendukung atau mewujudkan nilai-
nilai ideal pancasila.
Dunia masa kini sedang dihadapi kepada gelombang perubahan secara
cepat, mendasar, spektakuler, sebagai implikasi arus globalisasi yang
melanda seluruh penjuru dunia, khususnya di abad XXI sekarang ini,
bersamaan arus reformasi yang sedang dilakukan oleh bangsa Indonesia.
Reformasi telah merombak semua segi kehidupan secara mandasar, maka
semakin terasa orgensinya untuk menjadi pancasila sebagai dasar negara
dalam kerangka mempertahankan jatidiri bangsa dan persatuan dan
kesatuan nasional, lebih-lebih kehidupan perpolitikan nasional yang tidak
menentu di era reformasi ini. Berdasarkan hal tersebut diatas perlunya
reposisi pancasila yaitu reposisi pancasila sebagai dasar negara yang
mengandung makna pancasila harus diletakan dalam keutuhannya dengan
pembukaan UUD 1945, dieksplorasikan pada dimensi-dimensi yang
melekat padanya.
Realitasnya bahwa nilai-nilai yang terkandung didalamnya
dikonkritisasikan sebagai cerminan kondisi obyektif yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat, suatu rangkaian nlai-nilai yang bersifat
“sein im sollen dan sollen im sein”.
Idealitasnya bahwa idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah
sekedar utopi tanpa makna, melainkan diobyektifitasikan sebagai akta
kerja untuk membangkitkan gairah dan optimisme para warga masyarakat
guna melihat hari depan secara prospektif.
Fleksibilitasnya dalam arti bahwa pancasila bukanlah barang jadi yang
sudah selesai dan dalam kebekuan dogmatis dan normatif, melainkan
terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk memenuhi kebutuhan zaman yang
terus menerus berkembang, dengan demikian tanpa kehilangan nilai
hakikinya pancasila menjadi tetap aktual, relevan serta fungsional sebagai
penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara.
Di era reformasi ini, pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer
seperti pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat terkesan masa bodoh
dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan
legitimasi, rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamanya karena rejim orde
lama dan orde baru menempatkan pancasila sebagai alat kekuasaan yang
otorier.
Terlepas dari kelemahan masa lalu,sebagai konsensus dasar dari
berdirinya bangsa ini, yang diperlukan dalam konteks era reformasi adalah
pendekatan-pendekatan yang lebih konseptual, komprehensif, konsisten,
integratif, sederhana dan relevan dengan perubahan-perubahan yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Kajian kesimpulan pada era reformasi
a. Kelebihan
1. Munculnya kebebasan pers
2. Kembalinya jatidiri bangsa Indonesia
b. Kekurangan
1. Masih banyak system yang berantakan
2. Kurangnya penanaman nilai-nilai pancasila.
3. Menjamurnya globalisasi
c. Kesimpulan dan solusi
Seiring berjalannya waktu hingga kini, demokrasi di Indonesia masih juga
diwarnai dengan politisasi uang. Sehingga percuma ada demokrasi.
Demokrasi sudah hampir mati. Kurangnya juga penanaman nilai-nilai
pancasila dalam diri anak, sehingga tidak ada rasa cinta pada tanah air.
Solusinya, kita sebagai generasi muda harus berjuang memajukan Negara
ini dengan Pancasila sebagai pedoman dan pembimbing kita.
BAB III
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-
hal yang mengenai pemindahan kekuasaan, dan lain-lain, diselenggarakan
dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Soekarno/Hatta.
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
A. Pengertian Ideologi
Kata ideologi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu idea
(oidea) pengertian, kata, dan ilmu. Jadi, ideologi berarti kumpulan ide atau
gagasan, pemahaman-pemahaman, pendapat-pendapat, atau pengalaman-
pengalaman.
Istilah ideologi dicetuskan oleh Antoine Destut de Tracy (1754-1836),
seorang ahli filsafat Prancis. Menurutnya, ideologi merupakan cabang filsafat yang
disebut science de ideas (sains tentang ide). Pada tahun 1796, ia mendefinisikan
ideologi sebagai ilmu tentang pikiran manusia, yang mampu menunjukan jalan
yang benar menuju masa depan. Dengan begitu, pada awal kemunculannya,
ideologi berarti ilmu tentang terjadinya cita-cita, gagasan, dan buah pikiran.
Dalam perkembangannya, ideologi didefinisikan sebagai berikut;
1. Menurut Descartes
Ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia
2. Machiavelli
Ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh
penguasa.
3. Thomas Hobbes
Ideologi adalah seluruh cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah agar
dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.
4. Francis Bacon
Ideologi adalah paduan atau gabungan pemikiran mendasar dari konsep
hidup
5. Karl Marx
Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesataraan dan kesejahtraan
bersama dalam masyarakat.
6. Napoleon
Ideologi adalah keseluruhan pemikiran politik dari musuh-musuhnya.
7. Dr. Hafidh Shaleh
Ideologi adalah suatu pemikiran yang mempunyai ide berupa konsepsi
rasional, yang meliputi aqidah dan solusi atas seluruh problem kehidupan
manusia. Pemikiran tersebut harus mempunyai metode, yang meliputi
metode untuk menjabarkan ide dan jalan keluarnya, metode
mempertahankannya, dan metode menyebarkannya ke seluruh dunia.
8. Menurut The American Heritage dan Dictionary of The English Language,
Fourth Edition
Ideologi adalah sekumpulan ide yang mencerminkan kebutuhan-kebutuhan,
harapan, dan tujuan sosial dari individu, kelompok, golongan atau budaya.
Ideologi adalah sekumpulan ajaran atau kepercayaan yang membentuk
dasar-dasar politik, ekonomi, dan sistem-sistem lain.
9. Menurut Radom House Unabridged Dictionary
Ideologi adalah sekumpulan ajaran, cerita suatu bangsa, kepercayaan dan
lain-lain yang menuntut individu, gerakan sosial, institusi, golongan, atau
kelompok yang besar.
10. Menurut Prof. Lowenstein
Ideologi adalah suatu penyelarasan dan penggabungan pola pikiran dan
kepercayaan, atau pemikiran bertukar menjadi kepercayaan, penerangan
sikap manusia tentang hidup dan kehadirannya dalam masyarakat dan
mengusulkan suatu kepemimpinan dan menyeimbangkannya berdasarkan
pemikiran dan kepercayaannya itu.
11. Menurut Sastrapratedja
Ideologi adalah seperangkat gagasan atau pemikiran yang berorientasi pada
tindakan yang diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur. Ideologi
adalah ilmu yang berkaitan dengan cita-cita, yang terdiri atas seperangkat
gagasan-gagasan atau pemikiran manusia mengenai soal-soal cita politik,
doktrin atau ajaran, nilai-nilai yang berhubungan dengan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
12. Menurut Frans Magnis Suseno
Ideologi merupakan segala kelompok cita-cita nilai dasar dan keyakinan-
keyakinan yang dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif. Dalam arti
sempit ideologi merupakan gagasan atau teori menyeluruh tentang makna
hidup dan bertindak.
13. Menurut W. White
Ideologi adalah soal cita-cita politik atau ajaran dari suatu lapisan
masyarakat atau sekelompok manusia yang dapat dibeda-bedakan
Notonegoro sebagaimana dikutif oleh Kaelan mengemukakan bahwa
ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar bagi
suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada
hakikatnya merupakan asas kerohanian yang memiliki ciri sebagai berikut; (a)
Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai
nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan. (b) Mewujudkan suatu asas kerohanian,
pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan,
diamalkan, dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan, dan
dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
Berdasarkan uraian tersebut, ideologi dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Nilai yang menentukan seluruh hidup manusia.
2. Gagasan yang diatur dengan baik tentang manusia dan kehidupannya.
3. Kesepakatan bersama yang memuat nilai dasar masyarakat dalam suatu
negara.
4. Pembangkit kesadaran masyarakat akan kemerdeklaan dalam melawan
penjajah.
5. Gabungan antara pandangan hidup yang merupakan nilai-nilai dari suatu
bangsa serta dasar negara yang memiliki nilai-nilai falsafah yang menjadi
pedoman hidup suatu bangsa.
Ideologi merupakan gambaran dari hal-hal berikut.
a. Sejauh mana masyarakat berhasil memahami dirinya sendiri.
b. Lukisan tentang kemampuannya memberikan harapan kepada berbagai
kelompok atau golongan yang ada pada masyarakat untuk mempunyai
kehidupan bersama secara lebih baik dan untuk membangun masa depan
yang lebih cerah.
c. Kermampuan mempengaruhi sekaligus menyesuaikan diri dengan
pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.
Mengapa ideologi perlu dimiliki oleh setiap negara? Karena ideologi
digunakan negara sebagai landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan
kejadian-kejadiannya dalam alam sekitarnya. Ideologi membantu suatu negara
dalam bernegara. Selain itu, ideologi juga berguna sebagai bekal dan jalan suatu
negara untuk menemukan identitasnya. Ideologi merupakan sebuah kekuatan yang
mampu menyemangati dan mendorong negara untuk menjalankan kegiatannya dan
mencapai tujuan negara.
B. Sifat Ideologi
Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme,
dan dimensi fleksibilitas.
1. Dimensi Realitas:
Nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka
betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah
milik mereka bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini
dalam dirinya.
2. Dimensi Idealisme:
Ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin diicapai dalam berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila
bukan saja memenuhi dimensi idealisme ini tetapi juga berkaitan dengan
dimensi realitas.
3. Dimensi Fleksibilitas:
Ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara dan memperkuat
relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bebrsifat dinamis, demokrastis.
Pancasila memiliki dimensi fleksibilitas karena memelihara, memperkuat
relevansinya dari masa ke masa.
C. Tipe-tipe Ideologi
Ideologi suatu negara terbagi menjadi 2 tipe, yaitu;
a. Ideologi Terbuka
Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran yang terbuka. Ciri-cirinya:
bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar, melainkan
digali dan diambil dari moral, budaya masyarakat itu sendiri; dasarnya bukan
keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dari
konsensus masyarakat tersebut; nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja
sehingga tidak langsung operasional.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang bersumber dari pandangan hidup
bangsa. Nilai-nilai yang menjadi ide, gagasan, dan cita-cita yang terkandung di
dalamnya digali dari budaya dan kepribadian bangsa. Ideologi ini dibangun
bersama seluruh rakyat dengan bersumber pada nilai-nilai budaya bangsa sehingga
ideologi ini menjadi milik bersama dan bukan milik kelompok tertentu saja.
b. Ideologi Tertutup
Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri-cirinya:
merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan memperbarui
masyarakat; atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan
yangdibebankan kepada masyarakat; isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita
tertentu, melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang
keras, yang diajukan dengan mutlak. Ideologi tertutup adalah ideologi yang
tidak dapat menerima pandangan baru,bersifat beku dan kaku sehingga statis dan
tidak berubah.
Perbedaan ciri ideologi yang bersifat terbuka dan ideologi yang bersifat
tertutup adalah sebagai berikut:
Ciri-ciri Ideologi Terbuka Ciri-ciri Ideologi Tertutup
1) Ideologi terbuka hanya 1) Pemerintahan cendrung
memuat pokok-pokoknya totaliter
saja. 2) Ideologi tertutup bukan cita-
2) Bersifat dinamis dan cita yang selalu hidup dalam
reformatif, yaitu mampu masyarakat, namun cita-cita
mengadaptasi perubahan- dari sekelompok orang yang
perubahan sesuai aspirasi mendasari program
yang muncul. pembaharuan dalam
3) Keterbukaan dalam ideologi masyarakat.
terbuka terbatas pada 3) Adanya ketaatan secara mutlak
instrumennya, bukan pada pada ideologi tersebut.
nilai-nilai dasar yang 4) Penerapan dalam masyarakat
terkandung di dalamnya. dilakukan secara paksaan.
4) Penerapannya tidak perlu 5) Ideologi ditempatkan sebagai
dipaksakan. suatu hal yang sakral dan
penguat kekuasaan.
D. Jenis-jenis idologi
Seiring dengan berjalanya waktu, perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, pola pikir serta cara pandang manusia terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara, terdapat berbagai ideologi. Adapun jenis-jenis ideologi yang ada sebagai
berikut.
a. Kapitalisme
Kapitalisme berasal dari kata kapital, yang artinya modal. Kapitalisme
merupakan suatu paham yang menyakini bahwa pemilik modal dapat
melaksanakan usahanya untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.
Kapitalisme memiliki anggapan bahwa modal merupakan satu-satunya unsur untuk
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Modal yang dimaksud antara lain
berupa uang, tanah atau suatu bentuk kekayaan tertentu. Para pengikut kapitalis
menganggap bahwa modal dapat menghasilkan lebih banyak kekayaan.
Kapitalisme mulai muncul pertama kalinya di Eropa, pada abad ke-16
hingga abad ke-19. Pada masa itu, dunia perekonomian di Eropa dalam masa
perkembangan. Kondisi saat itu memperlihatkan bahwa sekelompok individu
maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu. Hal ini terutama
tampak sekali di Prancis. Puncaknya, terjadilah Revolusi Prancis pada tahun 1789.
Para kapitalis saat itu diserang oleh rakyat yang bosan pada perlakuan dan
penindasan yang menjerat rakyat. Sebelumnya mereka dapat memiliki maupun
melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal seperti tanah
maupun manusia. Hal tersebut berguna dalam proses perubahan dari barang modal
menjadi barang jadi. Dalam usaha memperoleh modal-modal tersebut, sebelumnya
para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin. Selanjutnya,
mengumpulkan buruh sebagai tenaga yang mengoprasikan mesin-mesin. Dapat
dikatakan, kapitalisme merupakan bentuk organisasi ekonomi yang menempatkan
sebagian besar atau seluruh sarana produksi, distribusi (penyebaran hasil produksi),
dan keuangan menjadi milik pribadi.
Kapitalisme merupakan salah satu cara pandang manusia dalam menjalani
kegiatan ekonominya. Keberadan kapitalis dianggap sebagai wujud penindasan
terhadap masyarakat dengan kondisi ekonomi lemah. Akibatnya, paham
kapitalisme mendapat kritikan dari banyak pihak, bahkan ada yang cendrung ingin
melenyapkannya.
Adam Smith adalah seorang tokoh ekonomi Kapitalis Klasik. Ia
menganggap merkantilisme kurang mendukung ekonomi masyarakat.
Merkantilisme merupakan sebuah sistem ekonomi untuk menyatukan dan
meningkatkan kekayaan keuangan suatu bangsa, dengan pengaturan seluruh
ekonomi nasional oleh pemeintah dengan kebijaksanaan. Tujuannya untuk
mengumpulkan cadangan emas, memperoleh neraca perdagangan yang baik,
mengembangkan pertanian dan industri, dan memegang monopoli atas
perdagangan luar negeri. Berdasarkan kepemilikan modal, tentu saja merkantilisme
bertolak belakang dengan kapitalisme. Merkantilisme menempatkan pemerintah
atau negara sebagai penguasa permodalan, sedangkan kapitalisme meletakan hak
kepemilikan modal pada pribadi atau perseorangan.
Adam Smith juga beranggapan bahwa ada sebuah kekuatan tersembunyi
yang akan mengatur pasar. Oleh karena itu, pasar harus memiliki kebebasan dari
campur tangan pemerintah. Menurutnya, pemerintah hanya bertugas sebagai
pengawas dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh rakyatnya.
b. Ideologi Liberalisme
Liberalisme berasal dari kata liber, yang artinya bebas. Dapat dikatakan,
Liberalisme merupakan usaha perjuangan menuju kebebasan. Liberalisme
merupakan sebuah paham ketatanegaraan dan ekonomi yang menghendaki
demokrasi dan kebebasan pribadi untuk berusaha dan berniaga (pemerintah tidak
boleh turut campur).
Liberalisme dilatarbelakangi oleh pemikiran John Locke. Ia beranggapan
bahwa hak asasi manusia meliputi hak hidup, kemerdekaan, dan hak milik. Hak-
hak tersebut tercakup dalam hak politik. Untuk melindungi hak-hak politik
seseorang, dibutuhkan sebuah tatanan negara yang adil dan saling mengawasi.
Liberalisme menitik beratkan hak asasi yang melekat pada diri manusia
sejak lahir. Roussseau dalam bukunya du contract social menyatakan bahwa
manusia dilahirkan bebas. Hak dasar ini ditafsirkan tak ada pihak lain yang boleh
mengambilnya termasuk penguasa, kecuali ada persetujuan dengan pihak yang
bersangkutan. Terhadap kaum bangsawan, paham ini menuntut kemerdekaan
individu dalam bentuk kemerdekaan politik dan kemerdekaan ekonomi.
Liberalisme juga menuntut adanya kemerdekaan agama.
Bagaimana liberalisme dapat muncul? Sebenarnya liberalisme lahir dari
paham individualisme. Paham ini menempatkan kepentingan individu sebagai
pusat tujuan hidup manusia. Dengan kata lain, hanya manusia itu yang tahu
kebutuhannya. Di bidang politik, liberalisme menimbulkan tampilnya paham
demokrasi dan nasionalisme. Paham demokrasi menjelaskan bahwa masyarakat
terbentuk dari individu-individu. Setiap individu memiliki kewenangan untuk
menentukan segala-galanya bagi negara. Dengan demikian, negara merupakan
sarana untuk mencapai tujuan. Nasionalisme pun juga mengutamakan kemerdekaan
individu. Nasionalisme menjelaskan bahwa negara terdiri atas individu-individu.
Oleh karena itu, setiap negara harus merdeka, bebas dari penindasan negara lain
atau pihak manapun. Dengan kata lain, negara berhak menentukan nasibnya
sendiri.
Liberalisme beranggapan bahwa manusia yang bersangkutanlah yang paling
tahu kebutuhannya. Oleh karena itu, manusia harus mendapatkan kebebasan
sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing. Liberalisme mengakui
adanya produksi bebas, perdagangan bebas, dan hukum kodrat yang akan
menyelenggarakan keselarasan dunia.
Bagi liberalisme, kesejahtraan sosial merupakan tanggung jawab
masyarakat. Permasalahan yang ada diselesaikan melalui musyawarah dan
pengakuan persamaan manusia. Kaum liberalisme menjunjung tinggi hak asasi
manusia. Dengan begitu, hak asasi sangat dilindungi. Liberalisme juga
mengutamakan kemerdekaan jiwa setiap individu. Setiap warga negara memiliki
hak dasar dalam menentukan agama dan keyakinannya. Setiap individu memiliki
kesempatan menyampaikan pendapatnya. Hak dasar yang dimiliki dan melekat
pada manusia adalah hak hidup dan hak mempertahankan diri. Selanjutnya, hak
mempertahankan diri ini berkembang menjadi hak milik.
Bentuk pemerintahan demokrasi yang lahir dari liberalisme dianggap lebih
baik dibandingkan bentuk pemerintahan lainnya. Adapun alasannya sebagai
berikut.
Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh. Dalam hal
ini, termasuk di dalamnya kebebasan berbicara, beragama, dan
mengutarakan pendapat.
Masyarakat dianggap bahagia bila setiap individu atau sebagian besar
individu mencapai kebahagiaan.
Setiap orang tidak memiliki hak untuk menguasai orang lain. Bila ini
terjadi, dianggap sebagai hak yang buruk. Untuk itu,dibutuhkan campur
tangan pemerintah sebagai penengah mencegah pelanggaran terhadap
hak-hak pribadi.
Pemerintah berkedudukan untuk mengatur kehidupan masyarakat
secara terbatas.
Berdasarkan uraian tersebut, ciri-ciri liberalisme dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Bertujuan membebaskan individu untuk mengejar keuntungan pribadi.
2. Bersifat individualistis. Artinya, mengutamakan kepentingan masing-
masing individu.
3. Kewenangan pemerintah bersifat terbatas. Pemerintah tidak memiliki
kewenangan untuk mencampuri urusan individu.
4. Terjaminnya hak milik pribadi atas alat-alat produksi.
5. Dalam hal perekonomian, negara menciptakan persaingan bebas.
Kebebasan individu adalah inti ajaran liberalisme. Negara yang menganut
paham liberalisme memberi kebebasan mutlak kepada setiap individu, sehingga
cendrung terjadi fee fight liberalisme atau persaingan bebas dalam segala hal
kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Di sini juga akan terbentuk
masyarakat yang bersifat individualis atau mengutamakan kepentingan pribadi dan
kegiatan ekonominya cendrung kapitalis. Kapitalis artinya mengutamakan
perkembangan modal dan laba yang sebesar-besarnya.
Berikut ini ciri-ciri negara yang menganut ideologi liberalisme;
1) Sekulerisme, artinya negara sama sekali tidak mengatur kehidupan
beragama.
2) Masyarakatnya cendrung individual.
3) Kegiatan ekonominya cendrung kapitalis.
4) Kepemilikan alat produksi dan kegiatan ekonomi diserahkan pada
setiap individu.
c. Konservatisme
Konservatisme merupakan suatu paham yang mendukung nilai-nilai
tradisional. Istilah ini berasal dari kata dalam bahasa Latin conservare. Artinya
melestarikan, menjaga, memelihara, mengamalkan. Konservatif adalah suatu usaha
untuk melestarikan apa yang ada, agar terpelihara keadaan pada suatu saat tertentu
(status quo), dengan sedikit sekali perubahan di masa yang akan datang.
Beberapa ahli mendefinisikan konservatisme sebagai berikut.
1. Menurut Samuel Francis
Konservatisme adalah bertahannya dan penguatan orang-orang tertentu
dan ungkapan-ungkapan kebudayaannya yang dilembagakan.
2. Roger Scuton
Konservatisme adalah pelestarian ekologi sosial, atau politik
penundaan.
Bagaimana awal mula kemunculan konservatisme? Sebenarnya ideologi
konservatisme timbul sebagai reaksi atas keberadaan paham liberalisme.
Bagaimana pun juga, liberalisme telah berusaha meruntuhkan keberadaan
masyarakat feodal (kaum bagsawan, pemilik tanah) yang mapan. Untuk
mempertahankan diri, kaum feodal membuat ideologi tandingan.
Konservatisme memandang liberalisme sebagai paham yang terlalu
individualistis. Liberalisme memandang masyarakat terdiri atas individu atau
golongan individu. Hal ini bertolak belakang dengan cara pandang konservatisme,
yang menganggap masyarakat dan kelompok yang lain tidak sekedar penjumlahan
unsur-unsur kebahagian yang lebih besar daripada yang dapat diciptakan anggota
masyarakat secara individual. Konservatisme sangat menjunjung tinggi demokrasi.
Edmun Burke (1729-1797) adalah ahli filsafat, sekaligus seorang
konservatis (penganut paham konservatisme) dan politisi (ahli politik) dari Inggris.
Pada tahun 1775, Majelis Rendah (House of Commons) mengingatkan bahwa
Inggris Raya berhak memaksakan kehendaknya pada Amerika sebagai negara
jajahannya. Mengenai pernyataan ini, Edmund Burke bersimpati terhadap Revolusi
Amerika. Bahkan ia mendesak parlemen untuk mencabut semua undang-undang
yang telah diberlakukan sejak tahun 1763, yang ditentang penduduk Koloni di
Amerika. Ia juga menghimbau pada pertimbangan pikiran sehat untuk membuat
rakyat di Amerika bahagia.
Secara garis besar, konservatisme memiliki pandangan-pandangan sebagai
berikut.
1) Masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang tertata baik. 2) Agar dapat
tercipta masyarakat yang ideal, dibutuhkan sesuatu pemerintahan yang memiliki
kekusaan yang mengikat. Peraturan kekuasaan yang tepat akan menjamin
terwujudnya perlakuan yang sama terhadap setiap individu. 3) Penguasa harus
bertanggung jawab terhadap masyarakat, terutama dalam membantu pihak-pihak
yang lemah. Program jaminan sosial bagi yang berpenghasilan rendah, akan
membantu terciptanya kesejahtraan suatu negara.
d. Sosialisme
Sosialisme mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Pada tahun 1827, istilah
ini awalnya digunakan untuk menyebut pengikut Robert Owen (1771-1858) di
Inggris. Istilah ini juga mengacu pada pengikut Saint Simon (1760-1825) di
Prancis. Bersama Fourier (1772-1832) dari Prancis, Robert Owen dan Saint Simon
membuat rumusan sebuah pemikiran mengenai sosialisme.
Sosialisme lahir sebagai akibat perkembangan kapitalisme. Sosialisme
merupakan suatu paham yang menjadikan kebersamaan sebagai tujuan hidup
manusia dan mengutamakan segala aspek kehidupan bersama manusia. Untuk
kepentingan bersama, kepentingan bersama harus dikesampingkan. Negara harus
selalu campur tangan dalam segala kehidupan, demi tercapainya tujuan negara,
adapun tujuan negara adalah memberikan sebesar-besarnya dan merata bagi setiap
anggota masyarakat.
Kesengsaraan kaum buruh akibat penindasan kaum kapitalis menimbulkan
pemikiran para cendikiawan untuk mengusahakan perbaikan nasib. Adapun ciri
khas sosialisme sebagai berikut. a) Hak milik pribadi atas alat-alat produksi mesin
diakui secara terbatas. b) Mencapai kesejahtraan dengan cara damai dan
demokratis. c) Berusaha meningkatkan kesejahtraan rakyat dan perbaikan nasib
buruh dengan luwes secara bertahap. d) Negara diperlukan selama-lamanya.
Sejak abad ke-19, sosialisme berkembang ke banyak paham-paham yang
berbeda seperti anarkisme, komunisme, fasisme, leninisme, stalinisme, maupun
maoisme.
1. Anarkisme
Istilah Anarkisme berasal dari kata dasar anarki, dan isme yang berarti
paham, ajaran, atau ideologi. Kata anarki merupakan serapan dari kata anarchy
(bahasa Inggris) dan anarchie (bahasa Belanda, Jerman, Prancis). Dalam bahasa
Yunani, arcos/archia berarti pemerintah/kekuasaan. Bentukan a yang berarti
tidak/tanpa/nihil ditambah sisipan n jika diletakan pada kata archia menjadi kata
anarki, yang artinya tanpa pemerintahan. Jadi anarchos berarti tanpa pemerintahan
atau pengelolaan, koordinasi tanpa hubungan memerintah dan diperintah,
menguasai dan dikuasai, mengepalai dan dikepalai, mengendalikan dan
dikendalikan, dan sebagainya. Adapun anarkis merupakan orang yang
mempercayai dan menganut anarki. Secara keseluruhan, anarkisme berarti suatu
paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintah, dengan
kekuasannya merupkan lembaga-lembaga yang menumbuhs suburkan penindasan
terhadap kehidupan. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan perangkat-
perngkatnya harus dimusnahkan.
2. Komunisme
Komunisme merupakan sebuah ideologi dunia yang muncul sebagai reaksi
dari kapitalisme. Paham komunisme mendasarkan pada Marxisme dan Leninisme.
Dengan begitu, Komunisme adalah Marxisme Leninisme. Karl Marx, pencetus
Marxisme menganggap negara sebgaia susunan golongan masyarakat yang
dibentuk untuk menindas golongan lain. Pemilik modal menindas kaum buruh.
Menurut Karl Marx, kaum buruh perlu membuat revolusi (perubahan secara
mendadak) untuk merebut kekuasaan kapitalis dan borjuis (orang-orang kaya).
Dengan cara ini, kaum buruhu akan menjadi penguasa dan dapat mengatur negara.
Paham yang dicetuskan oleh Karl Marx ini berhubungan dengan aliran
materialisme. Aliran ini menonjolkan pengolongan, pertentangan antargolongan,
konflik kekerasan atau revolusi, serta perebutan kekuasaan negara. Ajaran Karl
Marx ini kemudian dipopulerkan oleh Frederick Engels dan dipadu dengan
pemikiran Lenin, menjadi landasan komunisme. Marx berpendapat bahwa mata
pencaharian manusia menentukan cara berpikirnya. Menurutnya, ekonomi
masyarakat ditandai adanya pertentangan antara kelas atas (kaum proletar) yang
hanya memiliki tenaga. Kaum kapitalis ingin meningkatkan keuntungan dengan
menekan biaya produksi. Adapun kaum proletar berusaha meningkatkan
pendapatnnya. Dalam usaha merebut dan mempertahankan kekuasannya,
komunisme melakukan tindakan-tindakan berikut. a) Menghalalkan segala cara
untuk mencapai tujuan. b) Menciptakan konflik untuk mengadu golongan-golongan
tertentu. c) Komunisme tidak mengakui adanya Tuhan (a-theisme), tetapi lebih
mengutamakan materi. d) Masyarakat komunis bercorak internasional. Artinya,
masyarakat yang dicita-citakan komunisme adalah masyarakat dunia, tanpa
nasionalisme. e) Komunisme bercita-cita menciptakan masyarakat tanpa kelas.
Pertentangan kelas, hak miliki pribadi, dan pembagian kerja dianggap akan
menjauhkan dari suasana hidup yang aman dan tenteram.
Adapun prinsip-prinsip komunisme yang memberikan pengaruh terhadap
kehidupan bermasyarakat dan negara sebagai berikut. a) Pemerintah dipimpin oleh
satu partai, yaitu Partai Komunis. Pemerintahan bersifat diktator proletariat. b)
Komunisme merupakan sistem pemerintahan tunggal. Usaha menicptakan
masyarakat yang hanya terdiri dari satu macam kelas dilakukan dengan
menghancurkan kaum borjuis (orang-orang kaya). Setiap individu merupakan alat
yang digunakan pemerintah untuk mencapai tujuan negara. Oleh karena itu, seluruh
penduduk wajib bekerja untuk negara. c) Hak milik pribadi dihilangkan, tidak ada
kebebasan demokrasi, dan menolak keadilan sosial. d) Pengelolaan ekonomi dalam
komunisme sebagai berikut. 1) Tidak ada kebebasan memilih pekerjaan. 2)
Perekonomian ditentukan dan dikuasai negara. 3) Bebas dari persaingan ekonomi
pasar. 4) Seluruh harta kekayaan menjadi milik negara.
Berikut ini ciri khas yang melekat pada ideologi komunisme. a) Hak milik
pribadi atas alat-alat produksi. b) Dalam mencapai kesejahteraan menghalalkan
segala cara, dengan tindakan revolusioner. c) Meningkatkan kesejahteraan rakyat
dengan cara diktator proletariat, terutama pada masa-masa peralihan (transisi). d)
Negara hanya diperlukan untuk sementara waktu saja, selama belum mencapai
kesejahteraan.
1. Fasisme negara
Istilah Fasisme berasal dari bahasa Italia, fascio dan bahasa Latin, kata
fascis. Artinya seikat tangkai-tangkai kayu, dengan kapak di tengahnya. Pada
zaman kekaisaran Romawi, ikatan kayu ini dipersembahkan di depan pejabat
tinggi. Dengan kata lain, fascis menjadi simbol kekuasaan pejabat pemerintah.
Fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengutamakan kekuasaan secara
menyeluruh, tanpa adanya demokrasi. Paham ini menomorsatukan bangsa sendiri
dan memandang rendah bangsa lain. Dapat pula dikatakan, fasisme merupakan
suatu sikap nasionalisme yang berlebihan. Fasisme akan dapat dicapai bila terdapat
pemimpin yang berkharisma, sebagai simbol kebesaran negara yang didukung
massa rakyat. Dukungan massa yang menggebu-gebu ini dapat muncul melalui
slogan, simbol dan indoktrinasi (pemaksaan untuk mengakui kebenaran ajaran
doktrin pemerintah) yang ditanamkan oleh pemimpin beserta pengikut-
pengikutnya. Fasisme muncul pertama kali di Italia, dalam wujud Benito
Mussolini. Pada abad ke-20, tepatnya setelah Perang Dunia I, keadaan Italia mulai
mengeruh. Pada saat itu banyak orang-orang Italia yang menjadi pengangguran.
Kondisi ini ditindaklanjuti raja dengan memilih Benito Mussolinisebagai perdana
menteri. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Mussolini dengan mengubah Republik
Italia menuju kediktatoran dengan memonopoli kekuasaan. Sementara itu, fasisme
juga muncul di Jerman setelah Perang Dunia I, sebagai negara yang kalah. Pada
mulanya muncul kelompok Partai National Socialist German Workers (Partai
Buruh Sosialis Nasional Jerman). Partai ini lebih terkenal dengan NAZI, berasal
dari sua suku kata pertama kata Nasional. Saat itu angka penganguran melonjak
naik di Jerman. Angota Partai NAZI yang pada tahun 1928 berjumlah 100.000
orang, dengan segera bertambah menjadi 1,4 juta orang pada tahun 1932. Kondisi
ini menjadikan pmerintahan berpaling pada Hitler. Ia pun ditunjuk menjadi kanselir
(perdana menteri) pada Januari 1933. Seperti halnya Mussolini, Hitler mengubah
palemen menjadi diktator. Namun demikian, terdapat perbedaan antara fasisme di
Italia dengan Nazisme. Jika di Italia fasisme hanya berkisar pada nasionalisme,
Nazisme bahkan menjalar rasialisme yang sangat kuat. Begitu kuatnya sikap
nasionalisme, hingga mereka memusnahkan bangsa-bangsa lain yang dianggap
lebih rendah.
Berdasarkan uraian di atas, ciri khas ideologi fasisme sebagai berikut :
a. Mengingkari derajat kemanusiaan
Bagi fasisme, keberadaan pria melebihi wanita, militer melebihi sipil, anggota
partai melebihi bukan anggota partai, bangsa satu melebihi bangsa yang lain,
dan yang kuat harus melebihi yang lemah. Dengan demikian, fasisme tidak
mengakui adanya persamaan kedudukan dan kemanusiaan, tapi lebih
mengutamakan kekuatan.
b. Ketidakpercayaan pada kemampuan nalar
Keyakinan yang berlebihan merupakan sesuatu yang sudah tentu benar
c. Pemerintahan oleh kelompok elit
Pemerintahan harus dipimpin oleh beberapa orang elit. Jika muncul
pertentangan pendapat, keinginan elit yang berlaku.
d. Perilaku bertumpu pada kekerasan dan kebohongan
Jika ada yang berusaha menentang kekuasaan negara, maka diangap musuh
yang harus dimusnahkan. Menurut ideologi ini, kebenaran terletak pada
perkataan yang berulang-ulang, bukan pada kebenaran yang sebenarnya.
e. Totaliterisme
Fasisme bersifat total untuk menyingkirkan kaum yang dianggap lebih rendah,
seperti wanita. Pengawasan yang ketat selalu dilakukan. Bila muncul pihak
penentang, maka totaliterisme diperlihatkan dengan cara kekerasan.
f. Rasialisme dan imperalisme
Fasisme menganggap ras mereka lebih unggul daripada ras lain. Oleh karena itu,
ras lain harus tunduk dan dikuasai. Akibatnya, kondisi ini menimbulkan
semangat imperalisme (menjajah).
g. Menentang hukum dan keterlibatan internasional
Fasisme memilih perang sebagai posisi tertinggi dalam peradaban manusia.
Selain Italia dan Jerman, fasisme juga pernah diterapkan di Jepang, Mesir,
Finlandia, Yunani, Austria, dan Bulgaria. Hal ini terjadi akibat kekecewaan
masyarakat terhadap lembaga demokrasi yang lemah. Pada tahun 1936, Spanyol
diwarnai fasisme di bawah pimpinan Jendral Fransisco Franco, dengan revolusi
militernya. Pada masa sekarang ini, fasisme cenderung tampil sebagai kekuatan
reaksioner di negara-negara maju, misalnya Kluk Kluk Klan di Amerika Serikat.
Mereka berusaha mempertahankan keberadaan kulit putih yang mereka anggap
ras paling tinggi.
2. Leninisme
Leninisme berasal dari kata Lenin. Vladimir Ilyic Ulyanov atau yang lebih
dikenal dengan nama Lenin adalah murid Karl Max. Ia adalah orang pertama yang
menerapkan ideologi Marx dalam kehidupan. Pada akhir abad ke-19, paham ini di
bawah Lenin dengan memainkan peran dan daya tarik pada kelompok kecil
intelektual di Rusia. Berkat usahanya, Lenin berhasil mendirikan Partai Buruh
Sosialis Demokrat Rusia pada tahun 1898 dalam kongres rahasia di Minsk. Pada
kongres kedua (tahun 1903), partai ini pecah menjadi dua, yaitu Mensheviks (fraksi
minoritas) dan Bolsheviks (partai mayoritas). Menheviks menginginkan
perpanjangan masa kehidupan kapitalisme di Rusia, sebelum sosialisme masuk.
Sebaliknya, Bolsheviks menginginkan Revolusi Sosialis harus dipercepat dengan
organisasi yang kuat, beranggotakan kaum revolusioner profesional. Pada 7
Oktober 1917, Lenin langsung memimpin revolusi kaum Bolsheviks dan berhasil
meruntuhkan Tsar (pemimpin Rusia). Menurut Lenin, Revolusi Oktober adalah
bagian dari revolusi dunia. Sejak saat itu, Rusia berubah menjadi Uni Soviet yang
komunis, sekaligus pusat komunisme internasional.
3. Trotskyisme
Trotskyisme berasal dari nama pendirinya, Leon Trotsky (1879-1940). Ia
memiliki ajaran mengenai revolusi abadi. Isinya berupa pernyataan bahwa revolusi
dapat berhasil dan mendukung keinginan sosialnya bila revolusi itu meluas hingga
di luar batas Rusia. Menurutnya, meluasnya revolusi sosialisme akan dapat
mengatasi kekuatan kapitalisme Eropa. Trotsky tidak mendukung kebijakan
ekonomi baru kapitalis semu. Kebijakan ini telah dilaksnakan oleh Stalin pada
tahun 1921 dan dicetuskan kembali pada tahun 1928 oleh Stalin. Menurut Trotsky,
kegagalan kebijakan ekonomi tersebut untuk mempersatukan petani dan
menganjurkan semangat borjuis di antara pengusaha kecil. Hal ini merupakan
cermin kemunduran dalam perkembangan sosialisme d Rusia. Selanjutnya, Trotsky
mencetuskan kembali teori produksi dan distribusi secara kebersamaan, yang
diprakarsai oleh negara.
4. Stalinisme
Stalinisme berasal dari nama Joseph Stalin (1979-1953). Ia adalah tokoh
sosialis Soviet yang menguasai negara pada tahun 1903-an. Menurut Stalin,
sosialisme harus berada di satu negara, yaitu Soviet. Bagi Stalin, Soviet harus
menjadi benteng sosialisme, yang merupakan model pembangunan sosialisme yang
akan menghilhami kaum sosialis di seluruh dunia. Tentu saja hal ini bertentangan
dengan ide Trotsky, yang menginginkan sosialisme meluas ke luar Rusia.
Selanjutnya, pada tahun 1928 Stalin membuat program produksi pertanian secara
kebersamaan dan program pembangunan lima tahun pertama di Uni Soviet sebagai
negara berkekuatan industri sekaligus militer. Akibatnya, jutaan petani menjadi
korban program pembangunan Stalin ini.
5. Maoisme
Maoisme berasal dari nama Maozedong. Ia adalah pemimpin Partai
Komunis Cina (PKC). Partai ini didirikan oleh para profesor dari Universitas
Peking pada tahun 1921. Maoisme merupakan ideologi komunis di Tiongkok.
Berbeda dengan komunisme di negara-negara lain, Maoisme lebih mementingkan
peran petani daripada buruh. Mengapa demikian? Karena kondisi di Tiongkok
menempatkan kaum buruh sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kapitalisme.
Maozedong membentuk tentara petani dan menjalankan hal-hal berikut:
a. Pendistribusian kembali tanah. Tujuannya untuk memberi keuntungan bagi para
petani miskin.
b. Membatasi eksploitasi petani oleh tuan tanah dan para lintah darat.
c. Melembagakan pajak dan program kesejahteraan.
d. Membangun pabrik-pabrik.
e. Memperkuat organisasi politik dan militer komunis.
6. Ideologi Komunisme
Komunisme bersumber dari ajaran Marxisme-Leninisme. Ajaran marxisme
yang berasal dari gagasan Karl Marx pada mulanya bergerak di bidang
perekonomian. Dalam ideologi komunisme tidak ada pengakuan atas hak-hak
peribadi atau hak individu. Segala kegiatan ekonomi, alat produksi, sosial budaya
sepenuhnya dikuasai oleh negara. Berikut ini ciri-ciri negara yang menganut
ideologi komunisme;
a) Penghapusan hak-hak individu.
b) Penguasaan atas alat-alat produksi, kegiatan ekonomi sepenuhnya dikuasai
negara (etatisme), dan tidak memberi kesempatan peran swasta.
c) Sistem pemerintahan cendrung otoriter.
d) Kekuasaan negara dikuasai oleh satu partai dominan, yaitu partai komunis.
7. Ideologi berdasarkan Agama
Negara yang menganut ideologi yang berdasrkan agama tertentu dinamakan
teokrasi atau negara agama. Negara agama adalah negara yang penyelenggaraan
pemerintahannya dan kenegaraannyaberdasarkan pada hukum agama tertentu.
Selain mengatur kehidupan sosial masyarakat, agama sekaligus mengatur
pemerintahannya. Contohnya, Saudi Arabia berdasarkan Islam dan Vatikan Roma
berdasarkan Katolik. Agama di jadikan landasan berfikir, bersikap dan bertindak,
tidak hanya dalam kehidupan pribadi dan masyarakat tetapi juga dalam
kehidupanberbangsa dan bernegara. Biasanya ideologi ini dapat berkembang dalam
negara yang homogen, artinya hanya ada satu agama yang dianut.
BAB V
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
D. Pengertian Filsafat
Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos”
dan “sophia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya
kearifan atau kebijakan. Jadi, arti filsafat secara harfiah adalah cinta yang sangat
mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Istilah filsafat sering dipergunakan
secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Dalam penggunaan secara populer, filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian
hidup (individu), dan dapat juga disebut pandangan hidup (masyarakat). Secara
populer misalnya kita sering mendengar: “saya tidak suka terhadap filsafat anda
tentang bisnis”, “Pancasila merupakan satu-satunya falsafah hidup bangsa
Indonesia”. Henderson (1959:16) mengemukakan: “Popularly philosophy means
one’s general view of life of men, of ideals, and of values, in the sense every one
has a philosophy of life”.
Di Jerman dibedakan antara filsafat dengan pandangan hidup
(weltanschaung). Filsafat diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang sangat
mendalam sampai ke akar-akarnya. Dalam pengertian lain, filsafat diartikan
sebagai interpretasi atau evaluasi terhadap apa yang penting atau apa yang berarti
dalam kehidupan. Di pihak lain ada yang beranggapan bahwa filsafat sebagai cara
berpikir yang kompleks, suatu pandangan yang tidak memiliki kegunaan praktis.
Ada pula yang beranggapan, bahwa para filosof telah bertanggung jawab terhadap
cita-cita dan kultur masyarakat tertentu. Seperti halnya Karl Marx dan Federick
Engels telah menciptakan komunise. Thomas Jefferson dan John Stuart Mill telah
mengembangkan suatu teori yang dianut dalam masyarakat demokratis. John
Dewey adalah peletak dasar kehidupan pragmatis di Amerika.
Prof. Dr. Achmad Tafsir dalam bukunya (2004), edisi revisi Filsafat Umum
Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, dalam Bab I, hal 1, dijelaskan bahwa
orang yang mula-mula menggunakan akal secara serius adalah orang Yunani
bernama Thales (kira-kira tahun 624-546 SM). Orang inilah yang digelari bapak
filsafat. Gelar itu diberikan kepadanya karena ia mengajukan pertanyaan yang
aneh, yaitu apakah sebenarnya bahan alam semesta ini? Ia sendiri menjawab air.
Setelah silih berganti filsuf yang sezamannya dan sesudahnya mengajukan
jawabannya.
Kemudian Dr. Peter Soedoyo B.Sc, dalam bukunya (2004), Pengantar
Sejarah dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam, mengemukakan dalam Bab I, hal
4,5. “Ilmu Pengetahuan Murni”, yakni yang berkembang atas dasar kegairahan
ingin tahu semata-mata, baru lahir dan berkembang dalam peradaban Yunani kuno
antara 600 tahun sebelum Masehi sampai sekitar tahun 100 sesudah Masehi.
Adalah bangsa Yunani yang meletakan dasar-dasar ilmu filsafat yang melandasi
peradaban umat manusia sampai sekarang. Thales bersama Anaximander dan
Anaximenes adalah filsuf pertama yang mula-mula membahas hakikat keberadaan
segala sesuatu dan asal-usul alam dalam kebendaan serta proses perubahan alam
kebendaan.
Filsafat lahir pertama kali di Yunani dan tokoh utama dalam filsafat adalah
seorang filsuf Yunani bernama Thales, selanjutnya diikuti silih berganti oleh tokoh-
tokoh lain yang sering kita kenal, seperti Plato, Aristotele, Socrates, Cicero dan
dilanjutkan oleh Descartes, dan Immanuel Kant.
Selanjutnya, berbicara tentang filsafat, apabila kita mendengar kata filsafat,
kita akan membayangkan mengenai hal-hal yang abstrak, yang tidak konkret? tidak
nyata, dan hanya berupa bayang-bayang atau lamunan. Seseorang yang berfilsafat
diilustrasikan sebagai orang yang berbijak di bumi dan menengadah kearah
bintang-bintang di langit. Artinya, ia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam
kemestaan alam (Riswandi,1993: 15) sehingga bisa dinyatakan bahwa ruang
lingkup filsafat hanyalah meliputi hal-hal yang tidak riil, yang seolah-olah
seseorang yang berfilsafat digambarkan sebagai seseorang yang dalam
kehidupannya hanya melamun sepanjang hari. Padahal, yang sebenarnya tidaklah
demikian, mengingat filsafat juga mempermasalahkan hal-hal yang tampak atau
yang praktis, termasuk hal-hal yang konkret karena filsafat berhubungan dengan
kehidupan manusia dalam kegiatan sehari-hari, misalnya hubungan dengan sesama
manusia, dengan masyarakat luas, dengan Negara dan berkaitan pula dengan
masalah-masalah bidang kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, dan
pendidikan.
Selain itu, juga termasuk perilaku baik dan buruk, jahat dan tidak jahat
(diatur dalam etika), masalah benar dan tidak benar (diatur dalam logika), soal
indah dan tidak indah (diatur dalam estetika).
Setiap manusia memiliki sifat keterbatasan serta kesadaran dalam hal
berfilsafat dan akan dilakukan apabila dirinya merasa kecil dan terbatas bila
dibandingkan dengan alam sekitarnya, ataupun pada saat seseorang merasa takut
mengalami tantangan akan kegagalan ataupun penderitaan. Di situlah manusia
mulai berfikir bahwa di luar dirinya yang serba terbatas pasti ada sesuatu yang
tidak terbatas.
Mengingat filsafat adalah suatu hasil budaya manusia yang secara kodrati
dibekali oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan kemampuan berupa akal, rasa, dan
karsa sehingga filsafat adalah hasil dari kebulatan akal, rasa, dan karsa menjadi
kebudayaan yang sifatnya non material. Manusia dengan masyarakat dan budaya
juga mempunyai hubungan yang erat dengan alam sekitarnya termasuk
lingkungannya, dan filsafat pun sebagai hasil budaya manusia tidak terlepas dari
alam sekitarnya. Oleh karena itu jenis filsafat tertentu pasti memiliki cirinya sendiri
karena pengaruh lingkungan, misalnya filsafat Yunani, filsafat India, filsafat China,
dan filsafat Indonesia.
Selain itu, filsafat juga tidak terlepas dari rasa heran atau ragu dan kagum,
disamping keterbatasan dan kesadaran yang dimiliki setiap manusia maka banyak
permasalahan yang bisa direnungi serta di gambarkan manusia melalui pemahaman
kesemestaan ataupun duniawi. Adapun cara yang bisa tempuh dalam memperoleh
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan akibat keheranan dan kekaguman adalah
melakukan pemikiran kefilsafatan secara berlanjut, khususnya terhadap hakikat
atas eksistensi segala sesuatu, yang antara lain
a. Apakah sebenarnya hakikat dari alam semesta ini,
b. Dari manakah dan bagaimanakah terjadinya (wujud) alam semesta,
c. Apakah yang sesungguhnya makna hakikat manusia itu,
d. Mengapa ada kelahiran dan dari mana sebelum manusia lahir,
e. Mengapa ada kematian dan bagaimana manusia itu sesudah mati,
f. Apakah sebenarnya yang menjadi tujuan dari kehidupan manusia itu,
g. Apakah makna kebenaran dan kebajikan itu sendiri, dan
h. Apakah yang menjadi sumber kebenaran alam semesta ini dan apakah
makna Tuhan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta
mengartikan kata filsafat sebagai pengetahuan dan pendidikan dengan akal budi
mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum, dan sebagainya dari segala sesuatu yang
ada di alam semesta ataupun mengenai kebenaran dari arti dan arti adanya sesuatu
Filsafat dapat dipelajari secara akademis, diartikan sebagai suatu pandangan
kritis yang sangat mendalam sampai ke akar-akarnya (radix) mengenai segala
sesuatu yang ada (wujud). “Philosophy means the attempt to conceive and present
inclusive and systematic view of universe and man’s in it”. (Henderson, 1959:16).
Demikian Henderson mengatakan. Filsafat mengajukan suatu konsep tentang alam
semesta secara sistematis dan inklusif dimana manusia berada di dalamnya. Oleh
karena itu, filosof lebih sering menggunkan intelegensi yang tinggi dibandingkan
dengan ahli sains dalam memecahkan masalah-masalah hidupnya.
Filsafat dapat diartikan juga sebagai “Berpikir reflektif dan kritis” (reflektif
and critical thinking). Namun. Randall dan Buchler (1942) memberikan kritik
terhadap pengertian tersebut, dengan mengemukakan bahwa definisi tersebut tidak
memuaskan karena beberapa alasan, yaitu: 1) tidak menunjukan karakteristik yang
berbeda antara berpikir filosofi dengan fungsi-fungsi kebudayaan dan sejarah, 2)
para ilmuan juga berpikir reflektif dan kritis, padahal antara sains dan filsafat
berbeda, 3) ahli hukum, ahli ekonomi, juga ibu rumah tangga sewaktu-waktu
berpikir reflektif dan kritis, padahal mereka bukan filosof atau ilmuan.
Dalam Al-Quran dan budaya Arab terdapat istilah “hikmat” yang berarti
arif atau bijak. Filsafat itu sendiri bukan hikmat, melainkan cinta yang sangat
mendalam terhadap hikmat. Dengan pengertian tersebut, maka filosof ialah orang
yang mencintai dan mencari hikmat dan berusaha mendapatkannya. Menurut Al-
Syaibany (1979), hikmat mengandung kematangan pandangan dan pikiran yang
jauh, pemahaman dan pengamatan yang tidak dapat dicapai oleh pengetahuan saja.
Dengan hikmat, filosof akan mengetahui pelaksanaan pengetahuan dan dapat
melaksanakannya.
Selanjutnya Al-Syaibany mengemukakan bahwa hikmat yang dicintai oleh
filosof dan selalu berusaha mencapainya mengandung lima unsur, yaitu universal,
pandangan yang luas, cerdik, pandangan perenungan (mediatif, spekulatif), dan
mengetahui pelaksanaan pengetahuan tersebut atau pengetahuan yang disertai
dengan tindakan yang baik. Jadi, filosof atau orang arif memiliki pandangan yang
serba mungkin sebatas kemampuannya. Oleh sebab itu, ia memperhitungkan segala
pandangan yang mungkin. Ia tidak akan puas dengan satu aspek atau satu
pengalaman saja. Filosof akan memperhatikan semua aspek pengalaman manusia.
Ia memiliki keistimewaan. Pandangannya luas sehingga memungkinkan ia melihat
segala sesuatu secara menyeluruh, memperhitungkan tujuan yang seharusnya. Ia
akan melampaui batas-batas yang sempit dari perhatian yang khusus dan
kepentingan individual.
Harold Titus (1959) mengemukakan pengertian filsafat dalam arti sempit
maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit filsafat diartikan sebagai sains yang
berkaitan dengan metodologi atau analisis bahasa secara logis dan analisis makna-
makna. Filsafat diartikan sebagai “science of science”, dimana tugas utamanya
memberi analisis secara kritis terhadap asumsi-asumsi dan konsep-konsep sains,
mengadakan sistematisasi atau pengorganisasian pengetahuan. Dalam pengertian
yang lebih luas, filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang
berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam
semesta, hidup, dan makna hidup.
Pada bagian lain Harold Titus mengemukakan makna filsafat, yaitu:
(1) Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta;
(2) Filsafat adalah suatu metode berpikir reflektif, dan penelitian penalaran;
(3) Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah;
(4) Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berpikir.
Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia dan memiliki peran yang
penting dalam menentukan dan menemukan eksistensinya. Dalam kegiatan ini
manusia akan berusaha untuk mencapai kearifan dan kebajikan. Kearifan
merupakan buah yang dihasilkan filsafat dari usaha mencapai hubungan-hubungan
antara berbagai pengetahuan, dan menentukan implikasinya baik yang tersurat
maupun yang tersirat dalam kehidupan.
Berfilsafat berarti berpikir, tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan
berfilsafat. Berpikir yang dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut
mengandung tiga ciri, yaitu radikal, sistematis, dan universal.
Seperti di jelaskan oleh Sidi Gazalba (1973:43):
“Berpikir radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-
tanggung, sampai pada konsekuensi yang terakhir. Berpikir itu tidak
separuh-separuh, tidak berhenti di jalan, tetapi terus sampai ke ujungnya.
Berpikir sistematis ialah berpikir logis yang bergerak selangkah demi
selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggung
jawab dan saling hubungan yang teratur. Berpikir universal tidak berpikir
khusus, yang hanya terbatas kepada bagian-bagian tertentu, melainkan
mencakup keseluruhan”.
Berfilsafat adalah berpikir dengan sadar, yang mengandung pengertian
secara teliti dan teratur, sesuai dengan aturan dan hukum-hukum berpikir yang
berlaku. Berpikir filosofi harus dapat menyerap secara keseluruhan apa yang ada
pada alam semesta, tidak sepotong-sepotong.
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa berfilsafat merupakan
kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan.
Filsafat berusaha merenungkan dan membuat garis besar dari masalah-masalah dan
peristiwa-peristiwa yang pelik dari pengalaman umat manusia. Dengan kata lain
filsafat sampai kepada merangkum (sinopsis) tentang pokok-pokok yang di
telaahnya.
E. Filsafat Pancasila
1. Asal mula Pancasila
Mengenai asal mula pancasila, Prof. Dr. Drs. Notonagoro, S.H dalam
bukunya Pancasila Secara Ilmiah Populer (1975) menyebutkan adanya beberapa
macam asal mula atau sebab-musabab Pancasila dapat dipakai sebagai falsafah
negara, yakni causa materialis, causa formalis, sebagai sambungan dari causa
formalis dan causa finalis, causa efisien atau asal mula.
1. Causa Materialis
Causa materialis, artinya asal mula bahan, yaitu bangsa Indonesia sebagai
bahan terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan, dan dalam agama-
agamanya.
2. Causa Formalis
Causa formalis, artinya asal mula atau bentuk bangunan dan causa finalis
atau asal mula tujuan, yaitu Bung Karno dan Bung Hatta sebagai pembentuk
Negara, BPUPKI adalah asal mula bentuk atau bangunan dan asal mula
tujuan pancasila sebagai calon dasar filsafat Negara.
3. Sebagai sambungan dari Causa Formalis dan Causa Finalis
Sebagai sambungan dari causa fomalis dan causa finalis adalah, sembilan
orang anggota BPUPKI termasuk Bung Karno dan Bung Hatta, sebagai asal
mula sambungan dalam asal mula bentuk maupun asal mula tujuan
pancasila sebagai calon dasar filsafat Negara. Dengan cara menyusun
rencana pembukaan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat pancasila dan
juga BPUPKI menerima rencana tersebut dengan perubahan.
4. Causa Efisien atau Asal Mula Karya
Causa efisien atau asal mula karya adalah panitia persiapan kemerdekaan
Indonesia atau PPKI yang menjadikan pancasila sebagai dasar filsafat
Negara (sebelum di terapkan PPKI, istilahnya masih calon dasar filsafat
Negara).
Selanjutnya, di jelaskan bahwa berdasarkan teori causa meteiralis dapat di
gambarkan pada kenyataan, yaitu kondisi sebelum di proklamirkannya Negara,
perumusan menjadikan dasar kerohanian atau dasar filsafat Negara R.I. pada masa
perjuangan kemerdekaan dengan dimulainya sidang-sidang Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), melalui penyampaian konsep
dasar Negara oleh para tokoh-tokoh diantaranya Mr.Muh. Yamin, Prof. Soepomo,
dan Ir. Soekarno pada taggal, 29 Mei, 31 Mei, dan 1 Juni1945.
Berdasarkan teori causa formalis dan causa finalis, dapat digambarkan
sebagai kondisi yang ada pada saat perumusan rancangan mukadimah hukum dasar
merupakan hasil perumusan tanggal, 22 Juni 1945 dan kemudian bisa diterima oleh
anggota BPUPKI pada tanggal, 10 Juli 1945, saat sidang terakhir.
Untuk memenuhi teori efisiensi, dapat ditunjukan melalui kondisi sesudah
masa proklamasi kemerdekaan R.I. yaitu kegiatan lembaga BPUPKI telah beralih
ke lembaga Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan tugas yang
berbeda, yaitu meletakan Dasar Negara , Pembukaan Undang-Undang Dasar, dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
2. Landasan Filsafat Pancasila
Landasan Filsafat Pancasila, antara lain landasan filosofis, landasan
kultural, landasan historis, dan landasan yuridis.
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis adalah filsafat pancasila sebagai bagian dari pendidikan
nasional maka filsafat pancasila di landasi Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Pancasila sebagai dasar kerohanian dan dasar Negara tercantum
dalam paragraph ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, melandasi
jalannya pemerintahan Negara, melandasi hukumnya, dan melandasi setiap
kegiatan operasional dalam Negara termasuk pendidikan nasional di
dalamnya, serta filsafat pancasila dan segenap pendidikan matakuliah yang
lainnya.
2. Landasan kultural
Landasan kultural adalah landasan yang di gali dari nilai-nilai luhur budaya
bangsa yang sudah ada semenjak berabad-abad lamanya di Indonesia. Sama
tuanya dengan peradapan yang ada pada manusia Indonesia. Semenjak
zaman Indonesia masih bernama bumi nusantara, perumusan nilai-nilai
pancasila diambil dari nilai kehidupan nenek moyang yang telah menyatu
dalam pandangan hidup atau kepribadian bangsa serta di pelihara secara baik
sebagai milik bangsa yang sangat berharga, seperti nilai-nilai kemanusiaan,
kegotong-royongan, nilai persatuan-kesatuan, dan toleransi tinggi dalam
perbedaan pendapat maupun pergaulan dalam hidup bermasyarakat sampai
kepada nilai-nilai religius dan keagamaan. Dengan demikian, faktor nilai
budaya bangsa sangat menentukan lahirnya nilai-nilai kerohanian pancasila
karena telah dijiwai karakter bangsa yang secara keseluruhan memiliki nilai
kepribadian serta menjadi kesepakatan bersama seluruh bangsa.
3. Landasan Historis
Landasan historis adalah landasan sejarah, terutama dalam rangka perjungan
bangsa dalam membebaskan diri dari segenap penderitaan selama berabad-
abad dalam penjajahan. Sejak jatuhnya kerajaan majapahit, bangsa Indonesia
hidup dalam tekanan, penindasan, kemiskinan, dan kebodohan dalam
segenap bidang kehidupan baik ekonomi, politik, sosial budaya, dan
kehidupan mental masyarakat. Dengan berjalannya waktu, masih dalam
kondisi kehidupan yang serba sulit, melalui berbagai cara yang di tempuh
dan di lakukan oleh para tokoh perjuangan bangsa bersama seluruh rakyat
berusaha terus untuk bisa bangkit melepaskan diri dari cengkraman penjajah.
Selain itu, berjuang menegakkan kehidupan yang bebas dalam Negara yang
merdeka, bersatu, dan berdaulat dengan mendasarkan kepada suatu landasan
kerohanian yang akan disusun dengan diilhami oleh fakta sejarah perjuangan
bangsa yang dialami bangsa selama ini, dengan tetap berpegang pada
kepribadian dan karakter bangsa secara keseluruhan.
4. Landasan Yuridis Filsafat Pancasila
a. Pasal 31, ayaat 1, UUD 1945, “setiap warga Negara berhak mendapatkan
pendidikan”.
b. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003, tentang “sistem pendidikan
nasional” (Negara RI).
c. Keputusan DIRJEN DIKTI DEPDIKNAS no. 43/DIKTI/KEP/2006,
tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok matakuliah pengembangan
kepribadian di perguruan tinggi.
3. Tujuan Filsafat Pancasila
Sebagai bagian dari pendidikan nasional, Filsafat Pancasila mempunyai
tujuan mempersiapkan mahasiswa calon sarjana yang berkualitas, berpendidikan
tinggi, dan bermartabat agar
1. Menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Sehat jasamani dan rohani, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur;
3. Memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan bertanggungjawab sesuai
hati nurani;
4. Mampu mengikuti perkembangan IPTEK dan seni;
5. Mampu ikut mewujudkan kehidupan yang cerdas dan berkesejahteraan bagi
bangsanya.
4. Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1968
Lahirnya instruksi Presiden RI nomor 12, tahun 1968, telah menguatkan
keberadaan Pancasila yang isinya menyebutkan bahwa Pancasila yang resmi adalah
Pancasila yang tata urutan atau rumusan sila-silanya ada pada alinea ke-4
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Adapun yang dimaksud Pancasila adalah
a. Ketuhanan Yang Maha Esa;
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
c. Persatuan Indonesia;
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan;
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selain itu, tujuan inpres diatas adalah untuk mendapatkan keseragaman
dalam penulisan dan pengucapan pancasila yang resmi dipergunakan. Mengingat
bahwa Indonesia dalam perkembangan kehidupan bernegara telah dipergunakan
tiga macam Undang-Undang dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, konstitusi
R.I.S.1949, dan Undang-Undang Dasar sementara 1950. Ke-tiganya pada setiap
pembukaan atau mukadimah selalu terdapat pancasila. Maka, agar tidak terjadi
kesalahan dalam penggunaan pancasila yang resmi hendaknya perlu diterbitkan
instruksi Presiden.
5. Tinjauan Pancasila dari Berbagai Segi
Tinjauan pancasila dari berbagai segi, yaitu etimologis, historis, istilah
resmi, dan yuridis.
1. Etimologis
Berdasarkan asal kata (etimologis), istilah pancasila (pancasyila) berasal
dari bahasa sansekerta (india) yang mengandung dua macam arti, seperti berikut.
Pancasyila: Panca artinya lima, sedangkan Syila dengan huruf I yang
dibaca pendek, artinya dasar, batu sendi atau alas sehingga pancasyila memiliki arti
lima dasar. Pancasyila: panca artinya lima, sedangkan syiila dengan huruf ii yang
dibaca panjang, artinya peraturan tingkah laku yang penting sehingga pancasyiila
memiliki arti lima aturan tingkah laku yang penting.
2. Historis
Berdasarkan catatan sejarah tentang Buddha, sehubungan dengan pancasila
telah di kenal istilah sila, artinya moralitas dan berkembangan pada masyarakat
yang memeluk agama Buddha. Sila mengandung maksud melindungi orang lain
dari penderitaan. (Ashin Janakabhivamsa, 2005: 179-183).
Dijelaskan lebih lanjut bahwa sila juga bermakna menjalankan lima sila,
melalui fungsi sila-sila, yakni menghindari membunuh (panditipata-virati),
menghindari mencuri (adinnadana-virati), menghindari perbuatan asusila (kasemu-
micchacara virati), menghindari berkata bohong (musavada-virati), dan
menghindari minum yang memabukan (sarapana-virati).
a. Menghindari Membunuh (Panditipata-Virati)
Fungsi sila ini untuk melindungi makhluk lain dari penderitaan. Oleh karena
itu, tidak boleh melakukan pelanggaran terhadap sila tersebut. Sila pertama
dari lima sila untuk menghindari terjadinya pembunuhan semua makhluk
hidup. Jika terjadi pelanggaran terhadap sila ini akan berakibat terjadinya
pembantaian yang akan menuju peperangan dan pertumpahan darah. Dengan
demikian, merupakan malapetaka terhadap segenap makhluk diatas bumi ini.
b. Menghindari Mencuri (Adinnadana-Virati)
Menaati sila kedua, berarti membebaskan semua manusia dari penderitaan
dan kejahatan, untuk selanjutnya mencapai kedamaian fisik dan mental; lahir
dan batin, sedangkan bila terjadi pelanggaran terhadap sila ini maka hal itu
akan mengakibatkan kegelisahaan yang amat sangat karena pencurian dan
perampokan akan menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan dari
korbannya, baik dari lingkungan kecil (keluarga) maupun dalam lingkungan
besar, seperti Negara yang dijajah dan dikuasi oleh musuh.
c. Menghindari Berbuat Asusila (Kamesu-Micchacara-Virati)
Menaati sila ketiga, berarti menghindari perbuatan asusila dan
menghindarkan kesakitan serta penderitaan orang lain. Oleh karena itu,
penghindaran diri dari perbuatan (tindakan) seksual yang tidak sah akan
membawa kedamaian dan ketenangan bagi semua makhluk yang hidup di
dunia karena manusia secara keduniawian akan selalu mengikuti dan
menyukai nafsu badaniah, kenikmatan, serta kesenangan badaniah.
d. Menghindari Berkata Bohong (Musavada-Virati)
Sila keempat berfungsi untuk menghindari hal buruk atau penderitaan akibat
kebohongan dari ucapan, banyak terjadi orang melakukan kebohongan atas
hal-hal sepele sampai hal yang penting, dari urusan perseorangan sampai
pada urusan negara, termasuk kebenaran mutlak dalam ajaran agama yang
sesat sehingga menaati sila ini,
artinya menghindarkan kesesatan maupun malapetaka akibat kata-kata yang
tidak benar atau kebohongan.
e. Menghindari Minuman Yang Memabukkan (Surapana-Virati)
Menaati ketentuan sila kelima dan menghindari zat yang memabukkan akan
membebaskan dunia dari kesengsaraan dan keresahan. Oleh karena itu, lebih
baik menghindar dan menjauhkan diri dari berbagai macam minuman keras
atau yang dapat memabukkan agar tidak terjadi kemaksiatan yang
menyebabkan kecenderungan terjadi kerusuhan yang kadang-kadang tak
terkendali. Dengan demikian, orang yang dapat melepaskan diri dari
kebiasaan yang tidak baik tersebut (mengkonsumsi, minuman-minuman
beralkohol, dan lain-lain) akaan terhindar malapetaka serta kesengsaraan
duniawi.
Apabila saling menyadari dan benar-benar bisa menjalankan kelima aturan
moral atau kelima sila diatas, manusia dapat menyelamatkan dunia dari
kesengsaraan dan keresahan. Itula ajaran tentang sila yang bermakna moralitas,
yang sangat ditaati oleh mereka yang benar-benar melaksanakan ajaran Buddha.
Pengertian Pancasila, dalam hubungan ini selanjutnya juga telah memasuki
perkembangan dalam kesusasteraan masa kejayaan majapahit, di antaranya
terdapat dalam buku Negara Kertagama, karangan Mpu Prapanca pada tahun 1365,
yang mempunyai makna pelaksanaan kesusilaan ada lima ketentuan, dilarang
(dihindari), yaitu:
a. Tidak boleh melakukan kekerasan;
b. Tidak boleh mencuri;
c. Tidak boleh berjiwa dengki, (tidak boleh iri, atau bersikap tidak baik
terhadap orang lain);
d. Tidak boleh berbohong;
e. Tidak boleh mabuk-mabukan.
Semua pengertian yang disebutkan di atas, belum ada penjelasannya dan
memiliki makna yang hampir sama, seperti yang disebutkan sebelumnya. Setelah
kerajaan majapahit jatuh, kemudian dikenal dalam masyarakat jawa khususnya,
istilah Mo Lima atau M berjumlah lima, yaitu lima M (ketentuan berjumlah 5 M)
harus dihindari dari kehidupan masyarakat, supaya menjadi baik, tertib, dan teratur:
ora keno mateni, maling, madon, madat, lan main (dilarang membunuh, mencuri,
main perempuan, menghisap candu/morfin: sekarang narkoba, dan berjudi).
3. Istilah resmi
Resmi adalah istilah “Pancasila” bagi “Lima Dasar” yang diusulkan oleh
Ir. Soekarno pada sidang pertama BPUPKI hari terakhir tanggal 1 Juni 1945.
4. Yuridis
Segi yuridis (hukum) adalah pengertian pancasila dalam sila-sila atau lima
sila dari pancasila yang tata urutan/rumusanya tercantum pada alinea ke-4
pembukaan UUD 1945.
Pancasila sebagi filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang
dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila
dapat didefinisikan secara ringkas sebagai “refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan
untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh”.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan
jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father kita, yang dituangkan
dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani). Filsafat Pancasila memberi pengetahuan
dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila (Notonagoro).
F. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Sebagai suatu sistem, pancasila merupakan kesatuan dari bagian-bagian.
Dalam hal ini, tiap-tiap dari sila pancasila antara satu dengan yang lainnya saling
berkaitan, berhubungan, dan saling melengkapi. Pancasila, pada hakikatnya
merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh serta tidak terpisahkan diantara sila-
silanya. Namun, sila pertama, ketuhanan Yang Maha Esa memiliki kedudukan
yang tinggi dan luas dibandingkan dengan keempat sila yang lain. Jadi, dari lima
sila yang ada, satu sila yang mempunyai posisi istimewa, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa. Karena, sila ini terletak di luar ciptakan akal manusia (Hazarin 1983:
15)
Secara berurutan, pancasila berada pada bentuk pyramid dengan tatanan
yang hierarchis. Dalam susunan hierarchis dan piramid itu, Ketuhanan Yang Maha
Esa menjadi basis dari kemanusiaan ( Prikemanusiaan), persatuan Indonesia
(Kebangsaan), Kerakyatan, dan Keadilan Sosial. Sebaliknya, Ketuhanan Yang
Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan, berpersatuan (berkebangsaan),
berkerakyatan, dan berkeadilan sosial. Dengan demikian, tiap-tiap sila di dalamnya
mengandung sila dari lain-lainya (Notonagoro 1959: 60).
Mengingat sila pertama menjadi basis dari pada sila yang lain, sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki tingkat tertinggi (terluas) dalam susunan
hierarchis piramid dan meliputi, melandasi, serta menjiwa sila-sila lain yang
kedudukannya dalam hierarchis lebih rendah (sempit). Dengan demikian, sila
kedua juga melandasi dan menjiwai sila ketiga, keempat, dan kelima. Sila keempat
melandasi dan menjiwai sila kelima. Sebaliknya, sila kedua diliputi, dilandasi, dan
dijiwai sila pertama. Sila ketiga diliputi, dilandasi, dan dijiwai sila pertama dan
kedua. Sila keempat diliputi, dilandasi, dan dijiwai sila pertama, kedua, dan ketiga.
Sila kelima diliputi, dilandasi, dan dijiwai oleh sila pertama, kedua, ketiga, dan
keempat. Jelas bahwa kelima sila (kecuali sila pertama) adalah selain meliputi,
melandasi, dan menjiwai juga saling diliputi, dilandasi, dan dijiwai antara sila satu
dengan yang lain, hanya sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang meliputi, melandasi,
dan menjiwai tanpa diliputi, dilandasi, dan dijiwai sila yang lain dari pancasila.
Dalam susunan kesatuan hierarchis berbentuk piramid ini, sila Ketuhanan
Yang Maha Esa adalah yang apaling luas. Oleh karena itu, merupakan basis (dasar)
dari keempat sila lainya (Kaelan 1999: 69).
Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam sistem ini,
merupakan tujuan (menuju Pembukaan UUD 1945) yang hendak dicapai oleh
keempat sila yang lain dari pancasila, yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijakan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Sebagai
sistem, pancasila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Merupakan kesatuan dari bagian-bagian. Bagian-bagian dimaksud adalah
sila-sila pancasila yang menyatu secara bulat dan utuh.
b. Bagia-bagian tersebut memiliki fungsinya masing-masing. Sila pertama,
memiliki fungsi keimanan dan ketaqwaan. Sila kedua, berfungsi dalam
tugas-tugas kemanusiaan. Sila ketiga, berfungsi penegakkan persatuan dan
kesatuan. Fungsi sila keempat adalah mempertemukan kebersamaan dalam
perbedaan. Fungsi sila kelima adalah kesejahteraan dan berkeadilan.
c. Saling berhubungan dan ketergantungan. Sila yang satu dan yang lain saling
meliputi, melandasi, dan saling menjiwai, serta saling diliputi, dilandasi, dan
dijiwai, kecuali sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa hanya meliputi,
melandasi, dan menjiwai, tanpa diliputi, dilandasi (dijiwai) oleh sila-sila
pancasila lainya.
d. Keseluruhan, dimaksudkan untuk pencapaian tujuan tertentu, yang
merupakan tujuan sistem, yaitu suatu kehidupan sejahtera yang berkeadilan,
meliputi sila keadialn sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
e. Terjadi dalam lingkungan yang kompleks, yaitu dalam suatu kesatuan yang
tidak terpisahkan dalam satu wadah pancasila.
BAB VI
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
Nilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan. Dalam
hubungannya dengan Pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman
yang saling melengkapi sebagai sistem etika. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang menjadi sumber dari segala
penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma kenegaran
lainnya. Di samping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis,
mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran
filsafat adalah suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar yang memberikan landasan
bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau
kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa dan negara maka diwujudkan dalam
norma-norma yang kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu meliputi :
1. Norma Moral
Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik
maupun buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila.
2. Norma Hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat
dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam pengertian
itulah Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu
pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan
suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.
PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana
manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika
merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita
bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok
etika itu adalah sebagai berikut :
1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap
tindakan manusia.
2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika
individual) maupun mahluk sosial (etika sosial)
c. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan pelaksanaan
secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental. Oleh karena itu, nilai
praksis dijiwai kedua nilai tersebut diatas dan tidak bertentangan dengannya.
Undang-undang organik adalah wujud dari nilai praksis, dengan kata lain, semua
perundang-undangan yang berada di bawah UUD sampai kepada peraturan
pelaksana yang dibuat oleh pemerintah.
3) Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu artinya tidak terpecah-pecah. Persatuan
mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam
menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup
persatuan dalam arti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan.
Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami seluruh wilayah
Indonesia. Yang bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan
yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Persatuan Indonesia
merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia dan bertujuan
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan
perdamaian dunia yang abadi.
Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang
dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yang adil dan beradab.
Oleh karena itu, paham kebangsaan Indonesia tidak sempit (chauvinistis), tetapi
menghargai bangsa lain. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku
bangsa serta keturunan. Hal ini sesuai dengan alinea keempat Pembukaan UUD
1945 yang berbunyi, ” Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia...”. Selanjutnya dapat dilihat penjabarannya dalam
Batang Tubuh UUD 1945.
Kompetensi Dasar:
Bersikap inklusif, toleran dan gotong royong dalam keragaman agama dan budaya;
bertanggung jawab atas keputusan yang diambil berdasar pada prinsip musyawarah
dan mufakat; merumuskan pancasila sebagai karakter keilmuan Indonesia;
merumuskan konsep karakter keilmuan berdasar pancasila; menciptakan model
pemimpin, warga negara dan ilmuwan yang pancasilais.
A. Pancasila sebagai Dasar Nila Pengembangan Ilmu
1. Konsep Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Pengertian pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat
mengacu pada beberapa jenis pemahaman. Pertama, bahwa setiap ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dikembangkan di Indonesia haruslah tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Kedua, bahwa
setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai- nilai
pancasila sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri. Ketiga, bahwa
nilai-nilai pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek di
Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara berpikir
dan cara bertindak bangsa Indonesia. Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek
harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri atau yang lebih
dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu (mempribumian ilmu).
Keempat pengertian pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu
sebagaimana dikemukakan di atas mengandung konsekuensi yang berbeda-beda.
Pengertian pertama bahwa iptek tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila mengandung asumsi bahwa iptek itu sendiri
berkembang secara otonom, kemudian dalam perjalanannya dilakukan adaptasi
dengan nilai-nilai pancasila.
Pengertian kedua bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus
menyertakan nilai-nilai pancasila sebagai faktor internal mengandaikan bahwa
sejak awal pengembangan iptek sudah harus melibatkan nilai-nilai pancasila.
Namun, keterlibatan nilai-nilai pancasila ada dalam posisi tarik ulur, artinya
ilmuwan dapat mempertimbangkan sebatas yang mereka anggap layak untuk
dilibatkan.
Pengertian ketiga bahwa nilai-nilai pancasila berperan sebagai rambu
normatif bagi pengembangan iptek mengasumsikan bahwa ada aturan main yang
harus disepakati oleh para ilmuwan sebelum ilmu itu dikembangkan. Namun, tidak
ada jaminan bahwa aturan main itu akan terus ditaati dalam perjalanan
pengembangan iptek itu sendiri. Sebab ketika iptek terus berkembang, aturan main
seharusnya terus mengawal dan membayangi agar tidak terjadi kesenjangan antara
pengembangan iptek dan aturan main.
Pengertian keempat yang menempatkan bahwa setiap pengembangan iptek
harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri sebagai proses
indegenisasi ilmu mengandaikan bahwa pancasila bukan hanya sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu, tetapi sudah menjadi paradigma ilmu yang berkembang di
Indonesia. Untuk itu, diperlukan penjabaran yang lebih rinci dan pembicaraan di
kalangan intelektual Indonesia, sejauh mana nilai-nilai pancasila selalu menjadi
bahan pertimbangan bagi keputusan-keputusan ilmiah yang diambil.
2. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Apakah Anda menyadari bahwa kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi
di sekitar kita ibarat pisau bermata dua, di satu sisi iptek memberikan kemudahan
untuk memecahkan berbagai persoalan hidup dan kehidupan yang dihadapi, tetapi
di pihak lain dapat membunuh, bahkan memusnahkan peradaban umat manusia.
Contoh yang pernah terjadi adalah ketika bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima
dan Nagasaki dalam Perang Dunia Kedua. Dampaknya tidak hanya dirasakan
warga Jepang pada waktu itu, tetapi menimbulkan traumatik yang berkepanjangan
pada generasi berikut, bahkan menyentuh nilai kemanusiaan secara universal. Nilai
kemanusiaan bukan milik individu atau sekelompok orang atau bangsa semata,
tetapi milik bersama umat manusia.
Pentingnya pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dapat ditelusuri ke
dalam hal-hal sebagai berikut. Pertama, pluralitas nilai yang berkembang dalam
kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini seiring dengan kemajuan iptek
menimbulkan perubahan dalam cara pandang manusia tentang kehidupan. Hal ini
membutuhkan renungan dan refleksi yang mendalam agar bangsa Indonesia tidak
terjerumus ke dalam penentuan keputusan nilai yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa. Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek
terhadap lingkungan hidup berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi
hidup manusia di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan tuntunan
moral bagi para ilmuwan dalam pengembangan iptek di Indonesia. Ketiga,
perkembangan iptek yang didominasi negara-negara Barat dengan politik global
ikut mengancam nilai-nilai khas dalam kehidupan bangsa Indonesia, seperti
spiritualitas, gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan cita rasa keadilan. Oleh
karena itu, diperlukan orientasi yang jelas untuk menyaring dan menangkal
pengaruh nilai-nilai global yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kepribadian bangsa
Indonesia.
A. Hakikat Pancasila
Sesungguhnya sejarah telah mengungkapkan, bahwa Pancasila adalah jiwa
seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia
serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir yang makin baik, di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Bahwasannya Pancasila yang telah
diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 meupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa,
yang telah diuji kebenaran, keampuhan, dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan mana pun yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kekestarian keampuhan dan kesaktian Pancasila
itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus-menerus penghayatan dan pengamalan
nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia,
setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik di Pusat maupun di Daerah. Dengan penghayatan dan
pengamalan Pancasila oleh manusia Indonesia akan terasa dan terwujudlah
Pancasila dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Untuk memungkinkan dan memudahkan pelaksanaan penghayatan dan
pengamalan Pancasila diperlukan suatu pedoman, yang dapat menjadi penuntun
dan pegangan hidup bagi sikap dan tingkah laku setiap manusia Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara. Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila itu dituangkan dalam rumusan yang sederhana dan jelas, yang
mencerminkan suara hati nurani manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila dan
yang mampu secara terus-menerus menggelorakan semangat serta memberikan
keyakinan dan harapan akan hari depan yang lebih baik, sehingga dapat mudah
diresapi, dihayati, dan diamalkan.
Pancasila seperti tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima Sila, yaitu; Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila yang bulat dan utuh itu memberi keyakinan kepada rakyat dan
bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai apabila didasarkan atas
kesalarasan dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia sebagai pribadi, dalam
hubungan manusia dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam,
dalam hubungan bangsa dengan bangsa-bangsa lain, dalam hubungan manusia
dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagian
rohaniyah.
Dengan keyakinan akan kebenaran Pancasila, maka manusia ditempatkan
pada keluhuran harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa
dengan kesadaran untuk mengemban kodratnya sebagai mahluk pribadi dan
sekaligus mahluk sosial. Dengan berpangkal tolak dari kodrat manusia sebagai
mahluk Tuhan Yang Maha esa, yang merupakan mahluk pribadi dan sekaligus
mahluk sosial, maka penghayatan dan pengamalan Pancasila akan ditentukan oleh
kemauan dan kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri dan
kepentingannya agar dapat melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara dan
warga masyarakat.
Untuk memenuhi kewajibannya sebagai warga negara dan warga
masyarakat, manusia Indonesia dalam menghayati dan mengamalkan Pancasila
secara bulat dan utuh menggunakan pedoman sebagai berikut:
A. Pengalaman sejarah
Bangsa Indonesia tidak meragukan kebenaran pancasila sebagai
pandangan hidup dan dasar Negara.
Bagi bangsa Indonesia tidak ada keraguan sedikitpun mengenai kebenaran
dan ketetapan pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar Negara.
Memang, dalam sejarah republik Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan
17 Agustus 1945 tercatat berbagai peristiwa dan pergolakan politik sampai
dengan pemberontakan-pemberontakan bersenjata, yang apabila di kaji
secara mendalam mempunyai tujuan akhir untuk mengubah pancasila
sebagai dasar Negara dan menggatntinya dengan dasar Negara lain.
Babak sejarah pasang-surutnya pertumbuhan bangsa dalam
mempertahankan pancasila sebagai dasar Negara.
Dalam pasang surutnya sejarah pertumbuhan bangsa Indonesia selama
lebih dari tiga dasawarsa merdeka, kita mengalami berbagai babak sejarah.
a. Ada masa di mana kebenaran pancasila sebagai dasar Negara
diperdebatkan lagi sehingga bangsa kita nyaris berada ditepi jurang
perpecahan. Mengenai hal ini sejarah politik dan ketatanegaraan kita
mencatatat kemacetan konstituante, yang setelah tiga tahun bersidang
tidak berhasil melaksanakan tugasnya, terutama karena adanya pikiran-
pikiran untuk mengganti pancasila dengan dasar Negara yang lain,
sehingga konstituante tidak berhasil mengambil keputusan mengenai
dasar Negara republik Indonesia. Kemelut nasional ini terpaksa daikhiri
dengan dekrit presiden pada tanggal 5 juli 1959, dengan menyatakan
berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dengan dekrit ini
terkandung pula penegasan pancasila sebagai dasar Negara yang
tercantum dalam pembukaan Undang - Undang Dasar 1945.
b. Ada pula masa di mana usaha-usaha untuk mengubah pancasila itu
dilakukan dengan pemberontakan-pemberontakan senjata yang
penyelesaiannya memakan waktu bertahun-tahun dan meminta banyak
pengorbana rakyat.
c. Di samping berbagai faktor lain, pemberontakan yang berlarut-larut itu
jelas menghilangkan kesempatan bangsa Indonesia untuk membangun,
menuju terwujudnya masyarakat yang di cita-citakan. Pemberontakan-
pemberontakan bersenjata ini dicatat oleh sejarah sebagai
pemberontakan PKI pertama yang terjadi pada tahun 1948.
Pemberontakan PKI yang kedua pada akhir tahun 1965 dengan
Gerakan 30 september-nya dan sejumlah pemberontakan lainnya. Di
samping keberhasilan operasi-operasi militer yang di lakukan oleh
ABRI, pemberontakan-pemberontakan bersenjata tadi dapat
dipadamkan karena usaha-usaha untuk merenggut pancasila sebagai
jiwa rakyat Indonesia selalu mendapat perlawanan dari rakyat
Indonesia sendiri.
Jalan lurus pelaksanaan pancasila pernah mendapat rintangan-
rintangan.
Jalan lurus pelaksanaan pancasila juga mendapat rintangan-rintangan,
dengan adanya pemutar balikan pancasila dan dijadikannya pancasila yang
bertentangan dengan nilai-nilai pancasila. Masa ini ditandai antara lain
dengan memberi arti kepada pancasila sebagai naskom, ditampilkannya
nasioanalisme Indonesia sebagai marxisme yang diterapkan di Indonesia
dan banyak penyimpangan-penyimpangan lainnya lagi yang bersifat
mendasar. Maka pemutar balikan pancasila ini bertambah
kesimpangsiurannya karena masing-masing kekuatan politik, golongan
atau kelompok di dalam masyarakat pada waktu itu memeberikan arti
sempit kepada pancasila untuk keuntungan dan kepentingan sendiri.
Akibat penafsiran pancasila yang berbeda-beda.
Dapatlah dipahami, bahwa penafsiran pancasila yang berbeda-beda,
penafsiran pancasila menurut selera dan kepentingan sendiri, sama saja
dengan membuat kabur pancasila. Dalam keadaan seperti itu maka
pancasila tinggal menjadi nama tanpa makna. Padahal, sebagai pandangan
hidup dan dasar Negara. Pncasila harus dilaksanakan dan diamalkan
bersama-sama untuk membimbing bangsa Indonesia menuju terwujudnya
kehidupan yang kita cita-citakan bersama.
Bangsa yang terguncang-guncang oleh peregolakan tak
berkesempatan untuk membangun dirinya.
Bangsa yang terguncang-guncang oleh pergolakan tidak akan mempunyai
kesempatan untuk membangun dirinya, karena pikiran, dan dana-dana yang
tersedia banyak akan terserap untuk mengatasi keguncangan-keguncangan
tadi. Dan lebih dari itu, karena menyangkut masalah yang sangat mendasar,
maka pergolakan mengenai dasar Negara jelas akan mengakibatkan akibat-
akibat yang sangat luas yang tidak terbayangkan.
Apakah arti bangsa Indonesia, mempersoalkan kembali pancasila?
Bagi bangsa Indonesia, mempersoalkan kembali pancasila sebagai dasar
Negara sama halnya dengan memutar mundur jarum jam sejarah; yang
berarti membawa bangsa kita kembali lagi kepada awal meletakan dasar-
dasar Indonesia merdeka. Mempersoalkan kembali pancasila sebagai dasar
Negara berarti memementahkan kembali kesepakatan nasional dan
mencederai perjanjian luhur bangsa Indonesia yang telah secara khidmat
yang kita junjung tinggi sejak tanggal 18 Agustus 1945, ialah sejak
lahirnya pembukaan dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945, yang
mengandung pancasila itu.
Pembangunan yang tidak dapat di tunda-tunda lagi.
Bagi bangsa Indonesia pembangunan adalah hal yang mutlak, tidak dapat
ditunda-tunda lagi. Hanya dengan pembangunan maka tujuan kemerdekaan
unutk mewujudkan pembungan yang tertunda-tunda lagi akan
mengakibatkan bangsa kita makin ditimbuni oleh masalah-masalah besar
dilapangan sosial ekonomi, yang jelas akan lebih sulit untuk dipecahkan. Ini
jelas akan menjauhkan kita dari cita-cita dan tujuan kemerdekaan.
Kekuatan dan kelemahan kita dalam sejarah mempertahankan dasar
Negara Pancasila.
Pengalaman sejarah yang cukup pahit dan harus kita bayar dengan sangat
mahal itu, mengharuskan kita merenungkan ulang kekuatan - kekuatan dan
kelemahan - kelemahan kita sendiri
a. Kekuatannya terletak pada keyakinan akan kebenaran pancasila sebagai
dasar Negara, yang dari pengalaman sejarah kita sendiri telah terbukti
selalu di pertahankan oleh rakyat Indonesia.
b. Sedangkan kelemahannya justru terletak karena belum dihayati dan
belum diamalkannya pancasila yang telah dipertahankan tadi. Karena
itu jawaban satu-satunya yang harus kita berikan tidak lain adalah
bagaimana kita semua tanpa kecuali secara benar menghayati dan
mengamalkan pancasila.
B. Bangsa kita mengemban tugas sejarah
Dengan sekilas menengok kembali sejarah kita sendiri kebelakang, kita
telah dibangkitkan oleh kesadaran tentang perlunya pengamalan pancasila. Dalam
pada itu bangsa kita juga mengemban tugas sejarah untuk membangun masa depan,
yang harus merupakan langkah-langkah bertahap makin mendekati wujud
masyarakat berdasarkan pancasila yang kita cia-citakan bersama.
a. Hakikat kemajuan dan perubahan dalam pembangunan.
Perubahan dan kemajuan dalam pembangunan bukan pula hanya berupa segala
suatu yang serba benda seperti misalnya menyusurnya jalan-jalan baru ke segala
penjuru, munculnya industri besar maupun kecil, pembangunan bendungan -
bendungan raksasa, makin banyaknya gedung - gedung sejolah dan lain
sebagainya: melainkan pembangunan itu sendiri juga membawa serta dan sangat
memerlukan perubahan-perubahan sosial.
b. Pembaharuan tidak berarti “ Westernisasi”
Perubahan-perubahan sosial ini mengandung kekuatan dinamika karena tata
nilai, sikap, dan tingkah laku dengan kata lain, pembangunan memerlukan
pembaharuan.bagi kita yang membangun masyarakat berdasar kepribadian
sendiri, pembaharuan itu tidak berarti “westernisasi” atau sikap ke”barat -
baratan”.
c. Hakikat pembaharuan bagi kita tidak lain adalah usaha bangsa untuk
mengembangkan kepribadian sendiri, dengan membuang yang buruk dan
memperkuat yang baik, mengadakan penyesuaian dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat modern. Pebangunan yang kita lakukan memang harus
menuju kepada terwujudnya masyarakat tadi.
d. Masyarakat modern yang akan kita tuju.
Akan tetapi juga harus jelas bagi kita bahwa masyarakat modern itu maka
haruslah tetap masyarakat Indonesia juga, yang harus tumbuh bertambah kokoh
dan berkembang di atas kepribadiannya sendiri. Masyarakat yang tumbuh diatas
kepribadian mungkin dapat mendatangkan kemajuan, akan tetapi kemampuan
tadi membuat kita merasa asing dalam masyarakat kita sendiri. Masyarakat yang
tidak mengenal dirinya sendiri, masyarakat yang tidak memiliki kepribadian
sendiiri akan senantiasa gelisah. Masyarakat yang gelisah tidak akan menjadi
lemah. Dan masyarakat yang lemah tidak mungkin membangun untuk mencapai
cita-citanya.
Apakah artinya membangun masyarakat modern?
Dalam jaman kemajuan seperti sekarang dimana hubungan antara bangsa
demikian erat, maka membangun masyarakat modern berarti harus
membuka diri. Bangsa yang menutup rapat-rapat dirinya akan ditinggal
oleh kemajuan jaman, akan ditinggal oleh kemajuan bangsa-bangsa lain.
Hal-hal yang terserap dalam usaha meletakan dasar masyarakat
modern?
Dalam usaha untuk meletakan dasar-dasar masyarakat modern kita bukan
saja menyerap masuk modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan
keterampilan dari luar, akan tetapi terbawa masuk pulau nilai-nilai sosial
dan politik yang berasal dari kebudayaan lain. Masuknya nilai-nilai
kebudayaan lain ini makin deras mengalir sejalan dengan masuknya
Indonesia kedalam globalisasi.
Bagaimana kita menyaring nilai-nilai dari luar?
Yang penting bagi kita ialah agar kita mampu menyaring nilai-nilai dari
luar tadi, agar nilai-nilai yang baik dan sesuai dengan kepribadian kita
sendirilah yang kita serap. Nilai-nilai yang tidak sesuai, lebih-lebih yang
dapat merusak kepribadian kita sendiri, harus mampu kita tolak. Karena itu
salah satu persoalan pokok bangsa kita adalah bagaimana kita melahirkan
nilai-nilai yang kita anggap luhur yang menjadi kepribadian sendiri,
meneruskannya dari generasi yang satu ke generasi berikutnya dan segala
proses penyesuaian menuju masyarakat modern.
Jalannya proses penyesuaian menuju masyarakat modern.
Sekali proses penyesuaian dan penerusan itu behasil terlampaui dengan
selamat, maka tumbuhlah masyarkat Indonesia yang kuat, bersatu, dan
dinamis. Proses penyesuaian ini tidak selamanya berjalan dengan mudah,
karena tetap membuka kemungkinan-kemungkinan guncangan sosial dan
psikologis. Ia dapat memakan waktu yang lama, ia juga meminta segala
ketabahan, kesabaran, dan kebijaksanaan. Di sinilah letak pentingnya
penghayatan pengamalan pancasila, agar nilai baru yang kita perlukan
untuk membangun masyarakat modern tetap berkembang di atas
kepribadian sendiri. Ini mengharuskan pancasila dihayati dan diamalkan
secara kreatif.
Dorongan lain perlu adanya penghayatan dan pengamalan pancasila.
Dorongan lain mengenai perlu adanya pedoman penghayatan dan
pengalaman pancasila adalah pergantian generasi yang segera akan terjadi
dalam tahun-tahun mendatang. Pergantian generasi sendiri adalah proses
yang alami dan harus tetap berlangsung secara alami.
a. Pergantian generasi mendatang mempunyai arti yang khusus
Pergantian generasi yang akan datang mempunyai arti yang khusus,
karena generasi yang baru tidak mengalami secara langsung perjuangan
kemerdekaan yang melahirkan republik ini. Pengalaman yang
berlainan, tantangan dan jawaban terhadap masalah-masalah pokok
berlainan, dapat melahirkan tanggapan yang berbeda mengenai cita-cita
kemerdekaan.
b. Tugas generasi Angkatan 1945 terhadap generasi yang lebih muda
Karena itu bagaimana generasi yang telah melahiran Indonesia
merdeka menunjukkan dan meneruskan nilai-nilai yang menjadi cita-
cita kemerdekaan kepada generasi yang lebih muda, dan bagaimana
generasi yang lebih muda melihat dan menerima nilai-nilai itu, akan
merupakan unsur yang sangat menentukan bagi kelestarian pancasila.
Cara yang paling tepat menunjukan dan mencetuskan nilai-nilai adalah
dengan kenyataan-kenyataan. Di sinilah arti penting mewujudkan
pancasila sehingga dapat menjadi kenyataan dalam hidup sehari-hari,
yang tidak lain adalah dengan penghayatan dan pengalaman pancasila
itu sendiri.
Dorongan lain yang mengharuskan perlunya penghayatan dan
pengamalan Pancasila.
Dorongan lainnya yang mengharuskan perlunya penghyatan dan
pengamalan pancasila adalah babak dan tingkat pembangunan kita
sekarang. Pada tahun 1978 saat bangsa indoneisa memasuki REPELITA
III, ialah babak di tengah-tengah perjalanan kita unuk mewujudkan
landasan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.
Karena berada di tengah-tengah perjalanan pembangunan jangka panjang,
maka apa yang kita kerjakan dan juga apa yang tidak akan kita kerjakan
dalam REPELITA III, akan mempunyai pengaruh yang besar pada arah
wujud masyarakat kita dalam dasawarsa yang akan datang.
Apakah yang kita saksikan sekarang dalam usaha kita mewujudkan
masyarakat berdasarkan pancasila?
Tentu saja apa yang kita saksikan dan apa yang kita rasakan dalam
masyarakat kita sampai sekarang masih jauh dari wujud masyarakat
berdasarkan pancasila yang kita cita-citakan.
Ibarat membangun sebuah gedung, maka apa yang kita kerjakan bersama-
sama sekarang ini adalah pada tahap meletakan dasar atau fundamen dari
gedung tadi. Gedung bangunan masyarakat pancasila yang kita bangun
haruslah gedung yang besar dan kokoh, agar dapat melindungi dan
membuat bangsa kita sejahtera sepanjang masa.
Untuk membangun gedung bangunan masyarakat pancasila yang besar dan
kokoh, dasar atau fundamennya juga harus kokoh. Ini berarti bahwa dasar-
dasar pancasila sudah harus mulai kita letakan lebih teratur dan kuat
dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan politik mulai sekarang. Ini tidak
lain, sekali lagi mengharuskan kita semua untuk mengamalkan pancasila.
Apakah yang tampak dalam REPELITA III?
Dalam perjalanan pembangunan jangka panjang, maka dalam REPELITA
III itu tampak arah perjalanan menuju masyarakat yang dicita-citakan.
Dimensi penting lainya yang mendorong perlunya penghayatan dan
pengamalan pancasila adalah perkembangan dunia yang sangat cepat dan
mendasar serta berpacunya pembangunan bangsa-bangsa.
Bagaimana keadaan bangsa-bangsa di dunia dalam gerak mencapai
tata hubungan baru?
Dunia kita dewasa ini sedang terus dalam gerak mencari tata hubungan
baru; baik di lapangan politik, ekonomi, maupun pertahanan keamanan.
Walaupun bangsa-bangsa di dunia makin menyadari bahwa mereka saling
membutuhkan dan saling tergantung satu dengan yang lain, namun
persaingan antara kekuatan-kekuatan besar dunia belum merata dan
perebutan pengaruh masih berkecamuk!
Cara untuk menanamkan pengaruh kepada Negara lain.
Salah satu cara untuk menanamkan pengaruh kepada Negara lain adalah
melalui penyesuaian ideologi, baik secara langusung maupun tidak
langsung. Kewaspadaan dan kesiapan lebih harus kita tingkatkan untuk
menanggulangi penyusupan ideologi yang memprogandakan bahwa
ideologi itu mampu memberikan kehidupan yang lebih baik bagi manusia.
Hal ini lebih penting artinya, kerena sebagian besar bangsa-bangsa kini
dalam masa kebangkitan untuk membangun.
Apabila gerak dan laju pembangunan kita lamban atau tidak dapat
memberikan kehidupan yang baik yang seperti kita cita-citakan bersama,
maka sadar atau tidak sadar, terbuka kemungkinan bangsa kita akan
berpaling dari pancasila dan mencoba membangun masa depannya dengan
diilhami oleh suatu pandangan hidup atau dasar Negara yang lain.
Pengalaman sejarah harus kita emban ke masa depan.
Maka sangat jelas, bahwa pengalaman sejarah kita sendiri dari masa
lampau, melahirkan kesadaran kita bahwa pancasila harus lebih kita hayati
dan makin kita amalkan. Di amasa lampau bangsa kita dengan bersatu padu
telah memberi segala pengorbanan unuk mempertahankan pancasila, dan di
masa depan kita dipanggil oleh sejarah untuk bersatu padu mengamalkan
pancasila.
Hal-hal yang perlu kita miliki untuk mempertahankan pancasila.
Untuk mempertahankan pancasila kita semua perlu memiliki kesatuan
bahasa, kesatuan pandangan, dan kesatuan gerak langkah dalam
menghayati dan mewujudkan pancasila itu dalam kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan kita secara nyata.
C. Usaha-usaha melestarikan Pancasila
Hakikat pancasila sebagai dasar ngara RI.
Dalam uraian sebelumnya telah kita tegaskan, bahwa pancasila yang telah
diterima dan ditetapkan sebagai dasar Negara seperti tercantum dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah jiwa seluruh rakyat serta
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa kita, yang telah dapat
mengatasi percobaan dan ujian sejarah, sehingga kita meyakini sedalam-
dalamnya akan keampuhan dan kesaktiannya.
Usaha-usaha untuk melestarikan pancasila.
Guna melestarikan keampuhan dan kesaktian pancasila itu perlu
diusahakan secara nyata dan terus-menerus penghayatan dan pengamalan
nilai-nilai yang terkandung didalamnya oleh setiap warga Negara
Indonesia, setiap penyelenggara Negara serta setiap lembaga kenegaraan
dan kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.
Hal-hal yang harus kita lakukan, sehubungan dengan keyakinan kita
bahwa pancasila dapat memberikan kekuatan hidup kepada bangsa
Indonesia.
Dan lebih dari itu, kita yakin bahwa pancasila itulah yang dapat memberi
kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbing kita semua
didalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Untuk itu maka
pancasila harus kita amalkan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam
kehidupan pribadi, dalam kehidupan kemasyarakatan, maupun dalam
kehidupan kenegaraan.
Untuk itu kita semua perlu memiliki kesatuan bahasa, kesatuan pandangan
dan kesatuan gerak langkah dalam menghayati dan mengamalkan pancasila
itu dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan kita secara nyata.
D. Manusia
Naluri yang paling kuat dalam diri manusia.
Setiap manusia mempunyai kinginan untuk mempertahankan hidup dan
mengejar kehidupan yang lebih baik. Ini merupakan naluri yang paling
kuat dalam diri manusia. Keselarasan dan keseimbangan yang menjadi
dasar untuk mencapai kebahagiaan hidup menurut pancasila.
Maka uraian dari nilai-nilai pancasila yang bulat dan utuh itu memberi
kyakinan pada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagian hidupa akan
tercapai apabila didasarkan atas keselarasan dan keseimbangan, baik
dalam hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungan manusia dengan
masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan
bangsa dengan bangsa, dalam hubungan manusia dengan Tuhannya,
maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.
Titik tolak untuk memahami manusia itu sendiri.
Pancasila menenempatkan manusia dalam keluhuran harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Manusialah yang menjadi titik tolak dari usaha kita untuk memahami
manusia itu sendiri, manusia dan masyarakatnya, dan manusia dengan
segenap lingkungan hidupnya.
Manusia yang bagaimanakah yang hendak kita pahami?
Apakah manusia yang kita pahami bukanlah manusia yang luar biasa.
Manusia yang hendak kita pahami adalah manusia yang disamping
memiliki kekuatan, juga manusia yang dilekati dengan kelemahan-
kelemahan, manusia yang di samping mempunyai kemampuan-
kemampuan, juga manusia yang mempunyai ketrebatasan-keterbatasan;
manusia yang di samping mempunyai sifat-sifat yang baik, juga manusia
yang mempunyai sifat-sifat yang kurang baik.
Manusia yang hendak kita pahami, dan manusia yang kita harapkan untuk
menghayati dan mengamalkan pancasila bukanlah manusia yang kita
tempatkan diluar batas kemampuan dan kelayakan manusiawi tadi.
Apa artinya, pedoman untuk menghayati dan mengamalkan pancasila
harus tetap manusiawi?
Dengan perkataan lain, pedoman unutuk menghayati dan mengamalkan
pancasila harus tetap manusiawi, artinya merupakan pedoman yang
memang mungkin dilaksakan oleh manusia biasa.
Kita perlu menyelaraskan angan-angan dengan kenyataan mengenai
kehidupan berdasarkan pancasila.
Dalam usaha kita untuk mengamalkan pancasila, kita memang peru
menyelaraskan angan-angan dengan kenyataan,. Kita boleh melambungkan
angan-angan kita mengenai kehidupan pribadi dan kehidupan
bermasyarakat yang kita anggap baik seperti yang kita bayangkan
mengenai kehidupan berdasarkan pancasila. Tetapi di lain pihak kita harus
tetap berpijak pada kenyataan mengenai kemampuan manusiawi untuk
mewujudkan angan - angan yang indah itu.
Kita menuntut manusia agar bersikap di luar batas kemampuan.
Jelaskan!
Menuntut dari manusia agar bersikap dan bertingkah laku di luar batas
kemampuan dan kelayakan manusiawi adalah mustahil. Namun dari
menyadari sepenuhnya kodrat dan martabat kita sebagai manusia, kita
harus terus berusaha untuk meningkatkan otak dan mutu kehidupan kita
yang kita kembangkan dari serba hubungan yang terdapat antara kita
sebagai manusia pribadi secara kodrati dengan segenap lingkungan sosial
kita.
E. Kodrat Manusia
Agar pancasila dapat diamalkan secara manusiawi, maka pedoman
pengamalannya juga harus bertolak dari kodrat manusia, khususnya dari arti dan
kedudukan manusia dengan manusia lainnya.
Dapatkah manusia hidup menyendiri?
Pangkal tolak ini sangat penting, sebab manusia hanya dapat hidup dengan
sebaik - baiknya dan manusia akan mempunyai arti, apabila ia hidup
bersama-sama manusia lainnya di dalam masyarakat.
Tidak dapat di bayangkan adanya manusia yang hidup menyendiri tanpa
berhubungan dan tanpa bergaul dengan sesama manusia lainnya. Apabila
manusia terpaksa harus hidup sendiri, maka sifat kesendiriannya itu
tidaklah mutlak dan langgeng, melainkan bersifat relatif dan sementara.
Dapatkah pula manusia menyesuaikan dirinya secara langsung dan
sempurna kepada lingkungan alamnya?
Manusia tidak di ciptakan dengan susunan tubuh yang dapat melakukan
fungsinya untuk menyesuaikan dirinya secara langsung dan sempurna
kepada lingkungan alamnya, sehingga manusia dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
Susunan tubuh manusia untuk dapat hidup secara sempurna, berbeda
dengan makhluk lain ciptaan tuhan, untuk hidup secara sempurna manusia
harus melengkapi susunan tubuhnya dengan peralatan lain. Daerah yang
amat dingin, kecuali apa bila manusia itu mengenakan pakaiannya tebal,
yang dapat melindungi badannya dari suhu yang sangat rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Chindy (1966). Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta:
Gunung Agung.
Bung Karno (2001). Pancasila Sebagai Dasar Negara. Jakarta: Gunung Agung.
Darmodihardjo, Darji (1978). Orientasi Singkat Pancasila. PT. Gita Karya, Jakarta
Darmodihardjo, Darji dkk (1991). Santiaji Pancasila Edisi Revisi, Usaha Nasional,
Surabaya.
Dodo, Surono dan Endah (ed). (2010). Konstistensi Nilai-Nilai Pancasila dalam
UUD 1945 dan Implementasinya, PSP-Press, Yogyakarta.
Kansil, C.S.T dan Kansil, Cristine (2003). Modul Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Jakarta: Pradnya Paramita
Kansil, CST (1981). Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Bagian II.
Jakarta: Pradnya Paramita