PENDAHULUAN:
Materi pada perkuliahan ke satu ini diarahkan Mahasiswa mampu menjelaskan latar
belakang Pendidikan Pancasila, landasan historis, landasan yuridis, filosofis dan kutural, serta
tujuan Pendidikan Pancasila.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Secara umum, materi ini akan memberikan bekal kemampuan bagi mahasiswa
mampu menjelaskan latar belakang Pendidikan Pancasila, landasan historis, landasan yuridis,
filosofis dan kutural, serta tujuan Pendidikan Pancasila.
Secara khusus, materi ini akan membekali mahasiswa mampu menjelaskan latar
belakang Pendidikan Pancasila, landasan historis, landasan yuridis, filosofis dan kutural, serta
tujuan Pendidikan Pancasila.
PENYAJIAN:
Dalam Pembukaan UUD 1945, Pancasila dinyatakan sebagai dasar filsafat Negara
Republik Indonesia yang secara resmi ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945,
yang diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No 7 tanggal 15 Febuaru 1946.
Dampak yang cukup serius atas manipulasi Pancasila oleh para penguasa pada masa
lampau, dewasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat beranggapan
bahwa Pancasila merupakan label politik Orde Baru. Pandangan demikian akan melemahkan
peranan Ideologi Pancasila pada masa refirmasi dan akan melemahkan peranan Ideologi
Pancasila pada masa reformasi dan berakibat sangat fatal bagi Bangsa Indonesia yaitu
melemahnya kepercayaan rakyat terhadap Ideologi Pancasila, yang pada gilirannya akan
mengancam semangat persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia yang telah lama dibina,
dipelihara serta didambakan bangsa Indonesia sejak dahulu.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai
warga negara untuk mengembangkan serta mengkaji Pancasila sebagai suatu karya besar
bangsa kita yang setingkat dengan ideologi-ideologi besar dunia lainnya seperti misalnya
Liberalisme, Sosialisme dan Komonisme.
2. Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia
Menurut Dr. H. Kaelan, M.S., secara filosofis, bangsa indonesia sebelum mendirikan
negara merupakan suatu bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan
kenyataan objektif bahwa manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Adapun syarat
mutlak suatu negara yaitu adanya persatuan yang diwujudkan dalam bentuk rakyat. Sehingga
secara filosofis negara berkesatuan dan berkerakyatan. Bentuk konsekuensi yang harus
diterima bahwa rakyat merupakan dasar ontologis demokrasi, sebab rakyat adalah asal mula
kekuasaan negara. Dalam hal ini, rakyat memiliki kekuatan untuk mengatur dan menentukan
suatu kebijakan yang akan merugikan dan menyengsarakan kaum proletar. Namun, rakyat
juga harusnya jeli dalam melihat dan membaca situasi. Saat ini banyak kaum provokator yang
memanfaatkan emosional rakyat untuk kepentingan pribadi.
Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara, Republik
Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan
kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kakuasaan yang berlindung dibalik
legitimasi ideologi Negara Pancasila. Dengan kata lain, dalam kedudukan seperti ini
Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan
Negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik
penguasa pada saat itu.Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat
Negara, Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik
sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kakuasaan yang berlindung
dibalik legitimasi ideologi Negara Pancasila. Dengan kata lain, dalam kedudukan seperti ini
Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan
Negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik
penguasa pada saat itu. (https://eltimzone.wordpress.com/2012/06/10/manipulasi-pancasila-
sebagai-dasar-filsafat-masa-kini/ dalam Manipulasi Pancasila sebagai Dasar Filsafat Masa
Kini Verawati Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) Berlindung dibalik legitimasi
id Negara Gerakan Reformasi Tap MPR XVIII/98 Penataran P4 dihapuskan Dampak
dicabutnya Penataran P4 Penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila/ideologi Negara menjadi
lemah Nilai-nilai yang dipaksakan/tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila, Pancasila
hasil karya kebudayaan modern BI yang besar
4. Visi
5. Misi
1. Landasan Historis
Bangsa Indonesia melalui sejarah yang sangat panjang sejak zaman kerajaan Kutai,
pajajaran, kalingga, sriwijaya, majapahit,sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta
menguasai bangsa indonesia selama kurang lebih empat setengah abad. Beratus-ratus tahun
lalu bangsa indonesia dalam perjalanan hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya
sebagai suatu bangsa yangt merdeka, mandiri serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul
dalam pandangan hidup serta filsafat hidup bangsa.
Setelah melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarahnya bangsa Indonesia
menemukan jati dirinya, yang di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat dan karakteristik bangsa
bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para sifat dan karakter bangsa yang
berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu
rurmusan sederhana meliputi lima prinsip, yang kemudian diberi nama Pancasila. Secara
historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan
disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sendiri. Dengan demikian asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari
diri bangsa Indonesia sendiri. (Bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila)
Dengan demikian menjadi jelas bahwa Pancasila ini sebagai dasar filsafat negara serta
ideologi bangsa dan negara bukannya suatu ideologi yang menguasai bangsa Indonesia,
namun justru nilai-nilai sila dari pancasila itu melekat dan berasal dari bangsa Indonesia
sendiri. Dapat juga diidefinisikan, bahwa pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak nenek moyang, yang diyakini kebenarannya dan yang
menimbulkan tekad untuk mewujudkannya.
2. Landasan Kultural
3. Landasan Filosofis
Pancasila merupakan dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia.
Dengan demikian merupakan keharusan moral dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat
dan bernegara, setiap bangsa Indonesia dapat mewujudkannya.
Atas dasar pengertian filosofis tersebut maka dalam hidup bernegara nilai-nilai
Pancasila merupakan dasar filsafat negara. Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan
termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa Pancasila
merupakan merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam
pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, maupun pertahanan
keamanan.
Negara nasional yang dimaksud adalah kerjaan Sriwijaya dan Majapahit. Berdirinya
kedua kerajaan tersebut menjadi tonggak penting mewujudkannya bangsa Indonesia yang
menegara, berdaulat, bersatu, punya wialayah yang meliputi nusantara dan menjalin
hubungan negara-negara lain. Tata pemerintahan berdasar musyawarah dan upaya keadilan
sosial telah merupakan asas-asas yang menjiwai bangsa Indonesia.
Pembuktian akan hal ini dapat ditemukan dalam berbagai prasasti seperti Telaga Batu,
Kedukan Bukit, Karang Brahi,Talang Tuo dan Kota Kapur. Demikian juga dalam buku
Nrgarakertagama karangan Mpu Tantular istilah Pancasila digunakan di samping dalam
artian “berbatu sendi lima”, juga berarti “pelaksanaan kesusilaan yang lima”
Orang Eropa pertama yang dating di Indonesia ialah bangsa Portugis. Sejak perempat
pertama abad 16 sampai 1602. Belanda berhasil mengalahkan kekuasaan Portugis dan
menguasai Indonesia sampai 1807-1811 Indonesia dikuasai olaeh Prancis dan tahun 1811-
1816 Inggris berhasil merebut kekuasaan di Indonesia dari tangan penguasa Prancis. Sebagai
penjajah terakhir terhadap bangsa Indonesia ialah Jepang yang menjajah Indonesia sejak
1942-1945.
Tercatat banyak perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia seperti perang
Malaka, perang Ternate, perang Ambon, perlawanan Banten, perang Makasar, perlawanan
senopati, perang Maluku, perang Palu, perang Dipenogoro, perang Aceh, perang Tapanuli
dan lain-lain.
Semua peperangan yang dilakukan untuk mengusir penjajah tidak berhasil disebabkan
oleh beberapa hal :
Perjuangan dilakukan secara seporadis dan dalam waktu yang tidak sama.
Tidak ada koordinasi antara satu perjuangan dengan perjuangan yang lainnya dalam
mengadakan perlawanan.
Penjajah asing telah mempergunakan persenjataan yang lebih modern (senjata api),
sedangkan bangsa Indonesia menggunakan senjata tradisional.
Penjajah berhasil mengadakan politik adu domba dan politik pecah belah (devide et
impera).
Dari urutan di atas dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa ciri perjuangan bangsa
Indonesia sebelum abad XX sebagai berikut :
Memasuki abade XX para pemuda cerdik pandai yang merupakan produk etische
politiek, melihat bahwa perjuangan yang dilakukan sebelum abad xx sulit untuk memperoleh
hasil yang diharapkan. Mereka berkesimpulan bahwa cara perjuangan merebut kemerdekaan
perlu menggunakan strategi baru. Strategi yang mereka dimaksudkan adalah bahwa
perjuangan merebut kemerdekaan harus menggunakan organisasi modern sebagai alat
perjuangan
Pada tanggal 20 Mei 1908 beberapa pemuda bangsa indonesia mendirikan organisasi
Budi Utomo yang diketuai oleh Soetomo. Lahirnya Budi Utomo merupakan pertanda
dimulainya era pergerakan lainnya seperti : Serikat Islam (berdiri 1911 oleh H Samanhudi),
Muhamadiyah (berdiri 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan), Perkumpulan Politik Katolik
(didirikan tahun 1925 oleh I.J. Kasimo), Nahdatul Ulama (berdiri tahun 1926oleh K.H.
Wachid Hasyim dan K.H Masykur), Partai Komunis Indonesia (sebagai penjelmaan dari
ISDV berdiri tahun 1920), Partai nasional Indonesia ( berdiri 4 Juli 1927 oleh Ir. Soekarno)
dan banyak partai lainnya seperti Perhimpunan Indonesia (di Negeri Belanda) PNI Baru,
Partindo, Parindra, Gerindo dan lain-lain.
Sumpah pemuda
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, Tanah Air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.
Dalam rangka memenuhi ambisinya menguasai Asia Timur Raya, pada tanggal 7
Desenber 1941, Jepang melancarkan perang pasifik (Perang Asia Timur Raya). Pada tanggal
7 Desember 1941 angkatan udara jepang membombardir Pearl Harbour. Angkatan perang
Jepang terus bergerak ke selatan, tanpa ada kekuatan yang menandinginya, satu persatu
Negara yang ada dikawasan pasifik jatuh ketangannya.
Pada tanggal 8 Maret 1942 pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di
Kalijati Subang, Jawa Barat. Sukses Jepang tersebut di samping persiapannya yang matang,
serta kekuatan dan semangat pasukannya yang prima,keampuhan propaganda Jepang yang
menyaratakan bahwa gerakan Jepang ditujukan untuk membebaskan bangsa-bangsa Asia dari
penjajahan Barat, mendapat dukungan yang luas dari rakyat Asia.