Anda di halaman 1dari 11

PERTEMUAN KE – 14

PENDAHULUAN:
Materi pada perkuliahan ke empat belas ini diarahkan Mahasiswa mampu
menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif pengertian dan jenis-jenis
aktualisasi pancasila, aktualisasi dalam kehidupan kampus, tridharma perguruan tinggi dan
budaya akademik serta. beserta permasalahannya, berkarya lulusan Perguruan Tinggi.

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif


pengertian dan jenis-jenis aktualisasi pancasila, aktualisasi dalam kehidupan kampus,
tridharma perguruan tinggi dan budaya akademik serta. beserta permasalahannya, sebagai
orientasi pendidikan pancasila agar menjadi pedoman berkarya lulusan Perguruan Tinggi.

DESKRIPSI SINGKAT MATERI :


Pendidikan Pancasila sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian :

a. Pengertian dan jenis-jenis aktualisasi Pancasila

b. Aktualisasi Pancasila dalam kehidupan kampus

c. Kampus sebagai Moral Force, pengembangan Hukum dan HAM

TUJUAN PEMBELAJARAN :
Secara umum, materi ini akan memberikan bekal kemampuan bagi Mahasiswa
mampu menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif pengertian dan jenis-jenis
aktualisasi pancasila, aktualisasi dalam kehidupan kampus, tridharma perguruan tinggi dan
budaya akademik serta kampus/pengembangan hukum dan HAM, beserta permasalahannya,
sebagai orientasi pendidikan pancasila agar menjadi pedoman berkarya lulusan Perguruan
Tinggi.

Secara khusus, materi ini akan membekali Mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengaplikasikan secara kritis dan objektif Komunikasi dan sosialisasi Politik di Indonesia
beserta permasalahannya, sebagai orientasi pendidikan sosiologi dan politik di Perguruan
Tinggi. Meyakini nilai – nilai pancasila sebagai orientasi agar menjadi pedoman berkarya
lulusan Perguruan Tinggi.
PENYAJIAN :
Pengertian dan jenis-jenis aktualisasi pancasila, aktualisasi dalam kehidupan kampus,
tridharma perguruan tinggi dan budaya akademik serta kampus/pengembangan
hukum dan HAM

AKTUALISASI PANCASILA DAN AKTUALISASI PANCASILA DALAM ERA


GLOBALISASI

Aktualisasi merupakan suatu bentuk kegiatan melakukan realisasi antara pemahaman


akan nilai dan norma dengan tindakan dan perbuatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Sedangkan aktualisasi pancasila, berarti penjabaran nilai-nilai pancasila dalam bentuk
norma-norma, serta merealisasikannya dalam kehidupan berBangsa dan berNegara. Dalam
aktualisasi Pancasila ini, penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma,
dijumpai dalam bentuk norma hukum, kenegaraan, dan norma-norma moral. Sedangkan
realisasinya dikaitkan dengan tingkah laku semua warga negara dalam masyarakat,
berBangsa dan berNegara, serta seluruh aspek penyelenggaraan negara.

Aktualisasi Pancasila, dapat dibedakan ke dalam 2 jenis :

1.      Aktualisasi Pancasila secara Obyektif

Aktualisasi Pancasila secara Obyektif artinya, realisasi penjabaran nilai-nilai


Pancasila dalam bentuk norma-norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik
dalam bidang Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif, maupun semua bidang kenegaraan lainnya.
Aktualisasi Obyektif ini terutama berkaitan dengan peraturan perundang-undangan Indonesia

Contohnya : dalam penyelenggaraan kenegaraan maupun tertib hukum Indonesia,


asas politik dan tujuan negara, serta pelaksanaan konkretnya didasarkan pada dasar falsafah
negara (Pancasila)

Seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum di Indonenesia didasarkan atas serta
diliputi oleh dasar filsafat negara, asas politik dan tujuan negara, yakninya Pancasila,
diantaranya:

-   Garis-garis Besar Haluan Negara.

-   Hukum, perundang-undangan dan peradilan.

-   Pemerintahan.

-   Politik dalam negeri dan luar negeri.

-   Keselamatan, keamanan dan pertahanan.


-   Kesejahteraan

-   Kebudayaan

-   Pendidikan dan lain sebagainya.

2.      Aktualisasi Pancasila secara Subyektif

Aktualisasi Subyektif, artinya realisasi penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk


norma-norma ke dalam diri setiap pribadi, perseorangan, setiap warga negara, setiap individu,
setiap penduduk, setiap penguasa dan setiap orang Indonesia. aktualisasi ini berkaitan dengan
kesadaran , ketaatan serta kesiapan individu untuk mengamalkan Pancasila (norma-norma
moral). Aktualisasi Pancasila subyektif ini diharapkan dapat tercapai agar nilai-nilai pancasila
tetap melekat dalam hati sanubari bangsa Indonesia, dan demikian itu disebut dengan
Kepribadian Bangsa Indonesia (Kepribadian Pancasila). Maka dengan hal inilah bangsa
Indonesia memiliki ciri karakteristik yang menunjukkan perbedaannya dengan bangsa lain.

Aktualisasi Subyektif ini lebih penting dari Aktualisasi Obyektif, karena Aktualisasi
Pancasila yang subyektif merupakan kunci keberhasilan Aktualisasi Pancasila secara
Obyektif.

PENGERTIAN GLOBALISASI

Menurut asal katanya, kata "GLOBALISASI" diambil dari kata global, yang
maknanya ialah universal. Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya
yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak maupun elektronik atau
bisa dikatakan juga bahwa globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa
dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya
populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi
semakin sempit.Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan
antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang
melintasi batas negara

Menurut LAURENCE E. ROTHENBERG: “Globalisasi adalah percepatan dan


intensifikasiinteraksi dan integrasiantara orang-orang, perusahaan, dan pemerintah dari
negara  yang berbeda.”

Menurut  Selo Soemardjan : “globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem


organisasi dan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah
untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya terbentuknya PBB,
OKI”

Menurut  Achmad Suparman : “Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu


(bendaatau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh
wilayah”.
Menurut  Scholte : “Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan
internasional .Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya
masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain”.

Ada pula yang mengatakan globalisasi yaitu sebagai berikut : 

 hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi informasi.


 suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas
wilayah.

Dalam globalisasi, negara-negara berkembang mau tidak mau, suka tidak suka, harus
berinteraksi dengan negara-negara maju. Melalui interaksi inilah negara maju pada akhirnya
melakukan hegemoni dan dominasi terhadap negara-negara berkembang dalam relasi
ekonomi politik internasional.

Globalisasi yang hampir menenggelamkan setiap bangsa tentunya memberikan


tantangan yang mau tidak mau harus bangsa ini taklukkan. Era keterbukaan sudah dan mulai
mengakar kuat, identitas nasional adalah barang mutlak yang harus dipegang agar tidak ikut
arus sama dan seragam yang melenyapkan warna lokal serta tradisional bersamanya. Perlu
dipahami bahwa identitas nasional, dalam hal ini Pancasila mempunyai tugas menjadi ciri
khas, pembeda bangsa kita dengan bangsa lain selain setumpuk tugas-tugas mendasar
lainnya. Pancasila bukanlah sesuatu yang beku dan statis, Pancasila cenderung terbuka,
dinamis selaras dengan keinginan maju masyarakat penganutnya. Implikasinya ada pada
identitas nasional kita yang terkesan terbuka, serta terus berkembang untuk diperbaharui
maknanya agar relevan dan fungsional terhadap keadaan sekarang

Ketika globalisasi tidak disikapi dengan cepat dan tepat maka hal ia akan mengancam
eksistensi kita sebagai sebuah bangsa. Globalisasi adalah tantangan bangsa ini yang bermula
dari luar, sedangkan pluralisme sebagai tantangan dari dalam yang jika tidak disikapi secara
bijak tentu berpotensi menjadi masalah yang bisa meledak suatu saat nanti. Berhasil atau
tidaknya kita menjawab tantangan keterbukaan zaman itu tergantung dari bagaimana kita
memaknai dan menempatkan Pancasila dalam berpikir dan bertindak.

Salah satu lokomotif globalisasi adalah teknologi informasi dan komunikasi.


Teknologi ini berimplikasi pada cepatnya proses informasi dan komunikasi di seluruh
belahan dunia, jadi dunia akan menjadi semakin sempit dan kecil. Semua peristiwa yang
terjadi di suatu belahan dunia dapat langsung disaksikan detik itu juga di penjuru dunia lain,
sekecil apapun kejadian itu, dan apapun yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat
dunia dapat juga dilakukan oleh komunitas lainnya dalam model dan kualitas yang tidak
berbeda.

Beberapa ciri penting (implikasi) globalisasi adalah Hilangnya batas antarnegara


(borderless world), maraknya terobosan (breakthough) teknologi canggih, telekomunikasi dan
transportasi, sangat memudahkan penduduk bumi dalam beraktivitas. Dengan berdiam di
rumah atau di ruang kantor, seseorang bisa bebas mengetahui kejadian di seluruh penjuru
dunia, sampai-sampai rencana pembunuhan pun bisa diketahui sebelumnya. Dan Tanpa
disadari sebenarnya saat ini bangsa Indonesia sedang terlibat dalam suatu peperangan dalam
kondisi terdesak hampir terkalahkan. Kita dapat saksikan dengan kasat mata terpinggirkannya
nilai-nilai luhur budaya bangsa seperti kekeluargaan, gotong-royong, toleransi, musyawarah
mufakat dan digantikan oleh individualisme, kebebasan tanpa batas, sistem one man one vote
dan sebagainya.

Ciri-ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia,


diantaranya yaitu:

a. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti


telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi
global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam
turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling
bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional,
peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi
semacam World Trade Organization (WTO).
c. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama
televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini,
kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai
hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion,
literatur, dan makanan.
d. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis
multinasional, inflasi regional dan lain-lain. Dalam banyak hal, globalisasi
mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga
kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah
globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas
negara. Globalisasi menyangkut dalam berbagai bidang di dunia,hampir semua
bidang terkena oleh arus globalisasi. Bdang-bidang tersebut daiantaranya adalah
bidang informasi,komunikasi,ekonomi sosial dan budaya.

Sikap Terhadap Pengaruh dan Implikasi Globalisasi Terhadap Bangsa dan


Negara Indonesia

Kehadiran era globalisasi membawa dampak positif maupun negatif. Globalisasi


membuka peluang-peluang baru untuk peningkatan kesejahteraan manusia melalui kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi globalisasi juga memberikan tantangan kepada
suatu bangsa akan kekuatannya menghadapi pengaruh global pada semua aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara dapatkah ia menjaga eksistensinya  atau justru menjadi korban atas
semua pengaruh global tersebut. Oleh karena itu globalisasi dapat menjadi berkah apabila
suatu bangsa dapat memanfaatkan peluang dengan tepat, tetapi akan menjadi musibah atau
mendatangkan masalah bagi bangsa yang tidak mempunyai kesiapan untuk memasukinya.
Sebagai bangsa kita tidak mungkin menutup diri dari pergaulan dengan bangsa asing.
Keterbukaan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada eraglobalisasi ini tidak
mungkin kita abaikan begitu saja. Proses akulturasi budaya sebagai akibat frekuensi
hubungan antar bangsa yang semakin intensif merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindarkan lagi. Akibatnya nilai-nilai sosial budaya negara lain yang belum tentu sesuai
dengan kepribadian bangsa kita pun akan masuk dan berkembang di dalam masyarakat. Oleh
karena itu diperlukan sikap yang tepat dalam merespon masuknya arus globalisasi supaya kita
tidak sekedar menjadi obyek dari segala perubahan tersebut tetapi menjadi subyek yang
mampu memilih pengaruh budaya luar dan tata nilai yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa.

Dalam menghadapi pengaruh globalisasi ada tiga sikap merespons yang dapat
dilakukan, antara lain:

a. Sikap anti modernisasi yaitu: sikap menolak semua pengaruh modernisasi barat
atau globalisasi. Pandangan yang ekstrim ini menganggap kebudayaan barat
semua negatif.
b. Sikap menerima semua pengaruh barat dan menjadikan kebudayaan barat sebagai
akibat atau asal model.
c. Sikap selektif artinya: tidak menolak atau menerima kebudayaan barat begitu saja,
akan tetapi disesuaikan dengan dasar norma-norma dan kepribadian suatu bangsa.

Berdasarkan beberapa alternatif sikap dalam menghadapi pengaruh globalisasi


tersebut di atas, bangsa Indonesia menentukan sikap untuk selektif terhadap segala kemajuan
yang datang. Artinya kita tidak mungkin menutup diri dari segala perubahan tetapi kita harus
tetap waspada bahkan menolak terhadap pengaruh negatif dari perubahan tersebut. Dengan
demikian kita akan menerima segala pengaruh yang bersifat positif demi kemajuan bangsa
dan kesejahteraan  rakyat, tetapi menolak tegas segala pengaruh yang akan membawa akibat
kesensaraan rakyat dan hilangnya kepribadian atau jati diri kita sebagai bangsa. Adapun dasar
atau ukuran nilai-nilai tersebut sesuai dengan kepribadian kita tentu saja adalah ideologi 
nasional yaitu Pancasila.

 Jadi adanya kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu
negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif. Dampak-dampak pengaruh globalisasi tersebut kita kembalikan kepada diri
kita sendiri sebagai generasi muda Indonesia agar tetap menjaga etika dan budaya, agar kita
tidak terkena dampak negatif dari globalisasi.

PENGERTIAN AKTUALISASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN KAMPUS

Aktualisasi Pancasila dalam kehidupan kampus berarti realisasi penjabaran nilai-nilai


Pancasila dalam bentuk norma-norma dalam setiap aspek kehidupan kampus.

Aktualisasi Pancasila dalam kehidupan kampus ini dilaksanakan oleh seluruh lapisan
masyarakat kampus, seperti dosen, mahasiswa, tenaga administrasi.
TRIDARMA PERGURUAN TINGGI

Tridarma Perguruan Tinggi merupakan tiga tugas utama yang harus dijalankan oleh
perguruan tinggi sebagai wadah pembinaan potensi sumber daya manusia.

Tridarma perguruan tinggi itu adalah:

1.      Pendidikan dan Pengajaran

Pendidikan dan pengajaran dilaksanakan dalam bentuk proses belajar mengajar antara
dosen dan mahasiswa di kampus.

Tugas utama mahasiswa adalah menuntut ilmu, dan jika ia berhasil melewati segala
persyaratan yang ditentukan, ketika ia lulus, maka ia berhaka menyandang sebuah gelar
akademik.

Jika dikaitkan tidaram perguruan tinggi yang pertama ini, maka mahasiswa memiliki
fungsi akademis, yaitu mahasiswa sebagai calon pemikir, intelektual muda, atau pemuda
elite.

Oleh karenanya, mahasiswa ditengah-tengah masyarakat dituntut untuk menampilkan


sifat-sifat akademis yang ada dalam dirinya, terutama dalam menyelesaikan persoalan
kemasyarakatan yeng terjadi di sekitarnya.

2.      Penelitian

Tridarma kedua ini merupakan unsur utama bagi pergururan tinggi dalam
melaksanakan fungsinya untuk mengkoordinasikan, memantau, dan menilai kegiatan
penelitian yang diadakan oleh segenap civitas akademika. Untuk memperkuat fungsi ini,
disetiap perguruan tinggi didirikan sebuah lembaga penelitian.

Lembaga penelitian mempunyai fungsi utama yaitu:

a. Melaksanakan penelitian ilmiah murni, teknologi dan seni.


b. Melaksanakan penelitian untuk mengembangkan universitas.
c. Melaksanakan penelitian yanh menyumbangkan konsepsi pembangunan wilayah dan
atau daerah, melalui kerjasama antar perguruan tinggi dan badan lainnya, di dalam
atau di luar negeri.

Adanya rasa ingin tahu yang tinggi, mendorong mahasiswa untuk mengadakan
penelitian-penelitian, mengadakan percobaan, dan eksperimen, sehingga hasilnya dapat
dinikmati bukan saja oleh kelompoknya tetapi juga buat masyarakat sekitarnya.

3.      Pengabdian pada Masyarakat

Tridarma ketiga ini, mensyaratkan perguruan tinggi untuk melakukan pengabdian


pada masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengabdian secara langsung
seperti program KKN atau melakukan penyuluhan mengenai suatu masalah di tengah
masyarakat. Pengabdian secara tidak langsung misalnya kegiatan penelitian yang dilakukan
di laboratorium, yang tujuannya adalah mengembangkan ilmu untuk kemajuan hidup
masyarakat.

Pengabdian pada masyarakat adalah pengalaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan


seni langsung kepada masyarakat secara melembaga melalui metodologi ilmiah. Ini sebagai
tanggung jawab luhur perguruan tinggi dalam usaha mengembangkan kemampuan
masyarakat sehingga dapat mempercepat tercapainya tujuan pembangunan nasional.

Ketiga tridarma di atas dijalankan oleh perguruan tinggi atas nama lembaga, maupun
atas nama civitas akademika secara personal, yang dalam pelaksanaanya searah dan sesuai
dengan norma-norma Pancasila. Ketiga fungsi ini tidak boleh lepas dari kehidupan civitas
akademika  (dosen, mahasiswa, alumni, pimpinan dan staf), karena mereka semua adalah
bagian masyarakat kampus maupun masyarakat sosial pada umumnya.

BUDAYA AKADEMIK

Budaya Akademik, tidak dapat dilepaskan dari proses belajar mengajar dan penelitian
dalam arti luas.

Empat tahap belajar tersebut adalah:

1. Mahasiswa berorientasi tehadap unsur-unsur ilmu yang penting, termasuk cara-cara


penalaran yang khas untuk bidang itu.
2. Mahasiswa berlatih melakukan kegiatan-kegiatan bernalar itu, melalui kaitannya
satu dengan yang lain.
3. Mahasiswa mendapat kesadaran tentang hasil belajar yang telah ia capai.
4. Mahasiswa melanjutkan proses belajar dengan cara orientasi latihan pemeriksaan.

Terciptanya budaya akademik berarti terciptanya budaya belajar secara konsisten,


sistematis, dan berkesinambungan dalam kehidupan civitas akademika, baik ketika ia berada
didalam kampus maupun diuar kampus.

Secara lebih luas, budaya akademik akan tercermin dalam fungsi-fungsi belajar yaitu:

1. Fungsi kognitif
2. Fungsi afektif
3. Fungsi motorik

Budaya akademik dapat diciptakan bila kondisi, semangat dan perilaku civitas
akademika untuk mendapatkan ilmu pengetahuan begitu intens, hidup dan berjalan tanpa
gangguan. Budaya akademik berintikan proses belajar mengajar dan kegiatan penelitian
ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan baru melalui beragam kegiatan akademik.

Budaya akademik, dengan budaya belajar sebagai intinya, tidak boleh terlepas dari
tuntutan Tuhan Yang Maha Esa dalam:
1. Menyusun suatu dasar pemikiran 
2. Melihat suatu masalah
3. Merumuskan jawaban dan pemecahan serta
4. Memberikan penjelasan yang berdasar dan mendasar

Dan itulah sebenarnya langkah-langkah mendasar dari suatu proses belajar dan
penelitian ilmiah.

KAMPUS SEBAGAI MORAL FORCE PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM

Kampus tidak hanya menjalankan tridarma dalam bidang ilmu pengetahuan dan iptek,
tapi juga harus menjadi moral force (kekuatan moral) untuk mengembangkan hukum dan Hak
Asasi Manusia di tengah-tengah masyarakat.  Kampus, dengan ujung tombak dosen dan
mahasiswa, dapat menjadi basis kekuatan untuk memperjuangkan hukum dan HAM agar
dilaksanakan secara benar oleh negara, pemerintah dan masyarakat.

1.      Kampus sebagai Moral Force Pengembangan Hukum

Dalam bidang hukum, kampus dapat memberikan bekal pengetahuan dan pengertian
hukum secara benar kepada masyarakat, melelui tiga tingkatan yaitu:

1. Interpretasi, bertujuan untuk mengetahui pengertian obyektif dari apa yang termaktub
dalam peraturan hukum. 
2. Kontruksi, adalah pembentuka juridis, yang terdiri atas bagian-bagian atau unsur yang
tertentu, dengan tujuan agar apa yang termaktub dalam pembentukan itu merupakan
pengertian yang jelas dan terang.
3. Sistematik, adalah mengadakan sistem dalam suatu bagian hukum pada khususnya
atau seluruh bidang hukum pada umumnya.

Ketika kampus , melalui kegiatan akademik dan pengabdian pada masyarakat mampu
memberikan penerangan dan pengertian yang benar kepada masyarakat, maka itu merupakan
sumbangan yang sangat besar dalam pengembangan dan penegakan supremasi hukum di
Indonesia.

2.      Kampus sebagai Moral Force Pengembangan HAM

Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap orang, yang diberikan
oleh Tuhan, dan dijamin oleh PBB. Pernyataan umum tentang hak –hak asasi manusia harus
disebarkan, diinformasikan , dan dilaksanakan oleh setiap negara.

Kampus perlu terus memberikan pelajaran dan pengkajian akademis mengenai hak-
hak dasar manusia yang dijamin oleh Pancasila (undang-undang) dan piagam HAM PBB.
Mayarakat kampus, masyarakat umum, dan juga pemerintah perlu memperjuangkan tegaknya
HAM di tanah air. Warga kampus dapat menjadi inisiator, fasilitator, pengawas atas
pengembangan HAM. Dalam konteks inilah kampus dapat menjadi moral force
pengembangan HAM.
Jadi, warga kampus (kampus) sebagai moral force pengembangan HAM adalah dengan cara:

a.       Inisiator

Sebagai inisiator, warga kampus harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
HAM dan program pengembangan dan penegakan HAM di bidang akademik dan
kemahasiswaan, baik ke dalam maupun keluar kampus. Yang terpenting adlah kampus harus
memiliki sumber daya manusia yang menangani isu-isu HAM. Wujudnya dapat berupa
sebuah tim yang mengkaji , mengsosialisasikan dan mengembangkan program HAM di
berbagai bidang ilmu yang digeluti, seperti aspek HAM di bidang ekonomi, sosial dan
budaya , dan hal ini bisa diintegrasikan dengan program tridarma setiap fakultas. Tim ini
nantinya berfungsi sebagai inisiator dan negosiator.

b.      Fasilitator

Kampus sebagai fasilitator memiliki dua fungsi, yaitu:

a) Menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung dan melaksanakan program


HAM, baik didalam maupun diluar kampus.
b) Penyambung atau jembatan dari suara-suara yang berhubungan dengan HAM yang
datang dari luar kampus untuk disampaikan kepada pihak-pihak yang berwenagn dan
berkepentingan, dalam hal ini pemerintah supaya ditindak lanjuti sehingga HAM
dapat dilaksanakan dan ditegakkan sebagaimana yang diharapakan.

Agar kampus dapat berfungsi sebagai fasilitator seperti yang disebutkan di atas, maka
kampus diharuskan mempunyai suatu manajemen, yaitu manajemen HAM. 

c.       Pengawas

Pengawas yang dimaksud di sini mencakup dua hal, yaitu:

a) Pengawas atas program yang telah direncanakan oleh tim inisiator di dalam kampus.
b) Pengawas atas pelaksanaan HAM di tengah-tengah masyarakat atau di luar kampus.

Sebagai pengawas penegakan HAM, maka tim inisiator sebagai inti, dan seluruh
civitas akademika sebagai participant, berusaha agar seluruh program HAM berjalan lurus di
atas garis yang telah ditetapkan. Dan jika ditemukan menyimpang, maka diluruskan sejak
dini supaya penyimpangan itu tidak berkepanjangan. 

Sebagai pelopor dan penegakan HAM warga kampus harus menyadari bahwa
pengawasan sangat menentukan berhasil tidaknya tujuan yang ingin dicapai. Pengawas
seharusnya terjadi atas segala aktivitas dan tindakan untuk mengamankan rencana dan
keputusan yang telah dibuat dan sedang dilakukan. Atau dengan kata lain pengawasan adalah
keseluruhan dari aktivitas-aktivitas dan tindakan- tindakan untuk menjamin, atau membuat
supaya semua pelaksaan dan penyelenggaraan dapat berlangsung sebagaimana mestinya,
serta berhasil sesuai denghan apa yang telah dierncanakan, diprogramkan dan diputuskan.
Ketiga fungsi yang telah dijelaskan (inisiator, fasilitator, pengawas) menjadi barometer
apakah ksmpus dapat menjadi moral force penegakan HAM atau tidak. Selanjutnya beberapa
hak-hak pokok yang perlu diperjuangkan oleh warga kampusa adalah:

a. Martabat manusia yang dijunjung tinggi,


b. Kemerdekaan,
c. Perlindungan hukum,
d. Perkawinan dan keluarga,
e. Kebebasan menegluarkan pendapat dan mendapatkan informasi,
f. Kebebasan mendapatkan pendidikan.

Dalam era reformasi saat ini, tantangan yang dihadapi oleh kampus makin besar.
Dinamika masyarakat yang begitu tinggi, krisis yang masih berlangsung, serta ketidakpastian
penegakan hukum, harus menjadi titik utama bagi warga kampus dalam menjalankan
peranannya. Jika hal ini dapat dilakukan maka kampus akan menjadi agent of change (agen
perubahan) yang sekaligus pioneer of progresive (pelopor pembaharuan) ke arah yang lebih
baik, yang pada akhirnya akan menjadikan kampus sebagai Moral Force pengembangan
hukum dan HAM.

DAFTAR PUSTAKA

Alfian,Dalam Pancasila Sebagai Ideologi.Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kehidupan

Politik.Jakarta:BP-7 Pusat 1991.

Budiarjo,Miriam.Dasar Ilmu Politik.Jakarta Gramedia Pustaka Utama 1991.

Bakry,Noor MS. Oriental Filsafat Pancasila. Yogyakarta,Liberty,1990.

Bakry,Noor MS. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta,Liberty,1994

Darmodiharjo,cs Darji.Santiaji Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional, 1981.

Darmodiharjo, Darji. Mimbar BP-7. Pengertian Nilai, Norma, Moral, Etika, Pandangan

Hidup.Jakarta: BP-7 Pusat,1995/1996,No.76.

Djuharno,Hasanudin.Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945.Bandung,1989

http://www.master-exselen.com/2013/06/aktualisasi-pancasila-dalam
kehidupan.html#sthash.CuHlWu6y.dpuf

Anda mungkin juga menyukai