Anda di halaman 1dari 10

ETIKA PROFESI

KASUS AKUNTAN PUBLIK LUAR NEGRI & DALAM NEGRI

Nama:Marta IsaBella Pista


Npm: 0119103011

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2019
01-[e] Etika Profesi …

Tugas
Mahasiswa ditugaskan untu membuat daftar skandal Kantor Akuntan Publik di luar negeri 3
kasus dan di dalam negeri 3 kasus selama tahun 2019.

DALAM NEGERI
1. Kasus PT Muzatek Jaya 2004
Menkeu Sri Mulyani telah membekukan ijin AP (Akuntan Publik) Drs Petrus M. Winata dari
KAP Drs. Mitra Winata dan Rekan selama 2 tahun yang terhitung sejak 15 Marit 2007, Kepala
Biro Hubungan Masyaraket Dep. Keuangan, Samsuar Said saat siaran pers pada Selasa (27/3),
menerangkan sanksi pembekuan dilakukan karena AP tersebut melakukan suatu pelanggaran atas
SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik).

Pelanggaran tersebut berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan audit terhadap Laporan


Keuangan PT. Muzatek Jaya pada tahun buku 31 December 2004 yang dijalankan oleh Petrus.
Dan selain itu Petrus juga melakukan pelanggaran terhadap pembatasan dalam penugasan audit
yaitu Petrus malaksanakan audit umum terhadap Lap. keuangan PT. Muzatek Jaya dan PT.
Luhur Arta Kencana serta kepada Apartement Nuansa Hijau mulai tahun buku 2001. hingga
tahun 2004.

2. Kasus PT KAI 2006


Komisaris PT KAI (Kereta Api Indonesia) mengungkapkan bahwa ada manipulasi laporan
keuangan dalam PT KAI yang seharusnya perusahaan mengalami kerugian tetapi dilaporkan
mendapatkan keuntungan.

“Saya mengetahui ada sejumlah pos-pos yang seharusnya dilaporkan sebagai beban bagi
perusahaan tapi malah dinyatakan sebagai aset perusahaan, Jadi disini ada trik-trik akuntansi,”
kata Hekinus Manao, salah satu Komisaris PT. KAI di Jakarta, Rabu.
Dia menyatakan, hingga saat ini dirinya tidak mau untuk menandatangani laporan keuangan tersebut
karena adanya ketidak-benaran dalam laporan keuangan itu
“Saya tahu bahwa laporan yang sudah diperiksa akuntan publik, tidak wajar karena sedikit
banyak saya mengerti ilmu akuntansi yang semestinya rugi tapi dibuat laba,” lanjutnya.

Karena tidak ada tanda-tangan dari satu komisaris PT KAI, maka RUPS (Rapat Umum
Pemegang Saham) PT Kereta Api harus dipending yang seharusnya dilakukan pada awal Juli
2006.

3. Kasus Kredit Macet BRI Cabang Jambi 2010


Kredit Macet Hingga Rp. 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat.

Seorang akuntan publik yang menyusun laporan keuangan Raden Motor yang bertujuan
mendapatkan hutang atau pinjaman modal senilai Rp. 52 miliar dari Bank Rakyat Indonesia
(BRI) Cabang Jambi pada tahun 2009 diduga terlibat dalam kasus korupsi kredit macet.
Terungkapnya hal ini setelah Kejati Provinsi Jambi mengungkap kasus tersebut pada kredit
macet yang digunakan untuk pengembangan bisnis dibidang otomotif tersebut. Fitri Susanti,
yang merupakan kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI Cabang Jambi yang
terlibat kasus tersebut, Selasa [18/5/2010] menyatakan, setelah klien-nya diperiksa dan
dicocokkan keterangannya dengan para saksi-saksi, terungkap adaa dugaan keterlibatan dari
Biasa Sitepu yang adalah sebagai akuntan publik pada kasus ini.

Hasil pemeriksaan yang kemudian dikonfrontir keterangan tersangka dengan para saksi Biasa
Sitepu, terungkap ada terjadi kesalahan dalam pelaporan keuangan perusahaan Raden Motor
dalam pengajuan pinjaman modal ke BRI Cabang Jambi.

Ada 4 aktivitas data pada laporan keuangan tersebut yang tidak disajikan dalam laporan oleh
akuntan publik sehingga terjadi kesalahan dalam proses kreditnya dan ditemukan dugaan
korupsi-nya

“Ada 4 aktivitas laporan keuangan Raden Motor yang tidak dimasukan kedalam laporan
keuangan yang diajukan ke Bank BRI, hingga menjadi sebuah temuan serta kejanggalan dari
pihak kejaksaan untuk mengungkap kasus kredit macet ini.” tegas Fitr. Keterangan serta fakta
tsb. terungkap setelah tersangka Effendi Syam, diperiksa dan dibandingkan keterangannya
dengan keterangan saksi Biasa Sitepu yang berperan sebagai akuntan publik dalam kasus ini di
Kejati Jambi. Seharusmya data-data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan harus
lengkap, tetapi didalam laporan keuangan yang diberikan oleh tersangka Zein Muhamad sebagai
pimpinan Raden Motor ada data-data yang diduga tidak disajikan dengan seharusnya dan tidak
lengkap oleh akuntn publik.

Tersangka Effendi Syam berharap penyidik di Kejati Jambi bisa melaksanakan pemeriksaan dan
mengungkap kasus secara adil dan menetapkan pihak pihak yang juga terlibat dalam kasus
tersebut, sehingga semuanya terungkap. Sementara itu, penyidik Kejaksaan masih belum mau
berkomentar lebih banyak atas temuan tersebut.

Kasus kredit macet itu terungkap, setelah pihak kejaksaan menerima laporan tentang adanya
penyalah-gunaan kredit yang diajukan oleh tersangka Zein Muhamad sebagai pemilik Raden
Motor. Sementara ini pihak Kejati Jambi masih menetapkan 2 tersangka, yaitu Zein Muhamad
sebagai pemilik Raden Motor yang mengajukan kredit dan Effedi Syam dari pihak BRI cabang
jambi sebagai pejabat yang menilai pengajuan sebuah kredit.

LUAR NEGERI

1. KASUS ENRON

Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui
pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti
Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas
bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi. Diversifikasi usaha
tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading commodity non energy dan kegiatan
bisnis keuangan.
Tokoh Penting :
Pendiri Enron : Kenneth Lay,
CEO dan CRO Sementara : Stephen F. Cooper,
Ketua : John J. Ray, III
Wakil Komisaris : Clifford Baxter

Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada
tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan
menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari
Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari
lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar
di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar dan
menyebabkan 4.000 pegawai kehilangan pekerjaan mereka.

· KAP ARTHUR ANDERSEN

Salah satu firma akuntansi terbesar di AS yang berdiri sejak 1913 Kantor Akuntan Publik yang
termasuk dalam “the big four” (PricewaterhouseCoopers, Deloitte, Ernst & Young, KPMG) lalu
pecah menjadi “the big five” Sejak pemisahan bisnis jasa atestasi (fungsi akuntansi dan
konsultasi) Arthur Andersen, (1999).

· KERJA SAMA KAP ARTHUR ANDERSON DAN ENRON


Arthur andersen Perusahaan akuntan yang mengaudit laporan keuangan Enron, juga sebagai
konsultan manajemen Enron. KAP tersebut memiliki kebijakan pemusnahan dokumen yang
tidak menjadi bagian dari kertas kerja audit formal.

1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif) membiarkan
kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan mengijinkan
terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh Pihak dalam
perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak sehat sebelum hal
tersebut terungkap kepada publik.
2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing secara
total atas fungsi internal audit perusahaan.
a. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah partner KAP
Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
b. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
c. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
3. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan
mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang
sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di
putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
4. Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting
perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal
tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron
menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas kekhawatiran
tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk mempertanyakan pertimbangan
yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi oleh penasehat hukum
tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu diperhatikan.
5. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Dalam
laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100
juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron
secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan
secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting charge/expense)
sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi
rugi $644 juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1
miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
yang didirikan oleh CFO Enron.
6. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan
dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang
tidak di laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan ini nilai investasi
dan laba yang di tahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang sama.
7. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran
dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap
proses peradilan.
8. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002. sementara
KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat Enron
mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
9. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar untuk
menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
10. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan KAP
Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di Amerika.
11. Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen bersalah
atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah menghancurkan
dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
12. Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk
melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen
mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk suatu
komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.
13. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak sebagai
penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan hambatan proses
peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus KAP Andersen dan
Enron.
14. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah
melakukan hambatan terhadap proses peradilan.

2. Kantor akuntan publik mitra Ernst & Young’s (EY) di Indonesia,

yakni KAP Purwantono, Suherman & Surja sepakat membayar denda senilai US$ 1 juta
(sekitar Rp 13,3 miliar) kepada regulator Amerika Serikat, akibat divonis gagal melalukan
audit laporan keuangan kliennya.

Kesepakatan itu diumumkan oleh Badan Pengawas Perusahaan Akuntan Publik AS (Public
Company Accounting Oversight Board/PCAOB) pada Kamis, 9 Februari 2017, waktu
Washington. Kasus itu merupakan insiden terbaru yang menimpa kantor akuntan publik,
sehingga menimbulkan keprihatinan apakah kantor akuntan publik bisa menjalankan praktek
usahanya di negara berkembang sesuai kode etik.

“Anggota jaringan EY di Indonesia yang mengumumkan hasil audit atas perusahaan


telekomunikasi pada 2011 memberikan opini yang didasarkan atas bukti yang tidak memadai,”
demikian disampaikan pernyataan tertulis PCAOB, seperti dilansir Kantor Berita  Reuters,
dikutip Sabtu, 11 Februari 2017.
Temuan itu berawal ketika kantor akuntan mitra EY di AS melakukan kajian atas hasil audit
kantor akuntan di Indonesia. Mereka menemukan bahwa hasil audit atas perusahaan
telekomunikasi itu tidak didukung dengan data yang akurat, yakni dalam hal persewaan lebih
dari 4 ribu unit tower selular. “Namun afiliasi EY di Indonesia itu merilis laporan hasil audit
dengan status wajar tanpa pengecualian,” demikian disampaikan PCAOB.

PCAOB juga menyatakan tak lama sebelum dilakukan pemeriksaan atas audit laporan pada
2012, afiliasi EY di Indonesia menciptakan belasan pekerjaan audit baru yang “tidak benar”
sehingga menghambat proses pemeriksaan. PCAOB selain mengenakan denda US$ 1 juta juga
memberikan sanksi kepada dua auditor mitra EY yang terlibat dalam audit pada 2011.
“Dalam ketergesaan mereka atas untuk mengeluarkan laporan audit untuk kliennya, EY dan
dua mitranya lalai dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk memperoleh bukti audit yang
cukup,” ujar Claudius B. Modesti, Direktur PCAOB Divisi Penegakan dan Invstigasi.

Manajemen EY dalam pernyataan tertulisnya menyatakan telah memperkuatproses


pengawasan internal sejak isu ini mencuat. “Sejak kasus ini mengemuka, kami terus
melanjutkan penguatan kebijakan dan pemeriksaan audit global kami,” ungkap Manajemen EY
dalam pernyataannya.

Pada dua bulan lalu, kantor akuntan publik lainnya yakni Deloitte & Touche LLP melalui unit
usahanya di Brazil setuju membayar denda kepada PCAOB sebesar US$ 8 juta karena divonis
menutupi laporan audit palsu.

3. Kasus Ligand Pharmaceuticals

Pada musim panas 2002, Kongres Amerika dengan cepat bersikap menerbitkan Sarbanes Oxley
Act (SOX) sebagai tindak lanjut kasus Enron dan Worldcom. Undang-undang SOX ini berisi
tentang pencapaian reformasi tercepat terhadap pelaporan keuangan di tingkat federal yang berisi
persyaratan bahwa perusahaan publik harus memiliki pengendalian internal melalui pelaporan
keuangan yang diaudit oleh kantor akuntan publik independen.
Pada tahun 2003, Undang-undang SOX membawa hikmah bagi Deloitte dan anggota KAP Big
Four lainnya sejak perusahaan itu dituntut untuk menyediakan ribuan audit pengendalian internal
yang diperintahkan oleh SOX. Untuk mengambil keuntungan penuh dari aliran pendapatan besar
ini, KAP ini mendesain kembali proses auditnya, melengkapi kembali struktur organisasinya,
dan merekrut sejumlah besar karyawan baru. Lahirnya SOX kemudian disusul dengan
terbentuknya SEC dan PCAOB yang mengubah wajah akuntansi dan auditing Amerika mulai
saat itu.
Pada akhir tahun 2003, James Fazio mendapat tugas melalui partner perikatan audit dengan
Deloitte dan diberi kepercayaan untuk memimpin dan mengawasi audit perusahaan farmasi
Ligand untuk tahun buku 2003.
Pada awal tahun 2004, pada saat Deloitte telah mengaudit laporan keuangan Ligand tahun buku
2003, perusahaan Ligand telah memasarkan produk utamanya hanya dalam perioda jangka
pendek., yang artinya bahwa akuntan Ligand  memiliki keterbatasan pengalaman historis
terhadap dasar estimasi retur penjualan di masa depan. Masalah yang komplit ini merupakan
kesulitan Ligand  dalam merinci data penjualan dan sediaan dari 3 grosirnya.
Pada awal bulan Maret 2004, segera sebelum Deloitte menyelesaikan audit Ligand tahun buku
2003, Ligand menerima tambahan informasi dari grosirnya mengenai tingkat pengembalian yang
dialami oleh produk utamanya. Dalam audit ini ditemukan indikasi bahwa pada 31 Desember
2003 cadangan retur penjualan masa depan adalah memadai. Dalam beberapa kasus, retur yang
diterima di awal 2004 untuk produk yang terjual di 2003 melewati total provisi produk tersebut
pada akhir tahun 2003 untuk retur penjualan. Meskipun ini diketahuinya, Fazio tetap
mengeluarkan opinin WTP terhadap laporan keuangan Ligand tahun 2003 di tanggal 01 Maret
2004.
Masih pada bulan Maret 2004, Fazio disupervisi oleh Dewan Reviu Interim Deloitte tentang
laporan keuangan Ligand triwulan pertama 2004. Selama perikatan, Fazio dan bawahannya,
memperoleh data retur penjualan untuk 2 bulan pertama tahun fiskal 2004. Data tersebut
didemontrasikan sendiri oleh Tim Reviu Deloitte dan ditemukan bahwa cadangan akhir tahun
untuk retur penjualan secara signifikan terlalu rendah. Fazio dianggap gagal merekomendasikan
kepada perusahaan untuk menarik dan menyajikan kembali laporan keuangannya tahun 2003.
Pada awal bulan April 2004, Fazio meminta untuk bertemu dengannya dan segera menghadap
atasannya, Partner in Charge untuk Praktik Audit Wilayah San Diego. Selama pertemuan itu,
Fazio menceritakan  tentang kinerja pekerjaannya. Hasil pertemuam itu menghasilkan fakta dari
anggota manajemen Deloitte yang menyarankan supaya Fazio jangan tidak dibolehkan untuk
mengawasi audit perusahaan publik.
Pada akhir bulan April 2004, selama rangkaian audit Ligand tahun buku 2003, Fazio segera
bertemu atasannya sekali lagi. Selama pertemuan, Fazio bercerita bahwa dia merasakan telah
terjadi risiko kualitas terhadap auditnya dan telah disarankan untuk keluar dari jaringan KAP
Deloiite. Beberapa pimpinan partner Deloitte telah mencapai keputusan untuk meminta
pengunduran diri Fazio. Partner ini terdiri dari Direktur Program Manajemen Risiko Deloitte,
Partner Manajer Audit Regional untuk wilayah Pasifik Selatan, dan Partner Manager Audit
Nasional Deloitte.
Pada 5 Agustus 2004, Deloitte mengundurkan diri sebagai auditor independen Ligand. Harga
saham Ligand turun tajam menyusul pengunduran diri Deloitte yang tidak diharapkan ini. Dari
pengumumannya, harga saham Ligand yang sebelumnya mendekati $24 dolar per lembar pada
April 2004, dengan cepat jatuh di bawah angka $1,50 per lembar sampai akhir tahun 2008.
Pada Mei 2005, manajemen Ligand mengumumkan bahwa perusahaan akan menyajikan kembali
laporan keuangannya dari tahun 2002, 2003, dan tiga triwulan pertama tahun 2004. Manajemen
melaporkan bahwa telah dibentuk investigasi bersama oleh komite audit perusahan dan KAP
baru BDO Seidman dan mereka telah menyatakan adanya kesalahan material dalam laporan
keuangan itu. Kesalahan itu secara umum dihasilkan dari ketidaksesuain pengakuan pendapatan
untuk pengiriman produk ke distributor yang diproduksi Ligand akhir tahun 2005 dengan
mengurani pelaporan pendapatan perusahaan ke depan untuk tahun 2003 sebesar 53% atau $59
juta secara keseluruhan. Perusahaan juga meningkatkan pelaporan rugi operasinya untuk tahun
2003 sebesa 250%.
Pada 10 Desember 2007,  PCAOB mengeluarkan pengumuman bersama tentang sanksi disiplin
terhadap James Fazio dan Deloitte & Touche atas keterlibatan Fazio pada audit Ligand 2003.
PCAOB melarang James Fazio untuk masuk dalam pendaftaran PCAOB sebagai KAP selama
dua tahun. Dalam pengumuman PCAOB yang dikeluarkan pada 10 Desember 2007 itu,
jurubicara PCAOB melaporkan bahwa Fazio telah melanggar beberapa standar profesional
auditing selama mengaudit Ligand 2003.
 

Latar Belakang Kasus


Berdasarkan data pada kasus yang disebutkan, maka yang menjadi latar belakang terjadinya
kasus adalah berikut ini.
Sesuai dengan standar PCAOB, auditor dapat mengungkapkan sebuah opini wajar tanpa
pengecualian atas laporan keuangan emiten hanya jika telah terbentuk pendapat semacam itu
berdasarkan audit yang dilakukan sesuai dengan standar PCAOB. Standar ini mengharuskan agar
auditor melakukan pekerjaan audit secara profesional, bersikap skeptis profesional, dan
berdasarkan bukti yang cukup kompeten untuk mendapatkan dasar memadai mengenai opini
laporan keuangan, evaluasi kejadian selanjutnya, dan supervisi asisten. Laporan keuangan
Ligand pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa mereka mengakui pendapatan pada saat
pengiriman produk, setelah dikurangi kos yang seharusnya dikeluarkan. Dalam pengakuan itu
auditor Fazio menemukan bahwa secara signifikan jumlah retur penjualan disajikan terlalu
rendah sehingga pendapatan Ligand meningkat drastis. Hal ini disebabkan karena staf akuntan
Ligand tidak memiliki kemampuan untuk mengestimasi jumlah pengembalian produk untuk
disajikan sebagai retur penjualan. Hal itu diketahui oleh Fazio tetapi Fazio tidak melakukan reviu
malah justru menerbitkan opini WTP atas laporan keuangan Ligand tahun 2003.
Pada saat audit Ligand tahun buku 2003, kebijakan dan prosedur tertulis Deloitte mensyaratkan
bahwa risiko perikatan harus dinilai setiap tahun, yaitu harus lebih besar dari normal atau jauh
lebih besar dari biasanya. Tim perikatan menilai bahwa risiko perikatan untuk audit Ligand tahun
2003 ternyata lebih besar dari biasanya seperti yang didokumentasikan di kertas kerja audit.
Penilaian risiko ini meningkat karena kejadian yang berkaitan dengan penjualan produk dan hasil
penjualan. Menanggapi risiko yang tinggi ini, mengharuskan tim perikatan untuk lebih fokus dan
meningkatkan skeptisisme profesional mereka untuk menangani secara spesifik dan
mengidentifikasi risiko yang terkait dengan estimasi Ligand tentang pendapatan di masa depan.
Dalam hal ini,  James Fazio tidak cukup menilai apakah Ligand memiliki kemampuan untuk
memperkirakan adanya pengembalian produk yang lebih baik.
diidentifikasi  dua permasalahan dalam kasus ini, yaitu:
Bagaimana bisa James Fazio selaku partner auditor tidak dapat mendeteksi adanya risiko
perikatan sehingga ketika opini auditor telah diterbitkan ternyata terdapat kesalahan perhitungan
retur penjualan yang dilaporkan terlalu rendah oleh Ligand?
Mengapa sistem pengendalian mutu KAP milik James Fazio gagal melakukan prosedur audit
yang diperlukan secara memadai untuk memastikan bahwa stafnya disupervisi oleh orang lain di
bawah pengawasannya?

Anda mungkin juga menyukai