EMBRIO PANCASILA
Realitas kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dapat terlepas dari sejarah masa
lalu Negara Kesatuan Republik Indonesi (NKRI). Demikian pula, terbentuknya NKRI
dengan Pancasila sebagai dasar negara tidak terlepas dari proses panjang sejarah bangsa
Indonesia. Masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang merupakan suatu keterkaitan
yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini berarti bahwa realitas kehidupan saat ini merupakan
kelanjutan dari sejarah masa lalu, dan kehidupan yang akan datang merupakan kelanjutan
dari kehidupan masa kini.
Masa lalu bangsa Indonesia, khususnya pada masa penjajahan, Belanda dan Jepang
penuh dengan kesengsaraan, kesulitan, kepahitan yang memunculkan perjuangan disertai
dengan pengorbanan baik berupa harta benda maupun jiwa (nyawa). Hal tersebut
merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri oleh siapapun. Untuk itu generasi
sekarang dan mendatang perlu memahami, menghayati dan mensyukuri apa yang telah
dilakukan oleh generasi terdahulu sehingga generasi muda tetap merdeka dan semakin
maju.
8
untuk membawa air dan lain sebagainya. Selanjutnya adalah 4) kekeluargaan, dalam satu
kelompok seakan sebagai satu keluarga besar. Saling membantu menggendong anak-anak,
membantu membawa perbekalan, mengurus orang tua, berbagi makanan dan sebagainya.
Terakhir saat dalam perjalanan, tentunya dengan melihat kemampuan sesama dan
kekuatan sesama. Disini muncul apa yang dikenal sebagai 5) tenggang rasa. Apabila ada
yang kelelahan, maka perlu istirahat dulu, dan apabila ada yang sakit, maka perlu
dipulihkan dengan kompak istirahat beberapa hari dan sebagainya.
Untuk lebih memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama kaitannya
dengan jatidiri bangsa Indonesia, diperlukan adanya pemahaman tentang bagaimana
unsur-unsur Pancasila dalam tahapan-tahapan panjang. Tahap-tahap tersebut adalah :
tahap kebudayaan Indonesia asli, tahap perkembangan pengaruh Budaya Hindu, tahap
perkembangan pengaruh Budaya Islam dan tahap perkembangan pengaruh Budaya Barat
dan pengaruh-pengaruh budaya lainnya berdasarkan perjalanan sejarah panjang bangsa
Indonesia di masa lalu.
Sesudah rakyat hidup menetap (tidak hidup secara nomaden), berbagai suku bangsa di
Indonesia telah mengenal pengakuan dan pemujaan kepada sesuatu kekuatan yang lebih
tinggi dari kekuatan manusia. Suku bangsa Indonesia saat itu sudah mengenal, mengakui
9
adanya sesuatu yang berada diatas dirinya, bukan sekedar animisme. Hal tersebut tetap
berlangsung sebelum kebudayaan Hindu masuk dan berkembang di Indonesia.
Unsur inilah yang merupakan embrio (cikal bakal) kepercayaan adanya Tuhan
yang kemudian menjadi KeTuhanan. Hal ini telah dibuktikan oleh para ahli sejarah dan
Antropolog seperti di Kalimantan orang mengenal sebutan Tuh sebagai intisari
kepercayaan terhadap kekuatan yang berada di atas kekuasaan manusia dalam segala
aspeknya. Di Jawa orang mengenal sebutan Hyang Paring Gesang, di Tapanuli mengenal
dengan sebutan Ompu Debata.
Pada masa awal peradaban, bangsa Indonesia hidup dalam kesatuan-kesatuan kecil
yang kemudian disebut suku. Ikatan suku ini dijiwai oleh semangat kekeluargaan yang
sangat tinggi. Di Jawa dikenal adanya kekuatan kekerabatan dengan istilah “mangan ora
mangan asal kumpul”.
Hal-hal tersebut di atas menunjukkan bahwa unsur-unsur budaya asli akan terus
berkembang sejalan dengan berkembangnya peradaban manusia Indonesia. Artinya,
manusia Indonesia adalah dinamis.
10
Pergaulan antar bangsa semakin intensif dilakukan oleh sejumlah kerajaan di tanah
air diantaranya dengan bangsa Cina dan India. Hal ini menunjukkan adanya
perkembangan dalam hal kemanusiaan. Bangsa Indonesia dapat menerima kehadiran
mereka untuk berkarya untuk kesejahteraan bersama.
Pengaruh Hindu juga menyebabkan timbulnya ikatan masyarakat baru yang disebut
Kerajaan. Batas wilayah kerajaan lebih nyata dibandingkan dengan batas wilayah
kesukuan. Mulai saat itulah timbul sikap mempertahankan wilayah/daerah yang kemudian
disebut tanah air dalam bentuk peperangan (sadumuk bathuk, sanyari bumi).
Meskipun berkembang sikap mengabdi kepada Raja yang dianggap keturunan Dewa,
kesejahteraan umum tetap mendapat perhatian Raja. Semua itu menunjukan bahwa
meskipun dalam pengaruh budaya Hindu, nilai-nilai yang menjadi embrio Pancasila tetap
ada bahkan semakin berkembang dengan adanya rasa memiliki wilayah (tanah air).
Keberadaan bangsa Indonesia bersama dengan bangsa asing dan penganut agama
lainnya memperlihatkan sikap persaudaraan. Demikian pula, keberadaan pemeluk agama
Budha dan Hindu memperlihatkan adanya toleransi antara pemeluk agama yang berbeda.
Contohnya keberadaan candi Borobudur (bangunan dari agama Budha) dan candi Mendut
(bangunan dari agama Hindu) merupakan bukti adanya toleransi antar umat beragama
yang sangat tinggi. Empu Tantular dalam buku Sutasoma menyatakan bahwa pada jaman
Majapahit hidup dalam suasana Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangroa, yang
artinya meskipun berbeda tetapi tetap satu, tiada perpecahan konflik dalam agama.
11
Namun demikian, hubungan dengan bangsa yang beragama lain tetap dilakukan
terutama di bidang perdagangan. Seiring dengan berkembangnya agama Islam,
berkembang juga kekuatan lain yaitu antara lain budaya Barat yang cenderung
mengancam kebebasan. Itulah sebabnya kecintaan pada kelompok sosial dan daerah
semakin bertambah. Islam mengajarkan Ukhuwah Islamiah (persaudaran Islam) dan Islam
mengajarkan perbuatan amal (kebaikan terhadap sesama terutama yang tidak berdaya) dan
zakat bagi mereka yang tidak mampu / kaum dhuafa.
Bangsa Barat memasuki Indonesia pada awal abad ke XVI, meskipun pada abad-
abad sebelumnya secara sporadis telah ada orang Barat yang datang ke Indonesia seperti
Marco Polo. Abad ke XV dan XVI dikenal sebagai abad penjajahan, karena pada abad
tersebut dengan kecerdikan dan ambisi mereka menjelajah ke berbagai belahan dunia
untuk menemukan negeri baru. Penjajahan pada masa itu dilatar belakangi oleh berbagai
faktor seperti perdagangan, terbatasnya sumber daya alam sementara penduduk mereka
banyak sehingga perlu perluasan lahan, penyebaran agama maupun sekedar petualangan.
Situasi dan kondisi penjajahan memberi peluang juga bagi integrasi nasional bangsa
Indonesia. Secara bertahap dan pasti hal ini membuka jalan bagi perjuangan bangsa
Indonesia untuk merdeka meskipun melewati jalan panjang, penuh dengan perjuangan dan
pengorbanan baik harta maupun nyawa.
Bangsa Indonesia mulai menyadari bahwa perubahan status dari orang jajahan
menjadi orang merdeka hanya dapat dicapai dengan pembentukan satu kesatuan bangsa.
Hanya dengan perjuangan melawan penjajah lah bangsa Indonesia dapat lepas dari
belenggu penjajahan, sehingga nasib ekonomi rakyat dapat diperbaiki menuju ke
pembentukan masyarakat yang adil dan sejahtera.
12
Pergerakan kebangsaan bukan saja bertujuan merebut kemerdekaan tetapi juga
bertujuan untuk menciptakan suasana kehidupan baru yang demokratis. Meskipun
demikian pemerintah jajahan dengan berbagai cara selalu berusaha menindas pergerakan
kebangsaan secara kejam. Namun demikian pergerakan kebangsan terus tumbuh dan
berkembang dengan berbagai pemikiran positif dan ide-ide yang antara lain berasal juga
dari barat, yang masuk ke Indonesia lewat penjajah, seperti kesaman kedudukan,
kebebasan, demokrasi, nasionalisme dan sosialisme dalam konsep yang lebih modern.
Sekitar abad VII-XII di Indonesia telah berdiri kerajaan besar yaitu Sriwijaya di
Sumatera Selatan. Selanjutnya pada abad XIII-XVI berdiri pula kerajaan Majapahit di
Jawa Timur. Hal tersebut merupakan tonggak sejarah bangsa Indonesia, karena pada masa
itu bangsa Indonesia telah memenuhi syarat-syarat sebagai suatu bangsa yang memiliki
Wilayah. Kedua kerajaan tersebut merupakan Negara berdaulat, bersatu serta mempunyai
wilayah yang meliputi seluruh Nusantara, dan pada jaman kedua kerajaan itu pula telah
mengalami kehidupan masyarakat yang sejahtera.
13
pegawai pengurus pajak, selain itu ada pula pegawai yang mengurusi benda-benda
kerajaan yang digunakan untuk melaksanakan ritual keagamaan. Kerajaan Sriwijaya sudah
dapat menjalankan sistem negaranya berdasar nilai-nilai Ketuhanan.
Unsur-unsur semuanya telah ada dan dihayati serta dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari. Hanya saja, belum dirumuskan secara konkret. Hal ini dapat dibuktikan dalam
dokumen tertulis dan prasasti antara lain di Talaga Batu, Kedukan Bukit, Karang Berahi,
Talang Tuo dan Kota Kapur.
Nilai-nilai Pancasila yang terdapat pada masa kerajaan Sriwijaya tersebut adalah :
a. Nilai sila pertama adalah terwujud dengan adanya umat Budha dan Hindu yang hidup
berdampingan secara damai. Di Kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan
dan pengembangan agama Budha, dan bahasa Sansekerta yaitu Universitas Nalanda.
b. Nilai sila kedua berupa terjalinnya hubungan antara Kerajaan Sriwijaya dengan India
(dinasti Harsha) untuk mengirimkan para pemuda untuk belajar ke India. Hal ini
menunjukkan telah ada pelaksanaan hubungan dengan luar negeri.
c. Nilai sila ketiga tersirat dalam kerajaan Sriwijaya sebagai Negara Maritim dengan
menerapkan konsep Negara Kepulauan.
d. Nilai sila keempat tercermin pada Kerajaan Sriwijaya yang telah memiliki kedaulatan
yang sangat luas, meliputi Nusantara, Siam dan Semenanjung Malaya.
e. Nilai sila kelima, kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan,
sehingga kehidupan rakyatnya makmur.
a. Letak Sriwijaya sangat strategis, berada di jalur lalulintas dagang India dengan Cina.
Pelabuhan sangat tenang karena terlindung pulau Bangka. Pusat Kerajaan Sriwijaya
adalah di Palembang.
b. Runtuhnya kerajaan Fuhan di Cina, yang merupakan kerajaan maritim. Hal ini sangat
menguntungkan karena Sriwijaya bisa mengambil alih perdagangan yang semula ke
Fuhan menjadi ke Palembang
c. Majunya pelayaran dan perdagangan antara India dan Cina memberikan kesempatan
bagi Sriwijaya untuk berkembang dalam pedagangan di wilayah Asia Tenggara
14
d. Kerajaan Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat untuk mengamankan lalu lintas
pelayaran serta wilayah kekuasaannya luas.
Namun pada tahun 1023-1024, hubungan antara kerajaan Sriwijaya dan India retak karena
adanya pertikaian penguasaan jalur lalu lintas perdagangan di Selat Malaka. Dengan
meninggalnya Raja Balaputra Dewa, kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran, dan
akhirnya dilumpuhkan oleh kerajaan Majapahit yang saat itu berusaha untuk
mempersatukan Nusantara di bawah panji-panji Majapahit.
Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai jaman keemasannya
pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada yang dibantu
oleh Laksamana Nala untuk menguasai Nusantara. Wilayah kerajaan Majapahit
membentang dari Semenanjung Melayu sampai dengan Irian melalui Kalimantan Utara.
Pada jaman kerajaan Majapahit agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan
damai di satu kerajaan.
Selain itu dalam kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular terdapat semboyan Bhineka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangroa yang mengandung arti, walaupun agama itu
berbeda-beda baik bentuk pelaksanaan ritualnya atau sifatnya, namun pada hakikatnya satu
darma juga, yaitu menyembah Tuhan yang Maha Esa. Hal ini menunjukkan realita bahwa
kehidupan beragama pada saat itu sangat dijunjung tinggi
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada pada tahun l33l, berisi cita-cita
mempersatukan seluruh Nusantara, menyatakan bahwa : Saya, baru akan berhenti berpuasa
makan palapa, kalau seluruh Nusantara telah berada di bawah kekuasaan Negara. Jika
15
Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Sriwijaya dan Tumasik
telah dapat dikalahkan. Ket: Gurun = Nusa Penida, Haru = Sumatera Utara, Pahang = Pahang
di Semenanjung Malaysia, Dempo = daerah di Sumatera, Sriwijaya = Palembang, Tumasik =
Singapura
Secara harfiah kata Pancasila terdiri dari kata Panca yang berarti lima, dan Sila yang berarti
aturan yang harus diperhatikan dalam berperilaku, bertindak sopan santun,
berakhlak/bermoral dalam kehidupan sehari-hari.
16