Anda di halaman 1dari 11

Laporan

Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia Era Pra


Kemerdekaan

Dosen Pengampu :
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila
Disusun Oleh : Kelompok 1
1. Aji Saputra (221321033)
2. M. Farhan (221321046)
3. Rizkiyah Nur I.R (221321056)
4. Yusra Albani (221321062)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan laporan tentang "Pancasila Sebagai Kajian
Dalam Sejarah Bangsa Indonesia Era Pra Kemerdekaan".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Penyusun
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN

Pancasila, inilah 5 nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama bangsa
Indonesia sudah ada sejak lama. Sejarah merupakan rangkaian peristiwa yang
saling berhubungan. Peristiwa masa lalu terkait dengan peristiwa masa kini dan
semuanya berasal dari masa depan. Artinya setiap aktivitas orang-orang di masa
lalu sangat erat kaitannya dengan kehidupan saat ini menciptakan masa depan
yang berbeda dari masa lalu.

Dasar Negara merupakan alas, pijakan atau fundamen yang mampu memberikan
yang mampu menyediakan kekuasaan untuk mendirikan negara. Negara Indonesia
pun dibangun berdasarkan landasan atau titik tumpu, Pancasila. Pancasila, dalam
fungsinya merupakan dasar negara, sumber peraturan hukum yang mengatur
negara republik Indonesia dengan seluruh unsurnya yaitu pemerintah, wilayah dan
semua orang. Pancasila sebagai gantinya menjadi dasar ketatanegaraan dan
seluruh kehidupan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejarah bangsa
Indonesia sebelum kemerdekaan untuk memahami peranan Pancasila dalam
konteks sejarah bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan, kita harus kembali ke
masa sebelum proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Pada masa ini,
bangsa Indonesia banyak menghadapi tantangan dan tekanan kolonial dari
Belanda, Jepang dan negara-negara besar lainnya serta pihak asing lainnya.
Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
budaya, agama, dan filosofi yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam
kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman dahulu.

Dalam laporan ini akan dikupas beberapa aspek penting dalam mengkaji sejarah
bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan yang erat kaitannya dengan konsep
Pancasila. Laporan ini juga akan membahas perkembangan politik dan sosial di
Indonesia pada saat era Pra Kemerdekaan khususnya dari zaman Kerajaan sampai
Sumpah Pemuda, juga membahas nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
Laporan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih dalam mengenai
peran Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia pada era Pra Kemerdekaan
sebelum kemerdekaan negara. Dengan memahami asal muasal sejarahnya, kita
dapat mengapresiasi pentingnya Pancasila dalam membentuk jati diri dan
perjalanan sejarah Indonesia menuju kemerdekaan dan kemajuan lebih lanjut.
II. PEMBAHASAN

1. Sumber Sejarah Indonesia


Pancasila bukanlah sebuah konsep alamiah melainkan juga merupakan hasil
sumbangsih gagasan-gagasan lokal yang telah lama ada dalam masyarakat
Indonesia. Termasuk di dalamnya nilai-nilai keadilan sosial, gotong royong, dan
keberagaman yang sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila telah ada dalam adat, budaya, dan agama telah berkembang
dalam kehidupan masyarakat Indonesia sejak zaman kerajaan-kerajaan dahulu
kala. Misalnya, ajaran suci sudah ada sejak zaman dahulu, meskipun dalam
praktiknya banyak bentuk ibadah yang berbeda, tetapi dengan pengakuan akan
keberadaan Tuhan dikenali. Dalam Filsafat, beberapa unsur disebutkan dalam
agama seperti kepercayaan kekuatan supernatural, perbedaan antara tindakan
ritual yang sakral dan profan tentang benda suci, berdoa atau berdoa sebagai
bentuk komunikasi dengan Tuhan, heran sebagai perasaan keagamaan yang khas,
bimbingan moral diyakini berasal dari Tuhan, konsep Kehidupan di dunia
terhubung dengan Tuhan, dengan kelompok sosial, dan dengan agama dan
keyakinan.

2. Pancasila Sebagai Kajian Sejarah Bangsa Indonesia Pada Era Pra Kemerdekaan
Asal mula Pancasila secara budaya, Menurut Sunoto (1984) melalui kajian filsafat
Pancasila, menyatakan bahwa unsur-unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia
sendiri, walaupun secara formal Pancasila baru menjadi dasar Negara Republik
Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh sebelum tanggal tersebut
bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan bahkan melaksanakan
di dalam kehidupan merdeka. Sejarah bangsa Indonesia memberikan bukti yang
dapat kita cari dalam berbagai adat istiadat, tulisan, bahasa, kesenian,
kepercayaan, agama dan kebudayaan pada umumnya. (Sunoto, 1984: 1). Dengan
rinci Sunoto menunjukkan fakta historis, diantaranya adalah :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa : bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-
putusnya orang percaya kepada Tuhan.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab : bahwa bangsa Indonesia terkenal ramah
tamah, sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia.
3. Persatuan Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya guyub,
rukun, bersatu, dan kekeluargaan.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan : bahwa unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam
masyarakat kita.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dalam
menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat social dan berlaku adil
terhadap sesama.
A. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di nusantara dan se-Asia
Tenggara. Kerajaan Kutai terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya
di hulu Sungai Mahakam.
Informasi yang ada diambil dari Yupa/Monumen ritual pengorbanan yang berasal
dari abad ke 4. Terdapat tujuh yupa yang menjadi sumber informasi utama bagi
para ahli tafsir sejarah Kerajaan Kutai. Kehidupan bernegara dan bermasyarakat:
Raja pertama Kerajaan Kutai adalah Kudungga. Raja Kudangga mempunyai
seorang putra bernama Aswawarman. Aswawarman kemudian mempunyai tiga
orang anak, termasuk Mulawarman. Pada masa pemerintahan Mulawarman,
kerajaan Kutai mengalami masa keemasannya. Wilayahnya mencakup hampir
seluruh wilayah Kalimantan Timur. Masyarakat Kutai hidup damai dan Sejahtera.
Nilai-Nilai Pancasila yang Ditemukan pada Pemerintahan Kutai:
 Nilai Ketuhanan : Menganut agama Hindu
 Nilai Persatuan: Yurisdiksinya mencakup hampir seluruh wilayah
Kalimantan Timur.
 Nilai-nilai Kerakyatan: Masyarakat Kutai hidup damai dan sejahtera.

B. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan Melayu kuno yang terletak di
Pulau Sumatera dan mempunyai pengaruh besar di kepulauan Melayu. Pusat
kerajaan Sriwijaya diperkirakan berada di lembah sungai Batanghari Jambi.

Sumber sejarah:
o Prasasti Kedukan Bukit bertanggal 16 Juni 682 M di Palembang.
o Prasasti Talang Tuo bertanggal 23 Maret 684 M di Palembang.
o Prasasti Karang Birahi abad ke 7 Masehi di Jambi.
o Prasasti kota Kapur tanggal 28 Februari 686 M di Pulau Bangka
o Prasasti Telaga Batu dari abad ke 7 Masehi di Palembang.

Menurut prasasti Kedukan Bukit, Kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Dapunta


Hyang Çri Yacanaca (Dapunta Hyang Sri Jayanasa). Dia memimpin 20.000
tentara (terutama infanteri dan beberapa ratus kapal) dari Minanga Tamwan ke
Palembang, Jambi dan Bengkulu. Kerajaan ini merupakan pusat perdagangan
dan negara maritim. Negara ini tidak memperluas kekuatannya melampaui
pulau-pulau di Asia Tenggara.
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang berdasarkan jalur
pelayaran. Kekuasaan Sriwijaya menguasai Selat Sunda (686), kemudian Selat
Malaka (775). Sistem perdagangan terkelola dengan baik, pemerintah melalui
para pejabat raja membentuk suatu lembaga yang mampu menghimpun hasil-
hasil kerajinan rakyat sehingga lebih mudah dipasarkan. Dalam sistem
pemerintahan terdapat pejabat yang mengurus pajak, perbendaharaan
kerajaan, dan ulama yang secara teknis mengawasi pembangunan bangunan
suci dan patung sehingga pada saat itu kerajaan dapat mengatur sistem
kenegaraannya sendiri dengan nilai-nilai ketuhanan. “marvuat vannua
Criwijaya Siddhayatra Subhiksa” (suatu cita-cita negara yang adil dan
makmur).
Unsur-unsur yang terkandung dalam Pancasila adalah:
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Pemerintahan yang Sengaja, dan
Keadilan Sosial sudah ada sebagai prinsip-prinsip yang menjiwai Indonesia,
dijalani dan dilaksanakan pada masa itu, namun belum dikonsepsikan secara
spesifik. Dokumen tertulis yang membuktikan adanya ciri-ciri tersebut adalah
prasasti Talaga Batu, Kedukan Bukit, Karang Brahi, Talang Tuo dan Kota
Kapur.
Pada hakikatnya nilai-nilai budaya masyarakat puncak Sriwijaya
menunjukkan nilai-nilai Pancasila, yaitu:
(1) Nilai sila pertama ditunjukkan dengan adanya umat Buddha dan Hindu
yang hidup bersama secara damai. Di kerajaan Sriwijaya terdapat pusat
pertumbuhan dan perkembangan agama Buddha.
(2) Nilai Sila Kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dan India (Dinasti
Harsha). Mengirim generasi muda untuk belajar ke luar negeri di India. Nilai-
nilai kebijakan luar negeri yang liberal dan aktif telah berkembang.
(3) Nilai utama ketiga, sebagai negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan
konsep negara kepulauan sesuai dengan konsep negara kepulauan.
(4) Karena nilai Prinsip Keempat, Sriwijaya mempunyai kedaulatan yang
sangat luas, meliputi (sekarang Indonesia) Siam dan Semenanjung Malaya.
(5) Nilai pokok kelima: Sriwijaya menjadi pusat jasa dan perdagangan,
sehingga kehidupan masyarakat sangat sejahtera.

Runtuhnya Sriwijaya :
o Beberapa wilayah kerajaan Sriwijaya ingin memisahkan diri.
o Kemunduran ekonomi komersial.
o Banyak serangan terhadap Sriwijaya.

C. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu terakhir di Semenanjung
Malaya dan dianggap sebagai salah satu negara terbesar dalam sejarah
Indonesia. Kewenangannya meluas hingga Sumatera, Semenanjung Malaya,
Kalimantan, dan Indonesia bagian timur, meski wilayahnya masih
diperdebatkan.

Sebelum kerajaan Majapahit muncul, kerajaan-kerajaan lain muncul di Jawa


Tengah dan Jawa Timur, seperti Kerajaan Kalingga pada abad ke VII dan
Sanjaya pada abad ke VIII. Peningkatan budaya dari kerajaan ini ditunjukkan
dengan pembangunan Candi Borobudur (agama Budha pada abad ke IX) dan
Prambanan (agama Hindu pada abad ke X). Di Jawa Timur, kerajaan-kerajaan
seperti Istana (abad ke IX), Dharmawangsa (abad ke X), dan Airlangga (abad
ke XI). Bersama-sama, agama Budha, Wisnu, dan Syiwa diakui oleh kerajaan.
Prasasti Kelagen menunjukkan bahwa Raja Airlangga berdagang dan bekerja
sama dengan Benggala, Chola, dan Champa, menunjukkan nilai kemanusiaan
dalam kerajaan ini. Sebagai sila keempat, Airlangga diangkat sebagai raja
melalui persetujuan pengikutnya dengan rakyat dan kaum Brahmana.
Sementara itu, keadilan sosial muncul saat Raja Airlangga memerintahkan
pembangunan tanggul dan waduk untuk kepentingan pertanian rakyat.
Kerajaan Singasari muncul di Kediri, Jawa Timur, pada abad ke-13. Ini terkait
dengan berdirinya kerajaan Majapahit pada tahun 1293. Kerajaan ini berdiri di
bawah pemerintahan raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, dan
wilayah kekuasaan mereka meliputi dari Semenanjung Melayu hingga Irian
Jaya.
Pada saat agama Hindu dan Budha bersatu, pengamalan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa telah terlihat. Empu Prapanca menulis Negarakertagama pada tahun
1365, di mana ada istilah "Pancasila", dan Empu Tantular menulis buku
Sutasoma, di mana ada seloka yang menyatakan bahwa "Bhinneka Tunggal
Ika Tan Hana Dharma Mangrua", yang berarti bahwa meskipun agama-agama
itu berbeda, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah satu dan tidak ada agama yang
memiliki tujuan Hal ini menunjukkan bagaimana keadaan agama saat itu.
Sebagai bagian dari Kerajaan Majapahit yang beragama Islam, Kerajaan Pasai
di Sumatera juga menerima seloka toleransi ini.
Hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan kerajaan Tiongkok, Ayoda,
Champa, dan Kamboja menunjukkan sila kemanusiaan. Selain itu, atas dasar
"Mitreka Satata", bersahabat dengan negara-negara di sekitarnya.
Sebagai perwujudan nilai-nilai prinsip persatuan Indonesia, hal itu dilakukan
dengan keutuhan kerajaan, khususnya sumpah Gajah Mada Palapa yang
diucapkannya dalam pertemuan antara ratu dan para menteri yang berisikan
cita-cita unifikasi. seluruh nusantara yang berbunyi: "Saya akan berhenti
makan sambil berpuasa." palapa, ketika seluruh nusantara berada di bawah
pemerintahan, ketika Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali,
Sunda, Palembang dan Tumasik ditaklukkan.
Asas rakyat (keempat) sebagai nilai musyawarah dan mufakat yang
dilaksanakan dalam sistem pemerintahan kerajaan Majapahit. Menurut
Prasasti Brumbung (1329), terdapat semacam penasehat kerajaan dalam
penyelenggaraan kerajaan Majapahit, seperti Rakryan I Hino, I Sirikan dan I
Halu yang berarti memberikan nasehat kepada raja. Kerukunan dan gotong
royong dalam kehidupan bermasyarakat mendorong pola pikir menuju
kesepahaman bersama dalam menyelesaikan permasalahan bersama.
Pada saat yang sama, pemberlakuan prinsip-prinsip keadilan sosial menjadi
bukti eksistensi kerajaan selama beberapa abad, yang tentu saja ditopang oleh
kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Berdasarkan uraian di atas, kita
memahami bahwa masa Sriwijaya dan Majapahit merupakan tonggak sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai cita-citanya.
Kesuburan Indonesia dengan hasil pertanian yang melimpah, khususnya
rempah-rempah yang banyak dibutuhkan oleh negara-negara di luar Indonesia,
membuat orang asing tertarik datang ke Indonesia. Negara-negara Barat yang
membutuhkan rempah-rempah mulai berdatangan ke Indonesia yaitu
Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda. Kedatangan bangsa Barat dan
runtuhnya Majapahit melalui perselisihan dan perang saudara menandai
ditinggalkannya nilai-nilai nasionalisme, meskipun pada abad ke-16 agama
Islam berkembang pesat dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. , seperti
Samudra Pasai dan Demak, tidak mampu menahan tekanan. Barat telah
datang ke Indonesia.
Negara-negara Barat bersaing memperebutkan kekayaan Indonesia. Sejak saat
itu, halaman hitam sejarah Indonesia dimulai dengan kolonialisme Barat,
khususnya Belanda. Masa penjajahan Belanda menjadi tonggak sejarah
perjuangan bangsa Indonesia mencapai cita-citanya, karena apa yang diraih
bangsa Indonesia pada masa Sriwijaya dan Majapahit hilang pada masa
penjajahan tersebut. Kedaulatan negara hilang, persatuan hancur, kekayaan
hilang, penjajah menginjak-injak wilayah.

Faktor Penyebab Jatuhnya Majapahit :


o Terjadi perang saudara yang Panjang
o Munculnya pengaruh Islam
o Banyak pemerintah yang berafiliasi memisahkan diri
o Tidak ada pemimpin yang berbicara seperti Hayam Wuruk dan Gajah
Mada
o Penyerangan Raden Patah oleh pemerintahan Islam Demak.

Nilai-nilai Pancasila yang terdapat pada kerajaan Majapahit :


 Nilai Ketuhanan: Menyerap agama Hindu dan Budha.
 Nilai-nilai kemanusiaan: Menghargai perbedaan agama
 Nilai Persatuan: Ingin mempersatukan nusantara.
 Nilai Keadilan: Masyarakatnya hidup damai dan sejahtera.
 Nilai keadilan: Non-diskriminasi antara posisi dan pelaksanaan hak.

D. Kerajaan Samudera Pasai


Di kerajaan Samudera Pasai, Pancasila tidak pernah terbentuk. Meskipun
begitu, ada nilai-nilai Pancasila yang terdapat di kerajaan Samudera Pasai,
1. Pertama: “Tuhan Yang Maha Esa”
Menurut catatan Marco Polo dan Ibnu Batutab, sebagian besar penduduk
Samudra Pasai beragama Islam dan menganut aliran Syafii.
2. Kedua: “Kemanusiaan yang adil dan beradab”
Kerajaan Samudera Pasai menjalin hubungan dengan kerajaan Muslim
India dan Arab. Selain itu, Kerajaan Samudera Pasai juga menghubungi
langsung pemerintah Tiongkok sebagai bagian dari strateginya untuk
melindungi diri dari ancaman Kerajaan Siam yang wilayahnya meliputi
Semenanjung Malaka. Pedagang dari berbagai negara seperti Persia, Arab,
dan Gujarat bercampur dengan masyarakat lokal dan menyebarkan berita
tersebut secara luas agama dan budaya masing-masing.
3. Ketiga : “Persatuan Indonesia”
Pada masa pemerintahan Sultan Malik As Saleh, ia berhasil menyatukan
dua kota besar Kerajaan Samudera Pasai, Kota Samudera dan Kota Pasai,
serta membuat masyarakatnya memeluk agama Islam. Pemerintah
Samudera Pasai juga memperluas yurisdiksinya ke wilayah pedalaman,
seperti:
Tamiang, Bakk Bimba, Samerangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang,
Benua Samudders, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan dan
Pasai. Perluasan wilayah ini bertujuan untuk mengislamkan wilayah
pedalaman. Kerajaan Samudera Pasai mempunyai hubungan baik dengan
beberapa kerajaan di sekitarnya, seperti Kemjan Malaka, dimana sering
terjadi perkawinan antara kedua raja tersebut.
4. Sila keempat:
“Masyarakat yang dibimbing oleh hikmah dalam permusyawaratan dan
perwakilan”
Hubungan antara raja dan rakyatnya sangat baik. Sultan sering
melakukannya merenung dan bertukar pendapat dengan para ulama, raja
juga sangat hormat untuk para tamu yang datang, bahkan memberi mereka
oleh-oleh Tamu undangan. Samudra Pasai mengembangkan sikap terbuka
dan bersahabat.
5. Kamis artinya: “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan dan pelayaran
sehingga kehidupan masyarakat sangat sejahtera. Selain itu, Pemerintah
juga mendukung kreativitas masyarakat untuk terjun langsung ke dunia
maritim. Dengan demikian, akan tercipta rasa keadilan bagi seluruh
masyarakat Samudera Pasai.
E. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah
1. Perjuangan Abad XX
Pada awal abad ke-20, bangsa Indonesia mengubah cara mereka melawan
kolonialisme Belanda. Kegagalan perlawanan fisik tanpa koordinasi di masa
lalu mendorong para pemimpin Indonesia di abad ke-20 beralih ke bentuk
perlawanan lain. Salah satu bentuk perlawanannya adalah dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya bernegara.
Selain organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial, upaya
dilakukan untuk membentuk berbagai organisasi politik. Organisasi perintis
pertama adalah Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Mereka yang
tergabung dalam organisasi tersebut mulai mencari jalan baru menuju cita-cita
perjuangan bangsa Indonesia. Orang yang terkenal itu adalah Dr. Wahid
Sudirohusodo. Kemudian muncullah organisasi komersial lain yaitu Sindikat
Islam (1909) yang berubah bentuk menjadi gerakan politik, berganti nama
menjadi Sindikat Islam (1911) di bawah pimpinan H.O.S. Tiokromaminota.
Kemudian bangkitlah Indische Partij (1913) di bawah pimpinan Douwes
Dekker, Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara, namun karena terlalu
radikal maka pimpinannya dikirim ke luar negeri (1913). Namun perjuangan
tidak surut, karena pada tahun 1927 berdirilah Partai Nasional Indonesia yang
diprakarsai oleh Soekarno dan kawan-kawan.
2. Kebangkitan Nasional 1928
Pada awal abad ke-20, bangsa Indonesia mengubah cara mereka melawan
kolonialisme Belanda. Kegagalan perlawanan fisik tanpa koordinasi di masa
lalu mendorong para pemimpin Indonesia di abad ke-20 beralih ke bentuk
perlawanan lain. Salah satu bentuk perlawanannya adalah dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya bernegara.
Selain organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial, upaya
dilakukan untuk membentuk berbagai organisasi politik. Organisasi perintis
pertama adalah Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Mereka yang
tergabung dalam organisasi tersebut mulai mencari jalan baru menuju cita-cita
perjuangan bangsa Indonesia. Orang yang terkenal itu adalah Dr. Wahid
Sudirohusodo. Kemudian muncullah organisasi komersial lain yaitu Sindikat
Islam (1909) yang berubah bentuk menjadi gerakan politik, berganti nama
menjadi Sindikat Islam (1911) di bawah pimpinan H.O.S. Tiokromaminota.
Kemudian bangkitlah Indische Partij (1913) di bawah pimpinan Douwes
Dekker, Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara, namun karena terlalu
radikal maka pimpinannya dikirim ke luar negeri (1913). Namun perjuangan
tidak surut, karena pada tahun 1927 berdirilah Partai Nasional Indonesia yang
diprakarsai oleh Soekarno dan kawan-kawan.
3. Sumpah Pemuda 1928
Pada tanggal 28 Oktober 1928 terjadi peristiwa penting dalam perjuangan
bangsa Indonesia mencapai cita-citanya. Pelopor muda Indonesia Muh.
Yamin, Kuncoro Purbopranot dan lain-lain mengumandangkan ikrar pemuda
yang antara lain mengakui eksistensi bangsa, tanah air, dan satu bahasa yaitu
Indonesia. Melalui pemberdayaan pemuda ini semakin jelas apa yang
diinginkan oleh masyarakat Indonesia yaitu kemerdekaan negara dan rakyat
yang menuntut persatuan bangsa merupakan tuntutan yang mutlak. Sebab
mata rantai yang mengikat persatuan adalah Indonesia. Pencapaian
perjuangan kerakyatan pada tahun 1930 menandai berdirinya Partai Indonesia
yang disingkat Partindo (1931) menggantikan PNI yang dibubarkan.
Kemudian kelompok Demokrat yang terdiri dari Moh. Hatta dan Sutan Syahrir
mendirikan PNI Baru dengan semboyan kemerdekaan Indonesia harus dicapai
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai