Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“PANCASILA DALAM KAJIAN


SEJARAH PERJUANGAN BANGSA”

OLEH
Nama : Fasmi Yanti
Nim : S1B121154

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK UNIVERSITAS HALUOLEO
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "PANCASILA DALAN KAJIAN
SEJARAH PERJUANGAN BANGSA" dengan tepat waktu.Makalah disusun untuk memenuhi
tugas Mata Pelajaran Pendidikan pancasila. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.Penulis
mengucapkan terima kasih kepada bapak La Bilu,S.Pd.,M.SI. selaku dosen
matakuliahpendidikan pancasila. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Sabtu, 25 September 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama dengan
bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling
berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masa
sekarang dan semuanya bermuara pada masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa
semua aktivitas manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang
untuk mewujudkan masa depan yang berbeda dengan masa yang sebelumnya.
Dasar Negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu
memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah Negara. Negara Indonesia dibangun juga
berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu pancasila. Pancasila, dalam fungsinya
sebagai dasar Negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Republik
Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah, dan
rakyat. Pancasila dalam kedudukannya merupakan dasar pijakan penyelenggaraan Negara
dan seluruh kehidupan Negara Replubik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti yaitu mengatur penyelenggaraan
pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum. Hal ini menempatkan pancasila sebagai dasar Negara yang berarti melaksanakan
nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan di Negara Republik
Indonsia bersumber pada Pancasila.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasiakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Pancasila Pada Era Pra Kemerdekaan
2. Pancasila Pada Era Kemerdekaan
3. Pancasila Pada Era Orde Lama
4. Pancasila Pada Era Orde Baru
5. Pancasila Pada Era Reformasi
C. Tujuan Penulisan
1. Pancasila Era Pra kemerdekaan
2. Menjelaskan Pancasila Era Kemerdekaan
3. Menjelaskan Pancasila Era Orde Lama
4. Menjelaskan Pancasila Era Orde Baru
5. Menjelaskan Pancasila Era Reformasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila Era Pra Kemerdekaan


1. Asal mula Pancasila secara budaya
Menurut Sunoto (1984) melalui kajian filsafat Pancasila, menyatakan bahwa
unsur-unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri, walaupun secara formal
Pancasila baru menjadi dasar Negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus
1945, namun jauh sebelum tanggal tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-
unsur Pancasila dan bahkan melaksanakan di dalam kehidupan merdeka. Sejarah
bangsa Indonesia memberikan bukti yang dapat kita cari dalam berbagai adat istiadat,
tulisan, bahasa, kesenian, kepercayaan, agama dan kebudayaan pada umumnya.
(Sunoto, 1984: 1). Dengan rinci Sunoto menunjukkan fakta historis, diantaranya
adalah
a. Yang Maha Esa : bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-putusnya orang
percaya kepada Tuhan.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab : bahwa bangsa Indonesia terkenal ramah
tamah, sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia.
c. Persatuan Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya guyub,
rukun, bersatu, dan kekeluargaan.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan : bahwa unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam
masyarakat kita.
e. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dalam
menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat social dan berlaku adil
terhadap sesama.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945 sebagai dasar negara, maka nilai-nilai kehidupan berbangsa, bernegara
dan berpemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada
Pancasila, namun pada kenyataannya, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila
telah dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan kita praktekkan hingga
sekarang. Hal ini berarti bahwa semua nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
telah ada dalam kehidupan rakyat Indonesia sejak zaman nenek moyang
2. Teori nilai budaya
Bangsa Indonesia mengakui bahwa Pancasila telah ada dan dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari sejak bangsa Indonesia itu ada. Keberadaan Pancasila masih
belum terumuskan secara sistematis seperti sekarang yang dapat kita lihat. Pancasila
pada masa tersebut identik dengan nilai-nilai luhur yang dianut bangsa Indonesia
sebagai nilai budaya. Nilai budaya merupakan pedoman hidup bersama yang tidak
tertulis dan merupakan kesepakatan bersama yang diikuti secara suka rela.
Nilai budaya merupakan suatu upaya untuk menjawab persoalan- persoalan
yang cukup vital dalam kehidupan manusia. Nilai budaya merupakan cara manusia
menjawab baik secara pribadi atau masyarakat terhadap masalah-masalah yang
mendasar di dalam hidupnya. Nilai tersebut merupakan suatu sistem yang di
dalamnya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian
besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai
dalam hidup. (Koentjaraningrat, 1974: 32). Nilai budaya akan mempengaruhi
pandangan hidup, sistem normatif moral dan seterusnya hingga akhirnya pengaruh
itu sampai pada hasil tindakan manusia.
Nilai budaya dengan masing-masing orientasinya akan mempengaruhi
pandangan hidup. Pandangan hidup adalah sesuatu yang dipakai oleh masyarakat
dalam menentukan nilai kehidupan. Pandangan hidup sebenarnya meliputi
bagaimana masyarakat memandang aspek hubungan dalam hidup dan kehidupan
yakni hubungan manusia dengan yang transenden, hubungan dengan diri sendiri, dan
hubungan manusia dengan sesama makhluk lain. Dalam bahasa Notonagoro dikenal
istilah-istilah kedudukan kodrat, susunan kodrat, sifat kodrat manusia. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa manusia mempunyai tiga kecenderungan mendasar yaitu theo-
genetis, bio-genetis, dan sosio-genetis.
3. Asal mula pancasila secara formal
A.T. Soegito (1999: 32) dengan mengutip beberapa sumber bacaan
menjelaskan bahwa mengenal diri sendiri berarti mengetahui apa yang dapat
dilakukannya, dan tak seorang pun akan tahu apa yang dapat dilakukannya sebelum
dia mencoba, satu-satunya petunjuk yang dapat ditemukan untuk mengetahui sesuatu
yang dapat dilakukan manusia adalah dengan mengetahui kegiatan-kegiatan yang
telah dilakukan oleh manusia yang terdahulu. Oleh karena itu, nilai sejarah terletak
pada kenyataan bahwa ia mengajarkan apa yang telah dilakukan oleh manusia dan
dengan demikian apa sesungguhnya manusia. Tanpa mengetahui sejarah, seseorang
tidak dapat memperoleh pengertian kualitatif dari gejala-gejala sosial yang ada.
Secara rinci Sartono Kartodirdjo menjelaskan bahwa fungsi pengajaran sejarah
nasional Indonesia meliputi
a. Membangkitkan perhatian serta minat kepada sejarah tanah airnya;
b. Mendapatkan inspirasi dari cerita sejarah;
c. Memupuk alam pikiran ke arah kesadaran sejarah;
d. Memberi pola pikiran ke arah kesadaran sejarah;
e. Mengembangkan pikiran penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Dalam memahami sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang terkait dengan
Pancasila, Dardji Darmodihardjo mengajukan kesimpulan bahwa nilai-nilai Pancasila
telah menjiwai tonggak-tonggak sejarah nasional Indonesia yaitu:
a. Cita- cita luhur bangsa Indonesia yang diperjuangkan untuk menjadi
kenyataan;
b. Perjuangan bangsa Indonesia tersebut berlangsung berabad-abad, bertahap dan
menggunakan cara yang bermacam-macam
c. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan titik kulminasi sejarah
perjuangan bangsa Indonesia yang dijiwai oleh pancasila
d. Pembukaan UUD 1945 merupakan uraian terperinci dari Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945;
e. Empat pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945; paham negara persatuan,
negara bertujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
negara berdasarkan kedaulatan rakyat, negara berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab;
f. Pasal-pasal UUD 1945 merupakan uraian terperinci dari pokok-pokok yang
terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 yang berjiwakan Pancasila;
g. Maka penafsiran sila-sila pancasila harus bersumber, berpedoman dan berdasar
kepada Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. (Dardji Darmodihardjo,
1978: 40).
Secara historis rumusan- rumusan Pancasila dapat dibedakan dalam tiga
kelompok (Bakry, 1998: 20)
a. Rumusan Pancasila yang terdapat dalam sidang-sidang Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang merupakan tahap
pengusulan sebagai dasar negara Republik Indonesia, termasuk Piagam
Djakarta.
b. Rumusan Pancasila yang ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia sebagai dasar filsafat Negara Indonesia yang sangat erat
hubungannya dengan Proklamasi Kemerdekaan.
c. Beberapa rumusan dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia selama belum
berlaku kembali rumusan Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD
1945.
4. Masa Pengusulan
Dalam sidang Teiku Gikoi (Parlemen Jepang) pada tanggal 7 September 1944,
perdana menteri Jepang Jendral Kuniaki Koisi, atas nama pemerintah Jepang
mengeluarkan janji kemerdekaan Indonesia yang akan diberikan pada tanggal 24
Agustus 1945, sebagai janji politik. Sebagai realisasi janji ini, pada tanggal 1 Maret
1945 Jepang mengumumkan akan dibentuknya Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Zyunbi
Tyoosakai). Badan ini baru terbentuk pada tanggal 29 April 1945.
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dilantik pada
tanggal 28 Mei 1945 oleh Gunseikan (Kepala Pemerintahan bala tentara Jepang di
Jawa), dengan susunan sebagai berikut Ketua Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat,
ketua muda Ichibangase Yosio (anggota luar biasa, bangsa Jepang), Ketua Muda R.
Panji Soeroso (merangkap Tata Usaha), sedangkan anggotanya berjumlah 60 orang
tidak termasuk ketua dan ketua muda.
Adanya badan ini memungkinkan bangsa Indonesia dapat mempersiapkan
kemerdekaannya secara legal, untuk merumuskan syarat- syarat apa yang harus
dipenuhi sebagai negara yang merdeka. Oleh karena itu, peristiwa ini dijadikan
sebagai suatu tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-
citanya.
Badan penyelidik ini mengadakan sidang hanya dua kali. Sidang pertama pada
tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945, sedangkan sidang kedua pada tanggal 10
Juli sampai dengan 17 Juli 1945.
5. Masa Sidang Pertama BPUPKI
Pada sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 M. Yamin mengemukakan usul
yang disampaikan dalam pidatonya yang berjudul asas dan dasar negara Kebangsaan
Indonesia di hadapan sidang lengkap BPUPKI. Beliau mengusulkan dasar negara
bagi Indonesia Merdeka yang akan dibentuk meliputi Peri kebangsaan, peri
kemanusiaan, peri Ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.
Selain usulan dalam bentuk pidato, usulan M. Yamin juga disampaikan dalam
bentuk tertulis tentang lima asas dasar negara dalam rancangan Pembukaan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia yang berbeda rumusan kata-kata dan
sistematikanya dengan isi pidatonya. Rumusannya yang tertulis adalah sebagai
berikut :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa,
b. Kebangsaan Persatuan Indonesia,
c. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan,
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tangaal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan perihal yang pada dasarnya
bukan dasar negara merdeka, akan tetapi tentang paham negaranya yaitu negara yang
berpaham integralistik. Soepomo mengusulkan tentang dasar pemikiran negara
nasional bersatu yang akan didirikan harus berdasarkan atas pemikiran integralistik
tersebut yang sesuai dengan struktur sosial Indonesia sebagai ciptaan budaya bangsa
Indonesia yaitu: struktur kerohanian dengan cita-cita untuk persatuan hidup,
persatuan kawulo gusti, persatuan dunia luar dan dunia batin, antara mikrokosmos
dan makrokosmos, antara rakyat dan pemimpin-pemimpinnya.
Syarat mutlak bagi adanya negara menurut Soepomo adalah adanya daerah,
rakyat, dan pemerintahan. Mengenai dasar dari negara Indonesia yang akan
didirikan, ada tiga persoalan yaitu:
a. Persatuan negara, negara serikat, persekutuan negara,
b. Hubungan antara negara dan agama,
c. Republik atau monarchie.
Pada hari berikutnya, tanggal 1 juni 1945 Ir. Soekarno juga mengusulkan lima
dasar bagi negara Indonesia yang disampaikan melalui pidatonya mengenai Dasar
Indonesia merdeka. Lima dasar itu atas petunjuk seseorang ahli bahasa yaitu Mr. M.
Yamin. Lima dasar yang diajukan Bung Karno ialah Kebangsaan Indonesia,
Internasionalisme atau perikemanusiaa, Mufakat atau demokrasi, Kesejahteraan
sosial, Ketuhanan yang berkebudayaan. Lima rumusan tersebut menurutnya dapat
diringkas menjadi tiga rumusan yang diberi nama Tri-Sila yaitu dasar pertama,
kebangsaan dan perikemanusiaan (nasionalisme dan internasionalisme) diringkas
menjadi satu diberi nama sosio-nasionalisme. Dasar kedua, demokrasi dan
kesejahteraan diringkas menjadi menjadi satu dan biberi nama sosio- demokrasi.
Sedangkan dasar yang ketiga, ketuhanan yang berkebudayaan yang menghormati
satu sama lain disingkat menjadi ketuhanan.
Setelah selesai masa sidang pertama, dengan usulan dasar negara baik dari M.
Yamin dan Soekarno, dan paham negara integralistik dari Soepomo maka untuk
menampung perumusan-perumusan yang bersifat perorangan, dibentuklah panitia
kecil penyelidik usul-usul yang terdiri atas Sembilan orang yang diketuai oleh
Soekarno, yang kemudian disebut dengan panitia Sembilan. Pada tanggal 22 Juni
1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan Rancangan pembukaan Hukum Dasar,
yang oleh Mr. M. Yamin dinamakan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Di dalam
rancangan pembukaan alinea keempat terdapat rumusan Pancasila yang tata
urutannya tersusun secara sistematis:
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islambagi pemeluk-
pemeluknya
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Selain itu, dalam piagam Jakarta pada alenia ketiga juga memuat rumusan teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang pertama berbunyi “Atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaannya”. Kalimat ini merupakan cetusan hati nurani bangsa Indonesia yang
diungkapkan sebelum Proklamasi kemerdekaan, sehingga dapat disebut sebagai
declaration of Indonesian Independence.
6. Masa Sidang Kedua BPUPKI
Masa sidang kedua BPUPKI yaitu pada tanggal 10 Juli sampai dengan 17 Juli
1945, merupakan masa sidang penentuan perumusan dasar negara yang akan
merdeka sebagai hasil kesepakatan bersama. Anggota BPUPKI dalam masa sidang
kedua ini ditambah enam orang anggota baru. Sidang lengkap BPUPKI pada tanggal
10 Juli 1945 menerima hasil panitia kecil atau panitia Sembilan yang disebut dengan
piagam Jakarta. Disamping menerima hasil rumusan Panitia Sembilan dibentuk juga
panitia-panitia Hukum Dasar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok panitia
perancang Hukum Dasar yaitu:
a. Panitia Perancang Hukum Dasar diketuai oleh Ir. Soekarno dengan anggota
yang berjumlah 19 orang
b. Panitia Pembela Tanah Air dengan ketua Abikusno Tjokrosujoso
beranggotakan 23 orang,
c. Panitia Ekonomi dan Keuangan dengan ketua Moh. Hatta bersama 23 orang
anggota.
Panitia perancang Hukum Dasar kemudian membentuk lagi panitia kecil.
Perancang Hukum Dasar yang dipimpin oleh Soepomo. Panitia-panitia kecil itu
dalam rapatnya tanggal 11 dan 13 Juli 1945 telah menyelesaikan tugasnya menyusun
Rancangan Hukum Dasar. Selanjutnya pada tanggal 14 Juli 1945 sidang BPUPKI
mengesahkan naskah rumusan panitia Sembilan yang dinamakan Piagam Jakarta
sebagai Rancangan Pembukaan Hukum Dasar, dan pada tanggal 16 Juli 1945
menerima seluruh Rancangan Hukum Dasar yang sudah selesai dirumuskan dan di
dalamnya juga memuat Piagam Jakarta sebagai pembukaan.
Hari terakhir sidang BPUPKI tanggal 17 Juli 1945, hanya merupakan sidang
penutupan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia secara
resmi. Dengan berakhirnya sidang ini maka selesailah tugas badan tersebut, yang
hasilnya akan dijadikan dasar bagi negara Indonesia yang akan dibentuk sesuai
dengan janji Jepang. Sampai akhir sidang BPUPKI ini rumusan Pancasila dalam
sejarah perumusannya ada empat macam:
a. Rumusan pertama Pancasila adalah usul dari Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei
1945, yaitu usul pribadi dalam bentuk pidato
b. Rumusan kedua Pancasila adalah usul Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yakni
usul pribadi dalam bentuk tertulis,
c. Rumusan ketiga Pancasila usul bung Karno tanggal 1 Juni 1945, usul pribadi
dengan nama Pancasila,
d. Rumusan keempat Pancasila dalam piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, hasil
kesepakatan bersama pertama kali.
Meskipun Pancasila secara formal belum menjadi dasar negara Indonesia,
namun unsur-unsur sila-sila Pancasila yang dimiliki bangsa Indonesia telah menjadi
dorongan perjuangan bangsa Indonesia pada masa silam. Pada saat proklamasi,
semua kekuatan dari berbagai lapisan masyarakat bersatu dan siap mempertahankan
serta mengisi kemerdekaan yang telah diproklamasikan. Oleh karena itu, dapat
dinyatakan bahwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah revolusi
Pancasila.
Sehari setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia, tepatnya tanggal 18 Agustus
1945, diadakan sidang pleno PPKI untuk membahas Naskah Rancangan Hukum
Dasar yang akan ditetapkan sebagai Undang-Undang Dasar (1945). Tugas PPKI
semula hanya memeriksa hasi sidang BPUPKI, kemudian anggotanya
disempurnakan. Penambahan keanggotaan ini menyempurnakan kedudukan dan
fungsi yang sangat penting sebagai wakil bangsa Indonesia dalam membentuk negara
Republik Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dalam
sidang pertama PPKI tanggal 18 Agustus 1945 berhasil mengesahkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia dengan menetapkan (Kaelan, 1993: 43-45)
a. Piagam Jakarta yang telah diterima sebagai rancangan Mukaddimah Hukum
Dasar oleh BPUPKI pada tanggal 14 Juli 1945 dengan beberapa perubahan,
disahkan sebagai Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia
b. Rancangan Hukum Dasar yang telah diterima oleh BPUPKI pada tanggal 16
Juli 1945 setelah mengalami berbagai perubahan, disahkan sebagai Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
c. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama, yaitu Ir. Soekarno sebagai
Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.
d. Menetapkan berdirinya Komite Nasional sebagai Badan Musyawarah darurat.
Dengan disahkan dan ditetapkan Piagam Jakarta sebagai Pembukaan UUD
1945, maka lima dasar yang diberi nama Pancasila tetap tercantum di dalamnya.
Hanya saja sila Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya, diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa, atas prakarsa Drs.
Moh. Hatta. Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai rumusan
kelima dalam sejarah perumusan Pancasila, dan merupakan rumusan pertama yang
diakui sebagai dasar filsafat negara secara formal.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan suatu asas kerohanian
yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu
sumber nilai, norma serta kaidah baik moral maupun hukum negara, dan menguasai
hukum dasar baik yang tertulis atau UUD,maupun yang tidak tertulis atau konvensi.
Oleh karena itu, kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini memiliki kekuatan
yang mengikat secara hukum. Seluruh bangsa Indonesia tak terkecuali dengan
demikian wajib mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum Indonesia, ia tercantum dalam
ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan lebih lanjut di
dalam pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada
akhirnya dikonkrietisasikan dalam pasal-pasal UUD 1945 maupun dalam hukum
positif lainnya. Konsekuensi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini lebih
lanjut dapat dirinci sebagai berikut: Pertama; Pancasila sebagai dasar negara
merupakan sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia.
Kedua; Pancasila sebagai dasar negara meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945.
Ketiga; Pancasila sebagai dasar negara mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum
dasar negara Indonesia. Keempat; Pancasila sebagai dasar negara mengandung
norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah
maupun para penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

B. Pancasila Era Kemerdekaan


Dalam perjalanan kehidupan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan, Pancasila
mengalami banyak perkembangan. Sesaat setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945,
Pancasila melewati masa-masa percobaan demokrasi. Pada waktu itu, Indonesia masuk ke
dalam era percobaan demokrasi multi- partai dengan sistem kabinet parlementer. Partai-
partai politik pada masa itu tumbuh sangat subur, dan proses politik yang ada cenderung
selalu berhasil dalam mengusung kelima sila sebagai dasar negara (Somantri, 2006).
Pancasila pada masa ini mengalami masa kejayaannya. Selanjutnya, pada akhir tahun
1959, Pancasila melewati masa kelamnya dimana Presiden Soekarno menerapkan sistem
demokrasi terpimpin. Pada masa itu, presiden dalam rangka tetap memegang kendali
politik terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan politik integrasi
paternalistik (Somantri, 2006). Pada akhirnya, sistem ini seakan mengkhianati nilai-nilai
yang ada dalam Pancasila itu sendiri, salah satunya adalah sila permusyawaratan.
Kemudian, pada 1965 terjadi sebuah peristiwa bersejarah di Indonesia dimana partai
komunis berusaha melakukan pemberontakan. Pada 11 Maret 1965, Presiden Soekarno
memberikan wewenang kepada Jenderal Suharto atas Indonesia.
Ini merupakan era awal orde baru dimana kemudian Pancasila mengalami
mistifikasi. Pancasila pada masa itu menjadi kaku dan mutlak pemaknaannya. Pancasila
pada masa pemerintahan presiden Soeharto kemudia menjadi core-values (Somantri,
2006), yang pada akhirnya kembali menodai nilai-nilai dasar yang sesungguhnya
terkandung dalam Pancasila itu sendiri.
C. Pancasila Era Orde Lama
Kedudukan pancasila sebagai idiologi Negara dan falsafah bangsa yang pernah
dikeramatkan dengan sebutan azimat revolusi bangsa, pudar untuk pertama kalinya pada
akhir dua dasa warsa setelah proklamasi kemerdekaan. Meredupnya sinar api pancasila
sebagai tuntunan hidup berbangsa dan bernegara bagi jutaan orang diawali oleh kahendak
seorang kepala pemerintahan yang terlalu gandrung pada persatuan dan kesatuan
Kegandrungan tersebut diwujudkan dalam bentuk membangun kekuasaan yang
terpusat, agar dapat menjadi pemimpin bangsa yang dapat menyelesaikan sebuah revolusi
perjuangan melawan penjajah (nekolim, neokolonialisme) serta ikut menata dunia agar
bebas dari penghisapan bangsa atas bangsa dan penghisapan manusia dengan manusia.
Orde lama berlangsung dari tahun 1959-1966. Pada masa itu berlaku demokrasi
terpimpin. Setelah menetapkan berlakunya kembali UUD 1945, Presiden Soekarno
meletakkan dasar kepemimpinannya. Yang dinamakan demokrasi terimpin yaitu demokrasi
khas Indonesia yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Demokrasi terpimpin dalam prakteknya tidak sesuai dengan makna yang
terkandung didalamnya dan bahkan terkenal menyimpang. Dimana demokrasi dipimpin
oleh kepentingan-kepentingan tertetu.
Pada masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan politik dan pemerintah sering terjadi
penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang bertentangan dengan
pancasila dan UUD 1945. Artinya pelaksanaan UUD1945 pada masa itu belum
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi karena penyelenggaraan pemerintahan
terpusat pada kekuasaan seorang presiden dan lemahnya control yang seharusnya
dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan.
Selain itu, muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan
sehingga situasi politik, keamanaan dan kehidupan ekonomi makin memburuk puncak dari
situasi tersebut adalah munculnya pemberontakan G30S/PKI yang sangat membahayakan
keselamatan bangsa dan Negara.
Mengingat keadaan makin membahayakan Ir. Soekarno selaku presiden RI
memberikan perintah kepada Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 1969
(Supersemar) untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya
keamanaan, ketertiban dan ketenangan serta kesetabilan jalannya pemerintah.
D. Pancasila Era Orde Baru
Era Orde Baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan yang
terlama, dan bisa juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil. Stabil
dalam artian tidak banyak gejolak yang mengemuka, layaknya keadaan dewasa ini.
Stabilitas yang diiringi dengan maraknya pembangunan di segala bidang pembangunan, era
penuh kestabilan, menimbulkan romantisme dari banyak kalanga
Diera Orde Baru, yakni stabilitas dan pembangunan, serta merta tidak lepas dari
keberadaan Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah untuk semakin menancapkan
kekuasaan di Indonesia. Pancasila begitu diagung-agungkan; Pancasila begitu gencar
ditanamkan nilai dan hakikatnya kepada rakyat; dan rakyat tidak memandang hal tersebut
sebagai sesuatu yang mengganjal.
Menurut Hendro Muhaimin bahwa Pemerintah di era Orde Baru sendiri terkesan
“menunggangi” Pancasila, karena dianggap menggunakan dasar negara sebagai alat politik
untuk memperoleh kekuasaan. Disamping hal tersebut, penanaman nilai-nilai Pancasila di
era Orde Baru juga dibarengi dengan praktik dalam kehidupan sosial rakyat Indonesia.
Kepedulian antarwarga sangat kental, toleransi di kalangan masyarakat cukup baik, dan
budaya gotong-royong sangat dijunjung tinggi. Selain penanaman nilai-nilai tersebut dapat
dilihat dari penggunaan Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi,
yang menyatakan bahwa semua organisasi, apapun bentuknya, baik itu organisasi
masyarakat, komunitas, perkumpulan, dan sebagainya haruslah mengunakan Pancasila
sebagai asas utamanya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama dengan
bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling
berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masa
sekarang dan semuanya bermuara pada masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa
semua aktivitas manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang
untuk mewujudkan masa depan yang berbeda dengan masa yang sebelumnya.Sejarah
perjuangan bangsa Indonesia berlalu dengan melewati suatu proses waktu yang sangat
panjang. Dalam proses waktu yang panjang itu dapat dicatat kejadian-kejadian penting
yang merupakan tonggak sejarah perjuangan.
B. Saran
Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang mana setiap warga negara
Indonesia harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut
dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab. Agar pancasila tidak terbatas pada
coretan tinta belaka tanpa makna.
DAFTAR PUSTAKA
Ubaedillah A & Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Icce. UIN
Jakarta, 2003
Darmodiharjo, Darji. 1982. Pancasila dalam Beberapa Perspektif. Jakarta: Aries Lima
Tim Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2005. Pendidikan Pancasila.
Jakarta: Universitas Terbuka
Winatapura, Udin. S, dkk. 2008. Buku Materi dan Pembelajaran Pkn SD.
Jakarta: Universitas Terbuka http///www.google.com
http//Birokrasi.kompasiana.com http//dokumenqu.blogspot.com
https//www.slideshare.net/DWIAYU2/sejarah-pancasila

Anda mungkin juga menyukai