Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENDIDIKAN PANCASILA

Disusun oleh :
Muhammad Noer Attalah Dzahkwan 23.11.5575
23S1IF04

Dosen Pengampu :
Irton, S.E, M.Si
BAB I
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA

Pendidikan Pancasila adalah suatu bentuk pembelajaran yang bertujuan untuk


mengenalkan, mendalami, dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Pancasila sendiri merupakan dasar negara Indonesia yang
terdiri dari lima sila, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa: Mencerminkan kepercayaan pada Tuhan


sebagai sumber segala kekuatan dan kebijaksanaan.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Menegaskan pentingnya
menghormati martabat dan hak asasi manusia, serta mendorong
terciptanya keadilan dan budaya beradab.
3. Persatuan Indonesia: Mengajarkan tentang pentingnya persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia, menghargai keberagaman, serta menolak
segala bentuk diskriminasi.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan: Mendorong partisipasi aktif rakyat
dalam pengambilan keputusan dan menjunjung tinggi prinsip
demokrasi.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Menekankan
perlunya pembagian sumber daya dan kesempatan secara adil untuk
mencapai kesejahteraan bersama.

Pendidikan Pancasila bertujuan untuk membentuk warga negara yang


memiliki karakter, moral, dan integritas yang kuat sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Dalam konteks pendidikan formal, Pendidikan Pancasila diberikan
sebagai bagian dari kurikulum di tingkat pendidikan dasar, menengah, hingga
tinggi. Tujuannya adalah membentuk generasi yang mencintai dan mampu
mengaplikasikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik
di tingkat individu maupun masyarakat secara luas. Pendidikan Pancasila juga
memiliki peran penting dalam membentuk sikap nasionalisme dan rasa
tanggung jawab terhadap bangsa dan negara.
Pendidikan Pancasila memainkan peran sentral dalam membentuk warga
negara Indonesia yang memiliki moralitas dan integritas. Dalam konteks
pembelajaran formal, Pendidikan Pancasila terintegrasi dalam kurikulum
pendidikan, dimulai dari tingkat dasar hingga tinggi. Fokusnya tidak hanya
pada aspek pengetahuan, tetapi juga pada penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
tindakan nyata. Melalui pendidikan ini, diharapkan masyarakat mampu
membaca, memahami, dan menghargai esensi dari setiap sila Pancasila.
Pentingnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa membawa dimensi spiritual
dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Pancasila mengajarkan toleransi
antarumat beragama dan memupuk sikap saling menghormati keberagaman
keyakinan. Ini menciptakan dasar yang kokoh untuk kerukunan antarumat
beragama di Indonesia, sebuah negara yang dihuni oleh beragam agama dan
kepercayaan.
Pendidikan Pancasila juga mengajarkan konsep Persatuan Indonesia,
membangun kesadaran akan pentingnya solidaritas nasional di tengah beragam
suku, etnis, dan budaya. Di samping itu, sila Kerakyatan dan Keadilan Sosial
memperkuat kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang
aktif berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat. Pendidikan ini
memberikan landasan bagi pemahaman konsep demokrasi, menciptakan rakyat
yang cerdas, kritis, dan bertanggung jawab.
Dalam konteks globalisasi, Pendidikan Pancasila juga memiliki peran untuk
membentuk generasi yang memahami peran Indonesia di dunia internasional.
Melalui pemahaman sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, generasi masa
depan diharapkan dapat berkontribusi positif dalam kerja sama internasional,
membangun citra positif negara, dan menjaga perdamaian dunia.
Pendidikan Pancasila diimplementasikan dalam kurikulum pendidikan
formal di semua tingkat untuk membentuk generasi yang mencintai dan
mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, pendidikan ini tidak hanya berperan dalam membentuk karakter,
tetapi juga mengkukuhkan rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan negara,
memupuk nasionalisme, serta menciptakan masyarakat yang berkeadilan dan
bersatu.
Secara keseluruhan, Pendidikan Pancasila bukan hanya pembelajaran
teoretis, melainkan suatu upaya sistematis untuk membentuk karakter dan
kepribadian warga negara Indonesia. Dengan memahami dan menginternalisasi
nilai-nilai Pancasila, diharapkan setiap individu dapat berperan aktif dalam
menjaga keutuhan negara, mengatasi tantangan zaman, dan menciptakan
masyarakat yang adil dan berdaya.
BAB II
PANCASILA DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

 Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia


Pancasila sebagai dasar Negara RI sebelum di sahkan pada tanggal 18
agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan Negara, yang berupa
nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut
telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari- hari sebagai
pandangan hidup, sehingga materi pancasila yang berupa nilai- nilai tersebut
tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, sehingga bangsa Indonesia
sebagai kausa materialis pancasil.
Sejarah perjuangan dan berdirinya bangsa Indonesia dalam mencapai
kemerdekaannya berjalan sejak sekian abad yang lalu,dengan pelbagai cara dan
bertahap,dengan itu sejarah perjuangan bangsa Indonesia mempunyai
hubungannya dengan sejarah lahirnya pancasila.
 Proses Perjuangan Bangsa
Dalam sejarah Indonesia terdapat dua kerajaan kuno yang besar dan megah
yaitu Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Para ahli masih berbeda pendapat
letak yang pasti kerajaan Sriwijaya, Namun dari keterangan prasasti Kota Kapu
di Talang To, yang menyebut-nyebut kata “Sriwijaya”, dapat ditarik
kesimpulan lain, yaitu pusat ibu kota sriwijaya adalah di Palembang kemudian
berkembang menjadi kerajaan yang besar karena beberapa faktor
1. Letak Sriwijaya yang strategis yaitu berada di jalur lalu lintas hubungan
dagang india dengan cina, dan terlindung oleh pulau bangka dari
terjangan ombak besar.
2. Runtuhnya kerajaan furhan sebagai kerjaan maritime menguntungkan
kerjaan sriwijaya karena dia bisa berkembang dalam perdagangan di
asia tenggara
3. Majunya pelayaran dan perdangan indi dan cina memberi sriwijaya
kesempatan untuk berkembangan dalam perdagangan asia tenggara
Namun hubungan Sriwijaya dengan India retak (1023-1024m) karena
adanya pertikaian mengenai penguasaan jalur lalulintas perdangan di Selat
Malaka. Setelah BalaPutra Dewa meninggal, Sriwijaya mengalami
kemunduran. Faktor faktor penyebabnya adalah:
1. Pengganti balaputra dewa tidak sekuat balaputra dewa dalam hal
pemerintahan dan kurang bijkasana dalam menghadapi para
pembantunya
2. Adanya serangan pamalayu dari singosari dibawah pemerintahan
kartanegara.
3. Daerah-daerah yang berada dibawah pengaruh sriwijaya berusaha
melepaskan diri seperti Thai, Ligor serta daerah lain di semenanjung
malaka
 Penjajahan Negera Barat di Indonesia
Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang melimpah terutamanya
rempah-rempahnya yang dibutuhkan oleh negara- negara di luar Indonesia
menyebabkan bangsa asing berduyun duyun masuk ke Indonesia.
Bermunculanlah bangsa bangsa barat yakni Portugis, Spanyol, Inggris dan
akhirnya Belanda dibumi Indonesia Perlawanan fisik bangsa Indonesia (abad
XVII-XX) Penjajahan barat yang memusnahkan kemakmuran bangsa Indonesia
itu tidak dibiarkan begitu saja oleh segenap bangsa Indonesia, Perlawanan
terhadap penjajah digerakkan oleh pahlawan Sultan Agung (Mataram 1645),
Sultan Ageng Tirta Yasa dan Ki Tapa (Banten) pada tahun 1650, Hassanuddin (
Makassar) pada tahun 1660, Iskandar Muda ( Acheh tahun 1635) Untung
Surapati dan Trunojoyo (Jawa Timur tahun 1670), Ibnu Iskandar di
Minangkabau 1680.Pada kurun XIX penjajah Belanda mengubah sistem
kolonialismenya yang semula berbentuk perseroan dagang partikelir V.O.C,
pada abad itu berubah menjadi badan pemerintahan resmi yaitu Pemerintahan
Hindia Belanda

 Penjajahan Jepang
Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan
di kemudian hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat
itu, Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944. pemerintah Jepang
membentuk BPUPKI. BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 29 April 1945 (2605, tahun Showa 20)
yang bertujuan untuk mempelajari halhal yang berhubungan dengan tata
pemerintahan Indonesia Merdeka. BPUPKI semula beranggotakan 70 orang
(62 orang Indonesia dan 8 orang anggota istimewa bangsa Jepang yang tidak
berhak berbicara, hanya mengamati/ ''observer''),kemudian ditambah dengan 6
orng Indonesia pada sidang kedua. Sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 -
1 Juni 1945 untuk merumuskan falsafah dasar negara bagi negara Indonesia.
Selama empat hari bersidang ada tiga puluh tiga pembicara, Pada tanggal 28
Mei 1945 itu Badan Penyelidik mengadakan sidangnya yang pertama.
Peristiwa ini kita jadikan tonggak sejarah karena pada saat itulah Mr M. Yamin
mendapat kesempatan yang pertama untuk mengemukakan pidatonya yakni:
1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusiaan
3. Peri kesatuan
4. Peri kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat
UUD Republik Indonesia didalam rancangan UUD itu tercantum
perumusan lima asas dasar Negara yang berbunyi :
1. Ketuhanan yang masa esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan
permusyawaratan perwakilan
4. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

 Ir. Soekarno ( 1 Juni 1945 )


Ir. Soekarno mengucapkan pada pidato di hadapan sidang hari ketiga badan
penyidikan diusulkan juga lima hal untuk menjadi dasar dasar negara merdeka :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasional atau perikemanusiaan
3. Mufakat atau demokrat
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan dan kebudayaan

 Piagam Jakarta ( 22 Juni 1945 )


Sembilan tokoh nasional ialah Ir. Soekarno, Drs Moh. Hatta, Mr. A.a.a
Maramis dan lain-lain mengadakan perbahasan dan pertemuan untuk
membahas pidato serta usul usul mengenai dasar Negara yang telah
dikemukakan dalam sidang- sidang Badan Penyelidik. Setelah mengadakan
perbahasan maka disusunklah sebuah piagam yang kemudian terkenal dengan
nama Piagam Jakarta.Kemudian pada 14 Juli 1945 Piagam Jakarta dapat
penerimaan oleh Badan Penyelidik yang berlangsung pada sidangnya yang
kedua pada tanggal 14 -15 Juli 1945. Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah
upacara proklamasi kemerdekaan, datang berberapa utusan dari
wilayahIndonesia Bagian Timur, wakil dari Kalimantan # I Ketut Pudja, wakil
dari Nusa Tenggara Latuharhary, wakil dari Maluku.Mereka semua
berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian kalimat dalam
rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama Pancasila
sebelumnya, yang berbunyi, "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Pada Sidang PPKI I, yaitu pada
tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu mengusulkan mengubah tujuh kata
tersebut menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa".
 Kebangkitan Nasional / Kesedaran Bangsa Indonesia
Pada permulaan XX bangsa Indonesia mengubah caranya didalam melawan
kolonialis Belanda, Bentuk perlawanan itu ialah dengan menyadarkan bangsa
Indonesia akan pentingnya bernegara. Maka lahirklah bermacam macam
organisasi politik disamping bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial yang
dipelopori oleh Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Kita mengenal nama
nama pahlawan perintis pergerakan nasional diantara lain : H.O.S
Tjokroaminoto ( S.IO. 1912), Douwes Dekker ( Indische Partij 1912) Soewardi
Soerjaningrat atau Ki Hajjar Dewantoro Tjiptomangunkusumo dan nama nama
yang lain.
 Indonesia (28 Oktober 1928)
Pada tanggal 28 Oktober 1928 terjadilah penonjolan peritiwa sejarah
perjuangan bangsa Indonesia didalam mencapai cita-citanya. Pada saat itu
pemuda pemuda Indonesia yang dipelopori oleh Muh. Yamen, Kuntjoro
Purbopranoto, Wongsonegoro dan lain lainnya mengumandangkan Sumpah
Pemuda Indonesia yang berisi pengakuan akan adanya bangsa , tanah-air fan
bahasa yang satu , yakni Indinesia. Dengan sumpah pemuda in makin tegaslah
apa yang diinginkan oleh bangsa Indonesia iaitu kemerdekaan tanah-air dan
bangsa Indonesia.
BAB III
PANCASILA DASAR NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA

Pancasila, sebagai dasar negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),


memainkan peran sentral dalam pembentukan identitas, pemerintahan, dan
kebijakan negara. Sejarah kelahiran Pancasila sebagai dasar negara dimulai
pada tanggal 1 Juni 1945, ketika Ir. Soekarno menyampaikan pidato di hadapan
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam
pidatonya, Soekarno mengajukan konsep dasar negara yang terdiri dari lima
sila, yang kemudian diresmikan sebagai Pancasila.
Pancasila memiliki lima sila yang saling melengkapi dan mengakomodasi
nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia. Sila pertama adalah Ketuhanan
Yang Maha Esa, yang mencerminkan keyakinan akan adanya Tuhan sebagai
sumber segala kebijaksanaan. Ini menciptakan dasar spiritualitas yang
mendalam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, menunjukkan komitmen
untuk menciptakan keadilan sosial dan budaya di masyarakat. Ini menekankan
perlunya menghormati martabat dan hak asasi manusia, serta menciptakan
lingkungan beradab dalam interaksi sosial.
Persatuan Indonesia, sebagai sila ketiga, menegaskan pentingnya persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia. Pancasila menolak segala bentuk disintegrasi
dan diskriminasi, mengedepankan keberagaman sebagai kekuatan dan
kekayaan.
Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, mencerminkan semangat demokrasi dan
partisipasi aktif rakyat dalam pengambilan keputusan. Hal ini menggarisbawahi
pentingnya keterlibatan semua warga negara dalam proses demokrasi.
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, sebagai sila kelima,
menekankan distribusi kekayaan dan peluang secara adil untuk mencapai
kesejahteraan bersama. Pancasila menolak ketidaksetaraan ekonomi dan sosial
yang merugikan sebagian masyarakat.
Pancasila diakui secara resmi sebagai dasar negara melalui Piagam Jakarta
pada tanggal 22 Juni 1945. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945 menyatakan kemandirian dan kedaulatan negara Indonesia
dengan berlandaskan Pancasila.
Pancasila bukan hanya sebuah deklarasi nilai, tetapi telah
diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan nasional. Pendidikan
Pancasila menjadi bagian integral dari sistem pendidikan Indonesia,
memastikan generasi muda memahami dan mengamalkan nilai-nilai tersebut.
Seiring waktu, Pancasila telah mengalami pengembangan dan penyesuaian
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan tuntutan zaman. Pada dasarnya,
Pancasila tetap menjadi perekat keberagaman dan semangat persatuan,
memberikan fondasi yang kuat bagi negara Indonesia.
Pancasila juga menjadi pedoman dalam menjalankan kebijakan luar negeri
Indonesia. Dalam hubungan dengan negara-negara lain, Indonesia senantiasa
menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, menjadikannya sebagai dasar diplomasi
yang berwawasan kemanusiaan dan perdamaian dunia.
Dalam konteks politik, Pancasila menjadi dasar bagi pembentukan
kebijakan negara, termasuk dalam proses legislasi dan pengambilan keputusan
pemerintah. Prinsip demokrasi dan musyawarah, sesuai dengan sila keempat
Pancasila, diaplikasikan dalam struktur dan proses pemerintahan.
Secara keseluruhan, Pancasila sebagai dasar negara NKRI bukan hanya
sekadar pernyataan nilai, melainkan sebuah pandangan hidup yang menjadi
dasar bagi keberlanjutan dan kemajuan bangsa Indonesia. Dengan tetap
memegang teguh nilai-nilai Pancasila, Indonesia diharapkan dapat terus
bersatu, maju, dan berdaulat dalam menghadapi berbagai tantangan global.

Anda mungkin juga menyukai