Anda di halaman 1dari 6

Nama : Victor Samuel Pasanea

NPM : 202007416050
Prodi : Bahasa Korea(K.01)
Resume Pendidikan Pancasila Bab.8
‘‘ Pancasila sebagai perjanjian pemersatu bangsa Indonesia ’’

1. Pancasila sebagasai pemersatu bangsa


Eksitensi Pancasila sebagai ideologi yang mempersatukan bangsa, banyak disoal
oleh berbagai kalangan, satu diantaranya sebagaimana yang di tulis oleh Oetojo Oesman
(1991:51) bahwa ‘‘ Salah satu peranan Pancasila yang menonjol sejak permulaan
penyelengaraan negara republic Indonesia adalah fungsinya dalam mempersatukan
seluruh rakyat Indonesia menjadi bangsa yang berkepribadian dan percaya pada diri
sendiri. Seperti yang diketahui, kondisi masyarakat sejak permulaan hidup kenegaraan
adalah serba majemuk. Masyarakat Indonesia bersifat multi etnis, multi religious dan
multi ideologis. Kemajemukan tersebut menunjukan adanya berbagai unsur yang saling
berinteraksi. Maka harus diatasi pada masa itu adalah bagaimana menggalang persatuan
dan kekuatan bangsa yang sangat dibutuhkan untuk mengawali penyelengaraan negara.
Dengan Nation and Character Building merupakan prasarat dan tugas utama yang harus
dilaksanakan. Dalam konteks politik inilah Pancasila dipersepsikan sebagai Ideologi
persatuan.
Sebelum itu, Soekarno 1958 menyatakan bahwa Pancasila adalah
Weltanschauung satu dasar Falsafah, Pancasila adalah alat pemersatu yang seyakin-
yakinnya Bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke hanyalah dapat Bersatu padu di
atas dasar Pancasila. Perjalanan Panjang bangsa Indonesia tidak selalu berada dalam
iklim teduh, pasang surut-badai gelombang tentunya mewarnai dinamika keutuhan
bangsa. Berbagai dinamika tersebut dapat dihadapin oleh Pancasila sebagai ideologi
persatuan. Pada konteks yang umum, Pancasila sebagai ideologi bangsa tentunya
memiliki kekuatan yang dimaknai sebagai nilai-nilai fundamental yang mampu
menghantarkan kepada cita-cita negara. Nilai fundamental dapat disimplifikasi kedalam 5
kata yang mengikuti untaian dari setiap sila dalam Pancasila itu sendiri, yakni :
1. Ketuhanan
2. Kemanusiaan
3. Persatuan
4. Kerakyatan; dan
5. Keadilan

inilah yang sebagaimananya mampu menjalar ke berbagai aspek kehidupan berbangsa


dan bernegara baik pada level masyarakat terlebih bagi elit penyelengaraan
pemerintahan. Pancasila menjadi nilai ideologi yang hidup (living ideology).
Karenanya internalisasi nilai-nilai Pancasila menjadi suatu keharusan, yang pada
dilirannya mampu menjadi ‘‘ antibody ’’atas berbagai ancaman dan gangguan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai pemersatu bangsa bersama dengan nilai-nilai fundanmental


didalamnya menggambarkan kekuatan dari sebuah ideologi. Seorang pakar ilmu
politik mengemukakan bahwa kekuatan suatu ideologi itu tergantung pada kualitas
(tiga) dimensi yang ada pada ideologi itu sendiri dimana, Pancasila memenuhi ketiga
dimensi tersebut.

a. Dimensi realita, nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut


secara rill berakar dalam dan/atau hidup dalam masyarakat atau bangsanya,
terutama karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman
sejarahnya (menjadi volkgeist/jiwa bangsa).
b. Dimensi idealism, yaitu yang bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut
mengandung idealism yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik
melalui pengalaman dalam Pratik kehidupan bersama sehari-sehari dengan
berbagai dimensinya.
c. Dimensi flesibilitas/dimensi pengembangan, yaitu ideologi tersebut memiliki
keluwesan yang memungkinkan dan merangsan pengembangan pemikiran-
pemikiran baru yang revelan dengan ideology bersangkutan tanpa menghilangkan
atau menginkari hakikat atau jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya,
dan menurut pakar ini Pancasila memnuhi ketiga dimensi tersebut.
Dalam dimensi realitas terkait dengan 5 kata sebagaiman dimaksud diatas
tergambarkan jelas dalam sejarah Panjang kehidupan nusantara.

Dimensi idealisme, Pancasila merupakan ideologi yang original bukan duplikasi


dari ideologi lain yang secara bersamaan membawa harapan dan cita-cita berbangsa
seperti keadilan untuk seluruh rakyat. Sedangkan dalam dimensi fleksibilitas,
Pancasila merupakan ideologi yang terbuka dengan pemahaman bahwa Pancasila
dapat bertahan di tengah arus perubahan yang dalam Bahasa lain dapat dikembangkan
sesuai dengan perkembangan zaman.

2. Kondisi sosial budaya, geografis dan demografis bangsa Indonesia


Jamrud Khatulistiwa, istilah yang sangat tepat untuk menggambarkan letak
Indonesia yang begitu strategis ditambah dengan ‘’ kegemah ripah lohjinawian’’
kekayaan alam didalamnya.
Secara geografis, Indonesia berada diantara 2 benua dan 2 samudra. Benua asia
disebelah utara, benua Australia disebelah selatan dan disebelah barat Samudra hindia
sedangkan Samudra pasifik berada disebelah timur. Letak Indonesia menjadi begitu
strategis karena menjadi persimpangan lalulintas dunia dengan potensi ekonomi yang luar
bias ajika Indonesia mampu mengolanya. Dengan wilayah seluas 1.904.569 kilometer
persegi yang menguntai dalam 17.504 pulau dari sabang sampai Merauke, wilayah
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar didunia dengan garis pantai nomor dua
terpanjang di dunia (95.181). wilayah Indonesia terdiri dari 34 provinsi dan 514
kabupaten/kota, dengan 3 zona pembagain waktu, yakni Waktu Indonesia Bagian Barat
(WIB), Waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia Bagian Timur
(WIT).
Secara sosial-budaya, dalam bagian ini pemahaman akan sosial budaya dimaknai
sebagai sikap mental/ watak/ tata nilai yang tumbuh dan berkembang ditengah masyrakat
luas. Dimana pada kasus Indonesia yang terdiri dari 714 Suku Bangsa, nilai-nilai
adilihung dari setiap suku telah membentuk karakter Indonesia sebagai bangsa yang
besar. Besarnya bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud di atas, ditunjukan dengan
eksitensi kerajaan majapahit dengan kekuasaan yang meliputi Sebagian besar wilayah
asia tenggara dan menjadi salah satu kekuatan utama di asia kala itu bersama dengan
kekaisaran cina. Perahu pinisi dari bugis yang begitu melegenda, dimana pada abad ke-17
dapat mengarungi lautan hingga ke madagaskar afrika yang lagi-lagi menegaskan
kebesaran Indonesia. Berikut dibawah ini sikap mental/ karakter khas sosial-budaya
Indonesia :
1. Religius, agama memiliki arti yang begitu penting dalam kehidupan masyarakat
karenanya agama menjadi isu yang begitu sensitive dalam dinamika bernegara.
2. Ulet dan Kreatif, untuk memahami keulatan dan kreatifitas dari masyarakat Indonesia
dengan ilustrasi sederhana kita bisa mengambil nilai dari selembar kain batik.
3. Kooperatif, semangat Kerjasama dari sikap mental bangsa Indonesia ditunjukan
dengan budaya gotong royong yang dapat ditemui diseluruh pelosok negeri.
4. Empati dan Tenggang Rasa, sikap mental/ karakter khas Indonesia yang selanjutnya
adalah memiliki rasa kepedulian dan toleransi yang tinggi.

3. Pengalaman Sejarah Hidup Bangsa Indonesia Di Bawah Penjajahan


Bangsa Indonesia di bawah penjajahan tentu memiliki beberapa nilai yang dapat
kita ambil sebagai sebagai bahan refleksi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Adapun nilai tersebut adalah :
 Kebijakan politik etis di tahun 1901 yang salah satunya terfokus kepada aspek
Pendidikan memberi jalan kepada kelompok kecil anak bangsa menjadi kaum
terdidik, pada gilirannya menstimulus bergulirnya Gerakan nasionalisme yang
menghantarkan Indonesia kepada kemerdekaan.
 Gerakan perjuangan yang parsial dan kedaerahan terbukti gagal dalam
menghantarkan kemerdekaan, barulah setelah lahirnya komitmen persatuan dan
kesatuan yang dipelopori oleh sumpah pemuda menjadikan gerakan perjuangan
lebih terarah, masif dan sistematis.
 Serangkaian proses perjuangan dalam merebut kemerdekaan tidak dapat
dipisahkan dari kiprah kaum muda.
 Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Bersyukur kita hari ini yang
merasakan udara kebebasan, berkat jasa para pahlawan bangsa yang telah
mengorbankan jiwa dan raga.
4. Perlunya Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia
Ada beberapa argumentasi yang menyoal perlunya (urgensi) persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia yang kemudian di kelompokan urgensi dimaksud ke dalam 3
fase, yakni :
1. Fase perjuangan kemerdekaan (Pra 1945);
2. Fase mempertahankan kemerdekaan (tahun 1945-1949); dan
3. Fase mengisi kemerdekaan (pasca 1945)

Fase perjuangan kemerdekaan, banyak sekali literatur yang menjelaskan bahwa


panjangnya proses perjuangan yang bersifat parsial, setiap dari anak bangsa berjuang
dengan cara, motif dan berdasarkan wilayahnya masing-masing/ kedaerahan.

Maka pada fase ini, persatuan dan kesatuan bangsa diperlukan untuk keluar dari
cengkraman kolonialisme dan imprealisme menjadi sebuah negara yang merdeka dan
berdaulat.

Fase mempertahankan kemerdekaan, dalam fase ini sejalan sebangun dengan fase
sebelumnya dimana persatuan dan kesatuan bangsa diperlukan sebagai usaha
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, karena setelah proklamasi
kemerdekaan tidak serta merta belanda menerima kemerdekaan Indonesia.

Fase mengisi kemerdekaann, mengawali fase ini penulis teringat dengan


perkataan Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia Ir. Soekarno bahwa : ‘’
Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu lebih sulit
karena melawan bangsamu sendiri”. Maka dari uraian tersebut, penulis kemudian
mengambil kesimpulan bahwa perlunya persatuan dan kesatuan dalam mengisi
kemerdekaan adalah sebagai modal utama pembangunan,

5. Makna Penting Pancasila Sebagai Perjanjian Pemersatu Bangsa

Pancasila sebagai perjanjian pemersatu bangsa Indonesia yang perlu dipahami


oleh seluruh elemen bangsa. Makna penting dimaksud sebagai berikut :
1. Setiap elemen bangsa seyogiaya memahami bahwa Pancasila berhasil merekatkan
Indonesia dalam bingkai kesatuan dari kemajemukan dan kompleksitas nilai di
dalamnya, karena itu Pancasila merupakan ideologi intregal.
2. Setiap elemen bangsa seyogianya mampu menjaga persatuan dan kesatuan yang
telah terbangun dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia, NKRI
merupakan harga mati.
3. Setiap elemen bangsa seyogianya siap untuk mempertahankan NKRI dari
berbagai rongrongan yang mengancam integritas bangsa.
4. Setia elemen bangsa seyogianya mengetahui bahwa persatuan dan kesatuan
bangsa yang termaktub dalam sila persatuan Indonesia sesungguhnya dijiwai oleh
Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila kemanusiaan yang adil dan beradab.

Disamping ke-4 hal tersebut, ada beberapa hal penting dalam kaitannya Pancasila
sebagai pemeliharaan integritas bangsa (Persatuan dan Kesatuan), dimana Pancasila
dituntut untuk tetap pada jati dirinya baik ke dalam (Intristik) maupun keluar (ekstrinsik).
Kedalam, Pancasila harus konsisten (sesuai, harmonis dan punya hubungan logis),
koheren (lekat satu sama lain) dan koresponden (cocok, dapat menjawab). Keluar,
Pancasila harus menjadi penyalur suara hati rakyat dan penyaring (filter) kepentingan
baik horizontal maupun vertical.

Anda mungkin juga menyukai