Anda di halaman 1dari 11

KONSEP SOSIAL BUDAYA

DALAM KERANGKA
BHINEKA TUNGGAL IKA

PEMBAHASAN

SEJARAH BHINEKA TUNGGAL


IKA
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika adalah moto atau semboyan bangsa
Indonesia. Frasa yang ditulis dalam bahasa Sansakerta
ini diambil dari buku Sutasoma karangan Mpu
Tantular. Bhinneka Tunggal
Ika
seringkali
diterjemahkan dengan kalimat Berbeda-beda tetapi
tetap satu. Diterjemahkan per patah kata, kata
bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda.
Kata tunggal berarti "satu".

SEJARAH BHINEKA TUNGGAL


IKA
Sebelumnya

semboyan yang dijadikan semboyan resmi


Negara Indonesia sangat panjang yaitu Bhineka Tunggal Ika
Tan Hana Dharma Mangrwa. Semboyan Bhineka Tunggal Ika
dikenal untuk pertama kalinya pada masa Majapahit era
kepemimpinan Wisnuwardhana. Perumusan semboyan Bhineka
Tunggl Ika ini dilakukan oleh Mpu Tantular dalam kitab
Sutasoma. Perumuan semboyan ini pada dasarnya merupakan
pernyataan kreatif dalam usaha mengatasi keanekaragaman
kepercayaan dan keagamaan. Hal itu dilakukan sehubungan
usaha bina Negara kerajaan Majapahit saat itu. Semboyan
Negara Indonesia ini telah memberikan nilai-nilai inspiratif
terhadap system pemerintahan pada masa kemerdekaan.

Pentingnya Semboyan Bhineka


Tunggal Ika
Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar
untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia,dimana kita haruslah dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai antara
masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku
bangsa,agama,bahasa,adat istiadat,warna kulit dan lain-lain.Indonesia merupakan
negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau dimana setiap daerah memiliki
adat istiadat,bahasa,aturan,kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhineka tunggal
Ika pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dimana setiap oarng akan hanya mementingkana dirinya sendiri atau
daerahnya sendiri tanpa perduli kepentngan bersama.Bila hal tersebut terjadi
pastinya negara kita ini akan terpecah belah.
Oleh sebab itu marilah kita jaga bhineka tunggal ika dengan sebai-baiknya agar
persatuan bangsa dan negara Indonesia tetap terjaga dan kita pun haruslah sadar
bahwa menyatukan bangsa ini memerlukan perjuangan yang panjang yang
dilakukan oleh para pendahulu kita dalam menyatukan wilayah republik Indonesia
menjadi negara kesatuan.

Penyebab Lunturnya Makna


Bhineka Tunggal Ika
1. Diskriminasi
2. Konflik
3. Egoisme
4. Hambatandaridalam

Prospek Bhineka Tunggal Ika


Dalam Membangun Masyarakat
yang Multikultural
Untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang timbul maka diperlukan beberapa hal
yang dikemukakan oleh Hidayat Nur Wahid ( ketua MPR RI), sebagai berikut:
a.

Reproduksi kultural yang menjamin bahwa dalam konsepsi politik yang baru,
tetap ada kelangsungan tradisi dan koherensi pengetahuan yang memadai untuk
kebutuhan konsesus praktis dalam praktek kehidupan sehari-hari.

b.

Integrasi sosial yang menjamin bahwa koordinasi tindakan politis tetap


terpelihara melalui sarana-sarana hubungan antar pribadi dan antar komponen
politik yang diatur secara resmi (legitimate) tanpa menghilangkan identitas masingmasing unsur kebudayaan.

c.

Sosialisasi yang menjamin bahwa konsepsi politik yang disepakati harus mampu
memberi ruang tindak bagi generasi mendatang dan penyelarasan konteks
kehidupan individu dan kehidupan kolektif tetap terjaga.

Keragaman Sosial Budaya


Masyarakat Indonesia
SosialBudaya
sosial budaya dapat dirumuskan sebagai kondisi masyarakat (bangsa) yang mempunyai nilai-nilai dalam
kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara yang dilandasi dengan falsafah negara kesatuan Republik
Indonesia.

Bangsa
Definisi Bangsa adalah sekelompok manusia yang di takdirkan untuk bersama, senasib sepenanggungan
dalam suatu negara, secara umum Bangsa dapat diartikan sebagai Kesatuan orang-orang yang sama asal
keturunan, adat, agama, dan historisnya.
Keanekaragaman masyarakat dan sosial budaya Indonesia merupakan sebuah potensi kekayaan yang
harus dioptimalkan sehingga terasa manfaatnya. Oleh karena itu, potensi tersebut perlu diwujudkan
menjadi kekuatan riil sehingga mampu menjawab berbagai tantangan kekinian yang ditunjukkan dengan
melemahnya ketahanan budaya yang berimplikasi pada menurunnya kebanggaan nasional. Untuk itu,
sinergi segenap komponen bangsa dalam melanjutkan pembangunan karakter bangsa (national and
character building) yang sudah dimulai sejak awal kemerdekaan perlu terus diperkuat sehingga
memperkuat jati diri bangsa dan mampu membentuk bangsa yang berkarakter, maju, dan berdaya saing.

PERKEMBANGAN SOSIAL
BUDAYA MASYARAKAT
INDONESIA
Posisi Indonesia terletak di persimpangan dua Samudra (Hindia
dan Pasifik) dan dua Benua (Asia dan Australia), yang sejak dahulu
merupakan daerah perlintasan dan pertemuan berbagai macam
agama dan ideologi serta kebudayaan
Dalam kondisi yang demikian, maka terdapat 5 lapisan
perkembangan sosial budaya Indonesia:
1. Lapisan sosial budaya lama dan asli
3. Lapisan yang datang dengan agama islam tersebar luas
4. Lapisan yang datang dari Barat bersama dengan agama Kristen
5. Lapisan kebudayaan Indonesia yang dimualai kesadaran bangsa.

Konsep Masyarakat dan Sosial


Budaya masyarakat
Dinamika sosial dan kebudayaan itu, tidak terkecuali melanda masyarakat Indonesia, walaupun
luas spektrum dan kecepatannya berbeda-beda. Demikian pula masyarakat dan kebudayaan
Indonesia pernah berkembang dengan pesatnya di masa lampau, walaupun perkembangannya
dewasa ini agak tertinggal apabila dibandingkan dengan perkembangan di negeri maju lainnya.
Betapapun, masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang beranekaragam itu tidak pernah
mengalami kemandegan sebagai perwujudan tanggapan aktif masyarakat terhadap tantangan yang
timbul akibat perubahan lingkungan dalam arti luas maupun pergantian generasi.
Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya masyarakat
Indonesia. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang mmicu perubahan sosial,

Petama, adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian
generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa setempat.

Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti pengaruh kontakkontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun persebaran (unsur) kebudayaan
serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan
kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali kehidupan mereka .

Anda mungkin juga menyukai