NPM: 2316041124
Kelas: REG D
1. Nilai-nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dulu kala sebelum
bangsa Indonesia mendirikan negara. Proses terbentuknya negara Indonesia melalui
proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu hingga munculnya kerajaan-
kerajaan pada abad ke-IV.
A. Zaman Kutai
Pada zaman ini masyarakat kutai yang membukai zaman sejarah Indonesia pertama
kalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial politik, dan ketuhanan.
B. Zaman Sriwijaya
Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam sesuatu negara telah tercemin pada
kerjaan Sriwijaya yang berbunyi yaitu marvuat vanua criwijaya siddhayara subhika
(suatu cita- cita negara yang adil & makmur}
Pada zaman ini diterapkan antara lain untuk raja Aiar Langgi sikap tolerensi dalam
beragama nilai-nilai kemanusiaan (hubungan dagang & kerjasama dengan Benggala,
Chola, dan Chompa) serta perhatian kerjahteraan pertanian bagi rakyat dengan dengan
membangun tanggul & waduk.
E. Zaman Penjajahan
Nilai-nilai Pancasila diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara,
dijadikan sebagai dasar negara RI. Proses cara formal tersebut dilakukan dalam sidang-
sidang BPUPKI pertama, bidang panitia 9, sidang BPUPKI kadua, serta akhirnya di sah
kan secara yuridis sebagai dasar negara RI.
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara sangat erat kaitannya
dengan jati diri bangsa Indonesia. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta
keadilan. Dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki bangsa Indonesia sejak
dahulu kala.
sumber: image.slidesharecdn.com
-Rumusan dasar negara pertama kali diusulkan oleh Mr. Muhammad Yamin pada 29
Mei 1945. Beliau memaparkan bahwa rakyat Indoensia harus mendapat dasar negara
yang asalnya dari peradaban kebangsaan Indonesia
1.Peri Kebangsaan
2Peri Kemanusiaan32
3.Peri Ketuhanan
4.Peri Kerakyatan
5.Kesejahteraan Sosial
2. Mr. Soepomo
Mr. Soepomo mengajukan rumusan dasar negara pada 31 Mei 1945 melalui pidato.
Dalam pidato tersebut, ia menyampaikan bahwa negara Indonesia merdeka adalah
negara yang menyatukan diri dengan segala lapisan rakyat, yang mengatasi semua
golongan, dan paham perorangan, bukan negara yang mempersatukan diri sendiri
dengan golongan terbesar atau paling kuat.
1.Persatuan
2.Kekeluargaan
4.Musyawarah
5.Keadilan Rakyat
3. Ir. Soekarno
Pada 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan pidato terkait rumusan dasar negara
Indonesia. Ir. Soekarno juga menyarankan agar usulan dasar negara ini dinamakan
Pancasila, di mana Panca berarti lima dan sila artinya dasar atau asas. Di atas kelima
dasar negara itulah Indonesia berdiri.
1.Kebangsaan Indonesia
4.Kesejahteraan Sosial
4. Jumlah rumusan yang diusulkan berbeda. Moh Yamin total rumusan 10 (5 tertulis
dan 5 lisan), Soepomo dan Soekarno masing-masing 5 rumusan. Namun, secara umum
ketiganya menyampaikan jumlah poin yang sama.
3. Pancasila sebagai Ideologi kehidupan bangsa Indonesia tentu tidak selalu berjalan
mulus. Banyak ditemukan kendala hingga penyelewengan dalam penerapannya dari
masa ke masa. Selama 75 tahun Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya, terdapat 3
masa inti yang telah Indonesia melewati, yakni masa Order Lama, masa Order Baru,
dan masa Orde Reformasi hingga saat ini. Makna dan pengamalan Pancasila mengalami
perkembangan seiring berjalannya waktu, khususnya pada masa Orde Lama, Orde Baru,
dan Orde Reformasi.
Masa orde lama terjadi selama 20 tahun lamanya, dimulai sejak proklamasi
kemerdekaan pada tahun 1945 hingga berakhir di tahun 1966.Dalam masa orde lama ini
terdiri atas 3 periode penerapan Pancasila:
Tahun 1945-1950 Pada awal-awal kemerdekaan, terdapat beberapa oknum yang sengaja
ingin mengubah ideologi Pancasila sebagai dasar hidup bangsa Indonesia melalui
beberapa pemberontakan. Salah satunya adalah pemberontakan Darul Islam/Tentara
Islam Indonesia (DI/TIII) yang dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo.
Soeharto dikenal sebagai tokoh utama Masa Orde Baru, prestasinya mampu
membubarkan PKI dari kancah politik Indonesia yang cukup mengancam stabilitas
nasional. Soeharto memberikan secercah harapan kepada masyarakat akan penerapan
Pancasila sesuai dengan semestinya. Namun pada kenyataannya, antara masa order lama
dan baru tetap sama saja. Sistem pemerintah pun tetap bersifat diktator.
Masa Reformasi
Pada masa ini, keinginan untuk mengubah Ideologi Pancasila sudah menipis.
Masyarakat lebih dihadapkan dengan gaya hidup bebas mengikuti perkembangan zaman
disertai dengan munculnya globalisasi. Masyarakat terutama generasi muda tidak terlalu
memperdulikan penerapan Pancasila dalam kehidupannya. Hal yang cukup
dikhawatirkan adalah jika muncul kehadiran ideologi lain yang berhasil disusupi oleh
kemajuan saat ini dan berhasil menaruh hati kepada generasi muda
Sumber: kumparan.com
4. Untuk menjelaskan secara sistematis keterkaitan Pancasila, UUD 1945, dan kebijakan
negara, dapat kita simak beberapa hal berikut ini:
Pancasila sebagai Dasar Negara : Pancasila merupakan kumpulan lima nilai dasar yang
menjadi landasan filosofis negara Indonesia. Ia diidealkan sebagai konsepsi negara, cara
hidup, dan ideologi nasional
1. Pancasila adalah seperangkat nilai yang terangkai secara holistik menjadi gagasan
dasar tentang konsep dan prinsip yang menjadi pandangan hidup masyarakat, bangsa,
dan negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila dimuat dalam semua konstitusi yang pernah
berlaku di Indonesia, yaitu dalam UUD 1945, Konstitusi RIS, dan UUDS 1950.
2. Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan basic belief system karena memuat
gagasan dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan dan wujud kehidupan yang
dianggap baik.
3. Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Ringkasnya, Pancasila merupakan ideologi dan falsafah dasar negara Indonesia, UUD
1945 merupakan landasan hukum tertinggi negara, dan kebijakan negara dirumuskan
berdasarkan asas Pancasila dan UUD 1945. Keterkaitan ketiga unsur tersebut tercermin
dalam alinea pembuka UUD 1945 yang menekankan pentingnya melindungi segenap
bangsa Indonesia.
Sumber: pusdik.mkri.id
5. Sebagai penanda sikap Nasionalisme, adalah baik bagi kita menghapal sila beserta
butir-butirnya, tetapi menghapal saja tidak cukup. Pancasila menjadi bermakna ketika
diamalkan. Pancasila adalah cerminan diri kita. Potret dari relasi sosial budaya yang
selama ini ada namun belum terbahasakan. Jika disebut sebagai ilmu, Pancasila
merupakan ilmu terapan. Jika disebut sebagai seni, Pancasila adalah pertunjukkan
terhebat yang pernah tergagas dalam sejarah bangsa.
Sebagai sistem keyakinan, Ideologi sangat efektif mengikat individu dalam jumlah
besar meski di antara mereka tak saling mengenal. Ideologi membangkitkan empati,
rasa persaudaraan antar sesama penganutnya. Seorang Pemuda Aceh akan merasa sakit
yang sama ketika ada pemuda Papua mengalami perlakuan tidak menyenangkan oleh
bangsa lain meskipun dirinya tidak pernah ke Papua. Sebaliknya, remaja di pulau rote
mengalami rasa bangga yang sama ketika mendengar remaja Miangas menjuarai
olimpiade membawa nama bangsa.
Pada tataran global, Eksistensi Pancasila menghadapi tantangan yang juga dialami dua
ideologi besar dunia, Liberalisme dan Komunisme. Daniel Bell mengungkap istilah
'matinya ideologi' ketika menggambarkan inkonsistensi Kapitalisme dan Komunisme
dalam menghadapi persoalan-persoalan konkret di dalam negeri masing-masing.
Amerika Serikat sebagai pengusung pasar bebas -dalil pokok kapitalisme- mengakhiri
dirinya sendiri ketika Pemerintah AS melakukan pengambil-alihan aset sejumlah
perusahaan swasta melalui kebijakan bantuan likuiditas. Hal ini bertentangan dengan
prinsip kapitalisme yang mengharamkan peran negara dalam perekonomian
Bagaimana dengan segmen generasi muda sebagai pemegang tongkat estafet Pancasila?
Merekalah penentu apakah Pancasila bertahan sebagai ideologi atau malah berakhir.
Survey Komunitas Pancasila Muda tahun 2020 melalui media sosial mengurai 19,5%
responden berusia 18-25 tahun merasa tidak yakin dengan relevansi Pancasila dengan
kehidupan sehari-hari mereka. Pancasila dipandang sudah tinggal nama di atas kertas,
tidak ada makna tersisa selain kenangan masa lalu. Fakta ini menyiratkan bahwa
generasi muda memiliki perspektif kritis sendiri tentang ideologi. Mereka
memanfaatkan arus informasi, mengolahnya lalu menarik kesimpulannya sendiri.
Era Globalisasi dan digitalisasi informasi adalah konsekuensi logis dari perkembangan
teknologi. Tak heran teknologi sangat dekat dengan generasi muda. Pada era ini, relasi
sosial tidak melulu diikat secara emosional, tapi juga rasional. Cara hidup pragmatis,
konsumerisme, hedonisme, sudah menjadi kehidupan sehari-hari yang memukul hampir
seluruh tatanan norma bangsa. Oleh karena itu, Pancasila harus beradaptasi cepat dan
bermitra dengan perubahan. Pancasila perlu dihayati secara rileks dan
diimplementasikan seturut dengan kontekstualitas zamannya. Kalau anak muda bisa
belajar gaya hidup kebarat-baratan melalui media sosial elektronik, maka mereka juga
bisa belajar Pancasila dari sana. Ini hanya urusan teknis, mengatasinya tentu
memerlukan solusi teknis.
Oleh karena itu, penting untuk menjaga eksistensi Pancasila dan mempertajam
hakikatnya melalui kajian kritis dan analitis perbandingannya dengan ideologi lain dari
berbagai aspek.
Sumber:kemenag.go.id