Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PKN

DINAMIKA PERWUJUDAN PANCASILA SEBAGAI DASAR


DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA

NAMA : RADHA ANJALIYA FITRI


KELAS : IX D

SMP NEGERI 3 BANJARMASIN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang telah disepakati sebagai
pandangan hidup dalam berbangsa dan bernegara. Namun, dalam perwujudannya, Pancasila
telah mengalami pasang surut. Bahkan, sejarah bangsa mencatat bahwa Pancasila beberapa
kali dihadapkan dengan ancaman perubahan ideologi.
Meskipun begitu, Pancasila tetap bertahan hingga sekarang berkat upaya-upaya pahlawan
bangsa dan kesadaran bangsa terhadap keberadaan Pancasila. Akan tetapi bukan berarti
ancaman terhadap Pancasila berakhir sampai disitu, justru di era globalisasi saat ini, banyak
sekali budaya-budaya asing serta paham-paham baru yang tidak menutup kemungkinan dapat
mengancam keberadaan Pancasila. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk mengetahui
dan mempelajari sejarah perwujudan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, serta belajar
dari sejarah bangsa demi menjaga keutuhan Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu
sebagai berkut :
1. Apa pengertian dari Pancasila ?
2. Bagaima perwujudan Pancasila dari masa ke masa ?
3. Bagaimana pelaksanaan dan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat di Indonesia saat ini ?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan ini bertujuan untuk memberikan wawasan mengenai sejarah dan dinamika
perwujudan Pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Selain itu,
penulisan ini juga bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pelaksanaan dan
penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat saat ini serta menjadi bahan
ajar untuk pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) kelas IX SMP semester 1.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pancasila


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
Sanksekerta, yaitu “Panca” yang berarti lima dan “Sila” yang berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan atau pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia. Terdapat lima sendi utama penyusun Pancasila yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-undang
Dasar 1945 alinea ke empat.
Contoh-contoh dari penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan
setiap silanya yaitu :
 Sila pertama : Beribadah kepada Tuhan, melaksanakan ajaran-ajaran agama,
menjauhi larangan-larangan agama.
 Sila kedua : Bersikap adil terhadap diri sendiri dan orang lain, sopan dan santun
terhadap orang yang lebih tua, memiliki etika yang baik, menaati peraturan yang ada
dalam kehidupan bermasyarakat dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
 Sila ketiga : Menghargai dan menghormati adanya perbedaan suku, agama dan ras
antargolongan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menjaga nilai-nilai
toleransi, memiliki rasa cinta terhadap tanah air.
 Sila keempat : Menentukan setiap keputusan bersama melalui musyawarah dan
mufakat, menghargai pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak orang lain
dan menyampaikan pendapat yang disertai rasa tanggung jawab.
 Sila kelima : Bersikap adil terhadap teman dan tidak membeda-bedakan suku
ataupun agama, menghargai hak-hak setiap orang dan selalu menyeimbankan antara
hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Dalam perwujudannya, Pancasila telah mengalami pasang surut. Bahkan, sejarah bangsa
mencatat bahwa Pancasila beberapa kali dihadapkan dengan ancaman perubahan ideologi,
adapun sejarah mengenai hal tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Masa Orde Lama

2
Pada masa Orde lama, kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh
kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana peralihandari masyarakat
terjajah menjadi masyarakat merdeka. Masa Orde lama dimulai pada tahun 1945
hingga tahun 1966 dan terbagi atas tiga periode kepemimpinan Ir.Soekarno, yaitu
periode 1945 1950, periode 1950-1959 dan periode 1959-1966.
1. Periode 1945-1950
Penerapan Pancasila pada periode ini menghadapi berbagai masalah. Banyak
upaya-upaya dan pemberontakan-pemberontakan yang bertujuan untuk mengganti
Pancasila sebagai dasar negara. Hal ini mungkin dikarenakan situasi politik dan
keamanan dalam negeri yang masih belum stabil. Adapun pemberontakan yang terjadi
pada periode ini yaitu sebagai berikut :
- Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemberontakan ini terjadi
pada tanggal 19 September 1948 dan berada dibawah pimpinan Muso.
Pemberontakan ini bertujuan untuk mengganti ideologi Pancasila dengan
paham Komunis. Tak berapa lama, dalam hitungan pekan, kekuatan PKI
dilumpuhkan, Musso tertembak di dekat sebuah WC umum yang berada di
daerah Madiun .
- Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Pemberontakan
ini dipimpin oleh Sekarmadji Mardijan Kartosuwiryo yang mendirikan Negara
Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949. Dalam hal ini, tujuan
Kartosuwiryo dalam mendirikan NII adalah untuk menggantikan Pancasila
dengan ajaran agama Islam sebagai dasar dan pandangan sebuah negara. Harus
diakui bahwa memang Indonesia tidaklah semuanya merupakan umat Islam
dan pemerintahan yang sah pun telah dibentuk dengan Soekarno sebagai
presidennya.

2. Periode 1950-1959
Dasar negara pada periode ini tetap Pancasila, akan tetapi dalam pelaksanaannya
sudah mengarah kepada liberalisme dikarenakan sistem demokrasi yang digunakan
merupakan demokrasi liberal. Hal ini terlihat dari pengambilan keputusan yang
berdasarkan hasil votting dan bukan melalui musyawarah mufakat sebagaimana
terdapat pada sila keempat Pancasila. Pada periodde ini juga terdapat beberapa
pemberontakan yang mengancam keberadaan Pancasila, pemberontakan-
pemberontakan tersebut yaitu :
3
a. Republik Maluku Selatan (RMS). Republik Maluku Selatan (RMS), adalah negara
yang di bentuk oleh Dr C.R.S. Soumokil berasama rekanrekannya pada tanggal 25
april 1950 yang berdiri sendiri lepas dari Republik Indonesia Serikat (RIS)
maupun Negara Indonesia Timur (NIT) dan menetapkan kota Ambon sebagai
pusat pemerintahan. Gerakan ini merupakan gerakan separatis yang ingin
memisahkan diri dari Republik Indonesia yang kemudian menyebabkan gangguan
keamanan dalam negeri dan mengancam keselamatan masyarakat.
b. Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Munculnya gerakan
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Utara,
Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan dilatarbelakangi kekecewaan terhadap
pemerintah pusat yang belum bisa menjalankan desentralisasi dan otonomi luas
terhadap daerah untuk mengelola daerahnya sendiri. Selain itu juga terjadi ketidak
meratan pembangnan di wilayah luar pulau Jawa.Pulau Sumatra yang merupakan
penyumbang 71% sumber keuangan pemerintah justru tidak mendapat angaran
sedikit pun untuk membangun daerah mereka .

3. Periode 1956-1965
Pada periode ini sistem demokrasi yang digunakan adalah demokrasi terpimpin.
Demokrasi terpimpin merupakan demokrasi yang dalam pelaksanaannya
menggunakan sistem presidensil dimana presiden memegang kekuasaan penuh dan
mendominasi dalam roda pemerintahan. Demokrasi terpimpin di Indonesia
berlangsung antara tahun 1945-1959 yang diwarnai banyaknya perdebatan dan
perbedaan pendapat antara para pemimpin dan pendiri bangsa mengenai sistem
ketatanegaraan. Dengan berlangsungnya demokrasi terpimpin maka presiden saat itu
memiliki kekuasaan dan otoritas tertinggi dan dapat dengan mudah menyingkirkan
segala sesuatu yang bertentangan dengan kebijakan politik dan pemerintahan. Hal ini
tentu saja tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila, karena Pancasila tidak
menghendaki adanya sikap otoriter dalam berjalannya sebuah pemerintahan.

b. Masa Orde Baru


Pada masa orde baru, Jenderal Soeharto di angkat menjadi Presiden menggantikan
Ir.Soekarno. Pada era ini diterapkan konsep Demokrasi Pancasila yang bertujuan untuk
4
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam setiap bidang
kehidupan di Indonesia.
Landasan formal dari periode ini ialah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, serta
ketetapan-ketetapan MPRS. Pada masa demokrasi pancasila, telah muncul berbagai upaya
untuk meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada masa demokrasi
terpimpin yang dipimpin oleh Soekarno. Hanya saja, semakin lama, pemerintahan pada
masa Orde Baru menunjukkan peran Presiden yang semakin kuat. Presiden Soeharto
kemudian menjelma sebagai tokoh yang dominan pemerintahan di Indonesia dan pusat
dari kekuasaan negara.
Dominasi Presiden menjadikan presiden sebagai penguasa dan tidak ada institusi
manapun yang bisa mencegahnya untuk melakukan penyelewengan kekuasaan. Selain itu,
semakin banyak kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat. Meskipun Presiden
Soeharto berhasil menjadikan Indonesia berswasembada beras dan berhasil membangun
perekonomian di Indonesia, rupanya keberhasilan ini malah menjadi celah dan peluang
untuk melakukan tindakan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh
para penguasa, baik di pusat ataupun daerah.
Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai-nilai Pancasila tidak di indahkan dan
pelaksanaan pemerintahan pada masa Orde baru sudah keluar dari nilai-nilai Pancasila.
Akhirnya, munculah kelompok-kelompok yang menginginkan adanya suatu reformasi
yang dipelopori oleh mahasiswa. Pada tahun 1998, gerakan mahasiswa berhasil
menduduki Gedung DPR dan menuntut agar Presiden Soeharto untuk lengser dari
jabatannya sebagai Presiden. Kemudian pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Soeharto
memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Republik
Indonesia dan berakhirlah masa Orde Baru.

c. Masa Reformasi
Penerapan Pancasila pada Era Reformasi tidak dihadapkan lagi dengan
pemberonatakan-pemberontakan yang mengancam Pancasila. Namun, justru lebih
dihadapkan pada keadaan masyarakat yang memiliki pola hidup yang serba bebas sebagai
bentuk dari adanya globalisasi. Kebebasan tersebut menjelma dalam berbagai bentuk
seperti kebebasan berbicara, kebebasan berserikat, kebebasan berekspresi dan sebagainya.
Pada dasarnya, kebebasan memang merupakan hak setiap orang, akan tetapi dalam
penerapannya bukan berarti sampai meresahkan masyarakat ataupun merugikan orang
lain. Banyak sekali dampak negatif yang timbul dari adanya kebebasan yang keluar dari
5
nilai-nilai Pancasila seperti kebebasan menyatakan pendapat yang tidak bertanggung
jawab, pergaulan bebas, pola interaksi yang tidak beretika sehingga menimbulkan adanya
perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, sebagai pelajar harus dapat
menerapkan nilai-nilai Pancasila yang dipelajari di sekolah ke dalam lingkungan
masyarakat.. Adapun contoh keterampilan yang dapat diterapkan dari pengetahuan di
sekolah dalam kehidupan bermasyarakat dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila salah
satunya adalah menentukan keputusan bersama melalui musyawarah mufakat, bersikap
santun dan menghormati yang lebih tua, menjalankan ajaaran-ajaran agama, bersikap adil
terhadap diri sendiri maupun orang lain serta menghargai setiap perbedaan yang ada di
masyarakat.
Selain itu, Pancasila di era globalisasi juga semakin dihadapkan dengan masuknya
budaya-budaya asing serta paham-paham baru yang berpotensi mengancam keberadaan
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan
kewaspadaan dan kesadaran bela negara dalam rangka menjaga keutuhan Pancasila
sebagai ideologi bangsa Indonesia.

BAB III
KESIMPULAN

Menanggapi kondisi Pancasila di era globalisasi yang dihadapkan dengan masuknya


budaya-budaya asing serta paham-paham baru yang berpotensi mengancam keberadaan
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, kita perlu meningkatkan kesadaran bela negara
6
dalam rangka menjaga keutuhan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Adapun salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa bela negara adalah dengan
mempelajari mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Menurut Depdiknas (2006:49) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945.
Adapun pengetian dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan suatu
pendidikan yang bertujuan untuk mematangkan warga negara agar dapat memahami hak dan
kewajibannya, menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, menumbuhkan rasa
nasionalisme dan patriotisme serta menjadikan warga negara yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila dan cita-cita bangsa yang tertuang dalam UUD 1945. Mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan mengemban misi untuk membina moral, sikap, dan perilaku peserta
didik, disamping membina kecerdasannya. Dalam hal ini kecerdasan pengetahuan
dilengkapi dengan kecerdasan moral.
Pemberian pendidikan yang baik seharusnya tidak hanya disampaikan di sekolah saja,
melainkan juga disampaikan melalui kehidupan bermasyarakat. Begitupun dengan
Pendidikan Kewarganegaraan, tidak saja ada dalam pembelajaran di persekolahan saja,
melainkan juga bergerak pada kehidupan masyarakat. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan diharapkan mampu memberikan kontribusi yang baik terhadap tumbuhnya
kesadaran bela negara. Oleh karena itu, pendidikan ini selain diberikan di sekolah, sebaiknya
juga diberikan di lingkungan masyarakat melalui praktek nyata seperti kegiatan-kegiatan
yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai