Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Lahirnya Pancasila

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Sejarah
B.     Sejarah Pergerakan Indonesia
C.     Menuju Kemerdekaan
D.      Perumusan Pancasila
E.     Sidang BPUPKI Pertama
F.      Sidang BPUPKI  Kedua
G.    Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
H.    Proses Penetapan Dasar Negara dan Konstitusi Negara
I.       Perbedaan dan Kesepakatan yang Muncul dalam Sidang PPKI
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
Daftar Pustaka

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayahnyalah sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya dengan baik. Makalah ini membahas tentang "Sejarah Lahirnya Pancasila".
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui sejarah di bentuknya dasar negara
kita yaitu pancasila dan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
matakuliah Pendidikan Kewarganegaran.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder  yang penulis
peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Pancasila, serta infomasi dari media
massa yang berhubungan dengan sejarah lahirnya Pancasila, tak lupa penyusun
ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh sempurna dan masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar  penulisan makalah ini menjadi lebih baik di masa
mendatang.
  Rajasinga, 28 Oktober 2021______ 

                                                                                                        Penulis

A.     Latar Belakang


Sejarah pancasila tidak dapat dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia karena
hal tersebut yang menjadi faktor utama lahirnya pancasila yang sekarang menjadi
landasan ideologi bangsa Indonesia. Baik nilai intrinsik maupun ekstrinsik dalam
pancasila menunjukan seberapa pentingnya nilai-nilai bagi aspek kehidupan. Dalam
perjalanan sejarah eksistensi pancasila  sebagai dasar filsafat Negara Republik
Indonesia mengalami berbagai macam  interpretasi dan manipulasi politik sesuai
dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung
dibalik legitimasi ideologi Negara pancasila.
Dengan lain perkataan dalam kedudukan yang seperti ini pancasila tidak lagi,
diletakkan sebagai dasar filsafat serta panangan hidup bangsa dan Negara Indonesia
melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada
saat itu.
Dampak yang cukup serius atas manipulasi pancasila oleh para penguasa pada
masa lampau, dimasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat
beranggapan bahwa pancasila merupakan label politik orde baru. Sehingga
mengembangkan serta mengkaji pancasila dianggap akan mengembalikan
kewibawaan orde baru. Pandangan yang sinis serta upaya melemahkan peranan
ideologi pancasila pada era formasi dimasa ini akan sangat berakibat fatal bagi bangsa
Indonesia yaitu melemahnya kepercayaan rakyat terhadap ideology Negara yang
kemudian pada gilirannya akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
yang telah lama dibina, dipelihara serta didambakan bangsa Indonesia sejak dahulu .
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Bahwasanya Pancasila yang telah
diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa,
yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia. Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila
itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan
pengamamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan
lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

B.     Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis
memperoleh hasil yang diinginkan, maka  penulis mengemukakan beberapa rumusan
masalah. Rumusan masalah itu adalah:
1.    Bagaimanakan proses perumusan pancasila sebagai dasar negara indonesia?
2.    Siapa saja yang terlibat dalam perumusan pancasila?
3.    Bagaimanakah lahirnya negara indonesia?
4.    Apakah nilai yang terkandung dalam pancasila?

C.     Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1.    Untuk mengetahui proses perumusan pancasila sebagai dasar negara.
2.    Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dalam perumusan pancasila.
3.    Untuk mengetahui sejarah lahirnya negara indonesia.
4.    Untuk menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Sejarah


Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan melalui
proses panjang didasari oleh sejarah perjuangan bangsa dengan melihat pengalaman
bangsa-bangsa lain dengan diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, dengan tetap
berakar pada kepribadian dan gagasan-gagasan besar bangsa sendiri. Pancasila
merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka ia
diterima sebagai Dasar Negara yang mengatur hidup kenegaraan. Hal ini tampak
dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda.
Masuknya agama-agama besar di Indonesia di pengaruhi oleh perdagangan
yang terjadi di nusantara. Agama merupakan sistem atau prinsip kepercayaan kepada
tuhan yang dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
ajaran itu. Agama hindu menjadi agama yang masuk pertama di nusantara pada abad
ke7. Agama budha masuk dengan ajaran sidharta Gautama. Kedua ajaran tersebut
berpengaruh sangat penting bagi kehidupan masyarakat di nusantara dan diikuti oleh
kerajaan-kerajaan besar di nusantara.
Pedagang Gujarat yang membawa ajaran islam di nusantara, agama islam
merupaka agama yang di ajarkan oleh nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada
kitab suci al-quran yang diturunkan di dunia melalui wahyu Allah SWT, ajaran islam di
jawa di sebarkan oleh para wali.
Agama mampu memberi dampak positif bagi kehidupan,pusat pemasaran
barang-barang menarik pedagangan dari berbagai kebudayaan. Oleh karenanya
system mengharuskan suatu keterbukaan, saling mengenal adat-istiadat yang
berbeda-beda dan saling toleransi.kota-kota pelabuhantidak hanya menimbulkan
kontak social tetapi juga menyediakan ruang social untuk perubahan dan
pembaharuan,sampai emudian perdagangan juga membawa kontak dengan bangsa
eropa dimulai portugis pada 1512,spanyol 1527 dan belanda1602.
Bangsa eropa seperti halnya bangsa-bangsa asia lainya selain melakukan
perdagangan juga menyebarkan agama.Agama khatolik dan Agama Kristen juga di
terima di nusantara sebagai agama setelah agama yang sudah ada.

Pada saat Indonesia merdeka bangsa ini akhirnya mengakui 5 agama yaitu :
1.    Islam
2.    Hindu
3.    Budha
4.    Kristen
5.    Khatolik
Setelah reformasi agama kong hu chu juga diterima dan menjadi agama keenam yang
diakui Negara.

B.     Sejarah Pergerakan Indonesia


Sebelum Negara ndonesia terbentuk pada tanggal 17 Agustus 1945,
sebelumnya bentuk pemerintahan adalah kerajaan-kerajaan baik besar maupun kecil
yang terbesar di Nusantara. Ada dua kerajaan besar yang melambangkan kemegahan
dan kejayaan masa lalu yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Sriwijaya berdasar beberapa
bukti sejarah yaitu wilayah Palembang yang dikenal sebagai pusat ziarah agama
Budha. Di daerah Talaga batu bertuliskan siddhayatra. Di bukit gunung juga ditemukan
arca budha yang sangat besar dan diperkirakan berasal dari abad-6.
Pada abad ke-13 Sriwijaya masih menguasai wilayah sebagian besar Sumatra,
dan semenanjung Malaka serta sebagian Barat pulau Jawa dan Sunda. Pada
permulaan abad ke-15 muncul beberapa kerajaan islam di bagian Utara pulau
Sumatra, dan ini berarti berakhirnya beberapa kerajaan Hindu dan Budha di Sumatra.
Majapahit merupakan kerajaan terbesar kedua, yaitu di daerah- daerah Sumatra
bagian Barat sampai ke daerah-daerah Maluku dan Irian di bagian Timur. Kekuasaan
Majapahit diluaskan ke Negara- Negara tetangga di Asia tenggara dalam bentuk
persahabatan. Gadjah Mada sebagai patih masa Hayam Wuruk telah menjadikan
kerajaan Majapahit sebagai kerajaan besar dan berkuasa. Dengan sumpah palapanya,
Gadjah Mada membuktikan pengabdiannya pada Majapahit.
Meninggalnya Gadjah Mada ( 1364) dianggap awal runtuhnya Majapahit dan
semakin mundur dengan wafatnya Hayam Wuruk (1389). Tetapi pada tahun 1518-1521
penguasaan atas Majapahit beralih ketangan Adipati Unus dari Demak sejak itu
Majapahit beralih dari kerajaan Hindu ke kerajaan Islam.
Awal abad ke-16 bangsa Eropa mulai masuk ke nusantara dan terjadilan
perubahan politik yang merebbutkan hegemoni. Tahun 1630an belanda telah
meletakkan dasar-dasar militernya. VOC sebagai perwakilan dagang belanda di
Indonesia mendirikan markas besar di Batavia dan mulai menguasai wilayah-wilayah
perdagangan di nusantara. Tetapi VOC masih menganggap terdapat kekacauan yang
dapat mengacaukan rencana mereka.
Kekuasaan Belanda dimulai memang dari Indonesia bagian Timur sebagai pusat
rempah-rempah yaitu di Maluku, kemudian ke Sulawesi, Nusa Tenggara sampai Jawa.
Dengan demikian kekuasaan raja-raja di Nusantara harus menghadapi Belanda.
Sebelumnya jika terjadi persaingan antar keluarga kerajaan, maka belanda akan
mendukung salah satunya. Jika berhasil maka Belanda akan mendapat imbalan secara
ekonomis ataupun politis. Kekuasaan VOC berakhir pada 31 Desember 1799,
kemudian asset-asetnya diambil oleh pemerintahan Belanda.

C.     Menuju Kemerdekaan


Masuknya paham-paham baru membawa perubahan dalam pandangan
masyarakat, yaitu seperti paham liberalis, demokrasi, dan nasionalisme. Paham-paham
tersebut sebenarnya telah muncul pada abad 18 di Eropa, tetapi masuk dan
berkembang di Indonesia baru abad XX awal, kecuali liberalisme. Diantara golongan
liberal terdapat golongan humanis yang menghendaki untuk dihapusnya cultuurstelsel.
Berkat perjuangan golongan liberal dan humanis maka cultuurstelsel sedikit
demi sedikit mulai di hapuskan dan pada tahun 1870 dianggap sebagai batas akhir
berlakunya cultuurstelsel dan dikeluarkannya Undang-Undang Aglaria yang mengatur
bagaimana pengusaha swasta memperoleh tanah untuk usahanya dan Undang-
Undang Gula yang mengatur pemindahan perusahaan-perusahaan gula ke tangan
swasta. Dikatakan oleh Van Deventer bahwa kemakmuran Belanda diperoleh karena
kerja dan jasa orang Indonesia, Belanda berhutang budi kepada rakyat Hindia Belanda
dan harus membayarnya dengan menyelenggarakan Trias.
Nasionalisme sebagai State Nation atau negara-negara bangsa, sampai abad
XX belum ada negara Indonesia. Abad ke XIX perlawanan terhadap Belanda msh
bersifat lokal.Sesudah 1900 sifat perlawanan mengalami perubahan yaitu, perlawanan
bersifat nasional.Sementara itu pada tanggal 8 Desember 1941 Jepang mengalahkan
Sekutu di Pearl Harbour dan mengambil alih kekuasaan Belanda pada tahun 1942.
Janji-janji  Jepang kepada rakyat Indonesia untuk memberikan kebebasan dari
penjajahan dan memajukan  rakyat, pada kenyataannya Jepang juga merampas
kehormatan rakyat dan terjadi  kemiskinan dimana-mana.Sekutu segera bangkit dari
kekalahan Jepang dan merebut pulau-pulau antara Australia dan Jepang pada bulan
April mendarat di Irian Barat.

D.      Perumusan Pancasila


Untuk mendapat simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka sebagai
realisasi janji Jepang maka dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki
usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyumbi Tioosakai.Pada hari itu juga
diumumkan nama-nama ketua, wakil ketua serta para anggota sebagai berikut:
·         Ketua (Kaicoo)     : Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat
·         Ketua muda          : Iclubangse (seorang anggota luar biasa)
·         Ketua muda          : R.P. Soeroso (Merangkap kepala)                               
Dan dengan 60 orang anggota biasa bangsa Indonesia (tidak termasuk ketua dan
ketua muda).

E.     Sidang BPUPKI Pertama


BPUPKI mulai bekerja pada tanggal 28 Mei 1945, dimulai upacara pembukaan
dan pada keesokan harinya dimulai sidang-sidang (29Mei-1 Juni 1945). Yang tampil
untuk berpidato menyampaikan usulannya adalah sebagai berikut : (a) tanggal 29 Mei,
Mr. Muh Yamin, (b) tanggal 31 Mei, Prof Soepomo dan (c) tangal 1 Juni Ir. Soekarno
a)      Mr. Muh. Yamin ( 29 Mei 1945)
Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan dasar
Negara Indonesia sebagai berikut:
1.    Peri Kebangsaan
2.    Peri Kemanusiaan
3.    Peri Ketuhanan
4.    Peri Kerakyatan
5.    Kesejahteraan Rakyat
Selain usulan tersebut pada akhir pidatonya Mr. Muh. Yamin menyerahkan naskah
sebagai lampiran yaitu suatu rancangan usulan sementara berisi rumusan UUD RI dan
rancangan itu dimulai dengan Pembukaan yang bunyinya adalah sebagai berikut:
“untuk membentuk Pemerintahan Negara Indonesia yang melindung segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, menyuburkan hidup kekluargaan, dan iktu serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
social, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-
undang Dasar Negara  Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan Rakyat dengan berdasar kepada : ketuhanan
Yang Maha Esa, Kebangsaan, Persatuan Indonesia, dan rasa kemanusiaan yang adil
dan beradab, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, dengan mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat
indonesia”
b)     Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
Berbeda dengan usulan Mr.Muh. Yamin, Prof. Dr. Soepomo mengemukakan teori-teori
Negara sebagai berikut:
1.    Teori Negara perseorangan (Individualis), sebagaimana diajarkan oleh Thomas Hobbes
(abad 17), Jean Jacquas Rousseau (abad 18), Herbert Spencer (abad 19), H,J Laski
(abad 20). Menurut paham ini, Negara adalah masyarakat hokum (legal society)  yang
disusun atas kontrak antara seluruh individu (contract social). Paham Negara ini
banyak terdapat di Eropa dan Amerika.
2.    Paham Negara kelas (Class theory) atau teori ‘golongan’. Teori ini sebagaimana
diajarkan oleh Marx, Engels dan Lenin. Negara adalah alat dari suatu golongan (suatu
klasse) untuk menindas kelas lain. Negara kapitalis adalah alat dari kaum borjuis, oleh
karena itu kaum Marxis menganjurkan untuk meraih kekuasaan agar kaum buruh dapat
ganti menindas kaum borjuis.
3.    Paham Negara integralistik, yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller Hegel (abad 18
dan 19). Menurut paham ini Negara bukanlah untuk menjamin perseorangan atau
golongan akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai suatu
persatuan. Negara adalah susunan masyarakat yang integral, segala golongan, bagian
atau anggotanya saling berhubungan erat satu dengan lainnya dan merupakan
kesatuan organis. Menurut paham ini yang terpenting dalam Negara adalah
pengidupan bansa seluruhnya. Negara tidak memihak kepada golongan yang paling
kuat atau yang paling besar. Tidak memandang kepentingan seseorang sebagai pusat
akan tetapi Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu
persatuan.
c)      Ir. Soekarno ( 1 Juni 1945)
Usulan dasar Negara dalam sidang BPUPKI pertama berikutnya adalah pidato dari Ir.
Soekarno, yang disampaikannya dalam sidang tersebut secara lisan tanpa teks. Beliau
mengusulkan dasar Negara yang terdiri atas lima prinsip yang rumusannya adalah
sebagai berikut:
1.    Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2.    Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3.    Mufakat (demokrasi)
4.    Kesejahteraan social
5.    Ketuhanan Yang berkebudayaan
Lima prinsip sebagai dasar negara tersebut kemudian oleh Soekarno diusulkan
agar diberi nama Pancasila atas salah seorang teman beliau ahli bahasa. Berikutnya
menurut Soekarno kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Tri Sila yang meliputi: (1)
sosio nasionalisme yang merupakan sintesa dari ‘Kebangsaan (nasionalisme) dengan
Peri kemanusiaan (internasionalisme, (2) Sosio demokrasi yang merupakan sintersa
dari ‘Mufakat (demokrasi), dengan Kesejahteraan social, serta (3) Ketuhanan.
Berikutnya beliau juga mengusulkan bahwa “Tri Sila” tersbut juga dapat diperas
menjadi “Eka Sila” yang intinya adalah ‘gotong royong’.
Beliau mengusulkan bahwa Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia atau ‘Philosphische grondslag’ juga pandangan
dunia yang setingkat dengan aliran-aliran besar dunia atau sebagai atau sebagai
‘weltanschauung’ dan diatas dasar itulah kita dirikan Negara Indonesia. Sangat menarik
untuk dikaji bahwa beliau dalam mengusulkan dasar Negara tersebut selain secara
lisan juga dalam uraiannya juga membandingkan dasar filsafat Negara ‘Pancasila’
dengan ideologi-ideologi besar dunia seperti liberalism, komunisme, chauvinism,
kosmopolitisme, San Min Chui dan ideology besar dunia lainnya.
Setelah usulan-usulan ditampung selanjutnya dibenutklah suat panitia kecil
berjumlah delapan orang untuk menyusun dan mengelompokan semua usulan
tersebut. Panitia delapan terdiri dari: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutarjo, K.H.
Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Moh. Yamin, Mr. A.A.
Maramis. Setelah para panitia kecil yang berjumlah delapan orang tersegut bekerja
meneliti dan mengelompokkan usulan yan gmasuk, diketahui ada perbedaan pendapat
dari para anggota sidang tentang hubungan antara agam dan Negara.
Para anggota sidang yang beragama Islam menghendaki bahwa Negara
berdasrkan syariat Islam, sedangkan golongan nasionalis menghendaki bahwa Negara
tidak mendasarkan hokum salah satu agama tertentu. Untuk mengatasi pergedaan ini
maka dibentuk lagi suatu panitia kecil yang berjumlah Sembilan orang yang dikenal
sebagai ‘panitia sembilan’, yang anggotanya berasal dari golongan nasionalis, yaitu: Ir.
Soekarno, Mr. Moh Yamin, K.H Wachid Hasyim, Drs. Moh. Hatta ,K.H. Abdul Kahar
Moezakir, Mr. Maramis, Mr. Soebardjo, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim.
Panitia Sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945 dan menghasilakan kesepakatan
yang menurut istilah Ir. Soekarno adalah suatu modus, kesepakatan yang dituangkan
di dalam Mukadimah (Preambule) Hukum Dasar, alinea keempat dalam rumusan dasar
Negara sebagai berikut:
1.    Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2.    Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3.    Persatuan Indonesia;
4.    Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwkilan;
5.    Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Moh. Yamin mempopulerkan kesepakatan tersebut dengan nama Piagam Jakarta.

F.      Sidang BPUPKI  Kedua


Pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang
kedua. Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas rancangan undang-undang
dasar. Untuk itu, dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai Ir.
Sukarno. Panitia tersebut juga membentuk kelompok kecil yang beranggotakan tujuh
orang yang khusus merumuskan rancangan UUD.
Kelompok kecil ini diketuai Mr. Supomo dengan anggota Wongsonegoro, Ahmad
Subarjo, Singgih, H. Agus Salim, dan Sukiman. Hasil kerjanya kemudian
disempurnakan kebahasaannya oleh Panitia Penghalus Bahasa yang terdiri atas
Husein Jayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr. Supomo. Ir. Sukarno melaporkan hasil
kerja Panitia Perancang Undang-Undang pada sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945.
Pada laporannya disebutkan tiga hal pokok, yaitu pernyataan Indonesia merdeka,
pembukaan undang-undang dasar, dan undang-undang dasar (batang tubuh).
Pada tanggal 15 dan 16 Juli 1945 diadakan sidang untuk menyusun UUD
berdasarkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Pada tanggal 17
Juli 1945 dilaporkan hasil kerja penyusunan UUD. Laporan diterima sidang pleno
BPUPKI.

G.    Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia


Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Untuk
menindaklanjuti hasil kerja BPUPKI, Jepang membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Lembaga tersebut dalam bahasa Jepang disebut
Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI beranggotakan 21 orang yang mewakili seluruh lapisan
masyarakat Indonesia. Mereka terdiri atas 12 orang wakil dari Jawa, 3 orang wakil dari
Sumatera, 2 orang wakil dari Sulawesi, dan seorang wakil dari Sunda Kecil, Maluku
serta penduduk Cina. Ketua PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, menambah anggota
PPKI enam orang lagi sehingga semua anggota PPKI berjumlah 27 orang.
PPKI dipimpin oleh Ir. Sukarno, wakilnya Drs. Moh. Hatta, dan penasihatnya
Ahmad Subarjo. Adapun anggotanya adalah Mr. Supomo, dr. Rajiman Wedyodiningrat,
R.P. Suroso, Sutardjo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto
Iskandardinata, Suryohamijoyo, Abdul Kadir, Puruboyo, Yap Tjwan Bing, Latuharhary,
Dr. Amir, Abdul Abbas, Teuku Moh. Hasan, Hamdani, Sam Ratulangi, Andi Pangeran, I
Gusti Ktut Pudja, Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti
Melik, dan Iwa Kusumasumantri.
H.    Proses Penetapan Dasar Negara dan Konstitusi Negara
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama.
Pada sidang ini PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil
Presiden Indonesia, serta lembaga yang membantu tugas Presiden Indonesia. PPKI
membahas konstitusi negara Indonesia dengan menggunakan naskah Piagam Jakarta
yang telah disahkan BPUPKI. Namun, sebelum sidang dimulai, Bung Hatta dan
beberapa tokoh Islam mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian
masalah kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” pada kalimat ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya”. Tokoh-tokoh Islam yang membahas adalah Ki Bagus
Hadikusumo, Kasman Singodimejo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, dan Teuku Moh.
Hassan. Mereka perlu membahas hal tersebut karena pesan dari pemeluk agama lain
dan terutama tokoh-tokoh dari Indonesia bagian timur yang merasa keberatan dengan
kalimat tersebut. Mereka mengancam akan mendirikan negara sendiri apabila kalimat
tersebut tidak diubah. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, dicapai kesepakatan untuk
menghilangkan kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”. Hal ini dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Kita harus menghargai nilai juang para tokoh-tokoh yang sepakat
menghilangkan kalimat ”.... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.” Para tokoh PPKI berjiwa besar dan memiliki rasa nasionalisme yang
tinggi. Mereka juga mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Adapun tujuan diadakan pembahasan sendiri tidak
pada forum sidang agar permasalahan cepat selesai. Dengan disetujuinya perubahan
itu maka segera saja sidang pertama PPKI dibuka.

I.          Perbedaan dan Kesepakatan yang Muncul dalam Sidang PPKI


Pada sidang pertama PPKI rancangan UUD hasil kerja BPUPKI dibahas
kembali. Pada pembahasannya terdapat usul perubahan yang dilontarkan kelompok
Hatta. Mereka mengusulkan dua perubahan.
Pertama, berkaitan dengan sila pertama yang semula berbunyi ”Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah
menjadi ”Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kedua, Bab II UUD Pasal 6 yang semula
berbunyi ”Presiden ialah orang Indonesia yang beragama Islam” diubah menjadi
”Presiden ialah orang Indonesia asli”. Semua usulan itu diterima peserta sidang. Hal itu
menunjukkan mereka sangat memperhatikan persatuan dan kesatuan bangsa.
Rancangan hukum dasar yang diterima BPUPKI pada tanggal 17 Juli 1945 setelah
disempurnakan oleh PPKI disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.
UUD itu kemudian dikenal sebagai UUD 1945. Keberadaan UUD 1945 diumumkan
dalam berita Republik Indonesia Tahun ke-2 No. 7 Tahun 1946 pada halaman 45–48
Inilah sebagai hari disahkannya UUD 1945 yang berarti juga lahirnya pancasila karena
didalam pembukaan UUD 1945 memuat isi dari pada Pancasila yang berisi lima butir:
1.    Ketuhanan Yang Maha Esa
2.    Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.    Persatuan Indonesia
4.    Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5.    Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Lahirnya pancasila bukanlah semata-mata hanya mengikuti dari Negara lain.
Tapi Indonesia sebagai ciptaan original bangsa Indonesia yanga dibentuk oleh para
founding fathers dengan berbagai pertimbangan dan pemikiran. Melalui beberapa
tahap persidangan yang cukup lama hingga akhirnya lahirlah Pancasila yang terdiri
dari: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Pancasila memiliki kedudukan yuridis sebagai dasar negara sejak 18 Agustus
1945 di mana bersamaan dengan diundangkannya UUD 1945 dalam berita Republik
Indonesia Tahun II No 7 oleh PPKI. Sebab, secara formal Pancasila memperoleh
kedudukan yuridis konstitusional dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Dan
pada tanggal 1 Oktober diperingati sebagai hari ‘kesaktian Pancasila’

B.     Saran
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila
merupakan falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjungjung tinggi
dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa
tanggung jawab.
 Fakultas Hukum Universitas Nasional

HUKUM KEWARGANEGARAAN
OLEH:
LA ODE SUDARMIN
 
Daftar Pustaka

Rukiyanti, dkk. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : UNY Press


Kaelan. 2001. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
http://afriati.wordpress.com/2010/02/28/lahirnya-pancasila/
http://jamarisonline.blogspot.com/2011/05/proses-perumusan-pancasila-sebagai.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila

Diposkan oleh Legal Studies di 12/31/2015 


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Label: Kewarganegaraan
No comments:
Post a Comment

Anda mungkin juga menyukai