BAB I
PENDAHULUAN
l. Umum.
3. Ruang lingkup dan tata urut. Ruang lingkup bahan pelajaran ini disusun dengan
tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan
b. Pancasila
c. UUD Negara Republik Indonesia 1945
d. Evaluasi
e. Penutup
BAB II
PANCASILA
5. Sejarah Pancasila
Nilai Pancasila pada Sila Ketiga tercermin dalam Sumpah Palapa yang
diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam Sidang Ratu dan menteri-
menteri pada tahun 1331 yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh
nusantara raya yang berbunyi "Saya baru akan berhenti berpuasa makan
Palapa, jika seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara, jika
gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan
Tumasik telah dikalahkan".
Penderitaan yang dialami oleh bangsa Indonesia dan dorongan untuk bebas
dari penjajahan memberikan motivasi juang yang tinggi untuk melawan imperialis,
dengan semangat patriotik perlawanan secara fisik terjadi dimana-mana. Muncullah
pahlawan-pahlawan bangsa yang dengan gigih berjuang melawan penjajah. Pada
abad XVII dan XVIII perlawanan terhadap penjajah digerakkan oleh Sultan Agung di
Mataram (1645), Sultan Ageng Tirta Yasa dan Ki Tapa di Banten (1650), Hasanuddin
di Makassar (1660), Iskandar muda di Aceh (1635), Untung Surapati dan Trunojoyo
di Jawa Timur (1670), Ibnu Iskandar di Minangkabau (1680) dan lain-lain.
Oleh karena itu, diperlukan adanya persatuan dan kesatuan yang merupakan syarat
mutlak bagi sebuah negara.
Kenyataan yang dihadapi oleh rakyat Indonesia ternyata Jepang lebih kejam
dari penjajahan Belanda bahkan rakyat Indonesia pada saat itu mengalami
penderitaan dan penindasan sampai pada puncaknya. Kemerdekaan tanah air yang
didambakan tak pernah menunjukkan tanda-tanda kedatangannya bahkan terasa
semakin menjauh bersamaan dengan semakin mengganasnya kekejaman tentara
Jepang. Kekecewaan rakyat Indonesia akibat perlakukan Jepang itu menimbulkan
perlawanan-perlawanan terhadap Jepang sehingga Jepang merasa kewalahan
apalagi adanya tanda-tanda perang Pasifik akan berakhir dengan kekalahan Jepang,
menyadari hal itu Jepang berusaha membujuk hati bangsa Indonesia dengan
mengumumkan janji Kemerdekaan kelak setelah perang selesai. Kemudian janji
yang kedua Kemerdekaan di umumkan lagi oleh Jepang berupa kemerdekaan tanpa
syarat yang disampaikan seminggu sebelum Jepang menyerah. Bangsa Indonesia
diperkenankan memperjuangkan Kemerdekaannya, bahkan menganjurkan agar
berani mendirikan negara Indonesia Merdeka dihadapan musuh Jepang (NICA).
8
Sebagai tindak lanjut dari janji Jepang dalam rangka mencari simpatik dan
dukungan dari bangsa Indonesia rnaka pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang
mengumumkan akan dibentuknya Badan yang bertugas untuk Menyelidiki Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada tanggal 29 April 1945
Badan Penyelidik tersebut dibentuk dengan susunan anggotanya adalah sebagai
berikut :
38. R. Soedirman
39. R. Soekardjo Wirjopranoto
40. Dr. Soekiman
41. Mr. A. Soebardja
42. Prop. Mr Dr. Soepomo
43. In RMP. Soerahman Tjokroadisoerjo
44. M. Sutardjo Kartohadikoesoemo
45. RM. TA. Soerjo
46. Mr. Soesanto
47. Mr. Soewandi
48. Drs. KR. MA Sosrodiningrat
49. KH. A. Wachid Hasjim
50. KRMTH. Woerjaningrat
51. RAA. Wiranatakoesoema
52. Mr. KRMT. Wongsonagoro
53. Ny. Mr. Maria Ulfah Santoso
54. Ny. RSS. Soenarjo Mangoenpoepito
55. Oei Tjong Hauw
56. Oei Tiang Tjoei
57. Liem Koen Hian
58. Mr. Tan Eng Haa
59. PF. Dahler
60. A. Baswedan
Anggota
Tambahan : 1. KH. Abdul Fatah Hasan
2. R. Asikin Natanegara
3. BKPA. Soerjo Harnidjojo
4. Ir. Pangeran M. Noor
5. Mr. M. Besar
6. Abduk Kaffar
Sidang pertama BPUPKI terjadi pada tanggal 29 Mei 1965. Dalam sidang
tersebut beberapa tokoh berpidato menyampaikan usulannya antara lain :
1) Mr. Muh Yamin (29 Mei 1945). Dalam pidatonya yang mendapat
kesempatan pertama, mengemukakan lima asas dasar sebagai dasar negara
Indonesia, yaitu :
a) Peri Kebangsaan
b) Peri Kemanusiaan.
c) Peri Ketuhanan.
d) Peri Kerakyatan
e) Kesejahteraan Rakyat.
Selain pidato tersebut diatas Mr. Muh Yamin juga mengusulkan secara
tertulis tentang usulan rancangan UUD Republik Indonesia yang dimulai
dengan pembukaan yang berbunyi sebagai berikut : " Untuk membentuk
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan
10
Setelah melalui proses yang sangat cepat dengan didukung oleh kinerja
anggota PPKI yang memiliki semangat juang yang tinggi dalam mewujudkan cita-
citanya menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat, maka pada hari Jumat Legi
tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 Wib Bung Karno di dampingi Bung Hatta
membacakan naskah Proklamasi dengan khidmat. Proklamasi 17 Agustus 1945
merupakan titik puncak perjuangan bangsa Indonesia sekaligus sebagai sumber
lahirnya Republik Indonesia. Proklamasi bermakna bahwa bangsa Indonesia yang
selama berabad-abad dijajah telah berhasil melepaskan diri dari belenggu
penjajahan dan sekaligus membentuk perubahan baru, yaitu negara Republik
Indonesia, dengan membawa dua akibat. Pertama, lahirlah tata hukum Indonesia
14
Perubahan yang menyangkut Piagam Jakarta menjadi Pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai berikut :
No. Piagam Jakarta Pembukaan iTLTD 1945
1. Mukadimah Pembukaan
e. Masa Orde Lama. Pemilu tahun 1950 dalam kenyataannya tidak dapat
memenuhi harapan masyarakat, bahkan kestabilan dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, maupun Hankam. Keadaan ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
Atas dasar hal tersebut di atas, maka Presiden menyatakan bahwa negara
dalam keadaan ketatanegaraan yang membahayakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta keselamatan negara. Untuk itu, Presiden mengeluarkan Dekrit pada
tanggal 5 Juli 1959. lsi dekrit tersebut adalah sebagai berikut :
1) Membubarkan konstituante.
2) Menetapakan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlaku lagi
UUDS 1950.
3) Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
Dengan dasar pemikiran supaya tidak terulang lagi peristiwa di masa lampau,
maka pada waktu itu Presiden Soekarno sebagai kepala eksekutif menerapakan
demokrasi terpimpin. Demokrasi terpimpin adalah suatu paham demokrasi yang
tidak didasarkan atas paham liberaiisme, sosialisme-nasional, fasisme, dan
komunisme, tetapi suatu paham demokrasi yang didasarkan kepada keinginan-
keinginan luhur bangsa Indonesia, seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 yang menuju kepada suatu tujuan masyarakat adil dan makmur yang penuh
dengan kebahagiaan material dan sprituat sesuai dengan cita-cita Proklamasi
kernerdekaan 17 Agustus 1945.
Ideologi Pancasila saat itu dirancang oleh PKI untuk diganti dengan ideologi
Manipol Usdek serta konsep Nasakom. PKI berusaha untuk menancapkan
kekuasannya dengan membangun komunis internasional dengan RRC. Terbukti
dengan dibukanya hubungan poros Jakarta - Peking. Sebagai puncak peristiwa
adalah meletusnya Gerakan 30 September 1965 (G 30-5/PKI), sebagai usaha
mengganti idealogi Pancasila dengan ideologi Marxis.
3) Penurunan harga.
Orde baru bertolak belakang dengan orde lama dalam hal kebijakan ekonomi.
Akan tetapi, dalam hal sistem dan kebijakan politik cenderung otoriter dan
monopolistik sebagai pelanjut dari rezirn lama. Konsentrasi kekuasaan di tangan
pemerintah yang memungkinkan oposisi tidak dapat melakukan kontrol. Pemerintah
menganut kebijakan ekonomi campuran sehingga ekonomi nasional antara
penguasa dan pengusaha. Penyimpangan serta skandal raksasa di bidang
ekonomi banyak terjadi, seperti kasus Bank Duta, Bapindo dan lain-lain. Menurut
Dididk Rachbini, pada tahun 1993 sekitar 1% penduduk memperoleh 80%
pendapatan nasional, sedangakn 99% penduduk di tingkat bawah dan menengah
menerima 20% (Mochtar Pabotinggi, 1995 ; 28-29). Atas nama stabilitas dan
pembangunan ekonomi, pemerintah Orde Baru menafsirkan sila-sila kemanusiaan,
kerakyatan, dan keadilan yang mengarah kepada ancaman terhadap sila ketiga.
Sidang Umum MPR tahun 1978 menetapkan Tap. MPR No. IIIMPR/1978
tentang Pedornan Penghayatan Pengamalan Pancasila (P-4). Pemerintah Orde
Baru rnendirikan lembaga BP-7 yang ditugaskan untuk mensosialisasikan P4
kepada seluruh masyarakat dengan metode indoktrinasi dengan sebutan metode
obyektif praktis. Pada tahun 1980, Presiden RI ke-2 diangkat sebagai Bapak
Pembangunan. Penyelenggaraan pembangunan sebagai ideologi menggunakan
trilogi pembangunan sebagai nilai instrumentalnya.
Pada tahun 1983, pemerintah mengajukan satu paket yang terdiri atas
Undang-undang Politik tentang :
4) Organisasi masyarakat.
5) Referendum.
Kelima paket Undang-undang itu disetujui oleh DPR dengan tujuan menjaga
terpeliharanya kekuasaan dan menjaga kelanjutan pembangunan sebagai ideologi.
Perubahan kondisi yang mengglobal mempengaruhi sikap masyarakat dalam
kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Hal ini menimbulkan individualistik
sehingga terbentuk masyarakat marginal dan konglemerasi yang terpusat pada
kelompok tertentu yang berdasarkan ekonomi kapitalis dengan dalih kebebasan.
Pada masa era Reformasi, telah tiga kali pergantian Presiden, yaitu Presiden
B.J. Habibie dengan Kabinet Reformasi Pembangunan, Presiden Abdurrahman
Wahid sebagai Presiden hasil Pemilu tahun 1999 dengan Kabinet Persatuan
Nasional, namun Presiden Abdurrahman Wahid diberhentikan oleh MPR karena
dianggap melanggar Haluan Negara, kemudian digantikan oleh Presiden Megawati
dengan Kabinet Gotong Royong. Pada masa era Reformasi ini pembangunan
nasional dilaksanakan tidak lagi seperti Orde Baru yang dikenal dengan nama
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), melainkan dengan nama Program
Pembangunan Nasional (Propenas). Propenas yang telah disusun oleh Bappenas,
berlaku untuk tahuan 2000-2004. Propenas tersebut meliputi berbagai bidang.
Secara etimologi, kata falsafah berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia :
philo/philos/philein yang artinya cinta/pecinta/mencintai dan sophia, yang berarti
kebijakan/wisdom/kearifan/hikmah/hakikat kebenaran. Jadi, filsafat artinya cinta akan
kebijakan atau hakikat kebenaran. Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya terhadap
sesuatu secara metodik, sistematis, menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat
sesuatu. Menurut D. Runes, filasafat berarti ilmu yang paling umum yang mengandung
usaha mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan.
Pengertian filsafat memiliki lingkup bahasan yang luas meliputi rnanusia, alam,
pengetahuan, etika, logika dan lain-lain. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, muncul filsafat tentang ilmu-ilmu tertentu seperti filsafat politik, sosial.
25
Hukum, bahasa, agama dan bidang yang lainnya. Dari keseluruhan arti filsafat tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua pengertian filsafat, yaitu filsafat dalam arti proses dan
filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian filsafat sebagai ilmu dan filsafat
sebagai pandangan hidup, filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila pada
hakikatnya memiliki fungsi dan kedudukan sendiri-sendiri namun secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang sistematis dan bersifat organis. Setiap sila tidak dapat
berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila lainnya, demikian juga antara sila-sila tidak
saling bertentangan. Adapun bentuk susunan Pancasila adalah Hirarkis piramidal yaitu
kesatuan bertingkat dimana tiap sila di muka merupakan basis sila lainnya, dengan
demikian sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila ke kernanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin aleh hikmat kebijaksanaan
dalam perrnusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
26
a. Sila pertarma : meliputi dan menjiwai sila kedua, sila ketiga, sila keempat dan
sila kelima.
b. Sila kedua : diliputi dan dijiwai sila pertama, meliputi dan menjiwai sila
ketiga, sila keempat dan kelima.
c. Sila ketiga : diliputi dan dijiwai sila pertama dan sila kedua, meliputi dan
menjiwai sila keempat dan kelima.
d. Sila keempat : diliputi dan dijiwai sila pertama, sila kedua dan sila ketiga,
meliputi dan menjiwai sila kelima.
e. Sila kelima : diliputi dan dijiwai oleh seluruh sila-sila.
Bentuk susunan Pancasila dalam gambar Hirarkris Piramidal
a. Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan,
filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan. Filsafat sebagai
metode menunjukkan cara beirfikir dan cara mengadakan analisis yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk dapat menjabarkan ideologi Pancasila. Sedangkan
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai dan pemikiran yang dapat
menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.
27
c. Manusia adalah makhluk yang khas, yaitu dilengkapi rasio dan kehendak
bebas, maka etika atau filsafat moral merupakan bagian yang penting. Dibahas arti
kesusilaan, ukuran kesusilaan, prinsip-prinsip susila, baik dalam kehidupan pribadi,
maupun dalam kehidupan sosial. Wawasan filsafat meliputi bidang-bidang
penyelidikan ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidang ini dapat dianggap
mencakup kesemestaan.
b. Sila kedua, sesunggahnya merupakan refleksi lebih lanjut dari sila pertama.
Sila kedua ini memperlihatkan secara mendasar dari negara atas martabat manusia
dan sekaligus komitmen untuk melindunginya. Asumsi dasar di balik prinsip kedua ini
ialah bahwa manusia, karena kedudukannya yang khusus di antara ciptaan-ciptaan
lainnya mempunyai hak dan kewajiban untuk mengembangkan kesempatan untuk
meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Dengan demikian rnanusia
secara alami dengan akal dan budinya mempunyai kewajiban untuk
mengembangkan dirinya menjadi manusia yang berkualitas dan bernilai.
c. Sila ketiga, secara khusus meminta perhatian setiap warga negara akan hak
dan kewajiban dan tanggung jawabnya pada negara, khususnya dalam menjaga
eksistensi negara dan bangsa.
Nilai-nilai Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental adalah seperangkat nilai
yang terpadu berkenaan dengan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-
nilai Pancasila juga terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang secara yuridis memiliki
kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental. Apabila kita memahami pokok
pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 pada hekekatnya adalah
merupakan penjabaran dari nilai-nilai Pancasila.
Pokok pikiran pertama, negara Indonesia adalah negara persatuan, yaitu negara
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
mengatasi segala paham golongan maupun perseorangan. Hal ini merupakan penjabaran
dari Sila ketiga.
arah seluruh anggota masyarakat untuk berbuat, bertingkah dan bersikap. Dengan
demikian nilai, adalah suatu yang berharga, berguna, indah memperkaya batin, dan
menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi
yang berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap perilaku manusia. Nilai sebagai
suatu sistem (sistem nilai) merupakan salah satu wujud kebudayaan, disamping
sistem sosial dan karya.
Apabila manusia menilai alam sekitar sebagai wujud rahasia kehidupan dan
alam semesta, di situlah tampak nilai religi, yang dipersepsikan sebagai suatu yang
suci. Jika manusia mencoba memahami yang indah, kita berhadapan dengan proses
penilaian estetik. Perpaduan antara nilai religi dan nilai estetik yang lebih
menekankan kepada intuisi, rasa dan imajinasi merupakan aspek ekspresif dari
kebudayaan. Nilai estetik mempunyai kedudukan yang khusus karena nilai itu bukan
hanya menyangkut keindahan yang dapat memperkaya batin, tetapi juga berfungsi
sebagai media yang memperhalus budi pekerti. Nilai sosisl berorientasi kepada
hubungan antara manusia dan menekankan pada segi-segi kemanusiaan yang
luhur, sedangkan nilai politik berpusat kepada kekuasaan serta pengaruh yang
terdapat dalam kehidupan rnasyarakat maupun politik.
Disamping teori nilai terurai di atas, Prof. Notonagoro membagi nilai dalam
tiga kategori, yaitu sebagai berikut :
1) Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
32
2) Nilal Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia
melakukan aktivitas.
3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang beguna bagi rohani
manusia. Nilai kerohanian dapat dirinci menjadi empat macam, yaitu sebagai
berikut.
a) Nilai Kebenaran, yaitu bersumber kepada unsur rasio manusia,
budi dan cipta.
b) Nilai Keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
c) Nilai Moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia
(karsa dan etika).
d) Nilai Religi, yaitu bersumber pada nilai Ketuhanan, merupakan
nilai kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada
keyakinan dan keimanan manusia terhadap Tuhan. Nilai religi itu
berhubungan dengan nilai penghayatan yang bersifat transedental,
dalam usaha manusia untuk memahami arti dan makna kehadirannya
di dunia. Nilai ini berfungsi sebagai sumber moral yang dipercayai
sebagai rahmat dan ridho Tuhan.
Dalam pelaksanaannya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukuran,
dan kriteria sehingga merupakan suatu keharusan anjuran atau larangan, tidak
dikehendaki, atau tercela. Oleh karena itu, nilai berperan sebagai pedoman yang
menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai berada dalam hati nurani, kata hati,
dan pikiran sebagai suatu keyakinan, dan kepercayaan yang bersumber dari
berbagai sistem nilai. Dalam penjabarannya, nilai dapat dikelompokkan kepada tiga
macam, yaitu nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praktis, sebagai berikut :
c) Undang-undang
d) Peraturan pernerintah pengganti undang-undang (Perpu)
e) Peraturan Pemerintah
f) 6} Keputusan Presiden
g) Peraturan Daerah
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai dasar adalah
Pembukaan UUD 1945, nilai instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal
UUD 1945 dan juga dalam Ketetapan MPR, sedangkan nilai praktis dapat
ditemukan dalam peraturan-peraturan perundang-undangan berikutnya yaitu
dalam undang-undang sampai kepada peraturan dibawahnya.
mendapat pertakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi,
dan kebudayaan. Sesuai denan UUD 1945, maka keadilan sosial itu
mencakup pula pengertian adil dan makmur.
Keadilan sosial yang dimaksud tidak sama dengan pengertian
sosialistis atau komunalistis, karena yang dimaksud dengan keadilan sosial
dalam sila kelima ini bertolak dari pengertian bahwa antara pribadi dan
masyarakat satu sama lain tiada dapat dipisahkan. Masyarakat tempat hidup
dan berkembang pribadi, sedangkan pribadi adalah komponenenya
masyarakat. Tidak boleh terjadi praktek dalam masyarakat
sasialistis/komunalistis yang hanya mementingkan masyarakat, dan juga
sebaliknya yang berlaku dalam negara liberal yang segala sesuatu
dipandang titik beratnya dari pribadi/individu.
11. Evaluasi :
a. Apa yang dihasilkan dari pertemuan antara Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Dr.
Radjiman Wedyodiningrat dengan Jenderal Terauchi.
b. Apa makna Proklamasi Kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
c. Jelaskan perubahan-perubahan dalam Piagam Jakarta pada sidang PPKI
pertama.
d. Mengapa Pancasila dikatakan sebagi nilai dasar.
e. Jelaskan tentang nilai praktis dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia.
f. Sebutkan tata urut peraturan perundang-undangan yang merupakan
pedoman dalam pembuatan aturan hukum.
g. Apa yang dimaksud bahwa Pancasila merupakan suatu sistem !
h. Jelaskan tentang Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental bagi
bangsa dan negara Indonesia !
i. Uraikan bentuk susunan Pancasila secara hirarkis Piramida !
39
BAB III
12. Pembukaan UUD 1945. Dalam UUD 1945 hasil amandemen disebutkan dalam
Aturan Tambahan Pasal II yang menyatakan "Dengan ditetapkannya perubahan Undang-
Undang Dasar ini Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri
atas Pembukaan dan pasal-pasal”. Dengan demikian, mempelajari UUD 1945 harus
dimulai dari mempelajari Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat rumusan
Pancasila yang secara formal diakui sejak ditetapkan oleh Pembentuk Negara pada
tanggal 18 Agustus 1945.
Pembukaan UUD 1945 yang memuat sifat asasi bagi kenegaraan itu tidak dapat
diubah, sebagaimana yang telah diakui, dipertegas dan dikuatkan oleh MPRS dalam
Ketetapan No. XX/MPRS/1966 yang menerima baik Memorandum DPR-GR tertanggal 9
Juni 1966, yang dinyatakan masih tetap berlaku oleh MPR dan Ketetapan No.
V/MPR/1973, yang berbunyi sebagai berikut :
Jadi jelaslah bahwa Pembukaan UUD 1945 ditinjau dari sudut formal (hukum) tidak
dapat diubah. Demikian juga bila ditinjau dari sudut material juga tidak dapat diubah,
karena terlekat pada terbentuknya negara bagi bangsa Indonesia, yaitu Negara
Proklamasi 17 Agustus 1945 yang terjadi hanya satu kali, merupakan fakta sejarah tidak
dapat terulang lagi, dan materi pokoknya ialah Pancasila yang merupakan pandangan
hidup bangsa, sekaligus menjadi Dasar Filsafat Negara Indonesia.
13. Batang Tubuh UUD 1945. Batang tubuh UUD 1945 mengalami sebuah
pergeseran isi yang sangat besar. Walaupun sistematikanya masih sama dengan
sistematika UUD 1945 yang lama, tetapi isinya mengalami perubahan yang sangat
drastis. Lembaga-lembaga negara diatur dengan pola check and balances agar tidak
terjadi penumpukan kekuasaan pada satu lembaga. Hak Asasi Manusia mulai
dicantumkan, dan pemberdayaan rakyat mulai ditingkatkan. Bahkan kalau dicermati,
amandemen UUD 1945 mencerminkan keinginan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
modern, dengan ditandai spesialisasi tugas masing-masing lembaga negara,
pengedepanan demokrasi dan kedaulatan rakyat, jaminan hak-hak rakyat sebagai
manusia yang bermartabat.
2) Lembaga-lembaga negara.
a) MPR
(1) Bercorak bikameral : DPR yang merupakan
representasi penduduk dan DPD yang merupakan
representasi wilayah, yang kesemuanya dipilih melalui Pemilu.
(2) Wewenang :
i Sebab/alasan :
ii Langkahnya :
b) Presiden.
c) DPR
(a) Legislasi
(b) Anggaran
(c) Pengawasan
d) DPD
e) BPK
f) Mahkamah Agung.
g) Komisi Yudisial.
(1) Wewenang :
h) Mahkamah Konstitusi
(1) Wewenang :
3) Pemerintah Daerah.
d) Memiliki kebebasan :
(1) Berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat
yang diatur undang-undang.
(2) Memeluk agama dan beribadat menurut agama dan
kepercayaannya itu.
e) Memiliki Hak Asasi Manusia yang menjadi tanggung jawab
negara dan dituangkan dalam peraturan perundangan.
f) HAM dilaksanakan dengan kewajiban untuk tunduk pada
pembatasan yang ditetapkan undang-undang demi pelaksanaan hak
orang lain, keadilan, nilai-nilai moral dan agama, keamanan dan
ketertiban umum.
g) Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara negara.
h) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat.
i) Negara menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
b. Sistem ekonomi
1) Pendidikan Nasional.
2) Kebudayaan.
3) Agama.
2) Tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
hankamneg.
14. Evaluasi
BAB IV
BAB V
PENUTUP
16. Penutup.
Demikian Hanjar Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 ini disusun sebagai pedoman bagi Gadik dan Taruna dalam
proses belajar mengajar pada Pendidikan Dasar Integratif Kemitraan Akademi TNI
dan Akademi Kepolisian.