Anda di halaman 1dari 50

PANCASILA DAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945

BAB I

PENDAHULUAN

l. Umum.

a. Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar falsafah negara


Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 telah
mengalami persepsi dan interpretasi sesuai dengan kepentingan penguasa dengan
menjadikan Pancasila sebagai tameng dalam rangka mempertahankan
kekuasaannya. Pancasila telah digunakan sebagai alat untuk memaksa rakyat setia
kepada pemerintah yang berkuasa dengan menempatkan Pancasila sebagai satu-
satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Akibat
negatif dari penempatan Pancasila tidak pada kedudukan dan fungsi yang
sesungguhnya, banyak kalangan elit politik dan sebagian masyarakat beranggapan
bahwa Pancasila merupakan label politik Orde Baru. Sehingga mereka
enggan/antipati untuk berbicara tentang Pancasila, karena mengkaji dan
mengembangkan Pancasila dianggap sebagai kroni/pendukung Orde Baru yang
akan mengembalikan kekuasaannya.

b. Akibat adanya reformasi, Pancasila telah dipandang sebelah mata oleh


bangsanya sendiri, hal ini akan berakibat pada melemahnya kepercayaan rakyat
terhadap Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia, yang pada akhirnya akan
mengkikis jiwa nasionalisme dan akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Hasil reformasi yang sudah berjalan beberapa tahun belum
menampakkan hasil yang dapat dirasakan oleh rakyat sebagaimana yang dicita-
citakan oleh gerakan reformasi itu sendiri, bahkan yang terjadi justru sebaliknya
kekacauan dimana-mana dan nasionalisme semakin rapuh. Reformasi
diinterpretasikan oleh sebagian rakyat Indonesia sebagai kebebasan, kebebasan
untuk melakukan segala tindakan demi kepentingan individu, kelompok dan
golongan dengan tidak mengindahkan kaidah-kaidah hukum yang berlaku. Sehingga
melakukan perbuatan yang anarkis/pengrusakan, penjarahan, penganiyaan,
menteror dan saling menghujat nampaknya dianggap perbuatan yang sah-sah saja.

c. Berdasarkan kenyataan yang telah diuraikan diatas, maka sudah menjadi


tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara dan khususnya bagi para
prajurit pembela ideologi dan Bhayangkara Negara untuk mengembangkan serta
mengkaji Pancasila dengan segala kemampuan intelektual dan sikap moral yang
artinya sebagai suatu hasil karya besar bangsa kita. Upaya untuk mempelajari dan
mengkaji Pancasila terutarna yang berkaitan dengan tugas besar bangsa
Indonesia untuk mewujudkan suatu tatanan negara yang sehat dan harmonis demi
terwujudnya kedamaian dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
2

2. Maksud dan tujuan

a. Maksud. Naskah Sekolah Sementara (NSS) Pancasila ini disusun


dengan maksud dijadikan sebagai Bahan Ajar (Hanjar) untuk Serdik/ Taruna pada
Pendidikan Dasar Integrasi Kemitraan Taruna Akademi TNI dan Taruna Akademi
Kepolisian.

b. Tujuan. Agar Serdik/ Taruna mengetahui tentang Pancasila dan dapat


mengaplikasikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari baik
sebagai pribadi maupun sebagai Prajurit TNI dan Bhayangkara Polri kelak dalam
penugasan di Satuannya.

3. Ruang lingkup dan tata urut. Ruang lingkup bahan pelajaran ini disusun dengan
tata urut sebagai berikut :

a. Pendahuluan
b. Pancasila
c. UUD Negara Republik Indonesia 1945
d. Evaluasi
e. Penutup

BAB II

PANCASILA

4. Umum. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia nilai-nilainya telah ada


sejak jaman kerajaan sebelum bangsa Indonesia mendirikan sebuah negara, nilai-nilai
tersebut mewarnai adat istiadat, kebudayaan dan religiutas yang diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari sekaligus merupakan pandangan hidup masyarakat pada saat itu.
Oleh karena itu untuk memaharni Pancasila sebagai ideologi bangsa pertu pemahaman
sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam membentuk suatu negara yang berdasarkan
Pancasila.
3

5. Sejarah Pancasila

a. Pada masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.

1) Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke VII di Sumatera dibawah


kekuasaan Wangsa Syailendra, sebagaimana termuat dalam prasasti
Kedukan Bukit di Kaki Bukit Siguntang dekat Palembang yang bertarik 605
Caka atau 653 M dalam bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa yang
kekuasaannnya meliputi Selat Sunda dan Selat Malaka. Kerajaan Sriwijaya
merupakan kerajaan Maritim yang mengandalkan jalur perhubungan laut.
Sistem perdagangan telah diatur dengan baik dimana pemerintah
mempersatukan pedagang pengrajin dan pegawai raja yang disebut Tuha
An Vatakvurah sebagai pengawas dan pengumpul semacam koperasi
sehingga rakyat mudah untuk memasarkan barang dagangannya.

Demikian juga sistim pemerintahannya sudah terdapat pegawai


pengurus pajak, harta benda kerajaan, rohaniwan yang menjadi pengawas
teknis pembangunan gedunggedung dan patung-patung suci sehingga pada
saat itu kerajaan dapat menjalankan sistem pemerintahannya dengan nilai-
nilai ketuhanan. Pada jaman Sriwijaya pula telah didirikan Universitas
agama Budha yang sudah dikenal di kawasan Asia, clan lulusan dari
Universitas tersebut dapat melanjutkan studi ke India. Guru-gurunya juga
banyak yang berasal dari India, salah satu guru yang terkenal adalah
Dharmakitri. Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah
tercermin pada kerajaan Sriwijaya, sebagaimana tersebut dalam perkataan
"marvuat vannua Criwiyaya Siddhayatra Subhiksa" (Suatu cita-cita
negara yang adil dan makmur).

Nilai-nilai Pancasila pada masa kerajaan Sriwijaya dapat dilihat dari


keharmonisan antara umat Budha dan Hindu yang hidup berdampingan
secara damai yang mencerminkan nilai sila pertama dalam Pancasila,
demikian juga terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti
Harsha) dan pengiriman pelajar ke India merupakan nilai-nilai politik luar
negeri yang bebas aktif hal ini tercermin dalam nilai Sila kedua. Kerajaan
Sriwijaya sebagai kerajaan rnaritim menerapkan konsep negara kepulauan
sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara yang merupakan cerminan nilai
sila ketiga. Nilai sila keempat tercermin dalam kedaulatan kerajaan Sriwijaya
yang cukup luas, meliputi (Indonesia) Siam dan Semenanjung Melayu,
sedangkan nilai sila kelima tercermin pada kegiatan perdagangan, dimana
Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan. HaI ini merupakan
sarana dalam rangka mensejahterakan rakyatnya,
4

2) Kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit berdiri pada tahun 1293,


mencapai jaman keemasannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk
dengan Mahapatih Gajah Mada yang dibantu oleh Laksarnana Nala dalam
rnemimpin armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah kekuasaannya
yang membentang dari sernenanjung Melayu sampai ke Irian Jaya. Istilah
Pancasila pada masa itu sudah ada, yang tertuang dalam kitab
Negarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca. Demikian juga Empu
Tantular mengarang buku Sutasoma dimana dalam buku tersebut terdapat
seloka persatuan nasional yang berbunyi "Bhinneka Tunggal Ika" yang
mempunyai arti walaupun berbeda-beda, namun satu juga dan tidak ada
agama yang memiliki tujuan berbeda. Seloka ini merupakan hasil pemikiran
yang sangat cerdas dihadapkan dengan kehidupan masyarakat Indonesia
yang bersifat heterogenitas dan pluralistis, dimana dibutuhkan toleransi
yang sangat tinggi untuk menjaga keharmonisan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Sehingga pada masa. itu, meskipun sudah berdiri
kerajaan Islam sebagai bagian dari kerajaan Majapahit, yaitu kerajaan Pasai
di Sumatera, namun kehidupan sosial dan keagamaan dapat hidup
berdampingan dengan damai. Uraian tersebut diatas merupakan bukti nilai-
nilai Pancasila dalam Sila pertama sudah diwujudkan pada masa kerajaan
Majapahit.

Nilai-nilai Pancaila yang terkandung dalam Sila kedua diwujudkan


melalui luasnya hubungan antara kerajaan Majapahit dengan negara lain,
seperti : kerajaan Tiongkok, Ayodya, Champa dan Kamboja mereka menjalin
hubungan persahabatan kenegaraan.

Nilai Pancasila pada Sila Ketiga tercermin dalam Sumpah Palapa yang
diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam Sidang Ratu dan menteri-
menteri pada tahun 1331 yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh
nusantara raya yang berbunyi "Saya baru akan berhenti berpuasa makan
Palapa, jika seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara, jika
gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan
Tumasik telah dikalahkan".

Menurut Prasasti Brumbung, dalam tata pemerintahan Majapahit


terdapat semacam penasehat kerajaan, seperti Rakryan I Hino, 1 Sirikan, dan
1 Halu yang bertugas memberikan nasehat kepada Raja, hal ini merupakan
nilai-nilai musyawarah untuk mufakat yang dilakukan oleh sistem
pemerintahan kerajaan Majapahit, yang berarti pula cerminan dari nilai
Pancasila dalam Sila keempat.
5

Nilai Sila kelima tercermin pada kebesaran dan kejayaan kerajaan


Majapahit yang tentunya ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran
yang dirasakan oleh rakyatnya.
b. Perjuangan Bangsa Indonesia melawan sistem Penjajah.
Masuknya bangsa Eropa seiring dengan keruntuhan kerajaan Majapahit, tidak
mampu mernbendung tekanan bangsa Eropa ketika memasuki wilayah Indonesia.
Kesuburan Indonesia dan melimpahnya hasil bumi, terutama rempah-rempah yang
dibutuhkan oleh bangsa di luar Indonesia rnendorong bangsa lain ingin menjajah
Indonesia. Sejak saat itu lembaran hitam sejarah Indonesia dimulai, bangsa-bangsa
Eropa silih berganti memasuki wilayah Indonesia untuk menjajah bangsa Indonesia
dengan tujuan rnengeruk hasil bumi demi kepentingan negaranya tanpa
memperhatikan kesejahteraan rakyat Indonesia. Kedaulatan yang telah dicapai sejak
jaman Sriwijaya dan Majapahit telah hilang, persatuan dan kesatuan di hancurkan,
kernakmuran dan kesejahteraan rakyat diterlantarkan dan wilayah Indonesia diinjak-
injak oleh bangsa penjajajah.

Penderitaan yang dialami oleh bangsa Indonesia dan dorongan untuk bebas
dari penjajahan memberikan motivasi juang yang tinggi untuk melawan imperialis,
dengan semangat patriotik perlawanan secara fisik terjadi dimana-mana. Muncullah
pahlawan-pahlawan bangsa yang dengan gigih berjuang melawan penjajah. Pada
abad XVII dan XVIII perlawanan terhadap penjajah digerakkan oleh Sultan Agung di
Mataram (1645), Sultan Ageng Tirta Yasa dan Ki Tapa di Banten (1650), Hasanuddin
di Makassar (1660), Iskandar muda di Aceh (1635), Untung Surapati dan Trunojoyo
di Jawa Timur (1670), Ibnu Iskandar di Minangkabau (1680) dan lain-lain.

Pada permulaan Abad XIX Belanda merubah kolonialismenya, yang semula


berbentuk Perseroan dagang partikelir (VOC) menjadi badan pemerintahan resmi
yaitu pemerintahan Hindia Belanda. Penindasan dan pemaksaan terhadap rakyat
semakin menjadi jadi demi memperkuat mengintensifkan kolonialismenya ke
pelosok-pelosok nusantara. Namun demikian, bangsa Indonesia pun tidak tinggal
diam menyaksikan penghisapan penjajah terhadap rakyat yang mencapai
puncaknya ketika Belanda menerapkan sistem monopoli melalui tanam paksa
(1830-1870). Melihat praktek-praktek penjajahan Belanda tersebut, meledaklah
perlawanan rakyat di berbagai wilayah Indonesia, sehingga muncul kembali
pahlawan-pahlawan gagah berani seperti Pattimura di Maluku (1817), Imam Bonjol
di Minangkabau (1822-1837), Pangeran Diponegoro di Mataram (1825-1830),
Badaruddin di Palembang ( 1817), Pangeran Antasari di Kalimantan (1860), Jelantik
di Bali (1850), Anang Agung Made di Lombok (1898), Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro
dan Cut Nyak Dien di Aceh (1873-1904) dan Sisingamangaraja di Tanah Batak
(1900).
6

Pertempuran demi pertempuran, perlawanan silih berganti di seluruh wilayah


nusantara dengan senjata tradisionil yang dimiliki rakyat Indonesia rnelawan senjata
modern, mengakibatkan banyaknya jatuh korban dari pihak rakyat Indonesia, hal ini
karena pada saat itu perlawanan terhadap para penjajah bersifat kedaerahan belum
ada persatuan dan koordinasi antar daerah sehingga kegagalan demi kegagalan
yang diperoleh rakyat Indonesia, kelicikan penjajah juga salah satu senjata yang
ampuh untuk melemahkan perlawanan rakyat Indonesia. Sementara itu penjajah
semakin memperkokok lcuku-kukunya mencengkeram bumi Indonesia demi
memperlancar penindasan terhadap rakyat Indonesia. Di sinilah membuktikan
betapa pentingnya rasa persatuan dan kesatuan (nasionalisme) dalam menghadapi
penjajahan.

Pengalaman rakyat Indonesia dalam melakukan perlawanan yang selalu


mengalami kegagalan dalam mengusir penjajah, karena tidak adanya koordinasi dan
persatuan, maka mendorong pemimpin-pemimpin Indonesia mengubah bentuk
perlawanan, yaitu dengan membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia akan
pentingnya bernegara. Usaha-usaha yang dilakukan adalah mendirikan berbagai
macam organisasi yang bergerak baik dibidang sosial maupun pendidikan. Pada
permulaan Abad XX muncullah pergerakan nasional pada tahun 1908 yang dikenal
dengan gerakan Budi Utomo, tokohnya yang terkenal adalah dr. Wahidin
Sudirohusodo. Gerakan inilah yang merupakan awal gerakan nasional dalam
merintis jalan baru kearah tercapainya cita-cita perjuangan bangsa Indonesia untuk
mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kemerdekaan dan kedaulatan.

Organisasi-organisasi pergerakan lainnya yang bermunculan pada saat itu


adalah Serikat Dagang Islam (2909) kemudian berubah bentuk menjadi pergerakan
politik dengan mengganti nama menjadi Serikat Islam (1911) di bawah pimpinan
H.O.S Tjokroaminoto, kemudian Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar
Dewantara (Suwardi Suryaningrat) membentuk Indische Partij (1913), Soekarno dan
kawan-kawan mempelopori berdirinya Partai Nasional Indonesia (1927). Dengan
berdirinya organisasi pergera.kan nasional ini, mulailah perjuangan bangsa
Indonesia dititik beratkan pada kesatuan nasional dengan tujuan yang jelas yaitu
Indonesia merdeka.

Pada tanggai 28 Oktober 1928 pemuda-pemuda Indonesia yang dipelopori


oleh Muh. Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro Purbopranoto dan tokoh pernuda lainnya
mengumandangkan Sumpah Pemuda yang berisi pengakuan akan adanya bangsa,
tanah air dan bahasa satu yaitu Indonesia. Pada saat itu pula Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya pertama kali berkumandang dan sekaligus sebagai penggerak
kebangkitan kesadaran berbangsa. Melalui Sumpah Pemuda ini makin tegaslah apa
yang diinginkan oleh bangsa Indonesia, yaitu kemerdekaan tanah air dan bangsa.
7

Oleh karena itu, diperlukan adanya persatuan dan kesatuan yang merupakan syarat
mutlak bagi sebuah negara.

Keinginan bangsa Indonesia akan kemerdekaan dan kedaulatan semakin


nyata dilihat dari dinamika perjuangan para tokoh bangsa yang ditandai adanya
perubahan-perubahan organisasi pergerakan dalam mewujudkan cita-citanya. Pada
tahun 1931 berdiri Partai Indonesia (Partindo) sebagai pengganti PNI yang telah
dibubarkan, kemudian golongan demokrat mendirikan PNI baru yang dipelopori oleh
Moh. Hatta dan Sutan Syahrir, dengan semboyan yang memiliki nilai patriotik tinggi
pada masa itu yaitu "Kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan
sendiri".

Perjuangan bangsa Indonesia tak pernah pupus meskipun penindasan dan


penderitaan rakyat masih terus dirasakan. Secercah harapan untuk merdeka mulai
terkuak pada saat Jepang mengusir Belanda dari burni Indonesia yang
penyerahannya terjadi di Kalijati Jawa Tengah pada tanggal 8 Maret 1942, setelah
meletusnya perang Pasifik pada tanggal 7 Desember 1941 dimana Jepang berhasil
mengebom Pearl Harbour, dalam waktu yang singkat Jepang dapat menduduki
daerah-daerah jajahan Sekutu di daerah Pasifik. Kehadiran Jepang ke Bumi
Indonesia membawa tipu muslihat dengan mempropagandakan bahwa
kehadirannya di Indonesia untuk membebaskan Indonesia dari cengkeraman
Belanda, sehingga Jepang memperbolehkan pengibaran Bendera Merah Putih serta
menyanyikan lagu Indonesia Raya, padahal semuanya itu adalah tipu muslihat
Jepang agar bangsa Indonesia membantu Jepang untuk mengusir Belanda dari
tanah air Indonesia.

Kenyataan yang dihadapi oleh rakyat Indonesia ternyata Jepang lebih kejam
dari penjajahan Belanda bahkan rakyat Indonesia pada saat itu mengalami
penderitaan dan penindasan sampai pada puncaknya. Kemerdekaan tanah air yang
didambakan tak pernah menunjukkan tanda-tanda kedatangannya bahkan terasa
semakin menjauh bersamaan dengan semakin mengganasnya kekejaman tentara
Jepang. Kekecewaan rakyat Indonesia akibat perlakukan Jepang itu menimbulkan
perlawanan-perlawanan terhadap Jepang sehingga Jepang merasa kewalahan
apalagi adanya tanda-tanda perang Pasifik akan berakhir dengan kekalahan Jepang,
menyadari hal itu Jepang berusaha membujuk hati bangsa Indonesia dengan
mengumumkan janji Kemerdekaan kelak setelah perang selesai. Kemudian janji
yang kedua Kemerdekaan di umumkan lagi oleh Jepang berupa kemerdekaan tanpa
syarat yang disampaikan seminggu sebelum Jepang menyerah. Bangsa Indonesia
diperkenankan memperjuangkan Kemerdekaannya, bahkan menganjurkan agar
berani mendirikan negara Indonesia Merdeka dihadapan musuh Jepang (NICA).
8

Sebagai tindak lanjut dari janji Jepang dalam rangka mencari simpatik dan
dukungan dari bangsa Indonesia rnaka pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang
mengumumkan akan dibentuknya Badan yang bertugas untuk Menyelidiki Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada tanggal 29 April 1945
Badan Penyelidik tersebut dibentuk dengan susunan anggotanya adalah sebagai
berikut :

Ketua : Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat


Ketua Muda : Ichibangase Yosio
Ketua Muda : R.P. Suroso
Anggota : 1. Abikoesno Tjokrosaejoso
2. Hadji Ah. Sanmoesi.
3. KH. Abdui Halim
4. Prop. Dr. R. Asikin Widjajakoesoema
5. M. Aris
6. Abdoel Kadir
7. Dr. R. Boentarang Martoatmodjo 8. B.P.H. Bintoro
9. Ki Hajar Dewantara
10. A.M. Dasaad
11. Prop. Dr. PAH Djadjadiningrat
12. Drs. Moh Hatta
13. Ki Bagoes Hadikoesoemo
14. Mr. R. Hindcomartono
15. Mr. Muh Yamin
16. RAA. Soemitro Kolopaking Poerbonegoro
17. Mr. Dr. R. Koesoema Atmadja
18. Mr. J. Latuharhary
19. RM. Margono Djojohadikoesoemo
20. Mr. AA Maracnis
21. KH. Masjkoer
22. KH. M. Mansoer 23. Moenandar
24. AK. Moezakir
25. R. Oto Iskandar Dinata
26. Parada Harahap
27. BPH. Poeroebojo
28. R. Aboelrahim Pratalykrama
29. R. Roeslan Wongsokoesoemo
30. Prop. Ir. R. Rooseno
31. Haji Agoes Salim
32. Dr. Samsi
33. Mr. RM Sartono
34. Mr. R Samsoedin
35. Mr. R. Sastromuljono
36. Mr. R. Singgih
37. Ir. Soekarno
9

38. R. Soedirman
39. R. Soekardjo Wirjopranoto
40. Dr. Soekiman
41. Mr. A. Soebardja
42. Prop. Mr Dr. Soepomo
43. In RMP. Soerahman Tjokroadisoerjo
44. M. Sutardjo Kartohadikoesoemo
45. RM. TA. Soerjo
46. Mr. Soesanto
47. Mr. Soewandi
48. Drs. KR. MA Sosrodiningrat
49. KH. A. Wachid Hasjim
50. KRMTH. Woerjaningrat
51. RAA. Wiranatakoesoema
52. Mr. KRMT. Wongsonagoro
53. Ny. Mr. Maria Ulfah Santoso
54. Ny. RSS. Soenarjo Mangoenpoepito
55. Oei Tjong Hauw
56. Oei Tiang Tjoei
57. Liem Koen Hian
58. Mr. Tan Eng Haa
59. PF. Dahler
60. A. Baswedan

Anggota
Tambahan : 1. KH. Abdul Fatah Hasan
2. R. Asikin Natanegara
3. BKPA. Soerjo Harnidjojo
4. Ir. Pangeran M. Noor
5. Mr. M. Besar
6. Abduk Kaffar
Sidang pertama BPUPKI terjadi pada tanggal 29 Mei 1965. Dalam sidang
tersebut beberapa tokoh berpidato menyampaikan usulannya antara lain :
1) Mr. Muh Yamin (29 Mei 1945). Dalam pidatonya yang mendapat
kesempatan pertama, mengemukakan lima asas dasar sebagai dasar negara
Indonesia, yaitu :
a) Peri Kebangsaan
b) Peri Kemanusiaan.
c) Peri Ketuhanan.
d) Peri Kerakyatan
e) Kesejahteraan Rakyat.

Selain pidato tersebut diatas Mr. Muh Yamin juga mengusulkan secara
tertulis tentang usulan rancangan UUD Republik Indonesia yang dimulai
dengan pembukaan yang berbunyi sebagai berikut : " Untuk membentuk
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan
10

seluruh tumpah darah Indoensia, dan untuk memajukan kesejahteraan


umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, menyuburkan hidup
kekeluargaan, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-undang Dasar
negara Indoensia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kebangsaan, Persatuan Indoensia, dan rasa Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Kerakyatan yang dipimpim oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".

2) Pidato Soepomo (31 Mei 1945). Pidato Soepomo membahas tiga


masalah yaitu masalah hubungan negara dan agama, masalah bentuk
pemerlntahan dan masalah hubungan negara dan ekonomi. Terhadap
masalah tersebut Soepomo mengemukakan :
a) Di dunia ini ada berbagai macam pengertian negara yang
secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu teori negara liberal dan
teori negara komunis. Namun konsep mengenai negara dari kedua
teori tersebut tidak dapat diambil begitu saja karena tidak sesuai
dengan kondisi budaya bangsa Indonesia.

b) Budaya Indonesia adalah budaya persatuan, kekeluargaan,


gotong royong. Oleh karena itu konsep negara yang paling tepat
untuk Indonesia adalah negara yang bersatu dengan seluruh
rakyatnya, dan negara yang mengatasi seluruh golongan- golongan
dalam semua bidang kehidupan.

c) Dalam bidang agama, negara tidak akan mengurusi masalah


agama dan urusan agama akan diserahkan kepada golongan agama
masing-masing. Dengan demikian, negara memberi kebebasan
warga negaranya untuk memeluk agama yang disukai dan negara
tetap netral sehingga tetap disukai oleh pemeluk agama yang besar
dan yang kecil. Negara tetap akan memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur seperti yang diajarkan oleh agama-agama.

d) Dalam bidang pemerintahan, yang terpenting dalam negara


nasional yang bersatu adalah bahwa kepala negara dan semua
badan pemerintahan harus memiliki sifat sebagai pemimpin negara
dan rakyat seluruhnya serta mengatasi semua golongan sehingga
netralitasnya mampu mempersatukan bangsa dan negara. Kepala
negara harus bersatu dengan rakyatnya dan untuk itu perlu
11

dibentuk badan permusyawaratan sebagai wakil rakyat. Dengan


badan permusyawaratan itu, kepala negara dapat terus menerus
bergaul dengan rakyat sehingga kepala negara mengetahui dan
dapat merasakan rasa keadilan dan cita-cita rakyatnya.

e) Dalam bidang ekonomi, negara hanya mengurus


perusahaan-perusahaan yang penting. Negara rnenguasai
tanah dan pertambangan agar terjamin kesejahteraan
masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah petani. Sistem
ekonomi adalah sistem kekeluargaan, tolong menolang dan
operasi hendaknya dipakai sebagai salah satu dasar ekonomi
negara Indonesia yang makmur, bersatu, berdaulat dan adil.

3) Pidato Soekarno (1 Juni 1945). Soekarno mengemukakan


dasar-dasar sebagai berikut :
a) Kebangsaan, yang dijelaskan sebagai kehendak untuk
bersatu, perangai serta nasib yang sama dan persatuan bangsa
Indonesia.

b) Internasionalisme, yang dijelaskan sebagai persatuan


hidup seluruh umat manusia di dunia sehingga manusia
Indonesia tidak jatuh dalam aliran chauvinisme atau
nasionalisme ekstrim.

c) Mufakat, perwakilan dan permusyawaratan. Soekarno


menjelas-kan bahwa Negara Indonesia bukan satu negara untuk
satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun
golongan kaya. Tetapi negara Indonesia didirikan "semua buat
semua, semua buat satu".

d) Prinsip kesejahteraan dijelaskan Soekanno dengan istilah


tidak ada kemiskinan di dalam negara Indonesia yang merdeka.

e) Prinsip Ketuhanan, dijelaskan bahwa Negara Indonesia


adalah negara yang tiap-tiap warganya dapat bebas menyembah
Tuhannya secara berkebudayaan. Ketuhanan secara
berkebudayaan diartikannya sebagai tidak adanya "egoisme
agama".

f) Kelima dasar tadi disebutnya dengan Pancasila, menurut


Soekarno kelima Sila tersebut dapat diperas menjadi Tri Sila yang
12

meliputi sosial nasionalisme, sosial demokrasi dan Ketuhanan yang


menghormati satu sama lain.

g) Tri Sila tersebut menurut Soekarno juga dapat diperas menjadi


Ekasila yang intinya adalah gotong royong.

4) Piagam Jakarta (22 Juni 1945). Setelah pidato Soekarno diterima


sidang BPUPKI, dibentuklah panitia kecil yang terdiri dari 38 orang untuk
merumuskan dasar Indonesia merdeka. Namun panitia itu menghadapi
masalah mengenai hubungan agama dan negara. Konflik yang tak
terselesaikan antara anggota BPUPKI yang mengusulkan agama Islam
sebagai dasar negara dan anggota BPUPKI lainnya yang mengusulkan
faham kebangsaan sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Panitia kecil
itu akhirnya membentuk panitia sembilan untuk menyelesaikan konflik
tersebut. Hasil kompromi antara golongan agama dan golongan
kebangsaan disusun sebuah piagam yang kemudian dikenal dengan
Piagam Jakarta yang nantinya akan menjadi pembukaan hukum dasar
Indonesia merdeka. Rumusan Pembukaan itu sama dengan pembukaan
yang ada dalam Pembukaan UUD 1945 sekarang ini, tetapi terdapat
perbedaan pada alinea ke-4 yaitu : "...maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu hukum dasar Negara Indonesia
yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia dengan
berdasar kepada Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at
Islam bagi pemeluk-pemeluknya menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indoensia, kerakyatan yang dipimpim oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

c. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kemenangan sekutu dalam


perang Dunia membawa hikmah bagi bangsa Indoensia, karena berimplikasi
kepada akan dibentuknya Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI.
Untuk keperluan membentuk Panitia tersebut, pada tanggal 9 Agustus 1945 Ir
Soekarno, Drs. Moh Hatta dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat diberangkatkan ke
Saigon atas panggilan Jenderal Besar Terauchi Saiko Sikikan, dari pertemuan
tersebut dihasilkan tiga pernyataan dari Jenderal Terauchi yaitu pada tanggal 9
Agustus 1945 yang isinya adalah :

1) Soekarno diangkat sebagai Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan,


Moh Hatta sebagai Wakil Ketua dan Radjiman sebagai anggota.
2) Panitia Persiapan boleh mulai bekerja pada tanggal 9 Agustus 1945.
3) Cepat atau tidaknya pekerjaan Panitia diserahkan sepenuhnya kepada
Panitia.
13

Panitia Persiapan Kemerdekaan (PPKI) terdiri dari 21 orang, adapun susunan


keanggotaannya adalah sebagai berikut :

1) Ir. Soekarno (Ketua)


2) Drs. Moh Hatta (wakilKetua).
3) Anggota :
a) Dr. Radjiman Widyodiningrat.
b) Ki Bagus Hadikoesoemo.
c) Oto Iskandar Dinata.
d) Pangeran Purbojo.
e) Pangeran Soerjohamodjojo.
f) Soetardjo Kartohamidjojo.
g) Prof. Dr. Mr. Soepomo.
h) Abdul Kadir.
i) Drs. Yap Tjwan Bing.
j) Dr. Muhammad Amir. (Sumatera)
k) Mr. Abdul Abbas. (Sumatera)
l) Dr. Latulangi. (Sulawesi)
m) Andi Pangerang. (Sulawesi)
n) Mr. Latu Harhary.
o) Mr. Pudja. (Bali)
p) AH. Hamidan. (Kalimantan)
q) RP. Soeroso.
r) Abdul Wachid Hasym.
s) Mr. Muhatnad Hasan. (Sumatera)
Perkembangan selanjutnya Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang
semula adalah merupakan Badan Pembentukan Pemerintahan tentara Jepang,
sejak jatuhnya Jepang berubah menjadi badan Nasional sebagai Badan
Pendahuluan bagi Komite Nasional dan ada penambahan anggota baru, yaitu;
Wiranatakusuma, Ki Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo, Sajuti Melik, Mr. Iwa
Kusuma Sumantri dan Mr. Achamd Soebardjo.

Setelah melalui proses yang sangat cepat dengan didukung oleh kinerja
anggota PPKI yang memiliki semangat juang yang tinggi dalam mewujudkan cita-
citanya menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat, maka pada hari Jumat Legi
tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 Wib Bung Karno di dampingi Bung Hatta
membacakan naskah Proklamasi dengan khidmat. Proklamasi 17 Agustus 1945
merupakan titik puncak perjuangan bangsa Indonesia sekaligus sebagai sumber
lahirnya Republik Indonesia. Proklamasi bermakna bahwa bangsa Indonesia yang
selama berabad-abad dijajah telah berhasil melepaskan diri dari belenggu
penjajahan dan sekaligus membentuk perubahan baru, yaitu negara Republik
Indonesia, dengan membawa dua akibat. Pertama, lahirlah tata hukum Indonesia
14

dan sekaligus dihapuskannya tata hukum kolonial. Kedua, merupakan sumber


hukum bagi pembentukan negara kesatuan Republik Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan juga merupakan perwujudan formal dari salah satu
revolusi bangsa Indonesia untuk menyatakan, baik kepada diri sendiri maupun
kepada dunia luar (internasional), bahwa bangsa Indonesia mulai saat itu telah
mengambil sikap untuk menentukan nasib sendiri, yaitu mendirikan negara sendiri,
termasuk tata hukum dan tata negaranya.

Sehari setelah Proklamasi yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI


mengadakan sidangnya yang pertama dengan menyempurnakan dan mengesahkan
UUD 1945. UUD 1945 terdiri atas dua bagian, yaitu bagian Pembukaan dan bagian
Batang Tubuh UUD. Hasil sidang pertama menghasilkan keputusan sebagai berikut :
a. Mengesahkan UUD 1945 yang meliputi sebagai berikut :
1) Melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang kemudian
berfungsi sebagai Pembukaan UUD 1945.
2) Menetapkan rancangan hukum dasar yang telah diterima Badan
Penyidik pada tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami berbagai perubahan
karena berkaitan dengan perubahan Piagam Jakarta, kemudian berfungsi
sebagai UndangUndang Dasar 1945.

b. Memilih Presiden dan Wakil Fresiden Pertaana.


c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai Badan
Musyawarah darurat.

Perubahan yang menyangkut Piagam Jakarta menjadi Pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai berikut :
No. Piagam Jakarta Pembukaan iTLTD 1945
1. Mukadimah Pembukaan

2. "......dalam suatu Hukum Dasar". "....dalam suatu MD Negara

3. ".....dengan berdasarkan kepada Ketuhanan dan ".....dengan berdasar


kepada
Kewajiban Ketuhanan Yang Maha Esa.

4. menjalankan Syari'at Islam bagi pemeluk- "......kemanusiaan yang adil


pemeluknya".
".....menurut dasar kemanusiaan yang adil dan dan beradab
beradab".
15

Perubahan yang menyangkut pasal-pasal UUD adalah sebagai berikut :


No. Rancangan Hukurn Dasar UUD 1945
1. Istilah "Hukum dasar". Undang-Undang Dasar
(usul Soepomo)

2. Dalam rancangan dua orang Wakil Presiden Seorang wakil Presiden


Fresiden harus orang Indonesia asli yang 'Presiden harus orang Indonesia
3.
beragama Islam asli

".....selama perang, pimpinan perang dipegang


4. Dihapuskan.
oleh Jepang dengan persetujuan Pemerintahan
Indonesia".

Rumusan dasar negara Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD


1945 adalah sah dan benar, karena di samping mempunyai kedudukan
konstitusional, juga disahkan oleh suatu badan yang mewakili seluruh bangsa
Indonesia yang berarti telah disepakati oleh seluruh bangsa Indonesia.

d. Masa, Perjuangan Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan


Indonesia.
1) Masa setelah Proklamasi Kemerdekaan.
a) Revolusi Fisik. Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk
dalam waktu yang singkat dan secara keseluruhan oleh BPUPKI dan
PPKI. Oleh Pembentuk UUD 1945 disadari bahwa dalam membentuk
lembaga-lembaga negara tingkat Pusat, serta peraturan perundang-
undangan sebagai dikehendaki oleh UUD 1945 adalah membutuhkan
waktu lama. Terlebih lagi pada waktu itu segala tenaga dan pikiran
masih dipusatkan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia
yang baru saja diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Oleh
karena itu, segala sesuatunya diatur dalam aturan peralihan UUD 1945
(naskah asli) yang menentukan sebagai berikut :

(1) Pasal I. PPKI mengatur dan menyelenggarakan


kepindahan pemerintahan kepada pemerintahan Indonesia.
16

(2) Pasal II. Segala Badan negara dan peraturan yang


ada masih berlaku, selama belum diadakan yang.baru menurut
UUD itu.
(3) Pasal III. Untuk pertama kali Presiden dan wakil
Presiden dipilih oleh PPKI.
(4) Pasal IV. Sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk
menurut UUD, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden
dengan bantuan Komite Nasional Pusat.

Sehubungan dengan keadaan pada waktu itu, terutama sikap Belanda


yang ingin rnenjajah kembali Indonesia maka untuk menanggapi keadaan
tersebut dipertirnbangkan perlu adanya Badan yang ikut bertanggung jawab
tentang nasib bangsa dan negara Indonesia disamping pemerintah, yaitu
Presiden. Untuk tujuan tersebut yaitu dalam rangka melawan propaganda
Benlanda pada Dunia Internasional maka pemerintah RI mengeluarkan tiga
buah Maklumat :
a) Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 yang
menghentikan kekuasaan luar biasa dari Presiden sebelum rnasa
waktunya (seharusnya berlaku selama 6 bulan) kemudian Maklumat
tersebut membrikan kekuasaan MPR dan DPR yang. semula
dipegang oleh Presiden kepada KNIP.
b) Maklumat pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang
pembentukan partai politik yang sebanyak-banyaknya oleh rakyat. Hal
ini sebagai akibat dari anggapan pada saat itu bahwa salah satu ciri
demokrasi adalah multi partai. Maklumat tersebut juga sebagai upaya
agar dunia barat menilai bahwa negara proklamasi sebagai negara
demokratis.

c) Maklumat pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 yang intinya


mengubah sistem Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer
berdasarkan asas demokrasi liberal.
Keadaan yang demikian ini telah membawa ketidakstabilan di bidang
politik. Berlakunya sistem demokrasi liberal adalah jelas-jelas merupakan
penyimpangan secara konstitutional terhadap UUD 1945, serta secara
ideologis terhadap Pancasila. Akibat penerapan sistem Kabinet Parlementer
tersebut maka pemerintahan negara Negara Indonesia rnengalami jatuh
bangunnya Kabinet sehingga membawa konsekuensi yang sangat serius
terhadap kedaulatan negara Indonesia saat itu.
2) Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat. Sebagai hasil dari
Konfrensi Meja Bundar maka di tanda tangani suatu persetujuan oleh Ratu
Belanda Yuliana dan wakil Pemerintah RI di Den Haag pada tanggal 27
17

Desember 1949, maka berlaku pulalah secara otomatis hasil persetujuan


KMB dengan konstitusi RIS antara lain :
a) Konstitusi RIS menentukan bentuk negara Serikat (Federalis)
yaitu 16 negara bagian.

b) Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintahan berdasarkan


asas demokrasi Liberal dirnana menteri-menteri bertanggung jawab
atas seluruh kebijaksanaan pemerintah kepada Parlemen.
c) Mukadimah konstitusi RIS telah menghapuskan jiwa dan
semangat maupun isi Pembukaan UUD 1945.

Sebelum persetujuan KMB bangsa Indoensia telah memiliki


kedaulatan, oleh karena itu persetujuan 27 Desember 1949 tersebut
bukannya penyerahan kedaulatan melainkan pemulihan kedaulatan atau
pengakuan kedaulatan.

3) Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembetukan


Negara RIS dianggap sebagai bentukan Belanda, dengan demikian
perjuangan bangsa untuk kembali kepada negara kesatuan semakin kuat. Hal
ini terbukti terjadinya penggabungan beberapa negara bagian kepada negara
bagian Republik Indonesia (Proklamasi Yogyakarta), sehingga negara RIS
akhirnya berdiri atas tiga negara bagian saja yaitu Negara Republik
Indonesia, Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatera Timur.

Kewibawaan pemerintah negara RIS semakin berkurang untuk


memerintah. Untuk menanggapi keadaan tersebut akhirnya disetujui oleh
kedua Pemerintahan RIS dengan RI untuk mengadakan musyawarah atas
pertimbangan politik bahwa negara-negara bagian lebih cenderung. untuk
bergabung kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada
akhirnya tercapai kesepakatan melalui Piagam Persetujuan tanggal 19 Mei
1950 yang berisi bahwa dalam waktu yang sesingkat-singkatnya bersama-
sama melaksanakan negara kesatuan sebagai penjelmaan dari pada
Republik Indonesia berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945. Perubahan
UUD terjadi, dari Konstitusi RIS menjadi UUD Sementara 1950 dengan
mengubah bagian-bagian dari Konstitusi RIS yang tidak sesuai dengan jiwa
negara kesatuan. Walaupun UUDS 1950 sebagai tonggak untuk menuju
cita-cita Proklamsi, Pancasila, dan UUD 1945, namun kenyataannya masih
berorientasi kepada pemerintah yang berasaskan terhadap Pancasila.
Pelaksanaan isi maupun jiwanya penyimpangannya terhadap Pancasila.
Pelaksanaan demokrasi liberal pada tahun 1945 sampai 1949 merupakan
penyimpangan terhadap Pancasila dan UUID 1945. Pelaksanaan kabinet
parlementer menggantikan kabinet presidentil jelas tidak sesuai dengan UUD
1945.
18

Periode demokrasi liberal setelah tahun 1945, ditandai dengan kuatnya


kedudukan parlemen dalam pemerintahan. Pada saat kabinet tidak
menguasai mayoritas di dalarnnya kabinet seringkali jatuh. Kekuatan terkuat
ada pada partai partai dan angkatan bersenjata. Kedudukan Presiden relatif
lemah. Pada awal 1950, kabinet dipimpin oleh Hatta dan sejumlah pemimpin
moderat di sekitarnya. Kepemimpinannya bersifat luas dan pro Barat yang
cenderung menganggap revolusi sudah selesai. Mereka memusatkan
perhatiannya pada rehabilitasi dan pembangunan ekonomi, yang tidak saja
memerlukan normalisasi administrasi, tetapi juga kebijakan yang melindungi
modal Belanda dan modal asing lainnya.

Keberhasilan pemerintah pada masa demokrasi liberal dalam usaha-


usaha ekonomi tidaklah begitu besar, walaupun peningkatan produksi cukup
berkesan. Periode ini ditandai dengan kekacauan administrasi yang meluas
dan kebingaran politik. Masyarakat kelas bawah menikmati kebebasan
demokrasi yang lebih besar dibandingkan dengan masa Orde Baru.

Pada jaman demokrasi liberal negara sesungguhnya sangat lemah,


karena berbagai sebab yang berkaitan dengan cara bagaimana kemerdekaan
diperoleh, yaitu sifat yang. sangat desentralistik dan perjuangan revolusioner
melawan Belanda (1945-1949). Banyak pertempuran yang dilakukan oleh
laskar-laskar, yaitu pasukan-pasukan di luar TNI yang banyak mempunyai
ikatan dengan partai politik atau organisasi pemuda. Dalam tubuh Tentara
sendiri, hubungan antara Markas Besar dan kesatuan-kesatuan di bawahnya
banyak dibarengi dengan tawar menawar. Pemerintah sering tidak mampu
melaksanakan kehendaknya kepada kelompak-kelompok lokal (daerah).
Pemerintah ditentang oleh para pembangkang dalam struktur negara, seperti
Letkol Ahmad Hussein memproklamasikan Dewan Banteng. di Padang.
dalam bulan Desember 1956. Tokoh-tokoh luar, seperti Sekarmadji Maridjan
Kartosuwiryo, Kahar Muzakar, dan Daud Beureuh yang semula memimpin
gerlya anti Belanda, kemudian memimpin pemberontakan yang
berkepanjangan di daerah masing-masing (Jawa barat, Sulawesi SeIatan,
dan Aceh).
Kelemahan sistem pemerintahan pusat tercermin pula terlalu cepat
dalam pengangkatan pegawai negari, tetapi kemampuan pemerintah dalam
peningaktan pajak tidak terjadi. Dengan demikian, pegawai negarai
menerima gaji kecil dan begitu juga tentara. Mesin pemerintah merupakan
arena bagi pelaksana berbagai kebijakan. Hal ini sebagian karena kehidupan
partai politik yang semarak karena masuk kedalam pegawai negari, karena
kelemahan kekuasaan pusat (terutama sebelum tahun 1958, dan sebagian
lagi karena adanya interaksi agar terlembagakan antara gaji rendah, korupsi,
nepotisme, dan kongkalikong).
19

e. Masa Orde Lama. Pemilu tahun 1950 dalam kenyataannya tidak dapat
memenuhi harapan masyarakat, bahkan kestabilan dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, maupun Hankam. Keadaan ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

1) Makin berkuasanya modal-modal raksasa terhadap perekonomian


Indonesia.

2) Akibat silih bergantinya kabinet, maka pemerintah tidak mampu


menyalurkan dinamika masyarakat ke arah pembangunan, terutama
pembangunan ekonomi.

3) Sistem liberal berdasarkan UUDS 1950 mengakibatkan kabinet jatuh


bangun sehingga pemerintahan tidak stabil.

4) Pemilu 1955 ternyata dalam DPR tidak mencerminkan perimbangan


kekuasaan politik yang sebenarnya hidup dalam masyarakat, karena banyak
golongan-golongan di daerah-daerah belum terwakili di DPR.

5) Konstituante yang betugas membentuk UUD yang baru ternyata gagal.

Atas dasar hal tersebut di atas, maka Presiden menyatakan bahwa negara
dalam keadaan ketatanegaraan yang membahayakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta keselamatan negara. Untuk itu, Presiden mengeluarkan Dekrit pada
tanggal 5 Juli 1959. lsi dekrit tersebut adalah sebagai berikut :

1) Membubarkan konstituante.
2) Menetapakan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlaku lagi
UUDS 1950.
3) Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.

Dengan dasar pemikiran supaya tidak terulang lagi peristiwa di masa lampau,
maka pada waktu itu Presiden Soekarno sebagai kepala eksekutif menerapakan
demokrasi terpimpin. Demokrasi terpimpin adalah suatu paham demokrasi yang
tidak didasarkan atas paham liberaiisme, sosialisme-nasional, fasisme, dan
komunisme, tetapi suatu paham demokrasi yang didasarkan kepada keinginan-
keinginan luhur bangsa Indonesia, seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 yang menuju kepada suatu tujuan masyarakat adil dan makmur yang penuh
dengan kebahagiaan material dan sprituat sesuai dengan cita-cita Proklamasi
kernerdekaan 17 Agustus 1945.

Namun pelaksanaan demokrasi terpimpin itu dalam menyimak arti yang


sebenarnya, justru bertentangan dengan Pancasila, yang berlaku adalah keinginan
dan ambisi politik pemimpin sendiri. Kebijakan yang menyimpang dari UUD 1945
dalam bidang politik adalah sebagai berikut :
20

1) Pembubaran DPR hasil pemilu 1955 melalui Penetepan Presiden No.


4 tahun 1960 dengan dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
(DPRGR) yang angotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

2) Pembentukan MPRS yang anggotanya diangkat dan diberhentikan


oleh Presiden.

3) Pembentukan DPA dan MA dengan menetapakan Presiden dan


anggotanya diangakat dan diberhentikan oleh Presiden.

4) Lembaga-lembaga negara, seperti yang disebutkan di atas dipimpin


sendiri oleh Presiden.

5) Mengangkat Presiden seumur hidup malalui Ketetapan MPRS No.


II/MPRS/19b3 dan Tap. MPR No. III/MPRS/1963.
6) Melalui ketetapan MPRS No, I.MPRS/1963 Manisfesto politik dari
Presiden dijadikan GBHN.
7) Hak budget DPR berjalan karena pemerintah tidak mengajukan RUU
APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelurn berlakunya tahun
anggaran yang bersangkutan. Karena DPR tidak menyetujui rancangan
APBN yang diajukan Presiden, maka DPR dibubarkan tahun 1960.
8) Menteri-menteri diperbolehkan menjabat sebagai ketua MPRS, DPR-
GR, DPA, MA, MPRS, dan DPR-GR yang seharusnya menjadi Lembaga
Perwakilan Rakyat yang tugasnya mengawasi jalannya pemerintahan, malah
sebaliknya harus tunduk kepada kebijakan Presiden.

Ideologi Pancasila saat itu dirancang oleh PKI untuk diganti dengan ideologi
Manipol Usdek serta konsep Nasakom. PKI berusaha untuk menancapkan
kekuasannya dengan membangun komunis internasional dengan RRC. Terbukti
dengan dibukanya hubungan poros Jakarta - Peking. Sebagai puncak peristiwa
adalah meletusnya Gerakan 30 September 1965 (G 30-5/PKI), sebagai usaha
mengganti idealogi Pancasila dengan ideologi Marxis.

f. Masa Orde Baru. Dengan berakhirnya pemerintahan Soekarno dalam Orde


Lama, dimulailah pemerintahan baru yang dikenal dengan Orde Baru, yaitu suatu
tatanan kehidupan masyarakat dan pemerintahan yang menuntut dilaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Munculnya Orde Baru
diawali dengan tuntutan aksi-aksi dari seluruh masyarakat, seperti Kesatuan aksi
Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Indoensia (KAMI),
dan lain-lain. Tuntutan mereka dikenal dengan nama Tritura. Isi tuntutan tersebut
sebagai berikut :
1) Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya.
2) Pembersihan kebinet dari unsur-unsur G-30/PKI.
21

3) Penurunan harga.

Orde Baru mengalami tugas utamanya, yaitu menciptakan ketertiban politik


dan kemantapan ekonomi. Oleh sebab itu orde baru segera mengnambil jarak
dengan kelornpok-kelompok yang kuat orientasi idealogisnya. Pemimpin Orde Baru
segera menyusun birokrasi yang mendukung kebijakannya. Diciptakan ABRI yang
loyal dibawah komandonya. Semua lembaga negara baik supra maupun
infrastruktural ditentukan kepemimpinan atas dasar loyalitas kepadanya.

Orde baru bertolak belakang dengan orde lama dalam hal kebijakan ekonomi.
Akan tetapi, dalam hal sistem dan kebijakan politik cenderung otoriter dan
monopolistik sebagai pelanjut dari rezirn lama. Konsentrasi kekuasaan di tangan
pemerintah yang memungkinkan oposisi tidak dapat melakukan kontrol. Pemerintah
menganut kebijakan ekonomi campuran sehingga ekonomi nasional antara
penguasa dan pengusaha. Penyimpangan serta skandal raksasa di bidang
ekonomi banyak terjadi, seperti kasus Bank Duta, Bapindo dan lain-lain. Menurut
Dididk Rachbini, pada tahun 1993 sekitar 1% penduduk memperoleh 80%
pendapatan nasional, sedangakn 99% penduduk di tingkat bawah dan menengah
menerima 20% (Mochtar Pabotinggi, 1995 ; 28-29). Atas nama stabilitas dan
pembangunan ekonomi, pemerintah Orde Baru menafsirkan sila-sila kemanusiaan,
kerakyatan, dan keadilan yang mengarah kepada ancaman terhadap sila ketiga.

Orde Baru adalah era pemerintahan pengganti Orde Lama. Pemerintahan


orde lama melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 dalam rangka "Revolusi
Indonesia Belum Selesai". Pancasila direduksi peranannya menjadi ajimat keempat
dari Panca Ajimat Revolusi. Sidang Umum MPR tahun 1973 menetapkan Tap. MPR
No. IV/MPR11973 tentang GBHN dalam BAB III menetapakan Pola Urnum
Pernbangunan Jangka Panjang 25 - 30 tahun. Dalam konsiderannya disebutkan
pembangunan berkesinambungan.

Sidang Umum MPR tahun 1978 menetapkan Tap. MPR No. IIIMPR/1978
tentang Pedornan Penghayatan Pengamalan Pancasila (P-4). Pemerintah Orde
Baru rnendirikan lembaga BP-7 yang ditugaskan untuk mensosialisasikan P4
kepada seluruh masyarakat dengan metode indoktrinasi dengan sebutan metode
obyektif praktis. Pada tahun 1980, Presiden RI ke-2 diangkat sebagai Bapak
Pembangunan. Penyelenggaraan pembangunan sebagai ideologi menggunakan
trilogi pembangunan sebagai nilai instrumentalnya.

Pada tahun 1983, pemerintah mengajukan satu paket yang terdiri atas
Undang-undang Politik tentang :

1) Susunan dan kedudukan anggota MPR/DPR.


2) Pemilihan Umum.
3) Kepartaian dan Golkar.
22

4) Organisasi masyarakat.
5) Referendum.

Kelima paket Undang-undang itu disetujui oleh DPR dengan tujuan menjaga
terpeliharanya kekuasaan dan menjaga kelanjutan pembangunan sebagai ideologi.
Perubahan kondisi yang mengglobal mempengaruhi sikap masyarakat dalam
kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Hal ini menimbulkan individualistik
sehingga terbentuk masyarakat marginal dan konglemerasi yang terpusat pada
kelompok tertentu yang berdasarkan ekonomi kapitalis dengan dalih kebebasan.

g. Masa Reformasi. Penyimpangan kehidupan bernegara era Orde Baru


sampai kepada puncaknya dengan muncul krisis moneter yang berakibat jatuhnya
Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Untuk menyelamatkan
negara dari kehancuran, maka MPR telah mengeluarkan Ketetapan, antara lain
sebagai berikut :

1) Ketetapan MPR No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan


MPR tentang Referendum.
2) Ketetapan MPR No. X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi
Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan
Nasional sebagai Haluan Negara.
3) Tap. MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas KKN.
4) Tap. MPR No. XIII/MPR/l998 tentang Pembatasan Masa Jabatan
Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.
5) Tap. MPR No. XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka
Demokrasi Ekonomi.
6) Tap. MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM.
7) Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan P-4 dan
Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara.

Sekalipun MPR telah mengeluarkan Ketetapan, namun permasalahan yang


ditinggalkan oleh pemerintah Orde Baru bukanlah sedikit, sehingga merumitkan
bagi pemerintah transisi atau pemerintah era Reformasi untuk keluar dari
permasalahan tersebut. Oleh sebab itu, MPR melalui Ketetapan No. V/MPR/2000
telah mengeluarkan Ketetapan tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan
Nasional. MPR melalui Ketetapan tersebut mengidentifikasikan masalah yang
telah menyebabkan terjadinya krisis yang sangat luas. Faktor-faktor penyebab
terjadi berbagai masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1) Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa tidak dijadikan sumber
etika dalam berbangsa dan bernegara oleh sebagian masyarakat. Hal itu
23

kemudian melahirkan krisis Akhlak dan Moral yang berupa Ketidakadilan,


Pelanggaran Hukum, dan Pelanggaran Hak Azasi Manusia.
2) Pancasila sebagai ideologi negara ditafsirkan secara sepihak oleh
penguasa dan telah disalahgunakan untuk mempertahankan kekuasaan.
3) Konflik sosial budaya telah terjadi karena kemajemukan suku,
kebudayaan dan agama yang tidak dikelola dengan baik dan adil oleh
pemerintah maupun masyarakat. Hal itu semakin diperburuk oleh pihak
pengusaha yang menghidupkan kernbali cara-cara menyelenggarakan
pemerintahan yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
4) Hukum telah menjadi alat kekuasaan dan pelaksanaannya telah
diselewengkan sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan prinsip
keadilan, dan persamaan hak warga negara dihadapan hukum.
5) Perilaku ekonomi yang berlangsung dengan praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme, serta berpihak pada sekelompok pengusaha besar, telah
menyebabakan krisis ekonomi yang berkepanjangan, utang besar yang harus
dipikul oleh negara, pengangguran dan kemiskinan yang semakin meningkat,
serta kesenajangan sosial ekonomi yang semakin melebar.
6) Sistem politik yang otoriter tidak dapat melahirkan pemimpin-pemimpin
yang mampu menyerap aspirasi dan memperjuangkan kepentingan
masyarakat.
7) Peralihan kekuasaan yang sering menimbulkan konflik, pertumpuhan
darah dan dendam antar kelompok masyarakat terjadi sebagai akibat dari
pada demokrasi yang tidak berjalan dengan baik.
8) Berlangsungnya pemerintahan yang telah mengabaikan proses
demokrasi menyebabkan rakyat tidak dapat menyalurkan aspirasi palitiknya
sehingga terjadi gejolak politik yang bermuara pada gerakan reformasi yang
menuntut kebebasan, kesetaraan, dan keadilan.
9) Pemerintahan yang sentralistis telah menimbulkan kesenjangan dan
ketidakadilan antara pemerrintah pusat dan pemerintah daerah sehingga
timbul konflik vertikal dan tuntutan untuk memisahkan diri dari negara
Kesatuan Republik Indonesia.
10) Penyalahgunaan kekuasaan sebagai akibat dari lemahnya fungsi
pengawasan oleh internal Pemerintah dan Lembaga Perwakilan Rakyat, serta
terbatasnya pengawasan oleh masyarakat dan media massa pada masa
lampau, telah menjadikan trasnparansi dan pertanggungjawaban pemerintah
untuk menyelenggarakan pemerintah yang bersih dan bertanggung jawab
tidak terlaksana. Akibatnya, kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara
negara menjadi kurang.
11) Pelaksanaan peran sosial politik dalam Dwi Fungsi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia dan dislahgunakannya ABRI sebagai alat
24

kekuasaan pada masa Orde Baru telah menyebabkan terjadinya


penyimpangan peran Tentara Nasional Indoensia dan Kepolisisan Negara
Republik Indonesia yang mengakibatkan tidak berkembangnya kehidupan
demokrasi.
12) Globalisasi dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya
dapat memberikan keuntungan bagi bangsa Indonsia, tetapi jika tidak
diwaspadai dapat memberi dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa.

Pada masa era Reformasi, telah tiga kali pergantian Presiden, yaitu Presiden
B.J. Habibie dengan Kabinet Reformasi Pembangunan, Presiden Abdurrahman
Wahid sebagai Presiden hasil Pemilu tahun 1999 dengan Kabinet Persatuan
Nasional, namun Presiden Abdurrahman Wahid diberhentikan oleh MPR karena
dianggap melanggar Haluan Negara, kemudian digantikan oleh Presiden Megawati
dengan Kabinet Gotong Royong. Pada masa era Reformasi ini pembangunan
nasional dilaksanakan tidak lagi seperti Orde Baru yang dikenal dengan nama
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), melainkan dengan nama Program
Pembangunan Nasional (Propenas). Propenas yang telah disusun oleh Bappenas,
berlaku untuk tahuan 2000-2004. Propenas tersebut meliputi berbagai bidang.

6. Pancasila Sebagai Falsafah.

Pancasila adalah falsafah bangsa Indonesia yang tumbuh dan berkembang


bersama tumbuh kembangnya bangsa. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pancasila
bersumber pada budaya dan pengalaman bangsa Indonesia, yang berkembang sebagai
akibat, upaya bangsa dalam menjawab mengenai esensi atau hakekat terhadap hal ihwal
atau sesuatu yang menjadi perhatian besar dan utama bagi bangsa Indonesia.

Sebagai ajaran falsafah, Pancasila mencerminkan nilai-nilai dan pandangan


mendasar dan hakiki rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan,
yakni Tuhan Yang Maha Esa. Azas Ketuhanan ini sebagai azas fundamental dalam
kesemestaan, yang dijadikan pula azas fundamental kenegaraan. Azas fundamental itu
mencerminkan identitas atau kepribadian bangsa Indonesia yang religius.

Secara etimologi, kata falsafah berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia :
philo/philos/philein yang artinya cinta/pecinta/mencintai dan sophia, yang berarti
kebijakan/wisdom/kearifan/hikmah/hakikat kebenaran. Jadi, filsafat artinya cinta akan
kebijakan atau hakikat kebenaran. Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya terhadap
sesuatu secara metodik, sistematis, menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat
sesuatu. Menurut D. Runes, filasafat berarti ilmu yang paling umum yang mengandung
usaha mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan.

Pengertian filsafat memiliki lingkup bahasan yang luas meliputi rnanusia, alam,
pengetahuan, etika, logika dan lain-lain. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, muncul filsafat tentang ilmu-ilmu tertentu seperti filsafat politik, sosial.
25

Hukum, bahasa, agama dan bidang yang lainnya. Dari keseluruhan arti filsafat tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua pengertian filsafat, yaitu filsafat dalam arti proses dan
filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian filsafat sebagai ilmu dan filsafat
sebagai pandangan hidup, filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.

Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai


pandangan hidup dan filsafat dalam arti praktis. Hat ini berarti filsafat Pancasila
mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah
laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari hari, dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia. Setiap orang didalam kehidupannya
sadar atau tidak sadar tentu memiliki fisafat hidup atau pandangan hidup. Pandangan
hidup atau filsafat hidup seseorang adalah kristalisasi nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya, ketetapan dan manfaatnya. Hal itulah yang kemudian menimbulkan tekad
untuk mewujudkan dalam bentuk sikap, tingkah laku dan perbuatan. Nilai-nilai sebagi hasil
pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang kehidupan yang dianggap paling baik bagi
bangsa Indonesia adalah Pancasila, baik sebagai filsafat maupun sebagai pandangan
hidup.

7. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai suatu Sistem. Pancasila yang


terdiri dari lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem. Pengertian sistem adalah
suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerja sama dan
menggantungkan untuk suatu tujuan tertentu serta secara keseluruhan menupakan suatu
kesatuan yang utuh.

Ciri-ciri suatu sistem secara umum adalah :

a. Terdiri atas bagian-bagian yang tak terpisahkan (suatu kesatuan).


b. Masing-masing bagian mempunyai fungsi dan kedudukan sendiri.
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
d. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kornpleks.

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila pada
hakikatnya memiliki fungsi dan kedudukan sendiri-sendiri namun secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang sistematis dan bersifat organis. Setiap sila tidak dapat
berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila lainnya, demikian juga antara sila-sila tidak
saling bertentangan. Adapun bentuk susunan Pancasila adalah Hirarkis piramidal yaitu
kesatuan bertingkat dimana tiap sila di muka merupakan basis sila lainnya, dengan
demikian sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila ke kernanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin aleh hikmat kebijaksanaan
dalam perrnusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
26

sebaliknya Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berprikemanusiaan,


berpersatuan, berkerakyatan serta berkeadilan sosial sehingga di dalam setiap sila
senantiasa terkandung sila-sila lainnya. Bentuk susunan Pancasila yang hirarkhis
piramidal adalah sebagai bertkut :

a. Sila pertarma : meliputi dan menjiwai sila kedua, sila ketiga, sila keempat dan
sila kelima.
b. Sila kedua : diliputi dan dijiwai sila pertama, meliputi dan menjiwai sila
ketiga, sila keempat dan kelima.
c. Sila ketiga : diliputi dan dijiwai sila pertama dan sila kedua, meliputi dan
menjiwai sila keempat dan kelima.
d. Sila keempat : diliputi dan dijiwai sila pertama, sila kedua dan sila ketiga,
meliputi dan menjiwai sila kelima.
e. Sila kelima : diliputi dan dijiwai oleh seluruh sila-sila.
Bentuk susunan Pancasila dalam gambar Hirarkris Piramidal

Urut-urutan kelima sila menunjukkan suatu


rangkaian tingkat dalam luas, isi dan
sifat, dimana sila yang dibelakangnya
lebih sempit luasnya, tetapi lebih
luas/banyak isi, sifat dan merupakan
pengkhususan sila-sila yang
didepannya

8. Pancasila sebagai sistem Filsafat.

a. Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan,
filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan. Filsafat sebagai
metode menunjukkan cara beirfikir dan cara mengadakan analisis yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk dapat menjabarkan ideologi Pancasila. Sedangkan
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai dan pemikiran yang dapat
menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.
27

b. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis


nasionai tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa,
dengan tujuan untuk menciptakan pokok -pokok pengertian secara mendasar dan
menyeluruh. Pancasila menganalisis serta menyusunnya secara sistematis menjadi
keutuhan pandangan yang konprehensif, dapat juga dilakukan secara induktif, yakni
dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan
menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu. Dengan demikian
menyajikan sebagai bahan bahan yang sangat penting bagi penjabaran ideologi
Pancasila. Ideologi Pancasila adalah keseluruhan prinsif normatif yang berlaku bagi
negara Republik Indonesia dan bangsa Indonesia secara keseluruhan, namun
filsafat Pancasila akan mengungkapkan konsep-konsep kebenaran yang bukan saja
ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan bagi manusia pada umumnya.

c. Manusia adalah makhluk yang khas, yaitu dilengkapi rasio dan kehendak
bebas, maka etika atau filsafat moral merupakan bagian yang penting. Dibahas arti
kesusilaan, ukuran kesusilaan, prinsip-prinsip susila, baik dalam kehidupan pribadi,
maupun dalam kehidupan sosial. Wawasan filsafat meliputi bidang-bidang
penyelidikan ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidang ini dapat dianggap
mencakup kesemestaan.

1) Aspek Ontologi. Ontologi menurut Runes ialah teori tentang ada


keberadaan atau eksistensi. Menurut Aristoteles, sebagai filsafat pertama,
ontologi adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan artinya
dengan metafisika.

Pada awal pemikiran manusia, mereka berusaha mengerti hakikat


sesuatu yang ada disekitarnya, alam dan kehidupan. Apakah realitas yang
tampak ini suatu realitas sebagai wujudnya, yakni benda (materi). Apakah ada
suatu rahasia dibalik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada makhluk
hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan menusia. Apakah
sesungguhnya alam semesta, binatang-binatang, matahari dan bulan, yang
beredar dan menjadikan siang dan malam dan bergerak (beredar) terus
menerus. Itu semua adalah contoh-contoh masalah yang ada pada awal
pemikiran manusia. Bidang ontologi ini meliputi penyelidikan tentang makna
keberadaan (ada, eksistensi) manusia, benda, ada alam semesta
(kosmologi), juga ada makhluk yang tidak terbatas sebagai maha sumber
semesta. Artinya ontologi menjangkau adanya Tuhan dan alam gaib, seperti,
rohani dan kehidupan sesudah kematian (alam di balik dunia, alam
metefisika). Jadi, ontologi adalah bidang yang menyelidiki makna yang ada
(eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada dan hakikat ada,
termasuk ada alam, manusia, metafisika, dan kesemestaan atau kosmologi.
28

2) Aspek Epistemologi. Epistemologi menurut Runes adalah bidang


atau cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat„ susunan, metode, dan
validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia, sebagai basil
pengalaman dan pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana proses
terjadinya pengetahuan sampai membentuk kebudayaan, sebagai wujud
keutamaan (superioritas) manusia, ingin disadari lebih dalam.

Epistemalogi meniliti sumber pengetahuan, proses dan syarat


terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan. Jadi
epistemologi dapat disebut ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau
sciene of sciene atau wissenchaftslehre. Yang termasuk cabang
epistemologi adalah matematika, logika, gramatika, dan semantika. Jadi
bidang epistemologi adalah bidang filsafat yang menyelidki makna dan nilai
ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu
termasuk semantik, logika, matematika, dan teori ilmu.

3) Aspek Aksiologi. Aksiologi menurut Runes berasal dari istilah


Yunani, axios yang berarti nilai, manfaat, pikiran atau ilmu/teori. Dalam
pengertian yang modern disamakan dengan teori nilai, yakni yang
diinginkan, disukai atau yang baik, bidang yang menyelidiki hakikat nilai,
kriteria dan kedudukan metafisika satu nilai. Menurut Prof. Brameld,
aksiologi dapat disimpulkan sebagai suatu cabang filsafat yang menyelidiki :

a) Tingkah laku moral, yang berwujud etika.


b) Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan
keindahan
c) Sosio politik, yang berwujud ideologi.

Bidang aksiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai,


sumber nilai, jenis dan tingkatan nilai dan hakikat nilai. Sebagaimana
dihayati manusia, kehidupan manusia selalu berada dan dipengaruhi nilai,
seperti nilai alamiah, dan jasmaniah (tanah subur, udara bersih, air bersih,
cahaya, dan panas matahari, tumbuh-tumbuhan, dan hewan), demi
kehidupan. Kemudian ada pula nilai psikologis, seperti berpikir, rasa, karsa,
cinta, estetika, etika, logika, dan cita-cita. Bahkan ada pula nilai Ketuhanan
dan agama.
Kehidupan manusia sebagai rnahluk subyek budaya, pencipta dan
penegak nilai, berarti manusia secara sadar mencari, memilih, dan
melaksanakan (menikamati) nilai. Jadi nilai merupakan fungsi rohani jasmani
manusia. Artinya nilai di dalam kepribadian manusia. Bahkan nilai di dalam
kepribadian, seperti pandangan hidup keyakinan (agama), dan bagaimana
manusia mengamalkannya (sama dengan moral) merupakan kualitas
kepribadian. Martabat manusia ditentukan oleh keyakinannya dan amal
kebajikannya.
29

Dengan demikian, aksiologi merupakan bidang yang menyelidiki


makna nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai, dan hakikat nilai,
termasuk estetika, etika, Ketuhanan dan agama.
9. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara RI.
Nilai-nilai Pancasila bersifat universal, yang memperlihatkan napas humanisme,
karenanya Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja. Sekalipun Pancasila
bersifat universal, tetapi tidak begitu saja dapat dengan mudah diterima oleh semua
bangsa, perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai-nilai secara sadar dirangkai
dan disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai basis perilaku politik dan sikap
moral bangsa. Dalam arti bahwa Pancasila adalah milik khas bangsa Indonesia dan
sekaligus menjadi identitas bangsa berkat legitimasi moral dan budaya bangsa Indonesia
sendiri. Nilai-nilai khusus yang termuat dalam Pancasila dapat ditemukan dalam sila-
silanya, sebagai berikut :

a. Sila pertama, pada dasarnya memuat pengakuan eksplisit akan eksistensi


Tuhan sebagai sumber dan pencipta. Pengakuan ini sekaligus memperlihatkan relasi
esensial antara yang mencipta dan yang diciptakan serta menunjukkan
ketergantungan yang diciptakan terhadap yang mencipta.

b. Sila kedua, sesunggahnya merupakan refleksi lebih lanjut dari sila pertama.
Sila kedua ini memperlihatkan secara mendasar dari negara atas martabat manusia
dan sekaligus komitmen untuk melindunginya. Asumsi dasar di balik prinsip kedua ini
ialah bahwa manusia, karena kedudukannya yang khusus di antara ciptaan-ciptaan
lainnya mempunyai hak dan kewajiban untuk mengembangkan kesempatan untuk
meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Dengan demikian rnanusia
secara alami dengan akal dan budinya mempunyai kewajiban untuk
mengembangkan dirinya menjadi manusia yang berkualitas dan bernilai.

c. Sila ketiga, secara khusus meminta perhatian setiap warga negara akan hak
dan kewajiban dan tanggung jawabnya pada negara, khususnya dalam menjaga
eksistensi negara dan bangsa.

d. Sila keempat, memperlihatkan pengakuan negara serta perlindungannya


terhadap kedaulatan rakyat yang dilaksanakan dalam iklim musyawarah dan
mufakat. Hal ini berarti bahwa setiap orang diakui dan dilindungi haknya untuk
berpartisipasi dalam kehidupan politik.

e. Sila kelima, menjelaskan tentang keseimbangan antara hak dan kewajiban.


Setiap warga negara harus bisa merasakan keadilan secara nyata, keadilan tersebut
dapat dicapai apabila struktur sosial masyarakat sendiri dapat dilaksanakan secara
adil.
30

Nilai-nilai Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental adalah seperangkat nilai
yang terpadu berkenaan dengan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-
nilai Pancasila juga terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang secara yuridis memiliki
kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental. Apabila kita memahami pokok
pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 pada hekekatnya adalah
merupakan penjabaran dari nilai-nilai Pancasila.
Pokok pikiran pertama, negara Indonesia adalah negara persatuan, yaitu negara
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
mengatasi segala paham golongan maupun perseorangan. Hal ini merupakan penjabaran
dari Sila ketiga.

Pokok pikiran kedua, menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan keadilan


sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini negara berkewajiban mewujudkan
kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sasial.
Pokok pikiran ini penjabaran dari sila kelima.

Pokok pikiran ketiga, menyatakan bahwa negara berkedaulatan rakyat,


berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Hal ini menunjukan bahwa
negara Indonesia adalah negara demokrasi yaitu kedaulatan ditangan rakyat. Pokok
pikiran ini penjabara dari sila keempat.

Pokok pikiran keempat, menyatakan bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan


Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, yang berarti
mengandung pengertian bahwa negara Indonesia mejunjung tinggi keberadaban semua
agama dalam pergaulan hidup berbangsa dan bernegara, hal ini merupakan penjabaran
sila pertama dan kedua.

Dari uraian di atas menunjukan bahwa Pancasila merupakan dasar yang


fundamental bagi negara Indonesia terutama dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara, dimana dalam segala aspek kehidupan negara, harus senantiasa berdasarkan
moralitas yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalam sila-silanya.
Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia dalam era reformasi seharusnya bersifat rendah
hati untuk mawas diri dalam upaya memperbaiki kondisi bangsa yang dewasa ini
mengalami krisis moral.

10. Pancasila sebagai Sistem dan Nilai

a. Pengertian Nilai. Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai


pribadi maupun sebagai kolektivitas, senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai
norma, dan moral. Kehidupan masyarakat dimanapun tumbuh dan berkembang
dalam ruang lingkup interaksi nilai, norma dan moral yang memberi motivasi dan
31

arah seluruh anggota masyarakat untuk berbuat, bertingkah dan bersikap. Dengan
demikian nilai, adalah suatu yang berharga, berguna, indah memperkaya batin, dan
menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi
yang berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap perilaku manusia. Nilai sebagai
suatu sistem (sistem nilai) merupakan salah satu wujud kebudayaan, disamping
sistem sosial dan karya.

Cita-cita, gagasan, konsep, ide tentang sesuatu adalah wujud kebudayaan


sebagai sistem nilai. Oleh karena itu, nilai dapat dihayati dan dipersepsikan dalam
konteks kebudayaan, atau sebagai wujud kebudayaan yang abstrak. Dalam
menghadapi alam sekitarnya, manusia didorong untuk membuat hubungan yang
bermakna melalui budinya. Budi manusia menilai benda-benda itu serta kejadian
yang beraneka ragam di sekitarnya dan dipilihnya menjadi kelakuan
kebudayaannya. Proses pemilihan itu dilakukan secara terus menerus. Aplort
mengindentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat pada
enam macam, yaitu nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika, nilai sosial, nilai politik,
dan nilai religi. Manusia dalam memilih nilai-nilai menempuh berbagai cara yang
dapat dibedakan menurut tujuannya, pertimbangannya, penalarannya, dan
kenyataannya. Apabila tujuan penilaian itu untuk mengetahui identitas benda serta
kejadian yang terdapat disekitarnya, terlihat proses penilaian teori yang
menghasilkan pengetahuan yang disebut nilai teori. Jika tujuannya untuk
menggunakan benda-benda atau kejadian, manusia dihadapkan kepada proses
penilaian ekonomi, yang mengikuti nalar efisiensi untuk memenuhi kebutuhan hidup,
disebut nilai ekonomi. Perpaduan antara nilai teori dan nilai ekonomi itu merupakan
aspek progresif dari kebudayaan manusia.

Apabila manusia menilai alam sekitar sebagai wujud rahasia kehidupan dan
alam semesta, di situlah tampak nilai religi, yang dipersepsikan sebagai suatu yang
suci. Jika manusia mencoba memahami yang indah, kita berhadapan dengan proses
penilaian estetik. Perpaduan antara nilai religi dan nilai estetik yang lebih
menekankan kepada intuisi, rasa dan imajinasi merupakan aspek ekspresif dari
kebudayaan. Nilai estetik mempunyai kedudukan yang khusus karena nilai itu bukan
hanya menyangkut keindahan yang dapat memperkaya batin, tetapi juga berfungsi
sebagai media yang memperhalus budi pekerti. Nilai sosisl berorientasi kepada
hubungan antara manusia dan menekankan pada segi-segi kemanusiaan yang
luhur, sedangkan nilai politik berpusat kepada kekuasaan serta pengaruh yang
terdapat dalam kehidupan rnasyarakat maupun politik.

Disamping teori nilai terurai di atas, Prof. Notonagoro membagi nilai dalam
tiga kategori, yaitu sebagai berikut :
1) Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
32

2) Nilal Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia
melakukan aktivitas.
3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang beguna bagi rohani
manusia. Nilai kerohanian dapat dirinci menjadi empat macam, yaitu sebagai
berikut.
a) Nilai Kebenaran, yaitu bersumber kepada unsur rasio manusia,
budi dan cipta.
b) Nilai Keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
c) Nilai Moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia
(karsa dan etika).
d) Nilai Religi, yaitu bersumber pada nilai Ketuhanan, merupakan
nilai kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada
keyakinan dan keimanan manusia terhadap Tuhan. Nilai religi itu
berhubungan dengan nilai penghayatan yang bersifat transedental,
dalam usaha manusia untuk memahami arti dan makna kehadirannya
di dunia. Nilai ini berfungsi sebagai sumber moral yang dipercayai
sebagai rahmat dan ridho Tuhan.
Dalam pelaksanaannya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukuran,
dan kriteria sehingga merupakan suatu keharusan anjuran atau larangan, tidak
dikehendaki, atau tercela. Oleh karena itu, nilai berperan sebagai pedoman yang
menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai berada dalam hati nurani, kata hati,
dan pikiran sebagai suatu keyakinan, dan kepercayaan yang bersumber dari
berbagai sistem nilai. Dalam penjabarannya, nilai dapat dikelompokkan kepada tiga
macam, yaitu nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praktis, sebagai berikut :

1) Nilai Dasar. Meskipun nilai bersifat abstrak, namun dalam


kenyatannya dapat diamati melalui tingkah laku atau dalam berbagai aspek
kehidupan rnanusia yang diwujudkan dalam aktivitasnya sehari-hari. Setiap
nilai memiliki niIai dasar, yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna
yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena
menyangkut kenyataan obyektif dari segala sesuatu. Apabila nilai dasar itu
berkaitan dengan hakikat Tuhan, maka nilai dasar itu bersifat mutlak, karena
Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama) dimana segala sesuatu yang
diciptakan berasal dari kehendak Tuhan. Nilai dasar yang berkaitan dengan
manusia juga harus bersumber dari hakikat manusia itu sendiri, yang
kemudian nilai dasar yang bersumber dari hakikat kemanusiaan itu dijabarkan
dalam norma hukum yang dikenal dengan istilah hak dasar (hak asasi
manusia).
33

Demikian juga apabila nilai dasar itu dikaitkan dengan kehidupan


berbangsa dan bernegara, maka Pancasila merupakan nilai dasar yang
menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia yaitu nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila.

2) Nilai Instrumental. Nilai instrumental merupakan nilai yang menjadi


pedoman pelaksanaan dari nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna
sepenuhnya apabila nilai dasar tersebut belum memiliki formulasi serta
parameter atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai instrumental itu
berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, maka
nilai tersebut akan menjadi norma moral. Demikian juga apabila nilai
instrumental berkaitan dengan suatu organisasi atau negara, maka nilai
instrumental itu berupa suatu arahan kebijakan atau strategis yang bersumber
pada nilai dasar, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai instrumental
merupakan suatu penjabaran dari nilai dasar. Penjabarannya itu dapat
dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk
mewujudkan semangat yang sama, dan batas-batas yang dimungkinkan oleh
nilai-nilai dasar, penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-
nilai dasar yang dijabarkan.

Dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia, nilai instrumental itu


dapat kita temukan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945, yang
merupakan penjabara.n dari nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila. Tanpa ketentuan dalam pasal-pasal UUD 1945, maka nilai-nilai
dasar yang termuat dalam Pancasila belurn memberikan makna yang konkrit
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3) Nilai Praktis. Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya


dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, karena nilai praktis merupakan
penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan yang lebih
nyata. Dengan demikian, nilai praktis merupakan pelaksanaan secara nyata
dari nilai-nilai dasar dan instrumental.

Nilai praktis dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia dapat


ditemukan dalam semua perundang-undangan yang berada dibawah UUD
1945 sampai kepada peraturan pelaksanaan yang dibuat oleh pemerintah.
Tata urut peraturan perundang-undangan yang. merupakan pedoman dalam
pembuatan aturan hukum dibawahnya sesuai Ketetapan MPR No.
III/MPR/2000 adalah sebagai berikut :

a) Undang-Undang dasar 1945


b) Ketetapan MPR-RI
34

c) Undang-undang
d) Peraturan pernerintah pengganti undang-undang (Perpu)
e) Peraturan Pemerintah
f) 6} Keputusan Presiden
g) Peraturan Daerah

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai dasar adalah
Pembukaan UUD 1945, nilai instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal
UUD 1945 dan juga dalam Ketetapan MPR, sedangkan nilai praktis dapat
ditemukan dalam peraturan-peraturan perundang-undangan berikutnya yaitu
dalam undang-undang sampai kepada peraturan dibawahnya.

a. Makna Nilai-Nilai Sila Dalam Pancasila. Pancasila sebagai dasar


falsafah bangsa dan negara yang merupakan kesatuan nilai yang tidak dapat
dipisah-pisahkan dengan masing-masing silanya, karena apabila dilihat satu
persatu dari masing-masing sila itu dapat saja ditemukan dalam kehidupan bangsa
lain. Namun, makna Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila
sebagai satu kesatuan yang tidak dapat ditukarbalikkan letak dan susunannya.
Namun demikian, untuk lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam masing-
masing sila Pancasila maka berikut ini kita uraikan.

1) Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketuhanan berasal dari kata Tuhan


pencipta seluruh alam. Yang Maha Esa berarti Yang Maha Tunggal, tidak
sekutu dalam zat Nya, sifat Nya dan perbuatan-Nya. Zat Tuhan tidak terdiri
atas zat-zat yang banyak yang banyak lalu rnenjadi satu. Sifat-Nya adalah
sempurna dan perbuatan Nya tidak dapat disamai oleh siapa pun/apa pun.
Tiada yang menyamai Tuhan, Dia Esa. Jadi, Ketuhanan Yang Maha Esa,
pencipta alam semesta. Keyakinanan adanya Tuhan Yang Maha Esa itu
bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan
kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang
berakar pada pengetahuan yang benar dan dapat diuji atau dibuktikan
melalui kaidah-kaidah logika. Atas keyakinan yang demikianlah, maka
negara Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dan negara
memberi jaminan sesuai dengan keyakinannya dan untuk beribadat menurut
agama dan kepercayannya itu.
Bagi kita dan didalam negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan
dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak boleh ada sikap dan perbuatan
yang anti Ketuhanan Yang Maha Esa dan anti keagamaan. Dengan
perkataan lain, di dalam negara Indonesia tidak boleh ada paham yang
meniadakan atau mengingkari adanya Tuhan (atheisme), dan yang
seharusnya ada ialah Ketuhanan Yang Maha Esa (monotheisme) dengan
toleransi beribadat menurut agama dan kepercayaannya masing-masing.
35

Sebagai sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sumber


pokok nilainilai kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai dan mencari serta
membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab,
penggalangan persatuan Indonesia yang telah membentuk negara kesatuan
Indonesia yang telah berdaulat penuh, yang bersifat kerakyatan dan dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan guna
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hakikat
pengertian di atas sesuai dengan :

a) Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi "Atas berkat rahmat Allah


Yang Maha Kuasa.......”.
b) Pasa129 UUD 1945.

2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Kemanusian berasal dari


kata manusia, yaitu mahluk yang berbudaya dengan memiliki potensi pikir,
rasa, karsa, dan cipta. Karena potensi yang dimilikinya itu, maka manusia
tinggi martabatnya. Dengan budi nuraninya manusia menyadari nilai-nilai dan
norma-norma. Kemanusiaan terutama berarti hakikat dan sifat-sifat khas
manusia sesuai dengan martabatnya. Adil berarti wajar, yaitu sepadan dan
sesuai dengan hak dan kewajiban seseorang. Keputusan dan tindakan
didasarkan pada sesuatu objektivitas, tidak pada subjektivitas. Di sinilah yang
dimaksud dengan wajar/sepadan. Beradab katai pokoknya adab, sinonim
dengan sopan, berbudi luhur, dan susila. Beradab artinya berbudi luhur,
berkesopanan, dan bersusilaan. Adab terutama mengandung pengertian tata
kesopanan, kesusilaan, atau moral. Dengan demikian, beradab berarti
berdasarkan nilai-nilai kesusilaan, bagian dari kebudayaan. Kemanusian yang
adil dan beradab ialah kesadaran sikap dan perbuatan yang didasarkan
kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma
dan kesusilaan umumnya, baik terhadap diri sendiri, sesama manusia,
maupun terhadap alam dean hewan.

Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sikap dan perbuatan


manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang sopan dan sesuai
nilai. Potensi kemanusiaan tersebut dimiliki oleh semua manusia, tanpa
kecuali. Mereka harus diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan,
sesuai dengan fitrahnya, sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Didalam
sila kedua itu telah disimpulkan cita-cita kemanusiaan yang lengkap, yang adil
dan beradab memenuhi seluruh hakikat makhluk manusia. Kemanusiaan
yang adil dan beradab adalah suatu rumusan sifat keluhuran budi manusia
(Indonesia).
36

Setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama terhadap


undang-undang negara, mempunyai kewajiban dan hak-hak yang sama,
setiap warga negara dijamin haknya serta kebebasannya yang menyangkut
hubungan dengan Tuhan, orang seorang, negara, masyarakat, dan
rnenyangkut pula kemerdekaan menyatakan pendapat dan mencapai
kehidupan yang layak sesuai dengan hak-hak dasar manusia.

Kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia


bersumber dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa. Manusia adalah makhluk
pribadi anggota masyarakat dan sekaligus hamba Tuhan. Hakikat pengertian
di atas sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alinea pertama : "Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.:". Selanjutya dapat dilihat penjabarannya
secara pokok-pokok dalam Batang Tubuh UUD 1945.

3) Persatuan Indoensia. Persatuan berasal dari kata satu, artinya utuh


tida terpecah-pecah. Persatuan mengandung pengertian bersatunya
bermacam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan.
Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup persatuan dalam arti
ideologis, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan. Persatuan
Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Yang
bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas
dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Persatuan Indonesia
merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia,
bertujuan, melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajuakan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta. mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.

Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan


Indonesia yang dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan
yang adil dan beradab. Karena itu paham kebangsaan Indonesia tidak sempit
(chauvinistis), tetapi menghargai bangsa lain. Nasionalisme Indonesia
mengatasi paham golongan, suku bangsa, serta keturunan. Hal ini sesuai
dengan alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, "Kemudian
dari pada itu uniuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.:". Selanjutnya dapat dilihat penjabarannya dalam Batang Tubuh
UUD 1945.
37

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan. Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yaitu
sekelompok manusia yang berdiam dalam satu wilayah negara tertentu.
Rekyat meliputi seluruh Indonesia itu tidak dibedakan fungsi dan profesinya.
Kerakyatan adalah rakyat yang hidup dalam ikatan negara. Dengan sila
keempat berarti bahwa bangsa Indonesia menganut demokrasi, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Demokrasi tidak langsung (perwakilan)
sangat penting dalam wilayah negar yang luas serta penduduk yang banyak.
Pelaksanaan demokrasi langsung sekalipun sulit diwujudkan dalam alam
modern, namun dalam beberapa hal tertentu dapat dilaksanakan, seperti
dalam memilih kepala negara atau sistem referéndum.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikrnah kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan berarti bahwa kekuasaan yang tertinggi berada
di tangan rakyat. Kerakyatan disebut pula kedaulatan rakyat. Hikmat
kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan
selalu mempetimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan
rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur, dan bertanggung jawab serta
didorong dengan itikad baik sesuai dengan hati nurani. Permusyawaratan
adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan
atau memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat, hingga terapi
keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat. Perwakilan
adalah suatu sistem arti tata cara (prosedur) mengusahakan turut sertanya
rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara melalui lembaga
perwakilan.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan berarti bahwa rakyat dalam melaksanakan
tugas kekuasaannya itu dalam pengambilan keputusan-keputusan. Sila
keempat rnerupakan sendi asas kekeluargaan masyarakat, sekaligus sebagai
asas atau prinsip tata pemerintahan kebangsaan Indonesia sebagaimana
dinyatakan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi
"...maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang
berkedaulatan rakyat..." Selanjutnya dapat dilihat penjabarannya secara
pokok-pokok dalam pasal-pasal UUD 1345.

5. Keadilan sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan sosial


berarti keadilan yang berlaku dalam rnasyarakat di segala bidang kehidupan,
baik materiil maupun spritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti untuk setiap
orang yang menjadi rakyat Indonesia, baik yang berdiam dalam negeri
maupun warga negara Indoensia yang berada di Iuar negeri. Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia berarti bahwa setiap warga Indonesia
38

mendapat pertakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi,
dan kebudayaan. Sesuai denan UUD 1945, maka keadilan sosial itu
mencakup pula pengertian adil dan makmur.
Keadilan sosial yang dimaksud tidak sama dengan pengertian
sosialistis atau komunalistis, karena yang dimaksud dengan keadilan sosial
dalam sila kelima ini bertolak dari pengertian bahwa antara pribadi dan
masyarakat satu sama lain tiada dapat dipisahkan. Masyarakat tempat hidup
dan berkembang pribadi, sedangkan pribadi adalah komponenenya
masyarakat. Tidak boleh terjadi praktek dalam masyarakat
sasialistis/komunalistis yang hanya mementingkan masyarakat, dan juga
sebaliknya yang berlaku dalam negara liberal yang segala sesuatu
dipandang titik beratnya dari pribadi/individu.

Keadilan sosial mengandung arti tercapainya keseimbangan antara


kehidupan pn-badi dan kehidupan masyarakat. Karena kehidupan manusia itu
meliputi kehidupan jasrnani dan rohani, maka keadilan itu pun meliputi
keadilan dalam memenuhi tuntutan kehidupan jasmani serta keadilan
memenuhi kehidupan tuntutan rohani secara seimbang (keadilan material dan
spritual). Hakikat keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dinyatakan
dalam alinea kedua Pembukaan UUD 1945 yan berbunyi "Dan perjuangan
kemerdekaan kebangsaan Indonesia "... negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur". Selanjutnya dapat dilihat
penjabarannya dalam pasal-pasal UUD 1945.

11. Evaluasi :

a. Apa yang dihasilkan dari pertemuan antara Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Dr.
Radjiman Wedyodiningrat dengan Jenderal Terauchi.
b. Apa makna Proklamasi Kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
c. Jelaskan perubahan-perubahan dalam Piagam Jakarta pada sidang PPKI
pertama.
d. Mengapa Pancasila dikatakan sebagi nilai dasar.
e. Jelaskan tentang nilai praktis dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia.
f. Sebutkan tata urut peraturan perundang-undangan yang merupakan
pedoman dalam pembuatan aturan hukum.
g. Apa yang dimaksud bahwa Pancasila merupakan suatu sistem !
h. Jelaskan tentang Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental bagi
bangsa dan negara Indonesia !
i. Uraikan bentuk susunan Pancasila secara hirarkis Piramida !
39

BAB III

UNDANG UNDANG DASAR


NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945

12. Pembukaan UUD 1945. Dalam UUD 1945 hasil amandemen disebutkan dalam
Aturan Tambahan Pasal II yang menyatakan "Dengan ditetapkannya perubahan Undang-
Undang Dasar ini Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri
atas Pembukaan dan pasal-pasal”. Dengan demikian, mempelajari UUD 1945 harus
dimulai dari mempelajari Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat rumusan
Pancasila yang secara formal diakui sejak ditetapkan oleh Pembentuk Negara pada
tanggal 18 Agustus 1945.

Pembukaan UUD 1945 yang memuat sifat asasi bagi kenegaraan itu tidak dapat
diubah, sebagaimana yang telah diakui, dipertegas dan dikuatkan oleh MPRS dalam
Ketetapan No. XX/MPRS/1966 yang menerima baik Memorandum DPR-GR tertanggal 9
Juni 1966, yang dinyatakan masih tetap berlaku oleh MPR dan Ketetapan No.
V/MPR/1973, yang berbunyi sebagai berikut :

“Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 sebagai Pernyataan Kemerdekaan yang


terperinci yang mengandung cita-cita luhur dari Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945 dan yang memuat Pancasila sebagai Dasar Negara, merupakan
satu rangkaian dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh
karena itu tidak dapat diubah oleh siapapun juga, termasuk MPR hasil pemilihan
umum, yang berdasarkan pasal 3 dan pasal 37 Undang-Undang Dasar karena
mengubah isi Pembukaan berarti pembubaran Negara”.

Jadi jelaslah bahwa Pembukaan UUD 1945 ditinjau dari sudut formal (hukum) tidak
dapat diubah. Demikian juga bila ditinjau dari sudut material juga tidak dapat diubah,
karena terlekat pada terbentuknya negara bagi bangsa Indonesia, yaitu Negara
Proklamasi 17 Agustus 1945 yang terjadi hanya satu kali, merupakan fakta sejarah tidak
dapat terulang lagi, dan materi pokoknya ialah Pancasila yang merupakan pandangan
hidup bangsa, sekaligus menjadi Dasar Filsafat Negara Indonesia.

a. Pokok kaidah fundamental negara. Dalam tertib hukum Indonesia dapat


diadakan pembagian susunan yang hirarkhis, yang menentukan Undang-Undang
Dasar tidaklah merupakan peraturan hukum yang tertinggi. Di atasnya masih ada
dasar pokok bagi Undang-Undang Dasar, walaupun Undang-Undang Dasar itu
merupakan hukum dasar negara Indonesia yang tertulis atau konstitusi,
namun kedudukannya bukanlah sebagai landasan hukum yang terpokok. Dasar
bagi Undang-Undang Dasar ini sebenarnya terpisah dari Undang-Undang
40

Dasar itu sendiri, walaupun pada hakekatnya merupakan satu rangkaian


kesatuan, tetapi keduanya dapat dianalisis sendiri-sendiri. Dasar pokok bagi
Undang-Undang Dasar negara ini dinamakan Pokok kaidah fundamental negara
(Staatsfundamentalnorm).

Pembukaan UUD 1945, mengandung beberapa unsur mutlak, yang


pertama ditinjau dari hal terjadinya dan kedua ditinjau dari hal isinya, yang kedua
hal ini (menurut Notonagoro) dapat memperkuat secara langsung kedudukan
Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah fundamental negara, yakni :

1) Terjadinya : Ditentukan oleh Pembentuk Negara


2) Isinya : Memuat dasar pembentukan pemerintahan negara.

b. Hakikat kedudukan Pembukaan UUD 1945.

1) Merupakan pernyataan kemerdekaan yang terperinci.


2) Sebagai pokok kaidah fundamental negara, dalam hukum
mempunyai kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah.
3) Menurut hirarkhi tertib hukum adalah perundangan yang tertinggi,
merupakan dasar hukum diadakannya Undang-Undang Dasar Negara.

13. Batang Tubuh UUD 1945. Batang tubuh UUD 1945 mengalami sebuah
pergeseran isi yang sangat besar. Walaupun sistematikanya masih sama dengan
sistematika UUD 1945 yang lama, tetapi isinya mengalami perubahan yang sangat
drastis. Lembaga-lembaga negara diatur dengan pola check and balances agar tidak
terjadi penumpukan kekuasaan pada satu lembaga. Hak Asasi Manusia mulai
dicantumkan, dan pemberdayaan rakyat mulai ditingkatkan. Bahkan kalau dicermati,
amandemen UUD 1945 mencerminkan keinginan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
modern, dengan ditandai spesialisasi tugas masing-masing lembaga negara,
pengedepanan demokrasi dan kedaulatan rakyat, jaminan hak-hak rakyat sebagai
manusia yang bermartabat.

a. Sistem politik negara.

1) Gambaran Umum. Secara umum dapat digambarkan sebagai


berikut :
a) Sistem pemerintahan presidensiil.
b) Bentuk negara : negara kesatuan.
c) Negara Indonesia adalah negara hukum.
d) Kedaulatan ditangan rakyat yang dilaksanakan menurut UUD.
41

e) Tidak ada istilah lembaga tertinggi dan tinggi negara, semua


didasarkan pada spesialisasi tugas dan kekuasaan (Ps.1 ay.2)
sehingga tercipta check and balances diantara lembaga-lembaga
negara.
f) Pemerintah dikontrol DPR secara kuat
g) Pengambilan keputusan tidak mempersoalkan voting,
meskipun tetap diusahakan musyawarah mufakat (Psl.2 ay.3)
h) Pemilu untuk memilih DPR, DPD, Presiden dan wakil presiden,
DPRD setiap 5 tahun sekali, dengan ketentuan sebagai berikut :

(1) Peserta pemilu untuk memilih keanggotaan DPR dan


DPRD adalah partai politik.
(2) Peserta pemilu untuk memilih keanggotaan DPD adalah
perseorangan.
(3) Penyelenggara pemilu adalah komisi pemilihan umum.

2) Lembaga-lembaga negara.

a) MPR
(1) Bercorak bikameral : DPR yang merupakan
representasi penduduk dan DPD yang merupakan
representasi wilayah, yang kesemuanya dipilih melalui Pemilu.
(2) Wewenang :

(a) Pasal 3 ayat 1, Mengubah dan menetapkan


UUD.

(b) Pasal 3 ayat 2, Melantik Presiden dan Wapres

(c) Pasal 3 ayat 3, Memberhentikan Presiden dan


Wapres dalam masa jabatannya dengan cara :

i Sebab/alasan :

- Melakukan pelanggaran hukum berupa :


Pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya.
- Perbuatan tercela
- Terbukti tidak lagi memenuhi syarat
sebagai presiden dan atau wakil presiden.
42

ii Langkahnya :

o DPR mengajukan kepada


Mahkamah Konstitusi
o Pengajuan DPR kepada Mahkamah
Konstitusi hanya dapat dilakukan bila
didukung sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah yang hadir dalam sidang paripurna
yang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota DPR.
o Mahkamah konstitusi diberi waktu
paling lama 90 TMT menerima pengajuan
dari DPR.
o Apabila Mahkamah Konstitusi
menyetujui pengusulan DPR, maka DPR
meneruskan usul ke MPR
o MPR menggelar sidang dan
memutuskan setelah memberi
kesempatan kepada Presiden dan Wapres
untuk menyampaikan penjelasan.

b) Presiden.

(1) Presiden dan Wapres sebagai satu pasangan dipilih


secara langsung melalui pencalonan partai politik atau
gabungan partai politik peserta pemilu, dengan ketentuan :
(a) Presiden dan Wapres memperoleh suara lebih
dari 50% dengan sedikitnya memperoleh 20% pada
lebih dari saparuh daerah provinsi.

(b) Bila tidak ada pasangan yang berhasil, pasangan


terbanyak pertama dan kedua dipilih lagi pada putaran
kedua sehingga yang terbanyaklah yang akan diangkat
menjadi Presiden dan Wapres.

(2) Bukan mandataris MPR sehingga tidak bekerja


berdasar GBHN tetapi program kerja yang ditawarkan saat
kampanye.
(3) Mengajukan dan Mengesahkan RUU yang telah
disetujui DPR, apabila 30 hari presiden tidak mengesahkan
RUU yang telah disetujui, maka RUU itu dengan sendirinya
sah menjadi UU
43

(4) Menjabat 5 tahun dan dapat dipilih kembali dalam


jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan.
(5) Kalau Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau
tidak dapat melakukan kewajibannya, maka ia digantikan oleh
Wapres dan dalam jangka maksimal 60 hari MPR harus
memilih Wapres yang diusulkan oleh Presiden yang baru
tersebut.

(6) Kalau Presiden dan Wapres bersamaan mangkat,


berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan
kewajibannya, maka pelaksanaan tugasnya dilaksanakan oleh
Menlu, Mendagri, Menhan secara bersama-sama sambil
menunggu pemilihan presiden dan wapres oleh MPR dari
pasangan yang memperoleh suara terbanyak pertama dan
kedua dari pemilu sebelumnya.
(7) Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL
dan AU
(8) Presiden menyatakan keadaan bahaya.
(9) Dengan persetujuan DPR :
(a) Menyatakan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain.
(b) Membuat perjanjian Internasional lainnya yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan
negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau
pembentukan undang-undang.

(10) Dengan pertimbangan DPR :

(a) Mengangkat duta dan konsul


(b) Menerima penempatan duta negara lain.
(c) Memberi amnesti dan abolisi

(11) Dengan pertimbangan Mahkamah Agung, memberi


grasi dan rehabilitasi.
(12) Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda
kehormatan.
(13) Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas
memberikan nasihat dan pertimbangan.
(14) Dalam menjalankan tugasnya, dibantu oleh para
menteri negara yang diangkat dan diberhentikan oleh
presiden.
44

c) DPR

(1) Tidak dapat dibekukan dan atau dibubarkan oleh


presiden.

(2) Satu-satunya lembaga yang memiliki kekuasaan


membuat undang-undang.

(3) Memutuskan setuju/tidak terhadap :

(a) Perjanjian internasional yang dibuat Presiden


yang menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi
kehidupan rakyat.
(b) Perpu
(c) Pengangkatan hakim agung
(d) Pengangkatan dan pemberhentian anggota
komisi yudisial

(4) Memberi pertimbangan atas :

(a) Pengangkatan duta dan konsul.


(b) Menerima penempatan duta negara lain.
(c) Pemberian amnesti dan abolisi.

(5) Menentukan/ Memilih :

(a) 3 dari 9 hakim Mahkamah Konstitusi


(b) Anggota BPK
(c) Anggota auxilary bodies seperti Komnas HAM,
KPU.

(6) Memiliki hak-hak :

(a) Hak interpelasi


(b) Hak angket
(c) Hak menyatakan pendapat
(d) Hak mengajukan pertanyaan
(e) Hak menyampaikan usul dan pendapat
(f) Hak imunitas

(7) Memiliki fungsi :

(a) Legislasi
(b) Anggaran
(c) Pengawasan
d) DPD

(1) Dipilih dari setiap provinsi melalui Pemilu yang


jumlahnya 1/3 dari anggota DPR
45

(2) Mengajukan dan ikut membahas RUU kepada DPR


yang berkaitan dengan :

(a) Otonomi daerah


(b) Hubungan pusat dan daerah
(c) Pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah
(d) Pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya
(e) Berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat
dan daerah.

(3) Memberi pertimbangan kepada DPR atas RAPBN dan


RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.

(4) Melakukan pengawasan serta menyampaikan hasil


pengawasan kepada DPR atas pelaksanaan undang-undang
mengenai :

(a) Otonomi daerah


(b) Pembentukan
(c) Pemekaran dan penggabungan daerah
(d) Hubungan pusat dan daerah
(e) Pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya
(f) Pelaksanaan APBN
(g) Pajak
(h) Pendidikan dan agama

e) BPK

(1) Fungsi : Untuk memeriksa pengelolaan dan


tanggung jawab keuangan negara.

(2) Hasil pemeriksaan diserahkan kepada DPR, DPD dan


DPRD

(3) Keanggotaan dipilih oleh DPR dengan pertimbangan


DPD dan diresmikan Presiden.

f) Mahkamah Agung.

(1) Memiliki kekuasaan kehakiman bersama dengan


badan peradilan dibawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, peradilan agama, peradilan militer, PTUN.

(2) Wewenang : Mengadili di tingkat kasasi, menguji


peraturan perundangan dibawah UU dan lain-lain yang
ditentukan oleh undang-undang.
46

(3) Calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial


kepada DPR untuk mendapat persetujuan kemudian
diresmikan oleh presiden.

g) Komisi Yudisial.

(1) Wewenang :

(a) Mengusulkan pengangkatan hakim agung


(b) Menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat dan perilaku hakim.

(2) Keanggotaan : Diangkat dan diberhentikan oleh


Presiden setelah mendapat persetujuan DPR.

h) Mahkamah Konstitusi

(1) Wewenang :

(a) mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang


putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang
terhadap UUD

(b) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara


seperti tersebut dalam UUD

(c) Memutus pembubaran partai politik

(d) Memutus perselisihan tentang hasil pemilu

(e) Memutus pendapat DPR tentang dugaan


pelanggaran Presiden dan Wapres.

(2) Keanggotaan : 9 (Sembilan) orang yang ditetapkan


Presiden berdasarkan pengajuan DPR, MA, Presiden yang
masing-masing mengajukan 3 orang.

3) Pemerintah Daerah.

a) Mengatur sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi


dan tugas perbantuan.

b) Memiliki DPRD yang dipilih melalui Pemilu.

c) Gubernur, Bupati dan Walikota dipilih secara demokratis.

d) Menjalankan urusan seluas-luasnya, kecuali yang oleh UU


ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
47

4) Hubungan negara dengan warga negaranya.

a) Yang menjadi WNI adalah orang Indonesia asli dan orang


asing yang disahkan oleh undang-undang.

b) Yang disebut penduduk adalah semua yang bertempat tinggal


di Indonesia.

c) Hak dan kewajiban WNI :

(1) Memiliki hak dan kewajiban yang sama kedudukannya


dalam hukum dan pemerintahan.
(2) Berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
(3) Hak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara.
(4) Wajib mengikuti pendidikan dasar yang wajib dibiayai
pemerintah.

d) Memiliki kebebasan :
(1) Berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat
yang diatur undang-undang.
(2) Memeluk agama dan beribadat menurut agama dan
kepercayaannya itu.
e) Memiliki Hak Asasi Manusia yang menjadi tanggung jawab
negara dan dituangkan dalam peraturan perundangan.
f) HAM dilaksanakan dengan kewajiban untuk tunduk pada
pembatasan yang ditetapkan undang-undang demi pelaksanaan hak
orang lain, keadilan, nilai-nilai moral dan agama, keamanan dan
ketertiban umum.
g) Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara negara.
h) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat.
i) Negara menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.

5) Wilayah negara dan simbol-simbol kenegaraan.

a) Wilayah negara. Negara kepulauan yang berciri Nusantara


dengan wilayah yang batas-batasnya dan hak-haknya ditetapkan
dengan Undang-undang.
b) Bendera negara adalah Sang Merah Putih.
c) Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.
d) Lambang negara adalah Garuda Pancasila.
e) Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya.
48

b. Sistem ekonomi

1) Sistem perekonomian sebagai usaha bersama berdasar asas


kekeluargaan.

2) Konsekuensi dari sistem tersebut adalah :

a) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan


demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, berkeadilan,
efisien, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, mandiri dan
berkeseimbangan antara kemajuan ekonomi dengan kesatuan
ekonomi nasional.

b) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dikuasai


oleh negara.

c) Kekayaan alam dikuasai oleh negara.

c. Sistem Sosial Budaya.

1) Pendidikan Nasional.

a) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar yang


akan dibiayai oleh negara.

b) Tujuan pendidikan nasional adalah :

(1) Mencerdaskan kehidupan bangsa.

(2) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak


mulia.

c) Pemerintah wajib memajukan IPTEK dengan tetap


memperhatikan nilai-nilai agama dan persatuan bangsa.

2) Kebudayaan.

a) Negara wajib memajukan kebudayaan nasional dengan cara


menjamin kebebasan masyarakat untuk memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budaya mereka.

b) Negara wajib menghormati dan memelihara bahasa daerah.

c) Perlindungan hukum dalam bentuk HAM terhadap identitas


budaya dan kehidupan masyarakat tradisional.
49

3) Agama.

a) Indonesia bukan negara agama tetapi negara yang


berketuhanan.

b) Negara menjamin kebebasan beragama dan beribadat sesuai


agama dan kepercayaan.

c) Beragama merupakan HAM yang dilindungi oleh undang-


undang.

d. Sistem Pertahanan dan Keamanan.

1) Dilaksanakan melalui Sishankamrata dengan kekuatan utama pada


TNI dan Polri dan kekuatan pendukung pada rakyat.

2) Tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
hankamneg.

3) TNI bertugas mempertahankan, melindungi dan memelihara


keutuhan dan kedaulatan negara.

4) Polri bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat dan


menegakkan hukum.

14. Evaluasi

a. Jelaskan secara singkat pemilu berdasarkan UUD 1945 yang diamandemen !


b. Jelaskan secara singkat arti "kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UUD"!
c. Jelaskan komponen Sishankamrata menurut UUD 1945 !
d. Jelaskan mengapa Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah!
e. Jelaskan letak kedudukan Pancasila sebagai pernyataan kemerdekaan yang
terperinci.
f. Jelaskan makna pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah fundamental
negara!
50

BAB IV

EVALUASI AKHIR PELAJARAN

15. Evaluasi Akhir.

a. Jelaskan 5 kesepakatan dasar sebelum proses amandemen berlangsung!


b. Jelaskan mengapa Pembukaan UUD 1945 tidak termasuk bagian yang
diamandemen!
c. Jelaskan proses pemilihan dan pemberhentian presiden/wakil presiden.
d. Jelaskan wewenang DPR!
e. Jelaskan apa yang dimaksud dengan jaminan sosial bagi seluruh rakyat!
f. Uraikan bentuk susunan Pancasila secara hirarkis Piramida !
g. Apa yang dihasilkan dari pertemuan antara Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Dr.
Radjiman Wedyodiningrat dengan Jenderal Terauchi.
h. Apa makna Proklamasi Kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
i. Jelaskan perubahan-perubahan dalam Piagam Jakarta pada sidang PPKI
pertama.
j. Mengapa Pancasila dikatakan sebagi nilai dasar.
k. Jelaskan tentang nilai praktis dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia.
l. Sebutkan tata urut peraturan perundang-undangan yang merupakan
pedoman dalam pembuatan aturan hukum.
m. Apa yang dimaksud bahwa Pancasila merupakan suatu sistem !
n. Jelaskan tentang Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental bagi
bangsa dan negara Indonesia !

BAB V

PENUTUP

16. Penutup.
Demikian Hanjar Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 ini disusun sebagai pedoman bagi Gadik dan Taruna dalam
proses belajar mengajar pada Pendidikan Dasar Integratif Kemitraan Akademi TNI
dan Akademi Kepolisian.

Anda mungkin juga menyukai