Anda di halaman 1dari 23

Speech

Slide Pembuka

Slide 1

Konsepsi Keamanan Global Dunia vis-à-vis kondisi internal Indonesia semasa Orde Baru
melahirkan apa yang disebut oleh kita sebagai Era Reformasi….Kita melihat pada Slide
pertama ini – atau dapat dilihat pada halaman 7 dari Nastrap yang saya susun…tentang
bagaimana efek Global tentang konsepsi keamanan mengalami pergeseran pasca
Perang Dingin…dan konsepsi ini telah sangat berpengaruh pada situasi keamanan
internal di Indonesia sebagai Negara yang berada dalam percaturan dunia dan
berinteraksi secara internasional….

Slide 2

Konsepsi pemisahan peran dan fungsi antara militer dan polisi ini mulai digagas pasca
berakhirnya Perang Dingin…dimana pada masa Perang Dingin tersebut, fokus dari
Keamanan adalah State Security…dimana keamanan Negara adalah yang
terutama…dan dilakukan melalui pendekatan intelijen dan militer….

Pasca Perang Dingin…fokus keamanan adalah keselamatan insani…atau human


security….dan pendekatan keamanan yang dilakukan bersifat integral melibatkan semua
elemen-elemen keamanan….termasuk Kementrian Dalam Negeri… Kementrian Sosial…
Kementerian bidang ekonomi… media massa, NGO/civil society… Lembaga Legislatif…
pemuka agama…kepolisian….dan, militer….pada skala ancaman keamanan tingkat
tinggi…. inilah yang disebut sebagai Sistem Sinergi Polisional Inter Kementerian (Sis
Spinkemen).

Dalam sebuah bagan…tampak perkembangan konsepsi ancaman yang dihadapi secara


global…dan respons Negara guna mengantisipasi ancaman tersebut sebagai berikut….
(Tolong masukan gambar ini kedalam Slide 2)

Traditional Threats

Era Perang Dingin (Ancaman Tradisional)

 Agresi;
 Invasi;.
Menggunakan Pendekatan
 Bombardemen atau serangan udara.
Militer (military approach)
karena bentuk ancamannya  Blokade;
adalah ancaman militer  Pelanggaran wilayah;
 Spionase;
 Sabotase;.
 Aksi teror bersenjata;
 Pemberontakan bersenjata;
Pasca Perang Dingin  Perang saudara;

Non Traditional Threats


(Ancaman Non-tradisional

 Ancaman berdimensi idiologi;


 Ancaman berdimensi politik;
 Ancaman berdimensi ekonomi;
Korupsi merupakansalah satu
bentuk dari ancaman ekonomi;
 Ancaman berdimensi sosial-
Menggunakan Pendekatan budaya;
integral dari elemen-elemen
keamanan (integrated  Ancaman berdimensi teknologi dan
approach) karena bentuk informasi;
ancamannya adalah
 Ancaman berdimensi keselamatan
ancaman nirmiliter
umum;
Dapat dipahami disini…bahwa Era Perang Dingin…pendekatan dilakukan melalui aksi
militer…karena konsepsi ancaman bersifat ancaman militer….dan fokus keamanan
adalah State Security….

Sedangkan Pasca Perang Dingin…fokus keamanan adalah keamanan insani…atau


human security…dimana konsepsi ancaman bersifat nirmiter…sehingga pola
pendekatan dilakukan secara integral…

Slide 3

Reformasi Sektor Keamanan…atau yang disebut sebagai Security Sector


Reform….memisahkan kewenangan militer dan polisi ke dalam dua domain yang
berbeda…Pertama adalah external defense atau pertahanan dari ancaman luar…yang
merupakan domain dari militer…dan Kedua adalah internal security atau keamanan
dalam negeri…yang merupakan domain dari Polisi.

Slide 4

Merespons perkembangan global konsepsi keamanan ini…maka institusi Polri perlu


mengambil langkah strategis…terutama dalam pengembangan organisasinya…karena
bukan tidak mungkin bahwa… setiap upaya penanggulangan ancaman keamanan
ini…justru menciptakan gesekan dengan institusi keamanan lain…terutama militer…

(Masuk pada uraian dalam Slide 4)

Ann Fitz-Gerald…salah satu tim ekspert sektor keamanan di PBB…menekankan


perlunya komunikasi, kerjasama, dan koordinasi antarinstansi…terutama militer dan
kepolisian…dalam menghadapi setiap eskalasi konflik…

Fitz-Gerald menggambarkan dalam sebuah gambar sebagai berikut….dan ini dapat


dilihat pada halaman 4-5 dari Nastrap yang saya susun…

(Tolong masukan gambar ini kedalam Slide 4)


Pentingnya komunikasi, kerjasama, dan koordinasi ini sejalan dengan Agenda Reformasi
Sektor Keamanan…yang memisahkan institusi militer dan kepolisian sesuai dengan
peran dan fungsinya…namun dengan penekanan bahwa…mekanisme kerja antara
kedua instansi ini harus terbangun…guna mencegah kevakuman dalam transisional
manajemen keamanan….

Efektivitas upaya penanggulangan ancaman nirmiliter dalam transisional manajemen


keamanan ini… menjadi tolok ukur tercapainya sinergitas polisional dari seluruh elemen
keamanan yang ada….

Slide 5

Sebagai institusi yang berada pada lini terdepan terkait keamanan dalam negeri
(Kemdagri)…maka Polri perlu mengembangkan sistem kerjasama (collaborative action)
yang proposional dengan instansi-instansi terkait lainnya…
Polri juga harus mengubah kultur organisasi dari yang semula hanya bersikap Reactive
Policing… menjadi Proactive Policing…yang dilaksanakan melalui kerjasama dan
bekerja seirama….antara Polri dengan kementerian/institusi terkait lainnya tanpa
mengambil domain lain…

Dalam salah satu perkuliahan… Profesor Sam’un Jaja Raharja menguraikan lebih detail
terkait collaborative action ini dengan mengambil referensi dari tulisan dari Craig R.
Hickman dan Michael A. Silva…yang menguraikan bahwa ada delapan dimensi yang
dihadapi organisasi masa depan sebagai response terhadap dunia yang terus berubah…

Merujuk pada halaman 21 dan lebih detail lagi pada halaman 28 dari Nastrap saya,
maka kedelapan dimensi itu adalah….Pertama…Managing global markets…kedua…
Building new kind of alliance between the public and private sector…ketiga….Balancing
competition with collaboration….keempat….Drawing investors into corporate
environment…kelima….Accepting corporate responsibility….keenam….Designing new
form of organizations…ketujuh….Integrating sub-cultures…dan kedelapan…Tuning
every employee into the new millennium.

Pada halaman 22 dari Nastrap saya, menguraikan selanjutnya …Hickman dan Silva
menguraikan poin keenam diatas melalui mekanisme interorganizational relationship
building dalam bentuk…

 Mengembangkan kapasitas networks…. dengan menggunakan setiap sumber


daya menjadi bagian dari manajemen networks;
 Mengembangkan kompetensi mitra… sehingga terjadi kesesuaian optimal…atau
good match… antar mitra sebagai fondasi networks;
 Mengembangkan kompetensi manajemen…yaitu mindset dan skill para mitra…
sebagai fondasi networks.

Adapun David Limmerick dan Bert Cunnington kemudian memberi istilah bentuk baru
organisasi tersebut sebagai networks organization… dan di dalam organisasi networks
tersebut terletak inti yang disebutnya kolaborasi…yang penjabarannya sebagai berikut:
 Pengelolaan hubungan antar organisasi dimasa depan… membutuhkan bentuk
baru yang interdependen dalam bentuk networks atau jejaring;
 Dalam networks terdapat mekanisme inti yang dikenal dengan konsep
kolaborasi…

Dalam suatu bagan…gabungan dari Teori Hickman-Silva dan Limmerick-Cunnington


dapat digambarkan sebagai berikut…

(Tolong masukan gambar ini kedalam Slide 5)

Balancing “competition” with “collaboration”

Menuju Sinergitas
Polisional
Building new kind of alliance
Competition
between the public and private sectors

 Sumber Daya
 Kompetensi
Mitra (good
match)
 Kompetensi
Manajemen Designing new form of
(mindset&skill) organizations;

Menuju disharmoni
organisasi; berimplikasi Collaboration
pada kegagalan
penanggulangan masalah
Kamtibmas
Slide 6
Menguraikan lebih jauh terkait Revitalisasi Sinergitas Polisional…maka kita dapat
melihat kondisi yang ada saat ini…dan strategi apa saja yang dapat ditempuh guna
mencapai kondisi yang diharapkan….

(Tolong masukan gambar ini kedalam Slide 6)

Presiden Yudhoyono TNI secara proactive merespons


dan Mentri Al Jufri: dengan mengedepankan strategi
Potensi konflik sosial merevitalisasi Peran Teritorial dalam
meningkat menjawab ancaman konflik sosial

Dominasi militer Institusi keamanan lain,


masih kuat dalam termasuk Polri, kurang
penanganan isu proactive dalam merespons
Kamdagri sinyalemen potensi konflik
nirmiliter ini

Rivalitas antarinstitusi
keamanan masih kuat
Penghidupan kembali Peran
Teritorial yang kontroversial
dapat berekses pada
stabilitas dan keutuhan  Rivalitas
NKRI interinstitusi
masih kuat
 Organizational
Networks tidak
KOLABORASI terbentuk
RENDAH
Harmonisasi inter- dan
antarinstansi tidak ada
Dari gambar ini kita dapat melihat bahwa…pada awal tahun 2014…Pemerintah kita
mengindikasikan adanya potensi konflil sosial pada masa-masa ke depan….dan TNI
secara proactive memberikan response…

(selanjutnya dapat dilihat pada halaman 42 dari Nastrap yang saya susun, pada
Tabel 3.5. tentang Pemetaan Wilayah Konflik tahun 2014 yang didasarkan pada
data dari Kementerian Sosial per April 2014….)

Adapun response dari TNI tersebut adalah merevitalisasi Peran Teritorial dalam
menjawab ancaman konflik tersebut….sedangkan institusi keamanan lain…termasuk
Polri….tampak kurang proactive dalam merespons sinyalemen konflik nirmiliter ini…

Ada dua analisa yang dapat menerjemahkan situasi ini…

Pertama….masih kuatnya dominasi militer. Kita bisa memahami disini bahwa dominasi
militer dalam penanganan isu Keamanan Dalam Negeri…atau Kamdagri…

Kedua…Rivalitas interinstitusi dari elemen-elemen keamanan lain diluar militer…masih


sangat kuat….

Apa yang selanjutnya dapat kita cermati dari situasi ini adalah….tidak terbentuknya
organizational networks sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam organisasi modern
masa depan…sebagaimana yang diuraikan oleh Hickman-Silva dan Limmerick-
Cunnington….

Ketiadaan networks antarinstansi ini pun menunjukan masih kuatnya rivalitas atau ego
sektoral dari masing-masing instansi….yang akan berujung pada disharmonisasi
antarinstansi….

Disharmonisasi ini menjadi ganjalan bagi tercapainya kolaborasi kerja


antarinstansi….dan dominasi satu instansi tertentu saja tidak akan menjawab persoalan
konflik sosial yang potensial terjadi di masa depan…
Lebih jauh lagi….Revitalisasi Peran Teritorial militer merupakan apa yang kita sebut
sebagai “military approach”….yang terjadi pada Era Perang Dingin – jika kita melihat
dalam konteks global…atau yang terjadi pada Era Orde Baru – jika kita melihat dalam
konteks Indonesia….

Pendekatan militer ini telah berekses cukup besar pada nilai-nilai kehidupan
masyarakat….dengan record pelanggaran HAM yang dicatat oleh berbagai lembaga
HAM dunia….termasuk PBB….karena itu…disharmonisasi yang memungkinkan satu
fungsi keamanan saja…yaitu militer…mendominasi upaya penanggulangan ancaman
nirmiliter…akan dapat berekses pada stabilitias dan keutuhan NKRI….

(selanjutnya saya mengambil peta konflik yang terjadi selama kurun masa
Pemerintahan Orde Baru hingga ke tahun-tahun awal Era Reformasi dan efek
global ancaman keamanan yang terjadi pasca Perang Dingin, yaitu: meningkatnya
ancaman terorisme…Tabel Konflik ini saya uraikan secara detil dalam Nastrap
saya, pada Bab III halaman 32-40)

Slide 7 dan Slide 8

Kita melihat pula bahwa sepanjang tahun 2014 ini….atau yang disebut sebagai Tahun
Politik karena terdapatnya Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden… bahwa militer jauh
lebih reactive dan responsive terhadap potensi instabiltas Kamdagri…

Dalam riset media yang dilakukan penulis…kita melihat…sebagai berikut…. (ke Slide
dan Slide 8 dan membuka hyperlink)

Slide 9

TNI sendiri mendapatkan legitimasi atas keterlibatannya secara langsung dalam


pengamanan Pilpres melalui Memorandum of Understanding (MoU)… yang
ditandatangani bersama pada 28 Januari 2013 oleh Kapolri pada saat itu… Jenderal
Timur Pradopo… dan… Panglima TNI pada saat itu…. Admiral Agus Suhartono.
(Sebagaimana yang saya uraikan daalm halaman 51-52 dari Nastrap)

MoU ini dianggap sebagai dasar yang mengikat bagi Polri terkait pelibatan langsung TNI
dalam tugas perbantuan saat menangani konflik sosial….Sesuai dengan MoU ini… TNI
memegang otoritas untuk melakukan asesmen terkait potensi ancaman keamanan …

ke Slide 9 dan membuka hyperlink:

http://www.tniad.mil.id/index.php/2014/09/mabes-tni-sosialisasikan-aturan-tni-cegah-
konflik-sosial/

Bahkan…. mengutip pernyataan Admiral Suhartono…TNI bahkan dimungkinkan untuk


mengerahkan pasukan ke wilayah konflik tanpa perlu berkordinasi awal dengan Pemda
atau kepolisian setempat di wilayah yang potensial terdampak konflik..(ke Slide 9 dan
membuka hyperlink MoU)

Jika terasa bahwa “dominasi” militer dalam ranah keamanan internal saat ini
menguat…maka seharusnya kondisi ini dapat diprediksi pada saat Pemerintah…
bersama-sama dengan DPR…. mengesahkan UU Penanganan Konflik Sosial (PKS) No.
7/2012….

UU ini seolah menjadi legitimasi bagi TNI untuk “merevitalisasi” kembali peran
teritorialnya dalam domain penanganan konflik nirmiliter di dalam negeri….dan
keterlibatan militer secara aktif dalam menanggulangi ancaman nirmiliter ini diartikan oleh
militer sendiri sebagai Operasi Militer Selain Perang (OMSP)….

Slide 9
Selain Mekanisme Penanggulangan Konflik Sosial Masih Bersifat Army-heavy Dengan
Mengenyampingkan Fungsi Kolaborasi…sebagaimana yang saya uraikan barusan…kita
juga melihat bahwa… mekanisme pemberian asesmen atas intensitas suatu konflik saat
ini masih belum terukur….

Padahal…. Buku Putih Pertahanan telah secara jelas menjabarkan spektrum transisi
antara Polri dengan TNI, sebagai berikut….

(tolong masukan gambar ini kedalam Slide 9)

Slide 10

Secara umum kita dapat melihat bahwa…kebijakan dalam penanganan ancaman


nirmiliter yang ada saat ini belum mendukung terbentuknya mekanisme kerja yang
kolaboratif inter- dan antarinstansi….

Dimana… Implementation Gap masih jelas tampak antara formulasi dan prestasi yang
dicapai (Implementation Capacity)…sehingga implementasi kebijakan sektor keamanan
menjadi jauh dari harapan…atau non-implementation…dan factor-faktor yang
mempengaruhinya adalah….tidak ada koordinasi…bekerja setengah hati atau tidak
menguasai masalah…serta…beban pengamanan diluar jangkauan kemampuan Polri
sebagai institusi…

Hal ini tentu menjadi beban Polri dimasa sekarang dan masa depan…bahwa peningkatan
kapasitas organisasi harus berjalan selaras dengan tantangan keamanan masa depan….

Melihat pada komposisi SDM…kita melihat bahwa….data sebaran Polri masih belum
merata…dan Nampak pada gambar ini bahwa justru di wilayah-wilayah yang rawan
konflik…seperti Aceh…Papua…Kalimantan…persentase jumlah personil Polri masih
jauh dari memadai…

(Tolong masukan dua gambar ini kedalam Slide 10)

Jumlah Kekuatan
Propinsi Propinsi Jumlah Kekuatan
Personil
Personil

Polda Aceh 13.126 orang 3.36%) Polda Kalbar 9.705 orang (2.48%)
Polda Sumut 19.014 orang (4.86%) Polda Kalsel 7.608 orang (1.95%)
Polda Sumbar 9.574 orang (2.45%) Polda Kalteng 6.202 orang (1.59%)
Polda Riau 9.959 orang (2.55%) Polda Kaltim 9.196 orang (2.35%)
Polda Kepri 3.949 orang (1.01%) Polda Bali 12.185 orang (3.12%)
Polda Sumsel 12.127 orang (3.10%) Polda NTB 8.359 orang (2.14%)
Polda Babel 3.402 orang (0.87%) Polda NTT 9.686 orang (2.48%)
Polda Bengkulu 4.374 orang (1.12%) Polda Sulsel 19.008 orang (4.86%)
Polda Jambi 6.634 orang (1.70%) Polda Sultra 6.022 orang (1.54%)
Polda Lampung 9.816 orang (2.51%) Polda Sulteng 8.288 orang (2.12%)
Polda Metro Jaya 29.926 orang (7.65%) Polda Sulut 7.434 orang (1.90%)
Polda Jabar 29.857 orang (7.63%) Polda Gorontalo 3.287 orang (0.84%)
Polda Banten 5.262 orang (1.35%) Polda Maluku 6.929 orang (1.77%)
Polda Jateng 35.115 orang (8.98%) Polda Malut 3.888 orang (0.99%)
Polda DIY 9.664 orang (2.47%) Polda Papua 14.122 orang (3.61%)
Polda Jatim 40.839 orang (10.44%)
Polda Papua,
3.61% Mabes Polri,
Polda Maluku, 4.23%
Malut, 2.76%

Polda wilayah
Sulawesi, 11.26%
Polda wilayah
Sumatra, 23.23%
Polda wilayah
Bali, NTB, NTT,
7.74%
Polda wilayah
Kalimantan, Polda Metro Jaya,
8.37% 7.65%

Polda wilayah
Jawa, 30.87%

Slide 11

Apa yang selanjutnya menjadi implikasi dari kondisi saat ini terkait belum efektifnya
revitalisasi sinergitas polisional dalam penanggulangan ancaman nirmiliter….adalah
seperti yang kita lihat pada Slide berikut ini…
(tolong masukan gambar ini kedalam Slide 11)

Pendekatan Setback
Ancaman Nirmiliter Militeristik dari Reformasi

Revitalisasi Sistem
Sinergitas Polisional
Penerapan SSR
Collaborative Action

Transisi Demokrasi/ Stagnation Non-collaborative


Era reformasi Action

Autocratic Rule
Breakdown of
Democracy
Disintegration

Slide 12

Dari kondisi yang ada saat ini...maka penulis menerapkan analisis TOWS untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi revitalisasi sinergitas polisional saat
ini....dan merumuskan strategi yang harus dilakukan...guna mencapai kondisi yang
diharapkan....

Adapun kondisi yang diharapkan tersebut adalah...


Pertama.... Kebijakan sektor reformasi keamanan di Indonesia diharapkan dapat
menekan tingkat rivalitas inter- dan sntarinstansi dalam penanggulangan sncaman
nirmiliter….
Kedua…. harmonisasi sistem sinergitas polisional terbentuk dari sistem kolaborasi dalam
kerjasama, komunikasi, dan koordinasi saat menanggulangi ancaman keamanan
nirmiliter….dimana terdapat sinergisme peran dan fungsi sipil dengan dukungan
proporsional dari kekuatan militer… serta adanya mekanisme pemberian asesmen atas
intensitas suatu konflik yang dilakukan dalam sebuah rantai mekanisme yang “Bottom-
Up”

Atau sebagaimana diuraikan dalam halaman 97 Nastrap ini…

(Tolong masukan gambar ini kedalam Slide 12)


Terdapatnya….mekanisme pemberian asesmen yang melibatkan partisipasi
publik ini merujuk pada konsepsi “building new kind of alliance between the public
and the private sectors” sebagaimana yang digagas oleh Hickman dan Silva serta
Limmerick dan Cunnington….

Slide 13

(Tolong masukan gambar ini kedalam Slide 13)

(Membacakan tiap tabel saat paparan)

Sinkronisasi atas kebijakan di sektor keamanan juga perlu menjadi fokus


perhatian….dengan melihat bahwa hingga saat ini…tumpang tindih kebijakan di
sektor keamanan masih terjadi….terutama yang mengatur mengenai tugas
perbantuan dari TNI kepada Polri…dan sebaliknya….

Efektivitas Dalam Sinergitas


Kebijakan/
Sinergity Gap Saat Ini Peran Dan Fungsi Yang
Regulasi Terkait
Diharapkan

UU Polri No. Belum terbentuknya  Polri berada pada lini terdepan


2/2002 organizational networks dengan dalam mengatasi konflik sosial
institusi terkait lainnya, termasuk sesuai dengan fungsi Polri dalam
Kamdagri, Pemda, civil society, dan penciptaan Kamtibmas,
institusi dalam Judicial system penegakan hukum, dan
pengayom masyarakat

Terjadi overlapping peran polisional  Peran perbantuan dari TNI diatur


dengan TNI karena kevakuman dalam Peraturan Pemerintah (PP)
hukum sebagai akibat tidak segera
dirumuskannya PP terkait tugas
perbantuan TNI kepada Polri

UU TNI No. Terdapat ketidaksinkronan Terdapat rumusan regulasi yang


34/2004 kebijakan, dimana dalam UU TNI, jelas yang mengatur mengenai
tugas perbantuan ini selanjutnya OMSP ini sehingga tidak ada
diatur dalam UU khusus, dan bukan penafsiran secara sendiri-sendiri di
dalam PP sebagaimana diatur antara institusi keamaman tentang
dalam UU Polri spektrum Police Primacy dan Military
Primacy.

UU PKS TNI memiliki porsi lebih besar Terdapatnya Fungsi Sipil dalam
No. 7/2012 Dalam mekanisme penanggulangan sistem polisional penanganan konflik
konflik sosial sosial, sehingga pelibatan TNI
adalah proporsional dan sesuai
dengan tugas dan fungsinya dalam
misi perbantuan

Inpres Tidak secara spesifik menegaskan Terdapat sistem manajemen transisi


No. 1/2014 spektrum konflik dan ancaman yang yang menyangkut Police Primacy
membutuhkan peran militer; dan Military Primacy dan lebih
melainkan memposisikan militer menekankan pola sinergitas
dalam porsi yang sama terkait upaya antarinstansi sipil dalam
penciptaan keamanan dalam negeri penanggulangan konflik nirmiliter
(Kamdagri); padahal, penetapan
spektrum konflik ini dibutuhkan guna
menghindari ekses berlebihan dari
suatu operasi militer

Perpang TNI No. Peran Teritorial TNI mendapat Sistem sinergitas polisional
1/2014 revitalisasi mendapat revitalisasi; dan Peran
Teritorial TNI cukup dipandang
sebagai konteks “perbantuan”
kepada aparat sipil dan kepolisian,
terutama dalam menciptakan
mekanisme early warning system
dan deteksi dini; dan bukan
digunakan untuk Fungsi Eksekusi.

MoU Pengerahan kekuatan militer dalam  Adanya mekanisme pemberian


Penanggulanga menanggulangi konflik tidak didasari asesmen yang komprehensif
n Konflik Sosial pada asesmen yang komprehensif yang melibatkan seluruh
yang melibatkan semua stakeholder stakeholder sektor keamanan,
sektor keamanan terutama masyarakat.

 Pemberdayaan institusi sipil


dalam Fungsi Sipil dan Fungsi
Penegakan Hukum

Slide 14 dan Slide 15


Terkait dengan problematik dalam upaya merevitalisasi sinergitas fungsi
polisional…maka ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh Polri…yang secara
periodic…terbagi kedalam tiga target capaian sasaran…..

Pertama…. Implementasi Strategi Jangka Pendek...yakni dalam periode satu hingga dua
tahun ....2014 hingga 2015...
Kedua.... Implementasi Strategi Jangka Menengah…yakni periode tiga hingga lima tahun
ke depan….2016 hingga 2020….
Ketiga… Implementasi Strategi Jangka Panjang...yakni enam hingga sepuluh tahun ke
depan... 2021 hingga 2025....

Dalam breakdown yang lebih detail….uraian mengenai strategi ini dapat dilihat pada
Nastrap yang saya susun…yaitu dalam BAB VI...tentang strategi revitalisasi
sinergitas polisional pada penanggulangan ancaman keamanan nirmiliter...pada
halaman 113 sampai halaman 122...

Sedangkan pada slide berikut ini...saya akan menguraikan secara singkat rumusan
strategi yang telah saya susun sebagai berikut....

(Tolong masukan gambar ini kedalam Slide 14)

Periode Waktu Usulan Strategi


Meningkatkan kapabilitas organisasi Polri dalam
I.1 mendukung sistem sinergitas polisional pada
Implementasi penanggulangan ancaman nirmiliter;
Strategi Jangka Mengembangkan kultur kerja kepolisian yang bersifat
Pendek I.2 PREVENTIF PROAKTIF;
(1 – 2 Tahun/ Mengurangi kompetisi atau rivalitas inter- dan
2014-2015) I.3 antarinstansi keamanan pada saat bersama-sama
menghadapi gangguan ancaman nirmiliter secara
kausatif-integratif
Melaksanakan analisa dan evaluasi pelaksanaan
II.1 program-program jangka pendek, serta melanjutkan
program jangka pendek yang belum selesai atau
belum optimal.
Restrukturisasi Organisasi Polri melalui pembentukan
II.2
(ulang) Kepolisian Wilayah (Polwil)/tingkat
keresidenan yang akan mempermudah koordinasi
Implementasi interorganisasi Polri dan pasukan perbantuan dari
Strategi Jangka militer saat terjadi mobilisasi personil keamanan dari
Menengah satu wilayah ke wilayah terdampak konflik;
(3 – 5 Tahun/ Sinkronisasi metode dalam mengantisipasi ancaman
2016-2020) II.3 nirmiliter; termasuk didalamnya adalah metode dalam
kinerja internal dan eksternal institusi Polri (dalam
konteks hubungan dalam negeri) dan metode dalam
pola kerjasama internasional (dalam konteks
hubungan luar negeri);
Mengembangkan program Community Policing,
II.4 melalui pendekatan preemtive-proactive (bekerja di
hulu proaktif dihilir);
Mensosialisasikan mekanisme Early Warning
II.5 System, baik kepada pejabat sipil dari institusi terkait
maupun masyarakat, termasuk media massa dan civil
society, agar terbangun kesadaran bersama dalam
mengantisipasi potensi ancaman nirmiliter;
Melaksanakan analisa dan evaluasi pelaksanaan
III.1 program-program jangka menengah, serta
melanjutkan program jangka menengah yang belum
selesai atau belum optimal.
Implementasi Membuka komunikasi dengan masyarakat agar
Strategi Jangka III.2 secara aktif berpartisipasi dalam memberikan
Panjang asesmen terhadap spektrum konflik dalam
(6 – 10 Tahun/ wilayahnya. Komunikasi ini menjadi salah satu kunci
2021-2025) bagi penciptaan sistem sinergitas polisional pada
penanggulangan ancaman nirmiliter;
Mengaplikasikan perkembangan Teknologi dalam
III.3 aktivitas keseharian organisasi Polri sehingga Polri
memiliki kesiapan secara infrastruktur dalam
menciptakan sistem sinergitas polisonal pada
penanggulangan ancaman nirmiliter yang semakin
kompleks;
Restrukturisasi Organisasi Polri melalui pembentukan
III.4 Koordinator Kepolisian Tingkat Regional/lintas
propinsi yang berfungsi sebagai Koordinator saat
terjadi mobilisasi personil Polri dan TNI dalam BKO
dari satu wilayah ke wilayah terdampak konflik;

Ada yang ingin saya garisbawahi dalam rumusan Strategi dalam Nastrap ini…yaitu terkait
poin II.2 tentang Restrukturisasi Organisasi Polri melalui pembentukan (ulang) Kepolisian
Wilayah (Polwil)/tingkat keresidenan….

Hal ini menjadi salah satu Strategi andalan karena melihat pada Slide sebelumnya…yaitu
Slide 10…kita menyadari bahwa sebaran Polri masih belum merata di seluruh
Indonesia…utamanya di wilayah-wilayah konflik…padahal angka rasio ideal
perbandingan jumlah personil Polri terhadap masyarakat adalah 1:100…

Restrukturisasi organisasi kepolisian ini akan memudahkah mobilitas personil Polri dari
satu wilayah ke wilayah terdampak konflik…dalam konteks perbantuan…dan
mempersingkat rantai Komando serta monitoring atas kinerja personil Polri saat berada
di lapangan….

Secara detail saya menguraikan Strategi ini pada halaman 117 tentang Implementasi
Strategi Jangka Menengah…dan halaman 121 dalam Strategi Implementasi Jangka
Panjang…yang tahapan detailnya adalah sebagai berikut:

(Tolong masukan gambar ini kedalam Slide 15)

Jangka
•Membentuk Kepolisian Wilayah (Polwil) yang
memonitor kondisi keamanan di daerah rawan
konflik, yang merujuk pada referensi wilayah
Panjang
konflik sebagaimana diungkap oleh
Kementerian Sosial.
• Restrukturisasi Organisasi Polri
•Pembangunan Kepolisian Wilayah ini dilakukan melalui pembentukan Koordinator
secara bertahap, dengan pemilihan wilayah Kepolisian Tingkat Regional/lintas
didasarkan pada tingkat intensitas dan potensi propinsi yang berfungsi sebagai
akan ancaman konflik nirmiliter. Koordinator saat terjadi mobilisasi
•Melanjutkan program pembentukan Polwil di personil Polri dan TNI dalam BKO dari
daerah rawan konflik; dengan pematangan
Polwil yang sebelumnya telah didirikan dan satu wilayah ke wilayah terdampak
pengembangan Polwil baru di daerah lain; konflik

Jangka
Menengah
Slide 16
Akan menampilkan Slide peta Indonesia dan titik-titik sebaran Polwil yang diharapkan
sesuai target Restrukturisasi Organisasi Polri

Slide 17
Demikian presentasi singkat saya tentang Nastrap yang saya susun ini…terakhir saya
akan sampai pada kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut….

Kesimpulan

 Rivalitas inter- dan antarinstansi dapat menyebabkan ketidakoptimalan pada


sistem sinergi polisional pada penanggulangan ancaman keamanan nirmiliter di
Indonesia (masih tingginya konflik sosial, belum sinergisnya penanganan
terorisme, separatisme, bencana alam, dan pencurian kekayaan alam).

 Disharmonisasi inter- dan antarinstansi juga dapat menyebabkan


ketidakoptimalan pada sistem sinergi polisional pada penanggulangan ancaman
keamanan nirmiliter di Indonesia (masih tingginya konflik sosial, belum sinergisnya
penanganan terorisme, separatisme, bencana alam, dan pencurian keyaan alam).

 Kolaborasi, komunikasi dan koordinasi inter- dan antarinstitusi akan dapat


mengoptimalkan sistem sinergi polisional pada penanggulangan ancaman
kemanan nirmiliter di Indonesia.

 Polri perlu membangun kapasistas organisasi yang mendukung sistem sinergi


polisional pada penanggulangan ancaman keamanan nirmiliter guna mendukung
keamanan nasional dalam rangka terjaganya keutuhan dan kedaulatan NKRI
Rekomendasi

 Sinkronisasi terhadap metode kerja yang diterapkan dalam merevitalisasi sistem


sinergitas polisional. Sinkronisasi metode kerja ini merupakan langkah awal yang
harus dilakukan dalam menekan tingkat rivalitas inter- dan antarangkatan.

 Harmonisasi pelaksanaan sistem sinergitas polisional dicapai melalui suatu


Collaborative action, yang selanjutnya menjadi syarat utama dalam menentukan
model pendekatan yang akan diterapkan pemerintah pada saat menanggulangi
ancaman nirmiliter.

 Kapasitas kepolisian perlu terus membenahi organisasinya.

 Memberikan rekomendasi kepada Kapolri untuk mengusulkan kepada Presiden


dan legislatif untuk melakukan restrukturisasi organisasi Kepolisian RI, dengan
membentuk Koordinator Kepolisian Tingkat Regional dan pembentukan (kembali)
Kepolisian Wilayah (Polwil).

Slide 18

Sekian...dan terima kasih...

Anda mungkin juga menyukai