Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah pancasila tidak dapat dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia karena hal
tersebut yang menjadi faktor utama lahirnya pancasila yang sekarang menjadi landasan
ideologi bangsa Indonesia. Baik nilai intrinsik maupun ekstrinsik dalam pancasila
menunjukan seberapa pentingnya nilai-nilai bagi aspek kehidupan. Dalam perjalanan
sejarah eksistensi pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia mengalami
berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa
demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung dibalik legitimasi ideologi Negara
pancasila.
Dengan lain perkataan dalam kedudukan yang seperti ini pancasila tidak lagi,
diletakkan sebagai dasar filsafat serta panangan hidup bangsa dan Negara Indonesia
melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada
saat itu.
Dampak yang cukup serius atas manipulasi pancasila oleh para penguasa pada
masa lampau, dimasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat
beranggapan bahwa pancasila merupakan label politik orde baru. Sehingga
mengembangkan serta mengkaji pancasila dianggap akan mengembalikan kewibawaan
orde baru. Pandangan yang sinis serta upaya melemahkan peranan ideologi pancasila pada
era formasi dimasa ini akan sangat berakibat fatal bagi bangsa Indonesia yaitu
melemahnya kepercayaan rakyat terhadap ideology Negara yang kemudian pada gilirannya
akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah lama dibina,
dipelihara serta didambakan bangsa Indonesia sejak dahulu .
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya
dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai
dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan
kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan
Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Menyadari bahwa untuk kelestarian
kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus

1
penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap
warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan
lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

B. Rumusan Masalah
1. Latar Belakang Sejarah
2. Sejarah Pergerakan Indonesia
3. Menuju Kemerdekaan
4. Perumusan Pancasila
5. Sidang BPUPKI Pertama
6. Sidang BPUPKI Kedua
7. Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
8. Proses Penetapan Dasar Negara dan Konstitusi Negara
9. Perbedaan dan Kesepakatan yang Muncul dalam Sidang PPKI
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Tentang Latar Belakang Sejarah
2. Untuk Mengetahui Tentang Sejarah Pergerakan Indonesia
3. Untuk Mengetahui Tentang Menuju Kemerdekaan
4. Untuk Mengetahui Tentang Perumusan Pancasila
5. Untuk Mengetahui Tentang Sidang BPUPKI Pertama
6. Untuk Mengetahui Tentang Sidang BPUPKI Kedua
7. Untuk Mengetahui Tentang Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
8. Untuk Mengetahui Tentang Proses Penetapan Dasar Negara dan Konstitusi Negara
9. Untuk Mengetahui Tentang Perbedaan dan Kesepakatan yang Muncul dalam Sidang
PPKI

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Sejarah


Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan melalui proses
panjang didasari oleh sejarah perjuangan bangsa dengan melihat pengalaman bangsa-
bangsa lain dengan diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, dengan tetap berakar pada
kepribadian dan gagasan-gagasan besar bangsa sendiri. Pancasila merupakan pandangan
hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai Dasar Negara
yang mengatur hidup kenegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun
dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda.
Masuknya agama-agama besar di Indonesia di pengaruhi oleh perdagangan yang
terjadi di nusantara. Agama merupakan sistem atau prinsip kepercayaan kepada tuhan yang
dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan ajaran itu.
Agama hindu menjadi agama yang masuk pertama di nusantara pada abad ke7. Agama
budha masuk dengan ajaran sidharta Gautama. Kedua ajaran tersebut berpengaruh sangat
penting bagi kehidupan masyarakat di nusantara dan diikuti oleh kerajaan-kerajaan besar
di nusantara.
Pedagang Gujarat yang membawa ajaran islam di nusantara, agama islam
merupaka agama yang di ajarkan oleh nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab
suci al-quran yang diturunkan di dunia melalui wahyu Allah SWT, ajaran islam di jawa di
sebarkan oleh para wali.
Agama mampu memberi dampak positif bagi kehidupan,pusat pemasaran barang-
barang menarik pedagangan dari berbagai kebudayaan. Oleh karenanya system
mengharuskan suatu keterbukaan, saling mengenal adat-istiadat yang berbeda-beda dan
saling toleransi.kota-kota pelabuhantidak hanya menimbulkan kontak social tetapi juga
menyediakan ruang social untuk perubahan dan pembaharuan,sampai emudian
perdagangan juga membawa kontak dengan bangsa eropa dimulai portugis pada
1512,spanyol 1527 dan belanda1602.
Bangsa eropa seperti halnya bangsa-bangsa asia lainya selain melakukan
perdagangan juga menyebarkan agama.Agama khatolik dan Agama Kristen juga di terima
di nusantara sebagai agama setelah agama yang sudah ada.
Pada saat Indonesia merdeka bangsa ini akhirnya mengakui 5 agama yaitu :
1. Islam

3
2. Hindu
3. Budha
4. Kristen
5. Khatolik
Setelah reformasi agama kong hu chu juga diterima dan menjadi agama keenam yang
diakui Negara.
B. Sejarah Pergerakan Indonesia
Sebelum Negara ndonesia terbentuk pada tanggal 17 Agustus 1945, sebelumnya
bentuk pemerintahan adalah kerajaan-kerajaan baik besar maupun kecil yang terbesar di
Nusantara. Ada dua kerajaan besar yang melambangkan kemegahan dan kejayaan masa
lalu yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Sriwijaya berdasar beberapa bukti sejarah yaitu
wilayah Palembang yang dikenal sebagai pusat ziarah agama Budha. Di daerah Talaga
batu bertuliskan siddhayatra. Di bukit gunung juga ditemukan arca budha yang sangat
besar dan diperkirakan berasal dari abad-6.
Pada abad ke-13 Sriwijaya masih menguasai wilayah sebagian besar Sumatra, dan
semenanjung Malaka serta sebagian Barat pulau Jawa dan Sunda. Pada permulaan abad
ke-15 muncul beberapa kerajaan islam di bagian Utara pulau Sumatra, dan ini berarti
berakhirnya beberapa kerajaan Hindu dan Budha di Sumatra.
Majapahit merupakan kerajaan terbesar kedua, yaitu di daerah- daerah Sumatra
bagian Barat sampai ke daerah-daerah Maluku dan Irian di bagian Timur. Kekuasaan
Majapahit diluaskan ke Negara- Negara tetangga di Asia tenggara dalam bentuk
persahabatan. Gadjah Mada sebagai patih masa Hayam Wuruk telah menjadikan kerajaan
Majapahit sebagai kerajaan besar dan berkuasa. Dengan sumpah palapanya, Gadjah Mada
membuktikan pengabdiannya pada Majapahit.
Meninggalnya Gadjah Mada ( 1364) dianggap awal runtuhnya Majapahit dan
semakin mundur dengan wafatnya Hayam Wuruk (1389). Tetapi pada tahun 1518-1521
penguasaan atas Majapahit beralih ketangan Adipati Unus dari Demak sejak itu Majapahit
beralih dari kerajaan Hindu ke kerajaan Islam.
Awal abad ke-16 bangsa Eropa mulai masuk ke nusantara dan terjadilan perubahan
politik yang merebbutkan hegemoni. Tahun 1630an belanda telah meletakkan dasar-dasar
militernya. VOC sebagai perwakilan dagang belanda di Indonesia mendirikan markas
besar di Batavia dan mulai menguasai wilayah-wilayah perdagangan di nusantara. Tetapi
VOC masih menganggap terdapat kekacauan yang dapat mengacaukan rencana mereka.

4
Kekuasaan Belanda dimulai memang dari Indonesia bagian Timur sebagai pusat
rempah-rempah yaitu di Maluku, kemudian ke Sulawesi, Nusa Tenggara sampai Jawa.
Dengan demikian kekuasaan raja-raja di Nusantara harus menghadapi Belanda.
Sebelumnya jika terjadi persaingan antar keluarga kerajaan, maka belanda akan
mendukung salah satunya. Jika berhasil maka Belanda akan mendapat imbalan secara
ekonomis ataupun politis. Kekuasaan VOC berakhir pada 31 Desember 1799, kemudian
asset-asetnya diambil oleh pemerintahan Belanda.
C. Menuju Kemerdekaan
Masuknya paham-paham baru membawa perubahan dalam pandangan masyarakat,
yaitu seperti paham liberalis, demokrasi, dan nasionalisme. Paham-paham tersebut
sebenarnya telah muncul pada abad 18 di Eropa, tetapi masuk dan berkembang di
Indonesia baru abad XX awal, kecuali liberalisme. Diantara golongan liberal terdapat
golongan humanis yang menghendaki untuk dihapusnya cultuurstelsel.
Berkat perjuangan golongan liberal dan humanis maka cultuurstelsel sedikit demi
sedikit mulai di hapuskan dan pada tahun 1870 dianggap sebagai batas akhir berlakunya
cultuurstelsel dan dikeluarkannya Undang-Undang Aglaria yang mengatur bagaimana
pengusaha swasta memperoleh tanah untuk usahanya dan Undang-Undang Gula yang
mengatur pemindahan perusahaan-perusahaan gula ke tangan swasta. Dikatakan oleh Van
Deventer bahwa kemakmuran Belanda diperoleh karena kerja dan jasa orang Indonesia,
Belanda berhutang budi kepada rakyat Hindia Belanda dan harus membayarnya dengan
menyelenggarakan Trias.
Nasionalisme sebagai State Nation atau negara-negara bangsa, sampai abad XX
belum ada negara Indonesia. Abad ke XIX perlawanan terhadap Belanda msh bersifat
lokal.Sesudah 1900 sifat perlawanan mengalami perubahan yaitu, perlawanan bersifat
nasional.Sementara itu pada tanggal 8 Desember 1941 Jepang mengalahkan Sekutu di
Pearl Harbour dan mengambil alih kekuasaan Belanda pada tahun 1942.
Janji-janji Jepang kepada rakyat Indonesia untuk memberikan kebebasan dari
penjajahan dan memajukan rakyat, pada kenyataannya Jepang juga merampas kehormatan
rakyat dan terjadi kemiskinan dimana-mana.Sekutu segera bangkit dari kekalahan Jepang
dan merebut pulau-pulau antara Australia dan Jepang pada bulan April mendarat di Irian
Barat.
D. Perumusan Pancasila
Untuk mendapat simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka sebagai
realisasi janji Jepang maka dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki

5
usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyumbi Tioosakai.Pada hari itu juga
diumumkan nama-nama ketua, wakil ketua serta para anggota sebagai berikut:
 Ketua (Kaicoo) : Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat
 Ketua muda : Iclubangse (seorang anggota luar biasa)
 Ketua muda : R.P. Soeroso (Merangkap kepala)
Dan dengan 60 orang anggota biasa bangsa Indonesia (tidak termasuk ketua dan ketua
muda).
E. Sidang BPUPKI Pertama
BPUPKI mulai bekerja pada tanggal 28 Mei 1945, dimulai upacara pembukaan dan
pada keesokan harinya dimulai sidang-sidang (29Mei-1 Juni 1945). Yang tampil untuk
berpidato menyampaikan usulannya adalah sebagai berikut :
1. Mr. Muh. Yamin ( 29 Mei 1945)
Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan
dasar Negara Indonesia sebagai berikut:
a. Peri Kebangsaan
b. Peri Kemanusiaan
c. Peri Ketuhanan
d. Peri Kerakyatan
e. Kesejahteraan Rakyat
Selain usulan tersebut pada akhir pidatonya Mr. Muh. Yamin menyerahkan naskah
sebagai lampiran yaitu suatu rancangan usulan sementara berisi rumusan UUD RI dan
rancangan itu dimulai dengan Pembukaan yang bunyinya adalah sebagai berikut:
“untuk membentuk Pemerintahan Negara Indonesia yang melindung segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, menyuburkan hidup kekluargaan, dan iktu serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
social, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-
undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan Rakyat dengan berdasar kepada : ketuhanan
Yang Maha Esa, Kebangsaan, Persatuan Indonesia, dan rasa kemanusiaan yang adil
dan beradab, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, dengan mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat
indonesia”

6
2. Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
Berbeda dengan usulan Mr.Muh. Yamin, Prof. Dr. Soepomo mengemukakan teori-
teori Negara sebagai berikut:
a. Teori Negara perseorangan (Individualis), sebagaimana diajarkan oleh Thomas
Hobbes (abad 17), Jean Jacquas Rousseau (abad 18), Herbert Spencer (abad 19),
H,J Laski (abad 20). Menurut paham ini, Negara adalah masyarakat hokum (legal
society) yang disusun atas kontrak antara seluruh individu (contract social).
Paham Negara ini banyak terdapat di Eropa dan Amerika.
b. Paham Negara kelas (Class theory) atau teori ‘golongan’. Teori ini sebagaimana
diajarkan oleh Marx, Engels dan Lenin. Negara adalah alat dari suatu golongan
(suatu klasse) untuk menindas kelas lain. Negara kapitalis adalah alat dari kaum
borjuis, oleh karena itu kaum Marxis menganjurkan untuk meraih kekuasaan agar
kaum buruh dapat ganti menindas kaum borjuis.
c. Paham Negara integralistik, yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller Hegel
(abad 18 dan 19). Menurut paham ini Negara bukanlah untuk menjamin
perseorangan atau golongan akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat
seluruhnya sebagai suatu persatuan. Negara adalah susunan masyarakat yang
integral, segala golongan, bagian atau anggotanya saling berhubungan erat satu
dengan lainnya dan merupakan kesatuan organis. Menurut paham ini yang
terpenting dalam Negara adalah pengidupan bansa seluruhnya. Negara tidak
memihak kepada golongan yang paling kuat atau yang paling besar. Tidak
memandang kepentingan seseorang sebagai pusat akan tetapi Negara menjamin
keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu persatuan.
3. Ir. Soekarno ( 1 Juni 1945)
Usulan dasar Negara dalam sidang BPUPKI pertama berikutnya adalah pidato dari
Ir. Soekarno, yang disampaikannya dalam sidang tersebut secara lisan tanpa teks.
Beliau mengusulkan dasar Negara yang terdiri atas lima prinsip yang rumusannya
adalah sebagai berikut:
a. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
b. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
c. Mufakat (demokrasi)
d. Kesejahteraan social
e. Ketuhanan Yang berkebudayaan

7
Lima prinsip sebagai dasar negara tersebut kemudian oleh Soekarno diusulkan
agar diberi nama Pancasila atas salah seorang teman beliau ahli bahasa. Berikutnya
menurut Soekarno kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Tri Sila yang meliputi:
(1) sosio nasionalisme yang merupakan sintesa dari ‘Kebangsaan (nasionalisme)
dengan Peri kemanusiaan (internasionalisme, (2) Sosio demokrasi yang merupakan
sintersa dari ‘Mufakat (demokrasi), dengan Kesejahteraan social, serta (3) Ketuhanan.
Berikutnya beliau juga mengusulkan bahwa “Tri Sila” tersbut juga dapat diperas
menjadi “Eka Sila” yang intinya adalah ‘gotong royong’.
Beliau mengusulkan bahwa Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia atau ‘Philosphische grondslag’ juga pandangan
dunia yang setingkat dengan aliran-aliran besar dunia atau sebagai atau sebagai
‘weltanschauung’ dan diatas dasar itulah kita dirikan Negara Indonesia. Sangat
menarik untuk dikaji bahwa beliau dalam mengusulkan dasar Negara tersebut selain
secara lisan juga dalam uraiannya juga membandingkan dasar filsafat Negara
‘Pancasila’ dengan ideologi-ideologi besar dunia seperti liberalism, komunisme,
chauvinism, kosmopolitisme, San Min Chui dan ideology besar dunia lainnya.
Setelah usulan-usulan ditampung selanjutnya dibenutklah suat panitia kecil
berjumlah delapan orang untuk menyusun dan mengelompokan semua usulan
tersebut. Panitia delapan terdiri dari: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutarjo, K.H.
Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Moh. Yamin, Mr.
A.A. Maramis. Setelah para panitia kecil yang berjumlah delapan orang tersegut
bekerja meneliti dan mengelompokkan usulan yan gmasuk, diketahui ada perbedaan
pendapat dari para anggota sidang tentang hubungan antara agam dan Negara.
Para anggota sidang yang beragama Islam menghendaki bahwa Negara berdasrkan
syariat Islam, sedangkan golongan nasionalis menghendaki bahwa Negara tidak
mendasarkan hokum salah satu agama tertentu. Untuk mengatasi pergedaan ini maka
dibentuk lagi suatu panitia kecil yang berjumlah Sembilan orang yang dikenal sebagai
‘panitia sembilan’, yang anggotanya berasal dari golongan nasionalis, yaitu: Ir.
Soekarno, Mr. Moh Yamin, K.H Wachid Hasyim, Drs. Moh. Hatta ,K.H. Abdul Kahar
Moezakir, Mr. Maramis, Mr. Soebardjo, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim.
Panitia Sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945 dan menghasilakan kesepakatan
yang menurut istilah Ir. Soekarno adalah suatu modus, kesepakatan yang dituangkan
di dalam Mukadimah (Preambule) Hukum Dasar, alinea keempat dalam rumusan
dasar Negara sebagai berikut:

8
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
c. Persatuan Indonesia;
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwkilan;
e. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
F. Sidang BPUPKI Kedua
Pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang kedua.
Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas rancangan undang-undang dasar. Untuk
itu, dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai Ir. Sukarno. Panitia
tersebut juga membentuk kelompok kecil yang beranggotakan tujuh orang yang khusus
merumuskan rancangan UUD.
Kelompok kecil ini diketuai Mr. Supomo dengan anggota Wongsonegoro, Ahmad
Subarjo, Singgih, H. Agus Salim, dan Sukiman. Hasil kerjanya kemudian disempurnakan
kebahasaannya oleh Panitia Penghalus Bahasa yang terdiri atas Husein Jayadiningrat, H.
Agus Salim, dan Mr. Supomo. Ir. Sukarno melaporkan hasil kerja Panitia Perancang
Undang-Undang pada sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945. Pada laporannya disebutkan
tiga hal pokok, yaitu pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan undang-undang dasar,
dan undang-undang dasar (batang tubuh).
Pada tanggal 15 dan 16 Juli 1945 diadakan sidang untuk menyusun UUD
berdasarkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Pada tanggal 17 Juli
1945 dilaporkan hasil kerja penyusunan UUD. Laporan diterima sidang pleno BPUPKI.
G. Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Untuk menindaklanjuti
hasil kerja BPUPKI, Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Lembaga tersebut dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI
beranggotakan 21 orang yang mewakili seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Mereka
terdiri atas 12 orang wakil dari Jawa, 3 orang wakil dari Sumatera, 2 orang wakil dari
Sulawesi, dan seorang wakil dari Sunda Kecil, Maluku serta penduduk Cina. Ketua PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945, menambah anggota PPKI enam orang lagi sehingga semua
anggota PPKI berjumlah 27 orang.
PPKI dipimpin oleh Ir. Sukarno, wakilnya Drs. Moh. Hatta, dan penasihatnya
Ahmad Subarjo. Adapun anggotanya adalah Mr. Supomo, dr. Rajiman Wedyodiningrat,

9
R.P. Suroso, Sutardjo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto
Iskandardinata, Suryohamijoyo, Abdul Kadir, Puruboyo, Yap Tjwan Bing, Latuharhary,
Dr. Amir, Abdul Abbas, Teuku Moh. Hasan, Hamdani, Sam Ratulangi, Andi Pangeran, I
Gusti Ktut Pudja, Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti
Melik, dan Iwa Kusumasumantri.
H. Proses Penetapan Dasar Negara dan Konstitusi Negara
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Pada
sidang ini PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden
Indonesia, serta lembaga yang membantu tugas Presiden Indonesia. PPKI membahas
konstitusi negara Indonesia dengan menggunakan naskah Piagam Jakarta yang telah
disahkan BPUPKI. Namun, sebelum sidang dimulai, Bung Hatta dan beberapa tokoh Islam
mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian masalah kalimat ”... dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” pada kalimat
”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Tokoh-tokoh Islam yang membahas adalah Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo,
K.H. Abdul Wachid Hasyim, dan Teuku Moh. Hassan. Mereka perlu membahas hal
tersebut karena pesan dari pemeluk agama lain dan terutama tokoh-tokoh dari Indonesia
bagian timur yang merasa keberatan dengan kalimat tersebut. Mereka mengancam akan
mendirikan negara sendiri apabila kalimat tersebut tidak diubah. Dalam waktu yang tidak
terlalu lama, dicapai kesepakatan untuk menghilangkan kalimat ”... dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Hal ini dilakukan untuk menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kita harus menghargai nilai juang para tokoh-
tokoh yang sepakat menghilangkan kalimat ”.... dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Para tokoh PPKI berjiwa besar dan memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi. Mereka juga mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi dan golongan. Adapun tujuan diadakan pembahasan sendiri tidak
pada forum sidang agar permasalahan cepat selesai. Dengan disetujuinya perubahan itu
maka segera saja sidang pertama PPKI dibuka.
I. Perbedaan dan Kesepakatan yang Muncul dalam Sidang PPKI
Pada sidang pertama PPKI rancangan UUD hasil kerja BPUPKI dibahas kembali.
Pada pembahasannya terdapat usul perubahan yang dilontarkan kelompok Hatta. Mereka
mengusulkan dua perubahan.
Pertama, berkaitan dengan sila pertama yang semula berbunyi ”Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi

10
”Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kedua, Bab II UUD Pasal 6 yang semula berbunyi
”Presiden ialah orang Indonesia yang beragama Islam” diubah menjadi ”Presiden ialah
orang Indonesia asli”. Semua usulan itu diterima peserta sidang. Hal itu menunjukkan
mereka sangat memperhatikan persatuan dan kesatuan bangsa. Rancangan hukum dasar
yang diterima BPUPKI pada tanggal 17 Juli 1945 setelah disempurnakan oleh PPKI
disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. UUD itu kemudian dikenal
sebagai UUD 1945. Keberadaan UUD 1945 diumumkan dalam berita Republik Indonesia
Tahun ke-2 No. 7 Tahun 1946 pada halaman 45–48
Inilah sebagai hari disahkannya UUD 1945 yang berarti juga lahirnya pancasila karena
didalam pembukaan UUD 1945 memuat isi dari pada Pancasila yang berisi lima butir:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lahirnya pancasila bukanlah semata-mata hanya mengikuti dari Negara lain. Tapi
Indonesia sebagai ciptaan original bangsa Indonesia yanga dibentuk oleh para founding
fathers dengan berbagai pertimbangan dan pemikiran. Melalui beberapa tahap persidangan
yang cukup lama hingga akhirnya lahirlah Pancasila yang terdiri dari: Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila memiliki kedudukan yuridis sebagai dasar negara sejak 18 Agustus 1945
di mana bersamaan dengan diundangkannya UUD 1945 dalam berita Republik Indonesia
Tahun II No 7 oleh PPKI. Sebab, secara formal Pancasila memperoleh kedudukan yuridis
konstitusional dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Dan pada tanggal 1 Oktober
diperingati sebagai hari ‘kesaktian Pancasila’

B. Saran
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila
merupakan falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjungjung tinggi
dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa
tanggung jawab.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rukiyanti, dkk. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : UNY Press


Kaelan. 2001. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
http://afriati.wordpress.com/2010/02/28/lahirnya-pancasila/
http://jamarisonline.blogspot.com/2011/05/proses-perumusan-pancasila-sebagai.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila

13

Anda mungkin juga menyukai