Anda di halaman 1dari 5

BAHAN AJAR

A. Identitas Mata Kuliah

Nama Mata Kuliah : Pengantar Filologi


Sks :2 Kode: IND1.62.1011
Bahan Kajian : Sumbangan Filologi bagi Pengembangan Kebudayaan
Pertemuan ke :6
Program Studi : Sastra Indonesia
Fakultas : Bahasa dan Seni
Dosen : Dr. Nurizzati, M. Hum.

B. Learning outcomes (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI :

Berpikir kritis dalam menelaah sumbangan filologi bagi pengembangan


kebudayaan, dan naskah/teks yang sudah disuting dengan metode kritik
naskah tunggal, dan metode kritik edisi naskah jamak.

C. Materi:

SUMBANGAN FILOLOGI BAGI PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN

D. Uraian Materi
1. Studi Filologi bagi Kebudayaan Nasional

Filologi berperan untuk mengenal kembali kebudayaan lama yang tersimpan di dalam
naskah. Berikut diuraikan seberapa besar peran dan sumbangan filologi terhadap
perkembangan kebudayaan nasional.

a. Filologi dalam Pengembangan Kebudayaan


Peninggalan lama berbentuk naskah itu merupakan dokumen bangsa yang paling
menarik bagi peneliti kebudayaan lama karna memiliki kelebihan yaitu: dapat memberi
peninggalan berbentuk candi atau tulisan di atas batu, istana raja, atau pemandian suci.
peninggalan berbentuk puing bangunan besar itu tidak bisa berbicara dengan sendirinya,
tetapi harus ditafsirkan (Soebdio dalam Barie, 1985:86).

1
1) Filologi Alat Penggali Kebudayaan Nusantara
Kebudayaan adalah kelompok adat kebiasaan, pikiran, kepercayaan, dan nilai yang
turun-temurun dipakai oleh masyarakat pada waktu tertentu untuk menghadapi dan
menyesuaikan diri terhadap segala situasi yang sewaktu-waktu timbul, baik dalam kehidupan
individu maupun dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan (Baried, dkk., 1985:85).
Kebudayaan lama dapat dikenali kembali dalam bermacam-macam bentuk, dalam bentuk
tulisan yang terdapat pada batu, candi-candi atau peninggalan purbakala yang lain, dan
naskah-naskah. Peninggalan kebudayaan berupa naskah merupakan dokumen bangsa yang
paling menarik bagi para peneliti kebudayaan lama karena kelebihan, yaitu dapat member
informasi yang luas dibandingkan peninggalan berbentuk puing bangunan besar seperti
candi, istana raja, dan pemandian suci.
Ahli filologi selain akrab dengan bahasa dan sastra, juga mengamati jalannya kebudayaan
suatu bangsa. Dengan mengkaji naskah dan nilai-nilai yang terkandung dalam naskah-naskah
lama itu, tergalilah kebuadayaan lama sustu bangsa tempat berpijaknya kebudayaan yang ada
sekarang ini. Dalam hal ini, filologi berperan untuk menyelidiki perkembangan kerohanian
suatu bangsa dan kekhususannya dalammrangka penggalian dan pelestarian serta
pengebangan kebudayaan tersebut (Barie, dkk., 1985:87). Bahasa dan sastra daerah tidak
ternilai harganya untuk menunjang dan memperkaya kesusastraan Indonesia umumnya.
Pengalaman-pengalaman jiwa yang dituangkan ke dalam karya sastra daerah dapat berfungsi
sebagai alat yang tangguh untuk membendung arus masuknya kebudayaan asing yang tidak
sesuai dengan kepribadian dan kepentingan bangsa Indonesia.
Kebudayaan nusantara yang dapat diperkenalkan oleh filologi adalah:
a) informasi tentang posisi geografis Indonesia yang terletak di antara dua benua, Asia dan
Australia; di antara dua samudra, samudra India dan samudra Pasifik; dihuni oleh
berates-ratus sukubangsa yang masing-masing mempunyai sejarah, kebudayaan, adat-
istiadat, dan bahasa. Di Indonesia pernah berdiri kerajaan-kerajaan besar, seperti kerajaan
Majapahit di Jawa, Sriwijaya di Sumatra, Kutai di Kalimantan, kerajaan Samudra Pasai
di Aceh yang besar pengaruhnya di seluruh kepulauan nusantara;
b) karya tulis peninggalan nenek moyang dapat dipelajari untuk memperoleh gambaran
kebudayaan waktu mereka hidup
c) Kebudayaan nusantara zaman dulu berada dalam kondisi dan posisi yang belum mapan,
sehingga mudah menerima pengaruh dari luar
d) Pertemuan Kebudayaan asli dengan kebudayaan lain mengakibatkan kebudayaan asli
berkembang ke arah kebudayaan pribadi manusia yang penuh hasrat. Sinkretisme
(perbauran kebudayaan asli, Hindu, Islam) terjadi setelah agama Islam masuk ke
Indonesia, seperti tergambar dalam Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Banjar, Hikayat
Kota Waringin. Kebudayaan asli ditandai oleh nilai-nilai agama, nilai solidaritas, dan
nilai seni.
b. Filologi Alat Penggali Sumber Sejarah Kebudayaan Nusantara
Sebuah kenyataan sejarah bahwa kebudayaan nusantara berkembang di sepanjang pantai
timur Sumatera sampai sepanjang pantai barat Semenanjung Malaka dan dataran rendah
pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di luar itu adalah pantai utara Jawa dari Banten
sampai Surabaya yang pernah menjadi pusat kebudayaan. Informasi kebudayaan lama yang
perlu diketahui antara lain:
1) Kepercayaan animisme yang menjadi dasar pengelolaan ekonomi agraris; masyarakat
Jawa percaya sekali kepada “Dewi Sri” dan “Nyi Roro Kidul”. Dewi Sri adalah dewi
padi, dewi yang berjasa menyuburkanntanaman padi, sehingga panen padi masyarakat
melimpah. Nyi Roro Kidul adalah ratu pantai Selatan yang menjaga lautan agar nelayan
bisa mendapatkan ikan yang banyak.
2) Hinduisasi mulai berkembang di Jawa pada abad ke 7 dan ke 8 serta berakar kuat pada
tahun 930 berkat perpindahan pusat pemerintahan Mataram Watu Galuh ke Jawa Timur
pada zaman raja Sindok;
3) Hinduisasi awalnya hanya di lingkungan kraton, lambat-laun masuk ke desa-desa
bertemu dengan kebudayaan asli masyarakat Jawa yang mengakibatkan akulturasi.
Perbauran kebudayaan Hindu-Jawa (sinkretisme) terjadi di pedesaan. Berkat Hinduisasi
orang Jawa dapat membaca dan menulis (memasuki zaman sejarah).
4) Hinduisasi juga mengajarkan ketatanegaran yang menyebabkan timbul kerajaan dengan
corak pemerintahannya, seperti: Kahuripan, Daha, Singasari, Janggala, dan Majapahit.
5) Sastra Jawa Kuna tertua adalah Kakawin Ramayana, mirip dengan Ramayana Walmiki
(India). Cerita Mahabrata ditulis ke dalam bahasa Jawa. Kira-kira tahun 1028-1035 Mpu
Kanwa menyusun Arjuna Wiwaha; Mpu Panuluh menyusun Kakawin Hariwangsa atas
perintah raja Jayabaya; Mpu Sedah menyusun Kakawin Bharata Yudha yang kemudian
diselesaikan Mpu Panuluh. Pada pertengahan abad ke-14 Mpu Prapanca menyusun
Nagara Kertagama. Arjuna Wiwaha dan Sutasoma ditulis oleh Mpu Tantular.
Di dalam naskah yang berisi filsafat dan metafisika dikenali rasionalisme dan
pengetahuan akliah yang menegaskan sistem masyarakat yang berdasarkan kebebasan
orang perorangan, keadilan, dan kemuliaan kepribadian yang berlandaskan pada ajaran
Islam. Naskah-naskah yang bernafas Hindu diubah dengan judul yang bernafas Islam
ditandai oleh kata-kata Arab dan Persi: Hikayat Marakarma diubah menjadi Hikayat si
Miskin, Hikayat Serangga Bayu diubah menjadi Hikayat Ahmad Muhammad, Hikayat
Indera Jaya diubah menjadi Hikayat Syah-I Mardan.

c. Filologi sebagai Penggali Budaya Masa Lampau


Filologi Indonesia telah menelaah teks-teks klasik sastra nusantara untuk menggali
budaya masa lampau nusantara, mengungkapkan kondisi masyarakat nusantara yang bersifat
majemuk. Kemajemukan itu dalam perkembangan sejarahnya menunjukkan adanya
persatuan dan kesatuan. Dari segi sejarah, sejumlah besar naskah berisi hubungan
antarbahasa dan antarsuku, seperti karya sastra Jawa dari dahulu sampai sekarang
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu, Sunda, Bali, Madura, Sasak dan lai-lain.
Mempelajari sastra lama tidak saja rapat hubungannya dengan mempelajari sejarah
peradaban bangsa pemilik naskah itu, tetapi dapat dikatakan memasuki dan hidup dalam
masyarakat pemilik sastra tersebut.

d. Filologi Alat Evaluasi dan Sumber Inspirasi Pengembangan Kebudayaan

Mempelajari dan memahami sastra lama berguna untuk mengenal dan menghayati
pikiran serta ciri-ciri yang pada zaman dahulu menjadi pedoman kehidupan yang diutamakan
para nenek moyang bangsa Indonesia, berguna juga untuk sumber ilham yang sangat
dibutuhkan bagi pengembangan kebudayaan. Unsur pengembangan kebudayaan Indonesia
adalah kesenian, yang terkait dengan filologi adalah seni sastra.

Kesusaatraan daerah yang telah memiliki sejarah panjang adalah kesusastraan Jawa, Bali,
Bugis, dan Melayu. Pemikiran dan nilai-nilai budaya yang menjadi pedoman kehidupan
nenek moyang bangsa Indonesia itu menjadi alat evaluasi bagi kebudayaan bangsa Indonesia
saat ini dan sumber inspirasi untuk mengembangkan corak kebudayaan bangsa Indonesia ke
depan yang sesuai dengan kepribadian bangsa dan cita-cita Indonesia yang tertuang di dalam
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam hal ini, filologi berperan sebagai penggali
inspirasi pengembangan kebudayaan tersebut.

Untuk Pengayaan: baca juga bab 5 buku Baried, Siti Baroroh, dkk. 1985. Pengantar Teori
Filologi. Jakarta: P3B

Referensi
1. Baried, Siti Baroroh, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: P3B
2. Hollander, J.J, de. 1984. Pedoman Bahasa dan Sastra Melayu (Terjemahan T.W. Kamil dari
Handsleiding bij de Beoefing der Malaische, Tahun 1893, Edisi ke-6. Jakarta: Balai Pustaka.
3. Hermansoemantri, Emuch. 1986. Identifikasi Naskah. Bandung: Fakultas Pascasarjana
Universitas Padjadjaran
4. Nurizzati. 2019. Ilmu Filologi: Teori dan Prosedur Penelitiannya. Malang: CV IRDH.
5.Lubis, Nabilah. 2001. Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta Yayasan Media
Alo Indonesia.
6.Soebadio, Haryati. 1975. “Penelitian Naskah Lama Indonesia”. Buletin Yaperna, Nomor 7
Tahun II. Jakarta.
7. dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai