Anda di halaman 1dari 14

Kelomopok 4

Arbayah
Maulida
Muhammad Rizky Radhiyya
Rizki Selviyana
Peta konsep ……
Tradisi sejarah pada masyarakat
yang sudah mengenal tulisan

Tradisi sejarah di Perkembangan


berbagai daerah di penulisan sejarah di
Indonesia indonesia

Tradisi tulis Tradisi tulis Historiografi Historiografi Histografi


didalam di luar tradisional kolonial nasional
istana istana

Zaman
Zaman Islam
Hindu-Budha
A.Tradisi Sejarah di Berbagai Daerah di
Indonesia
Masyarakat sebagai pendukung tradisi kebudayaan selalu bergerak menuju
kemajuan.oleh karena itu, tradisi sebagai satu bagin dari kehidupan budaya
masyarakat dapat pula mengalami perubahan. Salah satu faktor terjadinya
perubahan kebudayaan tersebut adalah adanya kontak-kontak dengan kebudayaan
luar.Melalui kontak-kontak antarbudaya, kebudayaan setempat berubah atau
beradaptasi dengan kebudayaan luar, meskipun tidak selalu proses perubahan
berlangsung dengan cara adaptasi.Menurut Roger M.Everett (1963), unsur-unsur
kebudayaan luar(asing) yg biasanya mudah diterima oleh kebudayaan lainnya
adalah unsur-unsur kebudayaan yg memiliki unsur sebagai berikut.

1. Unsur kebudayaan yg konkret berupa benda.


2. Unsur kebudayaan yg memiliki kegunaan bagi masyarakat.
3. Unsur kebudayaan yg dapat disesuaikan dengan susunan dalam masyarakat atau
unsur yg tidak mengganggu keamanan masyarakat.
Masuknya unsur-unsur budaya asing ke indonesia juga menyebabkan terjadinya
proses perubahan serta pergeseran-pergeseran dalam masyarakat setempat .
Diantara aspek-aspek perubahan budaya pada masyarakat setempat tersebut
diantaranya adalah perubahan serta pergeseran pada tradisi budaya. Contoh usnsur
budaya asing yang banyak memengaruhi tradisi kebudayaan masyarakat Indonesia
adalah kebudayaan Hindu-Budhha. Zaman sejarah dimulai dengan adanya budaya
tulis. Selain tradisi tulis, kebudayaan hindu buddha juga memengaruhi sistem politik,
sosial, budaya, dan agama di Nusantara yg ditopang melalui proses pelembagaan
kebudayaan Hindu -Buddha. Peninggalan tertulis pada masa Hindu-Buddha tersebut
berupa parasit tulisan pada daun lontar, atau dokumen lainnya. Terbitnya prasasti-
prasasti dari kerajaan-kerajaan kuno, penggubahan karya sastra dengan berbagai
judul, serta dokumentasi tertulis lainnya adalah berkat dikenalnya aksara pallawa.
Aksara pallawa itu kemudian diubah oleh berbagai etnis Indonesia menjadi aksara
Jawa kuno, Bali kuno, Sunda kuno, lampung, Batak , dan bugis.Walaupun bahasa
sanskerta dan huruf pallawa berpengaruh terhadap perkembangan bahasa, tulisan ,
dan seni sastra di Indonesia
Namun bahasa sanskerta tidak pernah digunakan sebagai
bahasa komunikasi antarkelompok masyarakat di Indonesia
karena bahasa sanskerta hanya digunakan para brahmana
dalam upacara keagamaan atau di lingkungan istana.
Pengguna bahasa Melayu sebagai bahasa komunikasi
antarkelompok masyarakat di Indonesia diperkirakan dimulai
sejak Zaman Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7. Selain pada
batu prasasti, media yang digunakan untuk menulis adalah
daun lontar (kropak), lempengan perunggu, lempengan emas,
lempengan perak, nipah,bambu, kulit pohon, kayu,kain, dan
kertas. Selanjutnya, tradisi tulis berkembang diluar istana dan
didalam istana.
1. Tradisi Tulis di Dalam Istana
pada masa praaksara, bahasa lisan merupakan alat komunikasi yg penting. Pada
zaman sejarah, bahasa tulisan menjadi alat komunikasi yg sangat pentingdalam
kehidupan manusia.Pada awalnya, tradisi tulisan berkembang di lingkungan istana
untuk mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam kerajaan, surat-menyurat kerajaan,
peraturan, dan perintah raja serta penulisan karya sastra. Contoh peninggalan sejarah
sebagai bukti mulai munculnya tradisi tulisan di istana adalah prasasti atau inskripsi
dan karya sastra.

a. Prasati
Prasasti adalah tulisan yg dipahatkan pada batu berisi catatansuatu
peristiwa penting kerajaan.prasasti berperan penting dalam
menggambarkan sumbangan kerajaan dibidang keagamaan. Prasasti yg
ditemukan di Indonesia,umumnya menggunakan berbagai bahasa,
antara lain sebagai berikut.

Gambar Prasati Peninggalan Kerajaan Kutai


1). Bahasa Sanskerta
Prasasti dengan menggunakan bahasa sanskerta, umumnya digunakan oleh kerajaan-
kerajaan di Indonesia yg tumbuh pada abad ke-4 sampai dengan abad ke-9.Misalnya,
prasasti yg dipahatkan pada tiang batu (yupa) hasil peninggalan kerajaan Kutai.
2). Bahasa Jawa Kuno
Prasasti dengan menggunakan bahasa Jawa kuno dipakai pada abad ke-9. Misalnya pada
prasasti kedu (970 M) atau prasasti Mantyasih peninggalan kerajaan Mataram Kuno
3). Bahasa Melayu Kuno
Prasasti dengan menggunakan bahasa melayu kuno dijumpai didaerah sumatra.
Misalnya, Prasasti kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, dan prasasti Telaga Batu
peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
4). Bahasa Bali Kuno
Prasasti dengan menggunakan bahasa Bali kuno digunakan pada prasasti peninggalan
kerajaan-kerajaan di Bali. Contoh prasasti yg menggunakan bahasa Bali kuno adalah
prasasti julah dan Prasasti Ugrasena.
B. Karya Sastra

Sebelum ditemukan kertas, masyarakat zaman kuno telah terbiasa menuliskan


catatan penting atau karya sastra mereka pada daun lontar atau kropak yg tidak
tahan lama dan cepat rusak. Di samping itu, perubahan politik, peperangan,
hancurnya istana, dan kurangnya perhatian akan nilai-nilai kebudayaan tradisional
ikut mempercepat proses hilangnya hasil-hasil kesustastraan kuno.Pada rentang
waktu, tradisi penulisan karya-karya sastra berkembang sangat pesat.Pada masa
tersebut, kreaton memang menghasilkan banyak pujangga yg menulis karya sastra.
Di kerajaan Hindu-Buddha di Jawa Tengah, naskah karya sastra yg ditulis pada daun
lontar disebut kesusastraan Parwa. Kesusastraan Parwa penting bagi
perkembangan sastra Jawa kuno . Hal itu disebabkan Parwa menjadi sumber utama
cerita kakawin dan wayang. Keberhasilan Parwa juga menjadi pendorong
pengembangan sastra Jawa kuno di Jawa Timur yg berakhir dengan runtuhnya
Majapahit, kerajaan Hindu-Buddha terakhir di Jawa pada abad ke-16. Tulisan Parwa
mencakup beraneka ragam topik, seperti agama san etika, sejarah, kedokteran,
hukum,kesusastraan, cerita (kakawin), dan syair (kidung). Beberapa
contoh karya sastra yg dihasilkan di istana pada zaman Hindu-Buddha
adalah Kitab Hariwangsa, Gatutkacasraya, Smaradahana, dan
Somanasantaka (zaman Kediri); Kitab Ludhaka (zaman Singasari);
Negarakertagama, Arjunawijaya, Sutasoma, dan Harisraya (zaman
Majapahit).
2. Tradisi Tulis Di Luar Istana
Indonesia memiliki keragaman budaya di berbagai daerah. Indonesia
memiliki beratus-ratus bahasa daerah yg memiliki aksara dan tradisi
naskah yg berbeda. Salah satunya adalah kekayaan khazanah tradisi
tulis yg berkembang di berbagai daerah. Tradisi tulis naskah rakyat
tersebut sebagian besar berkembang didaerah yg tidak berada
dibawah kekuasaan kerajaan. Naskah-naskah kuno tersebut berisi
ajaran keagamaan, filsafat, kesusastraan, puisi, drama, sejarah, dan
perjanjian hukum. Naskah-naskah tersebut ditulis menggunakan
berbagai huruf. Misalnya, huruf Pallawa, huruf Kawi, huruf Jawa,
huruf Sumatra Selatan, huruf Sunda kuno, huruf Melayu kuno, huruf
Sunda Jawa, huruf Batak, Huruf Arab Gundul, dan huruf
Makassar.Berikut tradisi tulis di berbagai daerah Indonesia.
a. Tradisi tulis di Bali

Tradisi tulis tertua di Bali bersumber dari tradisi tulis istana


dan prasasti batu serta lempeng tembaga.Tradisi tulis di Bali
dipengaruhi tradisi tulis masa kerajaan Majapahit di
Jawa.Syair dan prosa mengenai agama dan sejarah yg ditulis
di Jawa dialihkan ke Bali pada abad ke-10 sampai abad ke-
16 . Sampai abad ke-16 kesusastraan bali didasarkan atas
cerita Ramayan dan Mahabharata. Karya-karya tersebut
masih disalin dan dibacakan pada acara mabasan hingga saat
ini.Mulai abad ke-16 diciptakan berbagai naskah bertema
keindahan alam, persatuan dengan dewa, perbintangan,
pengobatan, penanggalan, silsilah, mantra, syair, dan kisah-
kisah keagamaan.Kisah-kisah tersebut ditulis dalam bentuk
kidung (nyanyian), geguritan (puisi), dan parikan (pantun).
B. TRADISI TULIS DI SUMATRA SELATAN
Naskah disumatra selatan ditulis di atas kulit kayu, bambu, batang, rotan, lempeng
tembaga, kertas, dan tanduk kerbau. Naskah tertua dari Sumatra Selatan ditulis
menggunakan huruf Lampung. Menurut Petrus Voorhoeve, huruf Sumatra Selatan
dipengaruhi oleh aksara Jawa. Tema naskah Sumatra Selatan adalah cerita
kepahlawanan, perjanjian hukum, pantun, silsilah, syair mistik Islam, mantra-
mantra, syair cinta, dan pengobatan tradisional. Misalnya, teks Saribu Maksa (Buku
Seribu Pertanyaan) dan syair cinta gelumpai.

Gambar Naskah gelumpai


C. Tradisi Tulis di Jawa Barat

Naskah di Jawa Barat ditulis di atas daun palem, bambu, dan kertas.Huruf yg dipakai pada tradisi tulis di Sunda adalah aksara sunda kuno, aksara Sunda Jawa (cacarakan), Arab gundul, dan aksara Latin.Naskah berhuruf Sunda Jawa mulai
digunakan sekitar akhir abad ke-17.Naskah tertua dari Sunda ditulis pada abad ke-15 sampai abad ke-16.Naskah-naskah tersebut disimpan di Kabuyutan, yaitu pusat kegiatan agama yg menjadi pusat kegiatan intelektual. Naskah-naskah
tersebut antara lain Kunjarakarna, Sanghiyang Hayu, Sanhiyang Siksakandang Karesian, Amanat dari Galunggung ,Sewaka Darma, Carita Parahiyangan, Bujangga Manik, dan Pantun Ramayana.Beberapa cerita rakyat yg ditulis dalam bentuk
naskah adalah Manggung Kususma, Mundinglaya di Kusuma, Mundingsari Jayamantri, Ciung Wanara, dan Lutung Kasarung.

Gambar Sewaka Darma


d. Tradisi Tulis di Sulawesi Selatan

Tradisi tulis naskah berkembang dengan pesat di Sulawesi Selatansetelah


adanya budaya tulis. Misalnya, di kalangansuku Mandar, Bugis, dan
Makassar. Di kalangan suku Mandar berkembang tiga tradisi tulis, yaitu
pappasang, kalindaqdaq, dan tilapayo. Pappasang adalah tulisan
mengenai nilai-nilai adat istiadat setempat. Kalindaqdaq adalah
kumpulan syair empat baris. Tilapayo adalah lagu cinta tradisional.Tradisi
tulis suku Makassar berisi catan-catatan sejarah Kerajaan Goa dan Tola.
Catatan sejarah itu disebut patturioloang. Tradisi tulis Makassar telang
berkembang dengan sangat maju. Hal itu ditunjukkan dengan adanya
sebuah naskah terpanjang didunia, yaitu epos I La Galigo. Menurut
Robert Wilson, I La Galigo dianggap sebagai kesusastraan terbaik di
dunia. Tradisi tulis Makassar lainnya adalah ottoriolong (kronik sejarah),
lontaraq bilang (catatan harian), dan toloq (syair sejarah kepahlawanan)

Anda mungkin juga menyukai