Anda di halaman 1dari 8

Selasa, 06 Juni 2017

MAKALAH TULISAN ARAB MELAYU

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Disamping bahasa, Tulisan merupakan sebuah alat komunikasi manusia dari zaman dahulu sampai
sekarang ini.Setiap kelompok manusia pada umumnya memeliki aksara sendiri. Tulisan yang ada pada
zaman sekarang ini berasal dari rumpun tulisan Keberadaan tulisan dalam masyarakat sangat berperan
penting.

Dengan tulisan ini, manusia mampu berkomunikasi meski memakan jarak yang cukup jauh. Di nusantara
tulisan yang berkembang ialah tulisan arab melayu. Tulisan arab melayu adalah tulisan Arab yang
diadaptasikan oleh bahasa Melayu untuk pengejaannya seperti yang kita pahami sekarang ini. Artinya
huruf yang dipakai adalah huruf-huruf Arab dengan bahasa Melayu, atau dengan ejaan Melayu. Di
tempat lain tulisan Melayu ini disebut dengan Arab Jawi atau sejenisnya.

Indonesia memiliki beraneka ragam bahasa daerah, masing-masing memiliki aturan penulisan sendiri
menggunakan aksara tradisionalnya yang khas.Apresiasi terhadap berbagai aksara tradisional ini masih
tampak misalnya dari mata pelajaran bahasa daerah di tiap daerah. Penggunaan aksara-aksara
tradisional ini di berbagai sudut kota juga merupakan bukti bahwa, walaupun aksara ini telah hampir
sepenuhnya tergantikan oleh aksara latin, sebenarnya bangsa kita masih cinta dan bangga atas kekayaan
negeri kita yang satu ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keberadaan tulisan arab melayu?

2. Bagaimana Tulisan arab melayu pada abad pertengahan ?

3. Bagaimana keberadaan Tulisan arab melayu pada abad modern ?

4. Bagaimana peranan aksara melayu?

5. Apa yang dimaksud dengan Manuskrip Melayu?

6. Bagaimana Latar Belakang Manuskrip?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Awal Keberadaan Tulisan Arab Melayu

Tulisan Jawi telah lama ada dalam khasanah kebudayaan melayu yang diperkirakan sekitar abad ke 10
Masehi atau 3 Hijrah hingga kemasa kini dan ia berasal daripada tulisan Arab. Tulisan inilah yang
membangun kebudayaan melayu dan tulisan ini jugalah yang kemudian mengantarkan menuju bahasa
Melayu yang kemudian berkembang menjadi Bahasa Indonesia setelah dikokohkan oleh para pemuda
Indonesia dalam sumpah pemuda. Keberadaan tulisan arab melayu di Nusantara identik dengan
penyebaran islam ke daerah melayu.

Masa sejak awal abad ke-13 M sampai penghujung abad ke-15 M dalam khazanah kesusastraan melayu
disebut masa peralihan,yaitu masa peralihan dari peradaban Hindu ke peradaban Islam. Dengan
masuknya peradaban Islam,orang melayu mulai mengenal tradisi tulis. Sebelumnya, mereka hanya
memiliki tradisi lisan.Aksara Jawi sudah wujud dan digunakan di wilayah Sumatra dan Semenanjung
Malaya jauh sebelum orang/pulau Jawa memeluk agama Islam (883 H/1468 M).[1]

Bukti historis bahwa adanya tulisan jawi dalam kebudayaan Melayu lama dapat dilihat pada bahan-
bahan bertulis seperti : batu bersurat, manuskrip lama, kertas lama, majalah, batu nisan, bahan-bahan
yang dibuat daripada logam, kulit, alat senjata , batu lontar, tembikar dan sejenisnya, ukiran-ukiran pada
masjid, rumah, dan istana, azimat, rajah atau penangkal.

Penemuan pertama batu nisan yang tertulis dalam bahasa Arab di Sumatera bertarikh 55 Hijrah atau
setara dengan 674 M. Selain itu juga ditemukan di Kedah bertarikh 290 Hijrah. Kedua hal ini jelas telah
menunjukkan bahwa tulisan Jawi berasal dari orang Arab yang kemudian telah disesuaikan dengan
menambahkan beberapa huruf tambahan kepada huruf Arab untuk menyesuaikannya dengan gaya
bahasa orang Melayu. Penambahan ini lebih kepada melengkapi ejaan yang tidak ada dalam bahasa
Arab tetapi ditemui dalam bahasa Melayu.

Manuskrip Islam tertua di kepulauan Nusantara ditemukan di Terengganu, Malaysia.Manuskrip ini


bernama Batu Bersurat yang dibuat tahun 1303 (abad 14).Tulisan ini menyatakan tentang penyebaran
dan para pemeluk Islam pada saat itu. Manuskrip ini sudah diteliti oleh oleh ahli-ahli Sejarah dan
Arkeolog Islam di Malaysia seperti Prof Naquib Alatas dan lainnya, semua menyimpulkan manuskrip ini
sebagai yang tertua di Asia Tenggara.

Yang kedua, masih di abad 14, pada tahun 1310, ditemukan syair tentang keislaman yang ditulis dalam
bahasa Melayu dengan huruf Jawi di Minya’ Tujoh, Aceh. Karenanya para pakar sepakat bahwa
perkembangan karya ulama yang ditulis dengan huruf Jawi sudah berkembang pada Abad 14 pada
massa Kekhalifahan Samudra Pasai dan Kekhalifahan Islam lain di Semenanjung Malaka.

B. Keberadaan Tulisan Arab Melayu Pada Abad Pertengahan


Tulisan arab melayu pada abad pertengahan merupakan tulisan pemerintahan atau tulisan resmi bagi
raja-raja keturunan melayu yang berada di daerah nusantara. Contohnya Sultan pertama Sulu (Paduka
Mahasari Maulana al-Sultan Sharif ul-Hashim) yang memerintah tahun 1450 – 1480 adalah berasal dari
Sumatra.Sultan ini menikah dengan putri Rajah Baguinda yang berasal dari Minangkabau
('Menangkabaw' dalam istilah di Mindanao). Dalam acara pelamarannya Paduka Mahasari Maulana al-
Sultan Sharif ul-Hashim membuat lamaran dengan tulisan arab melayu untuk di sampaikan kepada Rajah
Baguinda.[2]

Aksara yang digunakan di Mindanao dan Sulu sebelum datangnya pengaruh kolonial Spanyol adalah
dalam huruf Yawi (Arab Melayu). Buku-buku agama ketika itu adalah dalam huruf Yawi, sama halnya
dengan tradisi penulisan di Thailand Selatan (Patani) dan juga di kesultanan-kesultanan Islam di
Indonesia masa silam. Pada usai yang lebih muda pada abad 16–17, di daerah lain juga ditemukan
mansukrip seperti, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Melayu, Hikayat Aceh, Hikayat Hasanuddin, Babat
Tana Jawi, Babad Cirebon, Babat Banten, Carita Purwaka Caruban Nagari. Di Nusa Tenggara ditemukan
Syair Kerajaan Bima, Bo’Sangaji Kai Catatan Kerajaan Bima.Dari Maluku ada Hikayat Hitu.Di Sulawesi ada
Hikayat Goa, Hikayat Wajo dan lainnya.

Di Aceh, pada abad 16–17 terdapat cukup banyak penulis manuskrip. Misalnya, Hamzah Fansuri, yang
dikenal sebagai tokoh sufi ternama pada masanya. Kemudian ada Syekh Nuruddin ar-Raniri alias Syeikh
Nuruddin Muhammad ibnu 'Ali ibnu Hasanji ibnu Muhammad Hamid ar-Raniri al-Quraisyi.Ia dikenal
sebagai ulama yang juga bertugas menjadi Qadhi al-Malik al-Adil dan Mufti Muaddam di Kesultanan
Aceh pada kepemimpinan Sultan Iskandar Tsani abad 16. Salah satu karyanya yang terkenal berjudul
”Bustanul Salatin.” Syeikh Abdul Rauf al-Singkili yang juga ditetapkan sebagai Mufti dan Qadhi Malik al-
Adil di Kesultanan Aceh selama periode empat orang ratu, juga banyak menulis naskah-naskah
keislaman.

Pada tahun 1812 (sekitar 100 tahun sebelum kajian Shellabear), Marsden telah memperkatakan
keberadaan aksara Arab Melayu dalam bukunya A Grammar of the Malayan Language.R.O. Winstedt
(1913) juga mengulas tentang system ejaan Arab Melayu dalam bukunya Malay Grammar. Sedangkan di
kalangan orang Melayu, Raja Ali Haji diakui sebagai tokoh yang mula-mula sekali memperkatakan
system ejaan Arab Melayu seperti yang tercatat dalam bukunya Bustan al-Katibin, diteruskan oleh
Muhammad Ibrahim (anak Abdullah Munsyi).[3]

Kontinuitas kultural Jawa tertanam sebagai dasar legitimasi Keraton Palembang.Budayawan Palembang
Djohan Hanafiah mencatat, keterkaitan politik ini berakhir setelah Sultan Abdurrahman (1659-1706)
memproklamasikan Kesultanan Palembang Darussalam pada tahun 1675. Jeroen Peeters dalam Kaum
Tuo Kaum Mudo, Perubahan Religius di Palembang 1821 -1942 (1997) memaparkan, di kalangan
keraton, bahasa Jawa kromo (bahasa Jawa halus) menjadi bahasa resmi.Akan tetapi, pemakaian bahasa
ini tidak tersebar luas di luar lingkungan Keraton Palembang.

Merujuk pada sejumlah naskah berbahasa Jawa yang tersimpan di Royal Asiatic Society, London, Peeters
meyakini, naskah-naskah tersebut juga hanya beredar di lingkungan keraton. Beberapa koleksi naskah
berbahasa Jawa ini antara lain teks Panji (1801) yang ditulis atas perintah Sultan Ahmad Najamuddin.
Selain didampingi ulama, sultan juga memiliki juru tulis khusus untuk penulisan bahasa Arab.Bahasa dan
tulisan Arab digunakan dalam kitab-kitab utama pengajaran Islam di Palembang, termasuk naskah yang
berkaitan dengan tasawuf dan tafsir. Sebagian naskah-naskah keagamaan yang ditemukan, merupakan
kitab yang langsung dibawa dari Arab.Sebagian lainnya disalin ulang dengan ketelitian yang tinggi di
Palembang.

Akan tetapi, seperti bahasa Jawa kromo yang hanya dikuasai oleh kalangan bangsawan, bahasa Arab
juga lebih dikuasai para guru atau kalangan ulama.Sejumlah naskah keagamaan menggunakan bahasa
Arab dilengkapi terjemahan bahasa Melayu, walaupun tetap ditulis dengan huruf Arab. Naskah-naskah
sastra, antara lain hikayat yang berbentuk prosa maupun syair, serta berbagai kisah dalam naskah-
naskah pada masa kesultanan lebih banyak ditulis dengan tulisan Arab dalam bahasa Melayu (Arab
Melayu). Kegiatan surat- menyurat, antara lain dari sultan kepada Gubernur Batavia juga ditemukan
dalam basa Arab Melayu.

C. Keberadaan Tulisan Arab Melayu Pada Zaman Modern

Penggunaan tulisan Arab Melayu (Armel) atau Tulisan Jawi (Tulwi)di Indonesia sekarang bisa dikatakan
sudah hampir punah. Kalau pun dipelajari pada Pondok Pesantren, lebih mengutamakan tulisan Arab
gundul/Kitab Kuning. Demikian kondisinya juga pada sekolah-sekolah umum, tidak pernah lagi diajarkan
kepada murid. Seiring dengan perkembangan zaman, lambat-laun tulisan ini ditinggalkan masyarakat.
Bukan berarti model tulisan ini tidak bisa mengikuti perkembangan zaman, tidak sama sekali, namun
yang menyebabkan Ia ditinggalkan karena kebijakan dari pemerintah kita sendiri.

Salah satu contohnya, pada tahun 70-an hingga 80-an pemerintah menggalakkan program penuntasan
buta aksara. Seluruh masyarakat diajarkan membaca latin. Jika saja ada yang tidak bisa membaca tulisan
latin, maka mereka dicap sebagai buta aksara, sekalipun Ia mampu dan lancar menulis dan membaca
Arab Melayu. Artinya pada masa itu pemerintah tidak mengakui Arab Melayu yang telah melekat di
tengah masyarakat kita. Sementara itu, penulisan armel di negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei
Darussalam telah mengakar kuat di masyarakatnya. Penulisan Armel dan cara membacanya, menjadi
mata pelajaran wajib bagi siswa di bangku sekolah di kedua negara tersebut.[4]

Berdasarkan catatan Prof. Dr Kang Kyoung Seok, Peneliti tulisan Armel/Tulwi asal Busan, Korea,
universitas-universitas di luar masyarakat Melayu juga mengajarkan tulisan Armel kepada
mahasiswanya. Seperti yang diajarkan di Hankook University of Foreign Studies Korea, mereka bahkan
mendatangkan tenaga pengajar khusus dari Malaysia untuk memberikan mata kuliah tulisan armel.
Amerika Serikat (Cornell Unversity), Jepang (Tokyo University of Foreign Studies), Inggris (University of
London), Belanda (University of Leiden), Jerman (University of Hamburg), hingga Rusia (University of
Leningrad), merupakan negara-negara lainnya di luar masyarakat Melayu, yang pernah dan masih
mengajarkan tulisan armel kepada mahasiswanya. Bahkan, manuskrip-manuskrip Armel/Tulwi banyak
disimpan di negara Inggris, antara lain di perpustakaan Bodleian Oxford, British Museum, British Library,
dan perpustakaan University of London.
Menurut Rusdi, Ketua Yayasan Ikatan Guru Pengajian Al-Qur’an (IGPA) Kalbar, tulisan armel mulai
menghilang sejak masuknya pengaruh Partai Komunis Indonesia ( tahun 1964/1965 ). Sejak itu pula,
pelajaran armel di sekolah-sekolah ditiadakan. Kecuali di Sumatra.

D. Peranan Aksara Arab Melayu

Aksara Arab Melayu memainkan peranan penting dalam penggalian pelestarian karya ilmiah
nusantara.Oleh karena itu pengajaran Aksara Arab Melayu sebagai media penting untuk diajarkan
disekolah-sekolah yang merupakan sebagai bahasa khazanah Melayu yang berfungsi salah satunya
adalah alat untuk menyatakan kehendak, cipta dan rasa dalam meciptakan kebudayaan.Salah satu
bentuk huruf (aksara) itu ialah huruf (aksara) Arab Melayu (Jawi). Dengan berkembangnya agama Islam
di Indonesia maka sudah tentu pula ajaran-ajaranya semakin berkembang pula dengan melalui tulisan
aksara arab melayu (Jawi), baik didunia pendidikan seperti di sekolah-sekolah umum dan khususnya di
sekolah-sekolah agama terutama di pondok-pondok pesantren diseluruh Indonesia.[5]

Dengan masuknya bangsa Eropa ke Indonesia dengan membawa nilai-nilai Barat dan tententu nilai-nilai
tersebut mau tidak mau mengalami perubahan dan pergeseran.Diantaranya kedudukan tulisan aksara
Arab (Jawi) mulailah sedikit demi sedikit tergusur, yang mana tulisan aksara Arab (Jawi) ini pernah
mendominasi korespondensi diplomasi dan perdagangan para raja dan sultan di seantero Nusantara
(Khairuddin, 1993).Walaupun sedikit bukan berarti bukan berarti tulisan huruf aksara Arab (Jawi) ini
punah, akan tetapi masih tetap dipelajari dan digunakan oleh rakyat Indonesia. Maka sudah dapat
diduga bahwa rakyat Indonesia pada zaman itu umumnya melek huruf tulisan aksara Arab (Jawi) ini.

Setelah Indonesia merdeka, tulisan ini masih dipelajari di Sekolah Rakyat (SR) sampai tahun 1969, Di
tahun itu pulalah pelajaran tulisan huruf Aksara Arab Melayu (Jawi) dihapuskan dari Sekolah Rakyat di
zaman Orde Lama. Dengan dihapuskannya pelajaran tulis baca huruf aksara Arab Melayu ini (Jawi) ini
dari kurikulum SD semakin terasa keberadaan tulisan huruf Jawi semakin dillupakan.

Namun terdapat beberapa sekolah Dasar di Medan yang mempelajari tulisan aksara Arab Melayu
sebagai bahagian dari kurikulum muatan lokal seperti Sekolah Dasar Harapan Medan dan beberapa
sekolah swasta Islam lainya karena menganggap hal ini penting untuk dilestarikan. Melalui pengetahun
tulis baca aksara Arab Melayu (Jawi) para murid kan mampu membaca khazanah intelektual naskah
Melayu Nusantara pada zaman masuknya dan berekmbangnya Islam di Indonesia.Program pengajaran
aksara arab Melayu yang telah diajarkan di beberapa sekolah Islam dianggap penting untuk melestarikan
khazanah Melayu melalui dunia pendidikan dengan mengetahui dan memahami aksara huruf Arab
Melayu yang merupakan pintu gerbang dunia ilmu untuk menggali karya-karya yang terdapat pada
naskah Melayu Nusantara.Menulis Arab Melayu

Arab melayu adalah bahasa Indonesia atau Melayu yang penulisannya di adaptasi dari aksara Arab yang
disesuaikan sesuai kaidah penulisan huruf Arab.
Arab melayu berkembang di wilayah yang memiliki budaya melayu, seperti di seluruh daerah di pulau
Sumatra terutama yang dahulu pernah berdiri kerajaan kerajaan Islam. Aksara ini dikenal sejak jaman
Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Malaka.

E.Belajar Arab Melayu : Aturan Menulis Arab Melayu

Aksara (huruf) Arab yang digunakan adalah :

wau = ‫و‬ Qof = ‫ق‬ Tho = ‫ط‬ Za = ‫ز‬ Ha = ‫ح‬ Alif = ‫ا‬

Ha = ‫ه‬ Kaf = ‫ك‬ Dlo = ‫ظ‬ Sin = ‫س‬ Kho = ‫خ‬ Ba = ‫ب‬

ya = ‫ي‬ Lam = ‫ل‬ A'in = ‫ع‬ Syin = ‫ش‬ Dal = ‫د‬ Ta = ‫ت‬

Hamzah = ‫ء‬ Mim = ‫م‬ Ghin = ‫غ‬ Shod = ‫ص‬ Dza = ‫ذ‬ Tsa = ‫ث‬

Lam Alif = ‫ال‬ Nun = ‫ن‬ Fa = ‫ف‬ Dhod = ‫ض‬ Ro = ‫ر‬ Jim = ‫ج‬

Aksara tambahan :

cha = ‫چ‬ (ha bertitik 3)

nga = ‫ڠ‬ (ain bertitik tiga)

pa = ‫ڤ‬ (fa bertitik 3)

ga = ‫ڬ‬ (kaf bertitik)

va = ‫ۏ‬ (wau bertitik)

nya = ‫ڽ‬ (nun bertitik 3)

Angka Arab yang digunakan adalah :


0 = ٠ 1 = ١ 2 = ٢ 3 = ٣ 4 = ٤ 5 = ٥ 6 = ٦ 7 = ٧ 8 = ٨ 9 = ٩ 10 = ١٠

Aturan dan Cara penulisan (dengan asumsi anda pernah belajar menulis/membaca Al-Quran) :

1. Aksara ditulis secara gundul, sering disebut sebagai Arab Gundul.

2. Huruf alif yang berdiri sendiri berbunyi a atau e.

3. Huruf alif yang diikuti wau berbunyi u atau o.

4. Huruf alif yang diikuti ya berbunyi i atau Ã.

5. Konsonan diikuti huruf alif akan berbunyi fatah (bunyi a).

6. Konsonan diikuti huruf wau akan berbunyi dhomah (bunyi u).

7. Konsonan diikuti huruf ya akan berbunyi kasroh (bunyi i).

8. Konsonan di awal atau di tengah kata tanpa diikuti alif, wau atau ya berbunyi fatah ( a atau e)

9. Konsonan di akhir kata adalah konsonan mati, kecuali diikuti alif, wau atau ya.

10. Huruf ain digunakan sebagai penanda huruf k seperti pada kata rakyat : ‫رعيت‬

11. Jika dalam satu kata terdiri dari dua suku kata yang memiliki saksi huruf alif, wau atau ya maka
penulisannya seperti contoh berikut :

Bu ku = ‫بو كو‬ Ki ta = ‫كيت‬ Ba ta = ‫با ت‬ Sa ya = ‫سا ي‬

12. Jika dalam satu kata terdiri dari tiga suku kata atau lebih yang memiliki saksi huruf alif, wau atau ya
maka penulisannya seperti contoh berikut :

Be be ra pa = ‫ببرا ف‬ Ke ma na = ‫كما ن‬
13. Konsonan yang berbunyi mati / sukun berbunyi i atau u, maka wajib memakai saksi ‫ ي‬dan ‫و‬

Kiri = ‫كي ري‬ Guru = ‫ڬو رو‬

Contoh penulisan kalimat :

‫سيا سداڠ بال جر منوليس عرب مال يو‬

Saya sedang belajar menulis Arab Melayu

Anda mungkin juga menyukai