Anda di halaman 1dari 17

BAHAN AJAR BMR

Devi Surindra, M.Pd.

surindrabindo@gmail.com Latihan Bahan Ajar BMR


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. Bahasa Melayu di Prasasti Kuno

Berbagai pustaka telah membuktikan bahwa bahasa Melayu merupakan akar bahasa
Indonesia. Bahasa Melayu adalah basantara (lingua franca) atau bahasa
perhubungan. Namun, tahukah Kerabat Nara bahwa bahasa Melayu juga memiliki
periodisasinya sendiri?

Bahasa Melayu yang digunakan dan berkembang pada abad ke-7 hingga ke-14
disebut sebagai Bahasa Melayu Kuno. Cukup sulit untuk menemukan rujukan
terbaru yang meneliti awal kemunculan dan ciri-ciri bahasa Melayu Kuno. Satu-
satunya sumber yang komprehensif sejauh penelusuran saya pada hari ini adalah
buku Masa Lampau Bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai  (1991) yang disunting oleh
Harimurti Kridalaksana.

Pada bab “Pertumbuhan Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Dunia”, A. Teeuw


membahas penelitian-penelitian terdahulu tentang bahasa Melayu Kuno yang
menemukankata mamawa (‘membawa’), mangujari (‘mengujari’), parvuatannya (‘pe
rbuatannya’), niparsumpahkan (‘dipersumpahkan’), dan niujari (‘diujari’).

Para peneliti memang telah mengidentifikasi prasasti-prasasti berbahasa Melayu


Kuno. Batu bersurat di Desa Sojomerto, dekat Pekalongan, Jawa Tengah, misalnya,
menggunakan bahasa Melayu Kuno. Prasasti Manjucrigrha di Candi Sewu, Jawa
Tengah, juga memuat bahasa Melayu Kuno. Di Jawa Tengah, ditemukan pula
lempeng emas di Purbalingga, Prasasti Dieng, dan Prasasti Sang Hyang Wintang
yang memanfaatkan bahasa Melayu Kuno.

Teeuw menegaskan bahwa era Melayu Kuno tidak


dapat dipisahkan dari prasasti-prasasti Kerajaan
Sriwijaya. Di sini, banyak ditemukan kosakata
pinjaman Sanskerta. Ada dugaan bahwa prasasti
tersebut ditulis oleh pejabat istana yang memiliki
pengetahuan agama dan kebudayaan India (Hindu-
Buddha). Bahkan, Sneddon (2003) dalam The Indonesian Language: Its History and Role
in Modern Society mengatakan bahwa para biksu memasukkan kata-kata Sanskerta
dalam prasasti untuk mengekspresikan kedalaman wawasan keagamaan mereka.
Bahasa Sanskerta dinilai sebagai bahasa suci yang bisa meningkatkan kekuatan dan
efektivitas pesan.

Lebih dari itu, kosakata Sanskerta juga digunakan


untuk menunjang fungsi administrasi kerajaan. Barulah
setelah itu, pinjaman-pinjaman kosakata tersebut
diterima sebagai kata-kata biasa dalam bahasa Melayu,
seperti bhakti (‘bakti’), danda (‘denda’),
dan drohaka  (‘durhaka’).

Pada lain sisi, Kridalaksana mengutip hasil dari


berbagai penelitian yang menemukan pola-pola
menarik dalam bahasa Melayu Kuno. Salah satunya
adalah pola penggunaan kata yang. Kata tersebut sering kali mendahului nomina.
Contohnya adalah yang wuatnya jahat (‘yang perbuatannya jahat’) dan subhiksa muah
yang wanuannya parawis (‘yang daerahnya makmur pada seluruhnya’). Yang juga
kerap mendahului verba, seperti pada yang marvudhi (‘yang bersekongkol’), yang
nivava  (‘yang membawa’), yang nitanam (‘yang ditanam’), dan yang manyuruh
marjjahati  (‘yang menyuruh berbuat jahat’).

Baik Teeuw maupun Kridalaksana belum berani mengatakan bahwa bahasa Melayu
Kuno merupakan nenek moyang langsung bagi bahasa Melayu Klasik dan bahasa
Melayu Modern. Pasalnya, dokumen-dokumen berbahasa Melayu begitu terserak
dan sukar untuk dibaca.

LATIHAN

Kerjakanlah tugas di bawah ini untuk melengkapi kegiatanmu.


1. Xxxxxx
2. Xxxxxx
3. Xxxxxx
4. Xxxxx
5. Xxxxx
6. xxxxx
B. Bahasa Melayu Klasik
Bahasa Melayu Klasik adalah dialek bahasa Melayu yang dipakai oleh Kesultanan
Melaka (abad ke-14), Kesultanan Aceh, dan sejumlah entitas politik lain di
sekitarnya hingga abad ke-18. Apakah dialek temporal (waktu) ini merupakan
perkembangan lanjutan dari bahasa Melayu Kuno yang dipakai oleh Kerajaan
Sriwijaya atau perkembangan dari dialek lain yang berkembang terpisah tidaklah
diketahui. Tidak ada bukti tertulis atau laporan mengenai perubahan atau evolusi
bahasa ini.
Bahasa Melayu berkembang secara meluas menjadi bahasa Melayu Klasik melalui
masuknya secara berangsur-angsur berbagai unsur perbendaharaan kata bahasa
Arab dan Parsi. Perkembangan ini berkait dengan menguatnya pengaruh agama
Islam di Asia Tenggara sejak abad ke-13. Pada mulanya, bahasa Melayu Klasik
adalah kelompok dialek yang beragam, yang mencerminkan asal-usul beragam
kerajaan Melayu di Asia Tenggara. Salah satu dialek yang berkembang dalam tradisi
kesusastraan Melaka pada abad ke-15 ini akhirnya menjadi pradominan. Pengaruh
kuat Melaka dalam perdagangan antarbangsa di wilayah ini menjadikan bahasa
Melayu sebagai bahasa perantara dalam perdagangan dan diplomasi, kedudukan
yang dipertahankan sepanjang zaman kesultanan Melayu berikutnya, zaman
penjajah Eropa, dan zaman modern. Bahasa Melayu Klasik tercatat pada berbagai
naskah-naskah hikayat dan bentuk susastra lain, peraturan perundang-undangan,
serta surat-surat komunikasi antara penguasa-penguasa Nusantara bagian barat.
Terdapat pula beberapa prasasti dari periode awalnya.
Sejarah
Batu Bersurat Terengganu (1303), bukti terawal tulisan Jawi di dunia Melayu.
Periode Melayu Klasik dimulai ketika Islam
bertapak di wilayah ini dan kedudukannya
meningkat menjadi agama negara. Sebagai hasil
dari pengislaman dan pertumbuhan perdagangan
dengan dunia Islam, zaman ini menjadi bukti
penyerapan perbendaharaan kata bahasa Arab dan
Parsi serta penyepaduan kebudayaan Islam utama
dengan kebudayaan Melayu setempat. Contoh
perbendaharaan kata bahasa Arab yang terkandung
dalam bahasa Melayu praklasik yang ditulis dalam
aksara Kawi ditemukan dalam Prasasti Minye
Tujoh bertarikh 1380 M dari Aceh di Sumatra.
Namun demikian, bahasa Melayu praklasik
mengambil bentuk yang lebih radikal lebih dari
setengah abad sebelumnya sebagaimana dibuktikan
dalam Prasasti Batu Terengganu tahun 1303 M serta
Prasasti Pangkalan Kempas tahun 1468 M dari
Semenanjung
Malaya. Kedua prasasti tersebut tidak hanya berfungsi sebagai bukti Islam sebagai
agama negara, tetapi juga sebagai spesimen tertua dari bentuk ortografi klasik yang
dominan, yaitu abjad Jawi. Prasasti serupa yang memuat berbagai istilah bahasa
Arab yang diterima pakai dengan beberapa di antaranya masih tertulis dalam aksara
keindiaan juga ditemukan di bagian lain Sumatra dan Kalimantan.

LATIHAN

Kerjakanlah tugas di bawah ini untuk melengkapi kegiatanmu.


7. Xxxxxx
8. Xxxxxx
9. Xxxxxx
10.Xxxxx
11.Xxxxx
12.xxxxx
C. Bahasa Melayu Modern
Bahasa Melayu Modern adalah bahasa yang dituturkan pada abad ke-20 hingga
kini, yaitu setelah kedatangan penjajah Eropa seperti Portugis, Belanda, dan Inggris.
Hasil karangan Munsyi Abdullahlah yang dianggap sebagai permulaan zaman
bahasa Melayu Modern.
Pada zaman ini pengaruh Barat banyak digunakan. Hal ini karena sebagian besar
kosakata dari Barat difokuskan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak hanya
itu, pemikiran dan filsafat Barat, teknologi Barat, dan sistem penadbiran Barat
menguasai bahasa Melayu.[11]
Sebelum penjajahan Inggris di Malaysia, bahasa Melayu mencapai kedudukan yang
tinggi, berfungsi sebagai bahasa perantaraan, penadbiran, kesusastraan, dan bahasa
pengantar di pusat pendidikan Islam. Setelah Perang Dunia II, Inggris menjadikan
bahasa Inggris sebagai pengantar dalam sistem pendidikan. Setelah Malaysia
merdeka, Undang-Undang Dasar Perserikatan Malaysia Pasal 152 menetapkan
bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan Malaysia. Undang-Undang Bahasa
Kebangsaan 1963/1967 menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi negara
Malaysia. Laporan Razak 1956 mengusulkan bahasa Melayu sebagai pengantar
dalam sistem pendidikan negara. Selain di Malaysia, bahasa Melayu juga menjadi
bahasa resmi di Singapura dan Brunei. Di Timor Leste dan Indonesia digunakan
bahasa Indonesia yang dianggap sebagai sebuah dialek baku bahasa Melayu di
Indonesia.
Sejarah
Perkembangan kesusastraan Melayu pramodern pada abad ke-19 menyebabkan
kebangkitan gerakan intelektual dalam kalangan penduduk setempat dan
kemunculan komunitas baru ahli bahasa Melayu. Penghargaan bahasa semakin
meningkat dan berbagai upaya dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan lagi
penggunaan bahasa Melayu serta meningkatkan kemampuannya dalam
menghadapi zaman modern yang penuh tantangan. Di Malaysia, upaya yang
dilakukan antara lain adalah perencanaan korpus bahasa Melayu yang pertama kali
digagas oleh Pakatan Belajar-Mengajar Pengetahuan Bahasa (Persatuan
Pembelajaran dan Pengajaran Pengetahuan Bahasa) yang didirikan pada tahun 1888.
Persatuan yang berganti nama pada tahun 1935 menjadi Pakatan Bahasa Melayu
dan Persuratan Buku Diraja Johor (Persatuan Bahasa Melayu dan Kesusastraan
Kerajaan Johor) terlibat secara aktif dalam mengatur dan menyusun pedoman ejaan,
kamus, tata bahasa, tanda baca, huruf, karangan, istilah, dan lain-lain lagi.[12]
Pendirian Maktab Latihan Sultan Idris (SITC) di Tanjung Malim, Perak pada tahun
1922 menggiatkan upaya ini. Pada tahun 1936, Za'ba, seorang cendekiawan Melayu
yang terkemuka dan dosen SITC, menghasilkan seri buku tata bahasa Melayu
berjudul Pelita Bahasa yang memodernkan struktur bahasa Melayu Klasik dan
menjadi dasar bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia pada saat ini.[13]
Perubahan paling penting adalah dalam sintaksis, dari bentuk pasif klasik kepada
bentuk aktif modern. Pada abad ke-20, perbaikan lain turut dilakukan oleh
persatuan, organisasi, lembaga pemerintah, dan kongres lain di berbagai wilayah di
wilayah ini.
Penulisan mempunyai tempat tersendiri
dalam sejarah kesadaran diri dan perjuangan
nasionalis di Indonesia dan Malaysia. Selain
menjadi sarana utama untuk menyebarkan
pengetahuan dan informasi, surat-surat kabar
dan jurnal seperti Al-Imam (1906), Panji
Poestaka (1912), Lembaga Melayu (1914),
Warta Malaya (1931), Poedjangga Baroe
(1933), dan Utusan Melayu (1939) menjadi
pendorong utama dalam memperjuangkan
dan membentuk perjuangan nasionalisme.
Penulisan, baik dalam bentuk novel, cerita
pendek, atau puisi, semuanya mempunyai
peran tersendiri dalam menggelorakan
semangat Kebangkitan Nasional Indonesia
dan Nasionalisme Melayu.
Sewaktu Kongres Pemuda Indonesia pertama
yang diadakan pada tahun 1926, bahasa Melayu telah dipermaklumkan sebagai
bahasa persatuan Indonesia dalam Sumpah Pemuda. Pada tahun 1945, bahasa yang
dinamakan bahasa Indonesia, diabadikan sebagai bahasa kebangsaan dalam
undang-undang dasar Indonesia yang baru merdeka. Kemudian pada tahun 1957,
bahasa Melayu telah diangkat menjadi bahasa kebangsaan untuk Perserikatan
Malaya yang merdeka (kemudian dibentuk kembali menjadi Malaysia pada tahun
1963). Kemudian pada tahun 1959, bahasa Melayu juga menerima status bahasa
kebangsaan di Brunei, walaupun baru berhenti menjadi negara naungan Britania
pada tahun 1984. Ketika Singapura berpisah dari Malaysia pada tahun 1965, bahasa
Melayu menjadi bahasa kebangsaan republik baru itu dan salah satu dari empat
bahasa resmi. Kemunculan negara-negara yang baru merdeka ini membuka jalan
bagi penggunaan bahasa Melayu atau bahasa Indonesia yang lebih luas dan meluas
dalam penadbiran pemerintahan dan pendidikan. Perguruan-perguruan tinggi dan
universitas dengan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar utama telah
diperkenalkan dan berkembang sebagai pusat penelitian dan penghasilan tulisan-
tulisan intelektual baru dalam bahasa Melayu.[14] Setelah Timor Leste merdeka dari
Indonesia, bahasa Indonesia telah ditetapkan oleh undang-undang dasar tahun 2002
negara itu sebagai salah satu dari dua bahasa kerja (yang lain adalah bahasa
Inggris).
LATIHAN

Kerjakanlah tugas di bawah ini untuk melengkapi kegiatanmu.


13.Xxxxxx
14.Xxxxxx
15.Xxxxxx
16.Xxxxx
17.Xxxxx
18.xxxxx
D. Bahasa Melayu Riau Asal Bahasa Indonesia
“Bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu, dasar bahasa Indonesia ialah
bahasa Melayu yang disesuaikan dengan pertumbuhannya dalam masyarakat
Indonesia sekarang.”
Itulah salah satu keputusan dalam Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di
Medan. Sebelum Indonesia merdeka dan bahasa persatuan kita diresmikan,
sebagian besar penduduk di Nusantara telah akrab dengan bahasa Melayu. Bahasa
ini berdiri sebagai basantara (lingua franca) atau bahasa perhubungan.
Sejarah penggunaan bahasa Melayu di Nusantara dapat dibuktikan melalui
beberapa penemuan. Prasasti yang ditemukan di Kedukan Bukit (Palembang, 683
M), Talang Tuwo (Palembang, 684 M), Kota Kapur (Bangka Barat, 686 M), dan
Karang Brahi (Jambi, 688 M) tertulis dengan huruf Pranagari dengan bahasa Melayu
Kuno. Selain digunakan dalam transaksi perdagangan, bahasa Melayu pun
diandalkan sebagai bahasa kebudayaan, khususnya pada zaman Kerajaan Sriwijaya,
yakni sebagai bahasa utama dalam buku pelajaran agama Buddha.
Berdasarkan latar belakang historis yang begitu kuat di tanah Nusantara, tidak
heran jika bahasa Melayu dipilih untuk menjadi akar bagi bahasa Indonesia. Alasan
itu pula yang paling saya ingat dari mata kuliah Perkembangan Bahasa Indonesia
semasa kuliah dulu. Akan tetapi, Kridalaksana dalam Masa-Masa Awal Bahasa
Indonesia Cetakan Kedua (2010: 30) menuliskan dua faktor lainnya yang
menjadikan bahasa Melayu sebagai kandidat terkuat di antara bahasa Jawa dan
bahasa Sunda.
Mudah Dikuasai
Bahasa Melayu merupakan salah satu bahasa yang mudah untuk dikuasai.
Strukturnya sederhana dan kosakatanya bersifat terbuka. Perlu diketahui pula
bahwa bahasa Melayu yang mudah dan yang menjadi basis bagi bahasa Indonesia
adalah bahasa Melayu pijin. Pijin merupakan alat komunikasi singkat yang
digunakan oleh dua pihak, perorangan atau kelompok, yang mempunyai dua
bahasa yang tidak saling berpengertian. Bahasa Melayu pijin lazim digunakan
dalam transaksi perdagangan atau pertemuan singkat.
Kolonialisme Belanda
Pemerintah Belanda mengetahui bahwa bahasa Melayu adalah bahasa yang sudah
dikenal baik oleh penduduk Hindia Belanda dan memiliki beragam variasi. Dalam
rangka menegakkan sistem pendidikan, pemerintah kolonial membentuk panitia
khusus untuk menentukan jenis bahasa Melayu yang akan digunakan di sekolah-
sekolah dasar. Akhirnya, bahasa Melayu Riau dikukuhkan sebagai bahasa Melayu
standar dan menjadi bahasa resmi Balai Pustaka. Bahasa Melayu Riau inilah yang
kemudian dikembangkan menjadi bahasa Indonesia.
Lalu, kenapa bahasa Belanda tidak menjadi bahan bakar utama untuk bahasa
Indonesia? Menurut saya, pertanyaan ini mengundang jawaban yang cukup
menarik. Kridalaksana menuliskan bahwa Pemerintah Belanda di Indonesia tidak
pernah memaksa pribumi untuk menguasai bahasa Belanda. Hal ini berbeda dengan
sistem penjajahan Belanda di Suriname dan Antillen yang memiliki tendensi
pengasimilasian penduduk sehingga memerlukan upaya pemerluasan bahasa
Belanda. Dapat dikatakan pula, Belanda tidak menjajah Indonesia secara linguistik
sebagaimana Inggris terhadap Singapura.
Berarti, berdasarkan pemaparan di atas, penetapan
bahasa Melayu sebagai fondasi untuk bahasa
Indonesia dilandasi oleh tiga faktor utama.
Pertama, penutur bahasa Melayu lebih tersebar
dibandingkan dengan penutur bahasa-bahasa
lainnya di Nusantara. Kedua, bahasa Melayu,
khususnya Melayu pijin, dinilai mudah untuk
dikuasai. Hal itulah yang mengantarkan bahasa
Melayu menjadi basantara. Kemudian, yang ketiga
adalah faktor campur tangan Pemerintah Belanda
dalam memantapkan bahasa Melayu Riau sebagai
alat komunikasi di sekolah dasar.

LATIHAN

Kerjakanlah tugas di bawah ini untuk melengkapi kegiatanmu.


19.Xxxxxx
20.Xxxxxx
21.Xxxxxx
22.Xxxxx
23.Xxxxx
24.xxxxx
E. Dialek Bahasa Melayu di Riau
Sungguh banyak jajaran pulau
Pulau Bintan tanahnya merah
Bahasa Indonesia dari Melayu Riau
Jangan kita melupakan sejarah
Siapa yang tidak tahu bahwa bahasa Indonesia yang kita gunakan dalam
percakapan sehari-ini berasal dari bahasa melayu Riau?
Sejak jaman Kerajaan Sriwijaya, Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa internasional
Lingua franca di kepulauan Nusantara.
Awalnya, pusat kebudayaan melayu berada di Malaka. Kemudian pindah ke Johor,
dan akhirnya pindah ke Riau. Sejak itulah Riau menjadi pusat kebudayaan Melayu.
Bahasa melayu jaman Malaka dikenal dengan Melayu Malaka, pada jaman Johor
dikenal dengan bahasa melayu Johor. Sedangkan bahasa melayu jaman Riau dikenal
dengan bahasa melayu Riau.
Puncak kejayaan perkembangan bahasa dan sastra melayu ada pada masa
pemerintahan Raja Ali Haji yang berasal dari kerajaan Riau-Lingga di Pulau
Penyengat.
Bahasa melayu Riau sendiri memiliki beraneka ragam dialek, tergantung pada
daerah masing-masing.
Riau Pesisir
Riau pesisir atau Riau bagian hilir memiliki dialek yang hampir sama dengan bahasa
melayu Riau Kepulauan dan semenanjung melayu (Malaysia dan Singapura).
Dengan logat dan dialek kata-katanya yang berakhiran ‘a’ berubah menjadi ‘e’
lemah. Contoh: “Mau pergi kemana” menjadi “Nak pegi kemane”.
Penggunaan dialek ini bisa kita temui di daerah Bengkalis dan Kepulauan Meranti.
Namun di beberapa wilayah di Bengkalis, terutama daerah pasar, terdapat
perbedaan dialek melayu Bengkalis. Jika sebelumnya kata-katanya yang berakhiran
‘a’ berubah menjadi ‘e’ lemah, sekarang ‘e’ lemah tadi berubah menjadi ‘o’.
Contoh:
Saya – disebut saye disebut juga sayo
Apa disebut Ape disebut juga apo
Berapa disebut Berape disebut juga berapo
Bunga – Bunge disebut juga bungo
Rokan Hilir
Rokan Hilir bahasa melayunya hampir sama dengan Bengkalis, selain menggunakan
akhiran ‘e’ lemah, juga menggunakan akhiran ‘o’.
Contoh:
Orang – Uyang
Tidak hendak – Tak ondak
Berlayar – Belaya
Beli – Boli
Barang – Baghang
Jemur – Jemor
Rumah – Umah
Cukup – Cukuik
Lihat – Tengok
Esok – Isok
Bahasa melayu Rokan Hilir dipengaruhi oleh bahasa melayu Riau pedalaman dan
juga dipengaruhi sedikit oleh bahasa melayu Deli, batak dan pesisir timur.
Siak
Bahasa melayu di Siak juga mirip dengan bahasa melayu Bengkalis. Dialeknya juga
berakhiran ‘e’ lemah dan berakhiran ‘o’. Salah satu yang membedakan dari bahasa
melayu lainnya, di Siak kita bisa menyebut kamu dengan “miko”.
Contoh: “Kamu mau pergi kemana” menjadi “miko nak pegi kemano”.
Dumai
Bahasa melayu di Dumai sendiri mirip dengan bahasa melayu kepulauan. Sama
seperti bahasa melayu Siak, terdapat perbedaan dalam menyebut kamu. Di Dumai
kamu disebut “mike”.
Contoh: “Kamu mau pergi kemana” menjadi “mike nak pegi kemane”.
Pelalawan
Bahasa melayu yang ada di Pelalawan ini lebih mirip dengan bahasa melayu
Kampar (Ocu). Selain itu tradisi di Pelalawan juga turut dipengaruhi oleh tradisi
dan budaya dari Kampar. Bahasa melayu Pelalawan menggunakan akhiran ‘o’.
Indragiri Hulu
Logat dan dialek bahasa melayu yang digunakan mirip dengan Semenanjung
Melayu, adapun contoh penggunaan bahasa melayu disini sebagai berikut:
Saya – saye – awak
kecil – kecik – kocik
kedai – kedai – kodai
Indragiri Hilir
Bahasa melayu di Indragiri Hilir merupakan percampuran dari komunitas banjar
dengan melayu pesisir dan kepulauan, terutama di Tembilahan. Sedangkan jika kita
pergi ke daerah pesisir, bahasa melayu yang dipakai adalah standar bahasa melayu
Riau.
Pekanbaru
Bahasa asli Pekanbaru merupakan bahasa melayu Siak, karena Pekanbaru dulunya
sempat dijadikan pusat pemerintahan Kerajaan Siak. Selain bahasa melayu
Pekanbaru, juga terdapat bahasa melayu Kampar (Ocu). Perkembangannya saat ini,
bahasa Pekanbaru banyak dipengaruhi para pendatang.
Contoh bahasa melayu Pekanbaru:
“Kamu mau pergi kemana” menjadi “Awak tuh nak pegi kemane?” atau “Awak nak pegi
kemano?”
Saat ini sudah jarang mendengar bahasa melayu di Pekanbaru, kecuali di kantor
pemerintahan ataupun di tepian Sungai Siak.
Riau Pedalaman
Bahasa melayu Riau pedalaman ini merupakan bahasa asli melayu Sumatera yang
mirip dengan dialek minangkabau. Bahasa melayu Riau pedalaman ini dapat kita
jumpai di Kampar, Rokan Hulu dan Kuantan Singingi.
Kedekatan wilayah menjadikan dengan minangkabau turut serta mempengaruhi
kebudayaan di tiga daerah ini. Namun sesungguhnya, bahasa melayu di Riau
pedalaman ini sangat berbeda dengan minangkabau.
Kampar
Bahasa melayu Kampar lebih dikenal dengan bahasa Ocu. Kebudayaan suku Ocu
lebih kepada budaya hindu bukan minangkabau, terutama di daerah Muara Takus.
Di daerah inilah awal mula Kerajaan Sriwijaya.
Bahasa Ocu dalam kosa katanya memiliki banyak kemiripan dengan bahasa
minangkabau, namun dalam vokal dan dialeknya sangat kental dengan melayu. Hal
ini lah yang menjadikan bahasa Ocu sangat khas.
Contoh :
saya – awak – deyen
anda – kau
pergi – poyi
pekan – pokan
kecil – kocik
kedai – kodai
mau – mo
abang – Ochu
air – ayu
helikopter – helikopitiu

Kuantan
Bahasa melayu di Kuantan lebih dikenal dengan bahasa Kuantan. Dialek dan
logatnya sedikit mirip dengan bahasa Ocu. Namun juga mirip dengan bahasa
minangkabau. Di beberapa daerah Kuantan yang berbatasan dengan daerah
Indragiri juga ada percampuran bahasa Kuantan dan bahasa melayu Indragiri.
Melayu Ocu Kuantan Minangkabau
Parit Bondau Bondar Banda
Rokan Hulu
Bahasa melayu Rokan Hulu itu merupakan percampuran dari 3 bahasa, antara
Mandailing, Melayu, dan Minangkabau.
Contoh: “Kamu mau pergi kemana” menjadi “Awak Nak Poii Ka Mano?” atau “Kau Nak
Poii Ka Mano”.
DAFTAR PUSTAKA

https://narabahasa.id/artikel/linguistik-interdisipliner/evolusi-bahasa/bahasa-
melayu-asal-usul-bahasa-indonesia
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. “Sekilas tentang Sejarah Bahasa
Indonesia”. Diakses pada 4 Januari 2023.
Kridalaksana, Harimurti. 2010. Masa-Masa Awal Bahasa Indonesia Cetakan Kedua.
Depok: Laboratorium Leksikologi dan Leksikografi Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
https://www.ranahriau.com/berita-2690-yukkk-kenali-ragamnya-dialek-bahasa-
melayu-riau-ini-lengkapnya.html

Anda mungkin juga menyukai