Anda di halaman 1dari 12

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Repository UMMI

NAZAM QUSYASYI (TAREKAT SYATTARIYAH ULAKAN):


SUNTINGAN TEKS DAN ANALISIS ISI

Yuyun Sri Wahyuni


Program Studi Hubungan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Sukabumi
e-mail: masayafiq@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini sebagai wahana pembuktian bahwa karya sastra melayu Islam nusantara yang
lahir dan ada hingga kini di wilayah Minangkabau Sumatra Barat dalam bentuk nazam sangat
mustahil tidak dipengaruhi oleh karya Sastra Arab baik dari segi gagasan, struktur bahkan
penggunaan beberapa kosakata bahasa Arab di dalamnya. Sungguhpun demikian karya sastra
melayu Minangkabau ini bukanlah saduran atau terjemahan dari sastra Arab, karena teks
nazam ini selain ditulis dengan menggunakan aksara Arab berbahasa Melayu (Jawi), juga
bermaksud mendeskripsikan beberapa tema penting terkait kronologi kedatangan dan
penyebaran Islam, Tarekat Syattariyah, konsep dan karakter ajarannya serta para tokoh yang
berperan dalam menyebarkan ajaran tersebut di wilayah Sumatera Barat. Kesimpulan
penelitian ini adalah bahwa meski teks nazam ini mendapat pengaruh dari bahasa dan sastra
Arab berdasarkan penggunaan serapan beberapa kosa kata bahasa Arab disertai kekhasan
konsep dan pola nazam pada umumnya, tetapi tetap memiliki karakteristik khas yang bersifat
lokal, kreativitas penulisnya, dan tidak terikat dengan penggunaan rima secara ketat
sebagaimana syi’ir. Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) melalui
pendekatan filologis dan historis dalam menganalisis beberapa aspek penting yang dapat
mengungkap dan menjelaskan tema serta isi dari teks nazam ini.

Kata Kunci : Nazam Qusyasyi, Tarekat Syattariyah, Teks, dan Analisis

PENDAHULUAN Melayu sebagai bahasa untuk menuliskan


dokumen-dokumen resminya, termasuk
Masuknya Islam ke Nusantara sejarah lokalnya. Aksara yang digunakan
menandai peralihan dari tradisi lisan menjadi juga yang mereka peroleh melalui agama
tulisan. Peran bahasa Melayu sebagai bahasa Islam, yaitu aksara Arab (Ikram, 1997:38).
pergaulan (lingua franca) selain didukung Bahasa Melayu berubah dari bahasa ragam
oleh para pedagang Nusantara juga lisan ke bahasa ragam tulisan dengan
didukung oleh para penyebar agama Islam. menggunakan huruf Arab Melayu (Jawi)
Para ulama khususnya yang berada di luar disebabkan beberapa faktor di antaranya
Jawa menggunakan bahasa Melayu sebagai adalah karena para pembawa Islam
bahasa pengantar sehingga mendorong (Muballigh) berasal dari Arab dan karena
perluasan penggunaan bahasa Melayu kepraktisan aksara Arab. Tidak dapat
(Fathurahman,2008:18). Tidaklah dipungkiri bahwa peradaban di Nusantara
mengherankan bahwa semua daerah di dipengaruhi Islam salah satunya dengan
Nusantara, yang di masa lampau merupakan aksara Arab Melayu ini. Bukti keberadaan
kerajaan Islam, menggunakan bahasa
17
tulisan Arab Melayu (Jawi) dapat dijumpai dikategorikan sebagai zaman baru dalam
pada Prasasti Batu Bersurat Terengganuyang pengembangan intelektual di kepulauan
terdapat di Kuala Berang, Terengganu, Melayu, sebab pada periode ini berbagai
Malaysia. Tulisan Jawi yang terdapat pada cabang pengetahuan mulai ditulis dan
batu ini dibuat pada tahun 702 H/1303 M diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu.
atau jauh sebelum bentuk tulisan latin sehingga sepanjang periode tersebut di
dikenal secara luas. Tulisan Jawi pada kepulauan Melayu, Bahasa melayu secara
prasasti ini menunjukan pengaruh Islam tertulis mulai digunakan secara luas,
yang cukup kental di tanah Melayu. Sekitar terutama dalam hal berkaitan dengan
abad ke-14 sampai abad ke-19 M, banyak kesusastraan.
karya-karya ulama diNusantara yang ditulis Kesusastraan Indonesia lama yang
dalam bahasa Arab-Melayu. Pengaruh merupakan warisan dari zaman kedatangan
Bahasa Arab dalam masyarakat dan Islam, tertulis dalam tulisan Arab. Karya
kebudayaan Melayu, telah dimulai sejak kesusastraan Indonesia lama terutama yang
terjadinya hubungan antara penutur bahasa bercorak keislaman diedarkan di kalangan
sumber (Bahasa Arab) dengan penutur orang Indonesia untuk mengembangkan
bahasa Melayu, atau bersamaan dengan syiar Islam. Di Indonesia, teks dalam
masuk dan berkembangnya Islam di manuskrip Islam banyak ditulis dan
kepulauan Melayu, melalui proses dan dihasilkan dengan menggunakan berbagai
sosialisasi, yang menurut teori Gujarat bahasa (misalnya teks berbahasa Aceh,
diperkirakan pada abad 12 s.d 15 M. (Azra, Melayu dan Arab di Aceh, teks berbahasa
2005:2) Selain itu dikatakan juga bahwa Melayu, Jawa dan Arab di Palembang, atau
Islam datang ke Indonesia langsung dari teks berbahasa Sunda, Jawa, Arab dan
Arab. Dengan pengenalan tulisan aksara Melayu di Pasundan) dan banyak sekali
Arab, yang diadopsi untuk bahasa Melayu unsur pengaruh dan pinjaman dari satu
dilengkapi beberapa aksara yang mewakili tradisi ke tradisi yang lain (Henry dan
bunyi bahasa Melayu yang tidak ada dalam Fathurahman, 1999:13).
sistem bunyi Arab. Sebaliknya, huruf-huruf Manuskrip keislaman di Indonesia lebih
yang melambangkan bunyi bahasa khas banyak berkaitan dengan ajaran tasawuf,
Arab dengan sendirinya tersisih, kecuali bila seperti karya Hamzah Fansuri, Syeh
yang ditulis adalah kata asli Arab, meskipun Nuruddin ar-Raniri, Syeh Abdul Rauf al-
kata itu sudah terserap. Tulisan Arab- Singkili, dan Syeh Yusuf al-Makassari.
Melayu yang juga disebut Jawi itu terlihat Tidak sedikit pula yang membahas tentang
relatif sederhana bila dibandingkan dengan studi al-Quran, Tafsir, Qiraah Dan Hadis.
tulisan Arab-Jawa yang disebut Pegon Misalnya Syeh Nawawi Banten dengan
sehingga bahasa Melayu mengalami tafsir Marah Labib dan kitab Al-Adzkar.
perkembangan yang pesat, terutama ketika Ada pula Syeh Mahfudz Termas dengan
bahasa Melayu digunakan untuk menulis Ghunyah at-Thalabah fi Syarh ath-
buku-buku Islam (Fathurahman,2008:18). Thayyibah, al-Badr al Munir fi Qiraah Ibn
Pada abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Katsir dan karya-karyanya yang lain.
Masehi, agama Islam memperkenalkan Sebagian karya-karya tersebut sudah
banyak istilah baru dalam filosofi dan Ilmu ditahqiq, dalam proses tahqiq, dan dicetak
Pengetahuan Islam lainnya, hal ini tanpa tahqiq. Sementara sebagian besar
membantu perkembangan bahasa Melayu lainnya masih berupa manuskrip. Padahal
menjadi bahasa yang dipelajari di kepulauan umumnya, karya kedua tokoh ini juga
Melayu. Pada periode tersebut dapat

18
menjadi rujukan dunia Islam, tidak hanya di ciri-ciri khasnya ialah terdiri dari dua baris
Indonesia. serangkap dengan jumlah perkataan dan
Pengaruh Islam di Nusantara sangat suku kata di dalam sebaris antara 10-12 suku
terlihat jelas pada abad ke 15 -16 M, hal ini kata. Yang kedua, skema rimanya ialah a/a,
dibuktikan dengan berkembangnya ajaran b/b, c/c, serima (monorhyme). Isinya tidak
Islam serta beberapa tradisi Arab yang sempurna dalam dua baris; dan puisi bentuk
mempengaruhi Islam di Nusantara, di antara nazam ini kadang dibawakan dengan cara
pengaruh tersebut dapat kita lihat dalam dilagukan seperti nasyid dan qasidah.
tradisi sastra Melayu dalam bentuk puisi Dalam Kamus al Munawwir nazam
atau syair yang berasal dari bahasa Arab berasal dari kata kerja nazama dalam bahasa
yaitu syi’ir. Arab berarti merangkai, mengarang,
Secara etimologi syi’ir berasal dari kata menyusun dan mengatur. Makna ini
‫ ش َعرأوشعُر‬yang berarti mengetahui dan termasuk merangkai, mengarang dan
merasakannya. Sedangkan menurut menyusun kata-kata dalam mengarang puisi.
terminologi, Syi’ir adalah suatu kalimat Dalam Kamoes Bahasa Minangkabau-
yang sengaja disusun dengan menggunakan Bahasa Melayoe Riau (Jakarta,1935) tidak
irama dan sajak yang mengungkapkan dijumpai kata "nazam", namun dapat
tentang khayalan atau imajinasi yang indah disamakan dengan "nalam", banalam
(Hamid, 1993:13), selain itu ada definisi (bernazam) ialah bercerita dengan lagu
yang berpendapat bahwa syi’ir adalah suatu terutama tentang agama atau yang berisi
kalimat yang sengaja disusun dengan pengajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa
menggunakan irama atau wazan arab. Indonesia ditemukan kata nalam sebagai
Secara terminologis, para ahli `arudh istilah lain untuk nazam. Nalam adalah
mengatakan bahwa pengertian syi`r itu sama gubahan sajak (syair, karangan), sementara
(muradif) dengan nazam. Nazam ialah puisi bernalam, bermaksud membaca puisi atau
yang berasal dari kesusasteraan Arab. bercerita dengan lagu; bersajak atau
Sebagaimana dikutip dari Kamus Diwan bersyair. Adapun menurut Kamus Besar
(1994:858) “Nazam” ialah perkataan Arab Bahasa Indonesia, Nazam adalah puisi yang
yang bermakna gubahan puisi seperti sajak berasal dari Parsi terdiri atas 12 larik berima
dan syair, ”bernazam” adalah bercerita 2-2atau 4-4, berisi perihal hamba sahaya
dengan lagu, bersajak atau bersyair, istana yang setia dan budiman.
menazamkan bermakna menceritakan Definisi-definisi di atas menunjukkan
dengan lagu atau menggubah dan bahwa dalam bahasa asalnya, nazam
mensajakkan. Terdapat istilah lain yang bermakna puisi secara umum. Di samping
digunakan untuk nazam yaitu nalam. itu istilah ‘bernazam’ dapat diartikan sebagai
Menurut Al Mu’jam al Wasith nazam berasal berlagu. Dalam hal ini istilah Nazam
dari istilah Arab nazama yang secara mengalami kedudukan yang sama dengan
etimologis berarti mengatur atau merangkai jenis syair dan gurindam. Ketiga jenis puisi
permata. Sedangkan secara terminologis tersebut diadopsi dari bahasa asing. Syair
berarti puisi. Sejenis puisi yang terikat. dan nazam berasal dari bahasa Arab,
Bentuk puisi ini biasanya digubah menurut gurindam berasal dari bahasa Tamil.
kaidah dan pertimbangan puisi Arab. Tema Ketiganya merupakan gubahan puisi secara
dalam puisi nazam biasanya berhubungan umum di dalam bahasa asal masing-masing.
dengan persoalan keagamaan, pendidikan, Setelah diadopsi ke dalam bahasa Melayu
dan keilmuan. Ada juga yang bertemakan perkataan-perkataan ini kemudian
nasihat, akhlak dan sebagainya. Di antara mengalami penyesuaian dan digunakan

19
sebagai istilah yang merujuk kepada jenis yang berupa puji-pujian dan solawat ini
puisi yang mempunyai struktur, isi dan diulang-ulang hingga ke baris akhir.
fungsi tersendiri. Contoh-contoh syair yang Berdasarkan sejarah, nazam dibawa ke
tertua atau pertama kali ditemukan dalam Asia Tenggara pada abad ke 16 oleh
karya sastra Melayu terdapat pada`puisi pedagang dan alim ulama yang
karya Hamzah Fansuri. Dalam karya menyebarkan agama Islam ke wilayah
Hamzah yang berjudul Asrar al-‘Arifin ia Melayu. Nazam, di samping syair, adalah
menerangkan tentang syair yang secara tidak puisi yang lahir dari kedatangan dan
langsung menjadi bukti bahwa syair perkembangan kesusasteraan Islam sejak
merupakan suatu genre baru semasa zaman Kerajaan Pasai hingga ke Kerajaan
hidupnya itu. Syair berkembang dalam Melayu Malaka. Nazam digunakan untuk
pengaruh puisi Parsi dan Arab di dalam menyampaikan ajaran Islam, sejarah,
kalangan sufi (Hadi, 2001:206) mengajar hukum, serta kisah para nabi.
Istilah nazam dalam konteks puisi Dalam beberapa manuskrip karya ulama
Melayu tradisional yang diterima pada masa Minangkabau berbagai nazam (sya’ir) ditulis
kini merujuk kepada sejenis puisi tradisional dengan penuh keindahan. Nazam-nazam
yang mempunyai beberapa ciri khas. Ciri- yang memiliki muatan yang“dalam”, penuh
ciri utama nazam adalah sebagaimana di filosofi dan dirangkai dengan kata-kata
bawah ini : indah tersebut ditulis oleh ulama-ulama sufi
1. Gubahan puisi yang terdiri dari 4 (empat) untuk menjelaskan pelajaran tasawuf.
baris. Dalam aspek ini menyerupai Nazam Qusyasyi yang isi teksnya
pantun, tetapi tidak mempunyai sampiran. mendeskripsikan tentang konsep dan pola
Keseluruhan baris mengandung Islamisasi serta proses transmisi Tarekat
isi/maksud. Syattariyah di Ulakan merupakan salah satu
2. Skema rima Nazam umumnya adalaha-a- karya sastra sufistik Minangkabau yang
a-a atau a-a-b-b.Meski begitu skema rima menceritakan awal mula kedatangan dan
ini tidaklah terlalu ketat. Terdapat nazam penyebaran agama Islam melalui ajaran
yang pada beberapa bait, skema rimanya tarekat bernama Syattariyah yang
sedikit longgar. dinisbatkan kepada Abdullah asy-Syattar
3. Pada umumnya, tiap-tiap baris nazam sebagai tokoh pendiri tarekat tersebut
terdiri dari lima atau enam kata yang dengan Syekh Ahmad al-Qusyasyi asal
terbagi atas sepuluh hingga dua belas Palestina sebagai guru utama melalui Syekh
sukukata. Namun begitu ada juga yang Burhanudin, murid dari Abdul Rauf Singkel
lebih dari enam kata dan memiliki 20 sebagai khalifah utama tarekat Syattariyah di
sukukata. Ulakan, Padang Pariaman, daerah pesisir
4. Bilangan bait nazam adalah tidak terbatas. Sumatera Barat.
5. Nazam adalah puisi yang pada umumnya
bertemakan keagamaan seperti METODE PENELITIAN
menceritakan tentang hukum dan kisah
Sebagai sebuah penelitian yang
kehidupan Nabi Muhammad SAW.
berbasis`naskah tunggal dalam format
6. Terdapat banyak penggunaan kosakata
digital, maka dua hal utama yang menjadi
Arab.
fokus penelitian melalui pendekatan filologi
7. Ciri signifikan dalam Nazam ialah ia
adalah suntingan teks dan analisis isi. Hal
dimulai dengan puji-pujian terhadap
tersebut sesuai dengan tujuan dari sebuah
Allah dan solawat kepada Nabi. Baris
penelitian filologi yaitu tidak hanya semata-
mata menghadirkan sebuah teks yang siap

20
dibaca, namun juga menyajikan teks yang “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan
siap dimengerti dan dapat diakses serta yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
dinikmati oleh lebih banyak pembaca masa Karya sastra merupakan alat efektif
kini. dalam penyebaran sebuah agama. Jalur
Adapun prosedur penelitian yang sastra inilah yang ditempuh masyarakat
dilakukan adalah dengan pendekatan muslim dalam penyebaran ajaran mereka.
pertama, inventarisasi naskah. Kedua, Karya-karya sastra bercorak Islam yang
deskripsi naskah, deskripsi hanya dilakukan ditulis di Indonesia, terutama Sumatera,
pada satu naskah nazam yang disunting, awalnya merupakan gubahan atas karya-
karena naskah pembanding tidak dapat karya sastra klasik Hindu-Buddha. Cara ini
ditemukan. Ketiga, pemilihan edisi, dalam ditempuh agar masyarakat pribumi tak
hal ini menggunakan edisi kritik. Keempat, terlalu kaget akan ajaran Islam. Selanjutnya,
analisis teks tema Nazam Qushashi (NQ). tema-tema yang ada mulai bernuansa Islami
Kelima, simpulan atau jawaban dari seperti kisah atau cerita para nabi dan rasul,
rumusan masalah. sahabat Nabi, pahlawan-pahlawan Islam,
Di samping itu, guna menganalisis dan hingga raja-raja Sumatera. Adakalanya
mengungkap makna yang terkandung dalam kisah-kisah tersebut bersifat setengah
teks, selain melakukan pendekatan filologis, imajinatif; dalam arti tak sepenuhnya
peneliti juga melakukan pendekatan sastra benar(Jamaris, 1993:59).
bandingan sebagai telaah terhadap genre Sumatera merupakan daerah pertama di
karya sastra suatu bangsa yang mempunyai Indonesia yang dipengaruhi Islam secara
kaitan kesejarahan dengan sastra bangsa lain politis. Kerajaan Islam tertua pun ada di sini,
dengan memperhatikan dampak atau yakni Samudera Pasai di Aceh. Karya sastra
hubungan pengaruh mempengaruhi yang yang dibuat di Sumatera ini kebanyakan
diterima oleh yang lainnya berdasarkan dua menggunakan aksara Arab dan berbahasa
karya sastra yang berasal dari dua bangsa Melayu yang merupakan bahasa istana dan
yang berbeda dan dengan membandingkan dagang. Karya sastra di Sumatera ini
sastra dengan bidang lain sebagai macam-macam bentuknya, ada yang
keseluruhan ungkapan kehidupan. berwujud kesusastraan agama, kesusastraan
Selanjutnya, guna mengelaborasi lebih epos Islam, kesusastraan sejarah, pantun,
dalam isi teks, peneliti juga melakukan cerita berinduk, undang-undang, cerita
pendekatan historis yaitu suatu ilmu yang binatang (fabel), bahkan persuratan.
membahas berbagai peristiwa dengan Sedangkan dalam jenisnya terbagi kepada
memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, puisi (syair) dan prosa.
latar belakang, dan pelaku dari peristiwa Dengan demikian, maka sebagaimana
tersebut. umumnya karya susastra Nusantara, dalam
susastra Minangkabau terdapat dua macam
PEMBAHASAN bentuk tradisi; lisan dan tulisan. Pada
hakekatnya susastra Minangkabau adalah
Sastra (Sansekerta: shastra) merupakan
susatra lisan, sedangkan susatra tulisan
kata serapan dari bahasa Sansekerta ‘Sastra’,
Minangkabau hanyalah transkripsi dari
yang berarti “teks yang mengandung
susatra lisan (Muhardi, tt:37). Susastra lisan
instruksi” atau “pedoman”. Dari kata dasar
Minangkabau erat kaitannya dengan
‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran”
kecenderungan berbahasa masyarakat
dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”.
Minangkabau yang menggunakan bahasa
Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa
Minangkabau jika berkomunikasi lisan, dan
digunakan untuk merujuk kepada

21
menggunakan bahasa Melayu/Indonesia jika masyarakatnya melalui lembaga pendidikan
berkomunikasi tulisan. tradisional yang disebut surau. Hal tersebut
Pada awal perkembangan Islam, tercermin dari teks Nazam pada bait ke 2
lahirnya suatu kelompok persaudaraan berikut :
(tarekat) adalah sebagai suatu cara Ialah mula asal pangkalan
mendekatkan diri kepada Allah. Tarekat Mengeraskan syara’ menunjuki jalan
adalah jalan atau metode dan mengacu Mengajarkan tarekat pada sekalian tolan
kepada aliran keagamaan tasawuf atau Puasa dan rawatib segenap bulan
sufisme dalam Islam. Penganutnya yang taat
disebut sufi. Seorang sufi menuntut ilmu Tarekatnya itu bernama Syatari
agama bertahun-tahun yang diajarkan Siang dan malam dengan zikiri
seorang guru. Di Minangkabau, tarekat dan Segala ‘arif yang b-y-a-p-r-y*
surau dapat menyesuaikan diri dengan Mendapat cahaya syamsi wal qomari
lembaga masyarakat (adat) yang ada tanpa (bait ke 19)
menimbulkan pertentangan. Dalam hal ini
peran sentral surau telah menjadi salah satu Secara kesusasteraan dan bahasa
komponen penting dalam pembentukan Minangkabau, “ulakan” itu berarti
budaya masyarakatnya. penolakan. Artinya keempat kawan
Tarekat Syattariyah lebih banyak seperguruan Syekh Burhanuddin yang
dikenal pada akhir abad ke-18, yang belum selesai (belum tamat) berguru kepada
diperkenalkan di Sumatera oleh Abdur Rauf Syekh Abdurrauf yaitu Datuak Maruhun
dari Singkil, Aceh (1605-1693). Salah Panjang dari Padang Gantiang Batusangkar,
seorang muridnya bergelar Syekh Sitarapang dari Kubuang Tigo Baleh Solok,
Burhanuddin, membawanya ke Ulakan pada M. Nasir dari Koto Tangah Padang (Koto
bagian ke dua abad ke-17. Dari Ulakan, Panjang), dan Buyuang Mudo dari Bayang
tarekat itu bersebar melalui jalur Salido Banda Sapuluah (Fathurahman,
perdagangan sampai ke Paninjauan dan 2008:35), maka ia tolakan pada Syekh
Pamansiangan, kemudian ke Koto Tuo, di Burhanuddin. Demikian masyarakat Ulakan
daerah Agam bagian selatan yang kaya menceritakan kisah penamaan nagari Ulakan
dengan sawah. Di sebelah barat Koto Tuo tersebut. Sebagai murid terbaik dari Syekh
berdiri surau-surau tarikat yang banyak Abdurrauf, maka tidaklah heran jika dalam
menghasilkan ulama. Daerah ini dikenal memahami Islam, Syekh Burhanuddin
dengan nama Ampek Angkek berasal dari dalam mengembangkan Islam di
nama empat orang guru yang terpuji Minangkabau, yang ia pusatkan di Ulakan
kemasyhurannya dalam tarikat Syattariyah. Pariaman, menggunakan metode-metode
Murid-murid di surau Syattariyah yang pernah dipelajarinya di Aceh, terutama
mempelajari rangkaian pengetahuan Islam. dalam pengajaran tarekat Syattariah
Salah satu buku pedoman dalam kajian (Mulyati, 2004:168).
Syattariyah adalah Tanbih al Masyi al- Tarekat ini didirikan dan dibangun oleh
Mansub ila tariqal Qusyasyi (Pedoman bagi Syekh Abdullah asSyattar. Tarekat ini
orang yang menempuh tarekat Qusyasyi) kemudian dikembangkan oleh murid-
karya Abdurrauf. muridnya setelah ia wafat tahun 1429 (833
Sebagai jenis Tarekat yang datang H) di Maltan sebelah timur Gujarat.
paling awal di Sumatera Barat, Tarekat
Syattariyah berkembang secara sistematis
dan sangat mengakar pada sebagian

22
Selama duduk di negeri ulakan Sempurna arif tahu akan falsafah
Segala ‘alim datang mendapatkan Berkirim senjata yang tiada patah
Lakunya soleh turut kebajikan*
banyaklah masuk ia menurutkan Tarekat Syatariah dipandang oleh para
ulamanya sebagai tarekat yang berdiri
Sekalian Islam berhati suka sendiri, bukan cabang atau turunan dari
datang memunjungi tiadalah sangka tarekat lainnya.Dan tarekat ini menganut
Kecil dan besar hamba dan merdeka paham wahdatul wujud, dan karena
Sekaliannya itu serupa belaka menganut paham tersebut, tarekat ini pernah
diserang oleh dan dinilai menyimpang oleh
Dari Gujarat tarekat Syatariah itu kalangan ulama tertentu di Gujarat (India).
dibawa pengikutnya ke tanahSuci. Dua Paham wahdatul wujud yang diajarkan
orang syekhnya, yaituSyekh Ahmad Qusyasi oleh para ulama Syattariah di Madinah, di
(w.1661/1082 H) dan wakilnyaSyekh Aceh, dan di daerah Indonesia, yaitu paham
Ibrahim Kurani (w.1689/1101 H) wahdatul wujud dalam bentuk paham
mengajarkan tarekat tersebut di Madinah, Di martabat tujuh. Tarekat Syatariah, sebagai
antara para murid kedua syekh tersebut jalan atau upaya untuk mendekatkan
adalah SyekhAburrauf as-Singkel, setelah manusia dengan Tuhan, mengajarkan
mendapat ijazah Syekh Abdurrauf pulangke beberapa bentuk pengamalan zikir.
Aceh sekitar 1662 M (1083 H) dan
selanjutnya aktif mengajar di Aceh. Syekh Zikir Allah itu banyak martabatnya
Abdurrauf as-Singkel pernah menjadi mufti berbagi-bagi rupa hatinya
di kerajaan Aceh Darussalam pada Mendapat rahasia itulah sahabatnya
pemerintahan Safiyyatuddin (memerintah Menjadi kaum dengan kerabatnya
pada tahun 1641-1675/1051-1086 H).
Melalui Syekh Aburrauf as-Singkel dan para Segala alim yang beroleh amanatnya
muridnya atau pengikutnya, seperti Syekh Diam dan qoim membawa sunatnya
Burhanuddin di Minangkabau, Syekh Haji Inilah nan tarekat yang lebih hasanahnya
Abdul Muhyi di Jawa Barat dan lain- Menambah amal sangat minatnya
lainnya,tarekat Syatariah memperoleh
pengaruh besar di Nusantara. Sempurnalah kelakuan sekalian selamat
Jadi menentu oleh Nur Muhammad
Silsilah ibarat dengan qiyasi Baninya banyak bertambah rahmat
Tersebut pula kepada tuanku Ahmad al Sebab ia beroleh hidayat//
Qusyasi
Makkah Madinah ‘Ajam dan Parsi 5//Duduklah ia di hujung pekan
Membawa ratib tiada berbasi Syekh dan fakih datang mendapatkan
Faqir dan miskin tiada terhisabkan
Semasa datang Syekh Abdu Rauf dari Mendengar warah umat kebajikan
Gujarat
Menumpang di kapal hendak ke Barat Setelah sepuluh tahun Syekh
Syaikh dan fakih sekalian musyawarat Burhanuddin berada di Ulakan, dia
Memangkal ke kapal membawa ke darat kemudian mengkaji ulang perkembangan
perguruan dan penyebaran umat Islam di
Mula Ibrahim Arab Madinah Minangkabau, sekaligus menilai sikap kaum
Menanti Tuanku Syek Ahmad Qusyasyi adat dalam menerima ajaran Islam. Maka

23
diadakan pertemuan oleh SyekhBurhanuddin mendapat pengaruh asing adalah syair,
dengan keempat orang sahabatnya, untuk nazam, rubai, ghazal, berzanji, dll.
membicarakan tentang Syarak dan Adat. Pengertian sastra tidak hanya satu tetapi
Agar gagasan tersebut menjadi kenyataan, dapat berkembang menurut sejarah dan
maka Syekh Burhanuddin dengan empat bidang kebudayaan. Sastra dalam arti khusus
orang sahabatnya segera meminta kepada yang kita gunakan dalam konteks
seluruh komponen masyarakat kebudayaan, adalah ekspresi gagasan dan
Minangkabau, baik yang berada di rantau perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra
maupun yang berada di pusat wilayah sebagai hasil budaya dapat diartikan sebagai
Minangkabau, untuk benar-benar bentuk upaya manusia untuk
mendukung terciptanya persenyawaan antara mengungkapkan gagasannya melalui bahasa
Adat dan Syarak. yang lahir dari perasaan dan pemikirannya.
Maka berkat kegigihan Syekh Sastra lahir melalui proses pergulatan
Burhanuddin dan keempat temannya, serta sastrawan dengan kondisi sosial-budaya
murid-muridnya yang telah menyebar ke zamannya. Maka, membaca karya sastra
seluruh pelosok, baik ke daerah Rantau hakikatnya membaca keadaan masyarakat
maupun ke wilayah pusat Minangkabau, dan budaya yang terungkap dalam karya itu,
maka secara bertahap mulai memberi sehingga sastra menyimpan konsep dan pola
pengaruh ke tengah-tengah masyarakat pemikiran seorang sastrawan.
Minangkabau. Seperti terlihat dalam sistem Setiap karya sastra selalu muncul dalam
pemerintahan Nagari. Belumlah dapat karakter jenis sastra (genre sastra) yang
disebut Nagari kalau tidak mempunyai: dipilih pengarangnya. Genre sastra adalah
Masjid dan Balairung, bersawah berladang, tipe sastra yang memiliki jenis yang khas.
bertepian tempat mandi, berpasar Berdasarkan sifat rekaan, nilai seni, dan
bergelanggang. Dan Nagari pun dilengkapi penggunaan bahasa khas sastra dibedakan
pula oleh Orang Ampek Jinih (Orang Empat menjadi dua yaitu sastra nonimajinatif dan
Jenis) yaitu, Penghulu, AlimUlama, Manti sastra imajinatif. Kedua genre sastra ini
dan Dubalang (Samad, 2004:67) tentunya memiliki perbedaan yang sangat
Keberhasilan upaya Syekh Burhanuddin kontras, meskipun keduanya sama-sama
terlihat juga terjalin kesepakatan antara memenuhi syarat estetika seni. Sastra
kaum adat dan kaum agama, dengan nonimajinatif cenderung menggunakan
lahirnya ungkapan Adat basandi Syarak, bahasa yang bermakna denotatif dan lebih
Syarak basandi Adat. Kemudian mengandung unsur faktual, sedangkan sastra
kesepakatan ini dilanjutkan lagi pada imajinatif cenderung menggunakan bahasa
musyawarah Bukit Marapalam, di zaman yang bermakna konotatif dan lebih
Paderi. Yang kemudian kita kenal dengan mengandung sifat khayali yang
ungkapan “Adat basandi Syarak- Syarak tinggi/bersifat imajinatif. Sastra imajinatif
basandi Kitabullah”(ABS-BSK) memiliki daya fiksionalitas yang lebih tinggi
Ada banyak puisi yang berkembang di dibandingkan dengan sastra nonimajinatif.
masyakat melayu. Berdasarkan aspek Di dunia Melayu, syair dan nazam
keasliaannya, jenis puisi dapat dibagi dua, merupakan karya sastra yang muncul
yaitu: puisi asli melayu dan yang berasal belakangan setelah masuknya Islam di
dari tradisi asing. Secara umum, genre puisi Nusantara. Rima yang terdapat pada akhir
melayu asli adalah pantun, gurindam, bait tiap-tiap bait dalam sastra Arab dikenal
seloka, mantra, teromba (puisi adat) dan dengan qafiyah, sedangkan nazam dan syair
pribahasa. Sedangkan puisi melayu yang

24
yang empat bait terakhirnya memiliki rima Juz tafa'ilnya adalah: ‫مستفعلنمفعوالتمستفعلن‬
yang sama dikenal dengan ruba’i. ‫ مستفعلنمفعوالتمستفعلن‬#
Selain rima (al-qafiyah) syair atau 11. Bahr Khofif
nazam arab juga memiliki ritme (al-wazn) Juz tafa'ilnya adalah: ‫فاعالتنمستفعلنفاعالتن‬
sebagai ciri khas puisi Arab yang ‫ فاعالتنمستفعلنفاعالتن‬#
membedakannya dengan puisi lain. 12. Bahr Mudhori'
Meskipun puisi lain juga memiliki irama, Juz tafa'ilnya adalah: # ‫مفاعيلنفاعالتنمفاعيلن‬
namun tidak seperti irama puisi Arab yang ‫مفاعيلنفاعالتنمفاعيلن‬
teratur dengan kaedah-kaedahnya yang 13.Bahr Muqtadhab
harus dipatuhi agar bisa dikatakan sebagai Juz tafa'ilnya adalah: ‫مفعوالتمستفعل نمستفعلن‬
puisi atau syi‘ir. Ritme yang memiliki ‫ مفعوالتمستفعلنمستفعلن‬#
panjang pendek atau tinggi rendahnya suara 14. Bahr Mujtats
dalam istilah ilmu ‘arudl disebut dengan Juz tafa'ilnya adalah: ‫مستفعلنفاعالتنفاعالتن‬
taf‘ilat al-syi‘ir. Jadi secara terminologi al- ‫ مستفعلنفاعالتنفاعالتن‬#
wazn (ritme) juga disebut dengan al-bahr. 15. Bahr Mutaqarib
Ritme (wazn) dalam puisi arab terdapat 16 Juz tafa'ilnya adalah: # ‫فعولنفعولنفعولنفعولن‬
macam yaitu : ‫فعولنفعولنفعولنفعولن‬
A. Bahr Thowil 16. Bahr Mutadarik
Juz Tafa'ilnya adalah: ‫فعولن مفاعيلن‬ Juz tafa'ilnya adalah: # ‫فاعلنفاعلنفاعلنفاعلن‬
‫ فعولنمفاعيلنفعولنمفاعيلن‬# ‫فعولنمفاعيلن‬ ‫فاعلنفاعلنفاعلنفاعلن‬
B. Bahr Madid
Juz tafa'ilnya adalah: ‫فاعالتنفاعلنفاعالتنفاعلن‬ Sedangkan dalam sastra Melayu nazam
‫ فاعالتنفاعلنفاعالتنفاعلن‬# dan syair tidak memiliki standar ritme
3. Bahr Basit (wazn) dengan taf‘ilah yang telah
Juz tafa'ilnya adalah: ditentukan, namun sastra melayu memiliki
‫ مستفعلنفاعلنمستفعلنفاعلن‬# ‫مستفعلنفاعلنمستفعلنفاعلن‬ sebuah kaidah yaitu standar suku kata pada
4. Bahr Wafir tiap-tiap lariknya. Secara umum ada
Juz tafa'ilnya adalah: # ‫مفاعلتنمفاعلتنمفاعلتن‬ sembilan sampai tiga belas suku kata dalam
‫مفاعلتنمفاعلتنمفاعلتن‬ satu larik, dan yang lebih lazim adalah
5. Bahr Kamil sepuluh atau sebelas suku kata. Seperti
Juz tafa'ilnya adalah: # ‫متفاعلنمتفاعلنمتفاعلن‬ dalam nazam Qusyasi :
‫متفاعلنمتفاعلنمتفاعلن‬
Ia/lah/ mu/la/ as/al/ pang/ka/lan/
6. Bahr Hazaj
2+2+2+3= 9
Juz tafa'ilnya adalah: # ‫مفاعيلنمفاعيلنمفاعيل‬
2 2 2 3
‫مفاعيلنمفاعيلنمفاعيلن‬ Me/nge/ras/kan/ sya/ra’/ me/nun/ju/ki/
7. Bahar Rajaz
ja/lan/ 4+2+4+2 = 12
Juz tafa'ilnya adalah: ‫مستفعلنمستفعلنمستفعلن‬
4 2 4 2
‫ مستفعلنمستفعلنمستفعلن‬# Kemudian dalam sastra Melayu setiap
8. Bahr Ramal
larik dibagi oleh sebuah jeda larik dalam dua
Juz tafa'ilnya adalah: # ‫فاعالتنفاعالتنفاعالتن‬
bagian yang hampir sama, dan yang pada
‫فاعالتنفاعالتنفاعالتن‬ umumnya masing-masing merupakan
9. Bahar Sari'
satuan-satuan sintaksis yang utuh, seperti :
Juz tafa'ilnya adalah: ‫مستفعلنمستفعلنمفعوالت‬
‫ مستفعلنمستفعلنمفعوالت‬#
10. Bahr Munsarih

25
Ia/lah/ mu/la/ // as/al/ pang/ka/lan/ 4 + beberapa kekhasan tema penting yang
5=9 terkandung dalam teks nazam ini.
2 2 2 3 2. Keterpengaruhan Sastra Melayu oleh
Me/nge/ras/kan/ sya/ra’/ // Sastra Arab dapat disimpulkan bahwa di
me/nun/ju/ki/ ja/lan/ 6 + 6 = 12 dunia Melayu, syair dan nazam
4 2 4 merupakan karya sastra yang muncul
2 belakangan setelah masuknya Islam di
Setelah lariknya dibagi menjadi dua Nusantara, meskipun masuknya
maka masing-masing bagian terdiri dari 4 belakangan, karya sastra dalam bentuk
dan 5 suku kata dan larik ke dua terdiri dari nazam dan syair ini masih populer hingga
6 dan 6 suku kata. abad ke XX.
Jika dilihat kepada nazam atau syair 3. Proses awal terjadinya interaksi antara
Arab maka dalam satu larik/baris juga dibagi budaya Minangkabau dengan Islam
kepada dua bagian yang pertama dikenal adalah melalui kegiatan perdagangan
dengan istilah shatr awal dan yang kedua pada abad ke 13 ditandai dengan
disebut dengan istilah shatr thani. munculnya kerajaan Islam Samudra Pasai
Sangat terlihat jelas bagaimana pondasi sebagai kekuatan baru dalam wilayah
struktur yang digunakan dalam nazam atau perdagangan selat Malaka. Intensifnya
syair melayu sama dengan nazam atau syair pengembangan Islam pada waktu inilah
Arab, walaupun juga terdapat perbedaan yang oleh beberapa penelitian dijadikan
yang mendasar. Meskipun demikian sebagai dasar analisis bagi awal
pengaruh sastra Arab terhadap bentuk sastra masuknya Islam di Minangkabau dan
Melayu tidak bisa dipungkiri. menghubungkan dengan nama Syekh
Burhanuddin Ulakan sebagai seorang
SIMPULAN khalifah utama penyebar tarekat
Syattariyah di Ulakan, Padang Pariaman.
Berdasarkan penelitian terhadap sumber Sumatera Barat.
yaitu naskah nazam Qusyasyi maka dapat 4. Penyebutan nama-nama tokoh penting
disimpulkan bahwa ; penyebar dan para khalifah Tarekat
1. Karya sastra Melayu Islam Nusantara Syattariyah seperti Ahmad al-Qusyasyi,
dalam bentuk nazam di wilayah Abdurrauf bin Ali al-Jawi, Syekh
Minangkabau Sumatra Barat sangat Burhanudin, dan para khalifah
mustahil tidak dipengaruhi oleh karya sesudahnya, serta tempat penyebaran
Sastra Arab baik dari segi gagasan, tarekat Syattariyah antara lain di wilayah
struktur bahkan penggunaan beberapa Ulakan, Tanjung Medan, Timbarau, dan
kosakata bahasa Arab di dalamnya. Sungai Bibir merupakan penjelasan dari
namun karya sastra melayu Minangkabau proses transmisi yang telah dilakukan
ini bukanlah saduran atau terjemahan dari guna meneguhkan eksistensi tarekat ini di
sastra Arab, karena teks nazam ini selain wilayah Sumatera Barat.
ditulis dengan menggunakan aksara Arab
berbahasa Melayu (Jawi), juga terdapat

26
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. 1987. Sejarah dan Masyarakat; Lintasan Historis Islam Indonesia. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia.
Abdullah, Hawash. 1980. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara.
Surabaya : al Ikhlas.
Anis, Ibrahim, dkk. (Eds).1972. al-Mu’jam al-Wasith. Kairo : Dar al-Ma’arif.
Anis, Ibrahim, dkk. (Eds).1972.al-Mu’jam al-Wasith. Kairo : Dar al-Ma’arif.
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1990.Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu.
Bandung : Mizan.
Azra, Azyumardi. 2004.Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII &
XVIII. Jakarta: Prenada Media.
Chambert-Loir, Henry & Oman Fathurahman. 1999. Khazanah Naskah : Panduan Koleksi
naskah-naskah Indonesia Sedunia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra, Sebuah Pengantar Rakyat. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas.
Dipodjojo, Asdi S. 1986. Kesusasteraan Indonesia Lama pada Zaman Pengaruh Islam.
Yogyakarta: Percetakan Lukman.
Djamaris, Edward. 1993. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta: Balai Pustaka.
--------------. 2004.Sastra Melayu Lintas Daerah. Jakarta : Pusat Bahasa.
--------------. 2001. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Fathurahman, Oman. 2008.Tarekat Syattariyah di Minangkabau. Jakarta: Prenada Media.
----------. 2015.Filologi Indonesia Teori dan Metode, Jakarta: Prenada Media.
---------. Dunia di balik tulisan Jawi ; Aktualisasi Budaya Melayu dan Islam, Turas Vol. 7 No.
11, Januari 2011.
---------.Filologi dan Penelitian teks-teks keagamaan, Turas,Vol. 9 No. 2, Juli, 2003.
Hadi, W.M., Abdul. 2000Islam Cakrawala estetik dan budaya. Jakarta: Pustaka Firdaus.
----------. 2001. Tasawuf Yang Tertindas: Kajian Hermeneutik Terhadap Karya-karya Hamzah
Fansuri. Jakarta: Paramadina.
Hadi, Sofyan. 2014. Sastra Arab Sufistik Nusantara; Orisinalitas gagasan dan stilistika Karya
Syaikh Ismail, Disertasi, LSIP.
Hamid, Ismail. 1989.Kesusastraan Indonesia lama bercorak Islam. Jakarta : Pustaka Al Husna.
Hamid, Mas’an. 1995. Ilmu arudl dan Qowafi. Surabaya : al-Ikhlas.
Hasymi, A. 1989.Sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Bandung : PT. Al-
Maarif.
Hollander, JJ de. 1984.Pedoman Bahasa dan Sastra Melayu. Jakarta : Balai Pustaka.
Ikram, Achadiati (ed). 1988.Bunga Rampai Bahasa, Sastra dan Budaya. Jakarta : Intermasa.
--------. 1997.Filologia Nusantara. Jakarta : Pustaka Jaya.
Jaya, Tamar. 1965. Pustaka Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.
Al-Iskandari, Ahmad & Mustafa ‘Innani.1987.al Wasith fi al-adabi al’Arabi wa Tarikhihi.
Mesir: Dar al-Marifat.
Al-Khatib, Hisyam. 1996. Afaq al-Adab al-Muqoron : ‘Arabiyyan wa ‘Alamiyyan,
Muhardi. 1988. “Dari Kaba ke Novel” dalam Menjelang Teori dan Kritik Susastra Indonesia
yan Relevan. Bandung: Angkasa.
Mulyati, Sri. (et.al). 2004. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia.
Jakarta : Prenada Media.

27
Musa, Hashim. 1997. Sejarah Sistem Tulisan dalam Bahasa Melayu. Kuala Lumpur : Dewan
Bahasa dan Pustaka.
Piah, Harun Mat. 1989. Puisi Melayu Tradisional: Satu Pembicaraan Genre atau Fungsi.
Kementrian Pendidikan Malaysia : Dewan Bahasa dan Pustaka.
Putra, Apria dan Chairullah Ahmad. 2011. Bibliografi Karya Ulama Minangkabau Awal Abad
XX: Dinamika Intelektual Intelektual Kaum Tua dan Kaum Muda. Padang: Komunitas
Suluah dan Indonesian Heritage Center.
Remark, Henry H. 1990.Sastra Bandingan : Takrif dan Fungsi dalam Sastera Perbandingan:
Kaedah dan Perpektif. Newton P.Stallknecht dan Horst Frenz (Ed). Penerjemah Zalila
Syarif. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Roboson, S. O. 1988. Principles of Indonesian Philology. USA: Foris Publication.
Samad, Duski. 2002.Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau, TMF Press.
Soetarno. 1989.Peristiwa Sastra Melayu Lama. Jakarta : PT Widya Duta Grafika.
Soetarno. 1989. Peristiwa Sastra Melayu Lama, Jakarta : PT Widya Duta Grafika.
Welleck, Rene & Austin Werren. 1989.Teori Kesusastraan, diIndonesiakan oleh Melani
Budianta. Jakarta: PT. Gramedia.
Yunus, Mahmud. 1979. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:Mutiara.

28

Anda mungkin juga menyukai