Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

WACANA ARAB MELAYU DI ABAD PERTENGAHAN DAN MODERN


Mata Kuliah : Baca Tulis Arab Dan Sastra Melayu
Dosen Pengampu : Jamaluddin, M.Pd.

Oleh:
Muhammad Naseh (12109065)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUS AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt, yang mana atas berkat segala bentuk nikmatnya
pemakalah dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa
sholawat serta salam selalu kita curahkan k epada baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pengampu Baca tulis Arab Melayu dan Sastra Melayu, sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memenuhi
tugas kami sebagai pemakalah.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak sekali kesalahan ataupun
kekurangan, Kami selaku pemakalah menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini,
apalagi jika itu terkait dengan makalah yang kami buat tentu masih sangat jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu masukan dan saran sangat kami butuhkan demi melengkapi makalah
ini untuk kedepannya dan semoga makalah ini bermanfaat terutama bagi kami dan pembaca
makalah ini.

Pontianak 1 Juli 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................I
DAFTAR ISI...................................................................................................................................II
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
A. Awal Keberadaan Tulisan Arab Melayu...............................................................................2
B. Keberadaan Tulisan Arab Melayu Pada Abad Pertengahan.................................................3
C. Keberadaan Tulisan Arab Melayu Pada Zaman Modern.....................................................4
BAB III............................................................................................................................................7
PENUTUP.......................................................................................................................................7
A. KESIMPULAN.....................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8

II
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Disamping bahasa, Tulisan merupakan sebuah alat komunikasi manusia dari
zaman dahulu sampai sekarang ini.Setiap kelompok manusia pada umumnya memeliki
aksara sendiri. Tulisan yang ada pada zaman sekarang ini berasal dari rumpun
tulisan  Keberadaan tulisan dalam masyarakat sangat berperan penting.
Dengan tulisan ini, manusia mampu berkomunikasi meski memakan jarak yang
cukup jauh. Di nusantara tulisan yang berkembang ialah tulisan arab melayu. Tulisan
arab melayu adalah tulisan Arab yang diadaptasikan oleh bahasa Melayu untuk
pengejaannya seperti yang kita pahami sekarang ini. Artinya huruf yang dipakai adalah
huruf-huruf Arab dengan bahasa Melayu, atau dengan ejaan Melayu. Di tempat lain
tulisan Melayu ini disebut dengan Arab Jawi atau sejenisnya.
Indonesia memiliki beraneka ragam bahasa daerah, masing-masing memiliki
aturan penulisan sendiri menggunakan aksara tradisionalnya yang khas.Apresiasi
terhadap berbagai aksara tradisional ini masih tampak misalnya dari mata pelajaran
bahasa daerah di tiap daerah. Penggunaan aksara-aksara tradisional ini di berbagai sudut
kota juga merupakan bukti bahwa, walaupun aksara ini telah hampir sepenuhnya
tergantikan oleh aksara latin, sebenarnya bangsa kita masih cinta dan bangga atas
kekayaan negeri kita yang satu ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana Keberadaan Tulisan Arab Melayu
2.Bagaimana Tulisan Arab Melayu Pada abad Pertengahan
3.Bagaimana Keberadaan Tulisan Arab Melayu Pada Abad Modern

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Awal Keberadaan Tulisan Arab Melayu
Tulisan Jawi telah lama ada dalam khasanah kebudayaan melayu yang diperkirakan
sekitar abad ke 10 Masehi atau 3 Hijrah hingga kemasa kini dan ia berasal daripada tulisan Arab.
Tulisan inilah yang membangun kebudayaan melayu dan tulisan ini jugalah yang kemudian
mengantarkan menuju bahasa Melayu yang kemudian berkembang menjadi Bahasa Indonesia
setelah dikokohkan oleh para pemuda Indonesia dalam sumpah pemuda. Keberadaan tulisan arab
melayu di Nusantara identik dengan penyebaran islam ke daerah melayu.
Masa sejak awal abad ke-13 M sampai penghujung abad ke-15 M dalam khazanah
kesusastraan melayu disebut masa peralihan,yaitu masa peralihan dari peradaban Hindu ke
peradaban Islam. Dengan masuknya peradaban Islam,orang melayu mulai mengenal tradisi tulis.
Sebelumnya, mereka hanya memiliki tradisi lisan.Aksara Jawi sudah wujud dan digunakan di
wilayah Sumatra dan Semenanjung Malaya jauh sebelum orang/pulau Jawa memeluk agama
Islam (883 H/1468 M).
Bukti historis bahwa adanya tulisan jawi dalam kebudayaan Melayu lama dapat dilihat
pada bahan-bahan bertulis seperti : batu bersurat, manuskrip lama, kertas lama, majalah, batu
nisan, bahan-bahan yang dibuat daripada logam, kulit, alat senjata , batu lontar, tembikar dan
sejenisnya, ukiran-ukiran pada masjid, rumah, dan istana, azimat, rajah atau penangkal.
Penemuan pertama batu nisan yang tertulis dalam bahasa Arab di Sumatera bertarikh 55
Hijrah atau setara dengan 674 M. Selain itu juga ditemukan di Kedah bertarikh 290 Hijrah.
Kedua hal ini jelas telah menunjukkan bahwa tulisan Jawi berasal dari orang Arab yang
kemudian telah disesuaikan dengan menambahkan beberapa huruf tambahan kepada huruf Arab
untuk menyesuaikannya dengan gaya bahasa orang Melayu. Penambahan ini lebih kepada
melengkapi ejaan yang tidak ada dalam bahasa Arab tetapi ditemui dalam bahasa Melayu.
Manuskrip Islam tertua di kepulauan Nusantara ditemukan di Terengganu,
Malaysia.Manuskrip ini bernama Batu Bersurat yang dibuat tahun 1303 (abad 14).Tulisan ini
menyatakan tentang penyebaran dan para pemeluk Islam pada saat itu. Manuskrip ini sudah
diteliti oleh oleh ahli-ahli Sejarah dan Arkeolog Islam di Malaysia seperti Prof Naquib Alatas
dan lainnya, semua menyimpulkan manuskrip ini sebagai yang tertua di Asia Tenggara.
Yang kedua, masih di abad 14, pada tahun 1310, ditemukan syair tentang keislaman yang ditulis
dalam bahasa Melayu dengan huruf Jawi di Minya’ Tujoh, Aceh. Karenanya para pakar sepakat
bahwa perkembangan karya ulama yang ditulis dengan huruf Jawi sudah berkembang pada Abad
14 pada massa Kekhalifahan Samudra Pasai dan Kekhalifahan Islam lain di Semenanjung
Malaka.

2
B. Keberadaan Tulisan Arab Melayu Pada Abad Pertengahan

Tulisan arab melayu pada abad pertengahan merupakan tulisan pemerintahan atau tulisan
resmi bagi raja-raja keturunan melayu yang berada di daerah nusantara. Contohnya Sultan
pertama Sulu (Paduka Mahasari Maulana al-Sultan Sharif ul-Hashim) yang memerintah tahun
1450 – 1480 adalah berasal dari Sumatra.Sultan ini menikah dengan putri Rajah Baguinda yang
berasal dari Minangkabau ('Menangkabaw' dalam istilah di Mindanao). Dalam acara
pelamarannya Paduka Mahasari Maulana al-Sultan Sharif ul-Hashim membuat lamaran dengan
tulisan arab melayu untuk di sampaikan kepada Rajah Baguinda.
Aksara yang digunakan di Mindanao dan Sulu sebelum datangnya pengaruh kolonial
Spanyol adalah dalam huruf Yawi (Arab Melayu). Buku-buku agama ketika itu adalah dalam
huruf Yawi, sama halnya dengan tradisi penulisan di Thailand Selatan (Patani) dan juga di
kesultanan-kesultanan Islam di Indonesia masa silam. Pada usai yang lebih muda pada abad 16–
17, di daerah lain juga ditemukan mansukrip seperti, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Melayu,
Hikayat Aceh, Hikayat Hasanuddin, Babat Tana Jawi, Babad Cirebon, Babat Banten, Carita
Purwaka Caruban Nagari. Di Nusa Tenggara ditemukan Syair Kerajaan Bima, Bo’Sangaji Kai
Catatan Kerajaan Bima.Dari Maluku ada Hikayat Hitu.Di Sulawesi ada Hikayat Goa, Hikayat
Wajo dan lainnya.
Di Aceh, pada abad 16–17 terdapat cukup banyak penulis manuskrip. Misalnya, Hamzah
Fansuri, yang dikenal sebagai tokoh sufi ternama pada masanya. Kemudian ada Syekh Nuruddin
ar-Raniri alias Syeikh Nuruddin Muhammad ibnu 'Ali ibnu Hasanji ibnu Muhammad Hamid ar-
Raniri al-Quraisyi.Ia dikenal sebagai ulama yang juga bertugas menjadi Qadhi al-Malik al-Adil
dan Mufti Muaddam di Kesultanan Aceh pada kepemimpinan Sultan Iskandar Tsani abad 16.
Salah satu karyanya yang terkenal berjudul ”Bustanul Salatin.” Syeikh Abdul Rauf al-Singkili
yang juga ditetapkan sebagai Mufti dan Qadhi Malik al-Adil di Kesultanan Aceh selama periode
empat orang ratu, juga banyak menulis naskah-naskah keislaman.
Pada tahun 1812 (sekitar 100 tahun sebelum kajian Shellabear), Marsden telah
memperkatakan keberadaan aksara Arab Melayu dalam bukunya A Grammar of the Malayan
Language.R.O. Winstedt (1913) juga mengulas tentang system ejaan Arab Melayu dalam
bukunya Malay Grammar. Sedangkan di kalangan orang Melayu, Raja Ali Haji diakui sebagai
tokoh yang mula-mula sekali memperkatakan system ejaan Arab Melayu seperti yang tercatat
dalam bukunya Bustan al-Katibin, diteruskan oleh Muhammad Ibrahim (anak Abdullah Munsyi).
Kontinuitas kultural Jawa tertanam sebagai dasar legitimasi Keraton Palembang.Budayawan
Palembang Djohan Hanafiah mencatat, keterkaitan politik ini berakhir setelah Sultan
Abdurrahman (1659-1706) memproklamasikan Kesultanan Palembang Darussalam pada tahun
1675. Jeroen Peeters dalam Kaum Tuo Kaum Mudo, Perubahan Religius di Palembang 1821 -

3
1942 (1997) memaparkan, di kalangan keraton, bahasa Jawa kromo (bahasa Jawa halus) menjadi
bahasa resmi.Akan tetapi, pemakaian bahasa ini tidak tersebar luas di luar lingkungan Keraton
Palembang.
Merujuk pada sejumlah naskah berbahasa Jawa yang tersimpan di Royal Asiatic Society,
London, Peeters meyakini, naskah-naskah tersebut juga hanya beredar di lingkungan keraton.
Beberapa koleksi naskah berbahasa Jawa ini antara lain teks Panji (1801) yang ditulis atas
perintah Sultan Ahmad Najamuddin. Selain didampingi ulama, sultan juga memiliki juru tulis
khusus untuk penulisan bahasa Arab.Bahasa dan tulisan Arab digunakan dalam kitab-kitab utama
pengajaran Islam di Palembang, termasuk naskah yang berkaitan dengan tasawuf dan tafsir.
Sebagian naskah-naskah keagamaan yang ditemukan, merupakan kitab yang langsung dibawa
dari Arab.Sebagian lainnya disalin ulang dengan ketelitian yang tinggi di Palembang.
Akan tetapi, seperti bahasa Jawa kromo yang hanya dikuasai oleh kalangan bangsawan,
bahasa Arab juga lebih dikuasai para guru atau kalangan ulama.Sejumlah naskah keagamaan
menggunakan bahasa Arab dilengkapi terjemahan bahasa Melayu, walaupun tetap ditulis dengan
huruf Arab. Naskah-naskah sastra, antara lain hikayat yang berbentuk prosa maupun syair, serta
berbagai kisah dalam naskah-naskah pada masa kesultanan lebih banyak ditulis dengan tulisan
Arab dalam bahasa Melayu (Arab Melayu). Kegiatan surat- menyurat, antara lain dari sultan
kepada Gubernur Batavia juga ditemukan dalam basa Arab Melayu.

C. Keberadaan Tulisan Arab Melayu Pada Zaman Modern

Penggunaan tulisan Arab Melayu (Armel) atau Tulisan Jawi (Tulwi)di Indonesia sekarang
bisa dikatakan sudah hampir punah. Kalau pun dipelajari pada Pondok Pesantren, lebih
mengutamakan tulisan Arab gundul/Kitab Kuning, walaupun ada juga sebagian yang masih
mempertahankannya. Demikian kondisinya juga pada sekolah-sekolah umum, tidak pernah lagi
diajarkan kepada murid. Seiring dengan perkembangan zaman, lambat-laun tulisan ini
ditinggalkan masyarakat. Bukan berarti model tulisan ini tidak bisa mengikuti perkembangan
zaman, tidak sama sekali, namun yang menyebabkan Ia ditinggalkan karena kebijakan dari
pemerintah kita sendiri.
Salah satu contohnya, pada tahun 70-an hingga 80-an pemerintah menggalakkan program
penuntasan buta aksara. Seluruh masyarakat diajarkan membaca latin. Jika saja ada yang tidak
bisa membaca tulisan latin, maka mereka dicap sebagai buta aksara, sekalipun Ia mampu dan
lancar menulis dan membaca Arab Melayu. Artinya pada masa itu pemerintah tidak mengakui
Arab Melayu yang telah melekat di tengah masyarakat kita. Sementara itu, penulisan armel di
negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam telah mengakar kuat di masyarakatnya.
Penulisan Armel dan cara membacanya, menjadi mata pelajaran wajib bagi siswa di bangku
sekolah di kedua negara tersebut.

4
Berdasarkan catatan Prof. Dr Kang Kyoung Seok, Peneliti tulisan Armel/Tulwi asal Busan,
Korea, universitas-universitas di luar masyarakat Melayu juga mengajarkan tulisan Armel
kepada mahasiswanya. Seperti yang diajarkan di Hankook University of Foreign Studies Korea,
mereka bahkan mendatangkan tenaga pengajar khusus dari Malaysia untuk memberikan mata
kuliah tulisan armel. Amerika Serikat (Cornell Unversity), Jepang (Tokyo University of Foreign
Studies), Inggris (University of London), Belanda (University of Leiden), Jerman (University of
Hamburg), hingga Rusia (University of Leningrad), merupakan negara-negara lainnya di luar
masyarakat Melayu, yang pernah dan masih mengajarkan tulisan armel kepada mahasiswanya.
Bahkan, manuskrip-manuskrip Armel/Tulwi banyak disimpan di negara Inggris, antara lain di
perpustakaan Bodleian Oxford, British Museum, British Library, dan perpustakaan University of
London.
Menurut Rusdi, Ketua Yayasan Ikatan Guru Pengajian Al-Qur’an (IGPA) Kalbar, tulisan armel
mulai menghilang sejak masuknya pengaruh Partai Komunis Indonesia ( tahun 1964/1965 ).
Sejak itu pula, pelajaran armel di sekolah-sekolah ditiadakan. Kecuali di Sumatra.
Aksara Arab Melayu memainkan peranan penting dalam penggalian pelestarian karya ilmiah
nusantara.Oleh karena itu pengajaran Aksara Arab Melayu sebagai media penting untuk
diajarkan disekolah-sekolah yang merupakan sebagai bahasa khazanah Melayu yang berfungsi
salah satunya adalah alat untuk menyatakan kehendak, cipta dan rasa dalam meciptakan
kebudayaan.Salah satu bentuk huruf (aksara) itu ialah huruf (aksara) Arab Melayu (Jawi).
Dengan berkembangnya agama Islam di Indonesia maka sudah tentu pula ajaran-ajaranya
semakin berkembang pula dengan melalui tulisan aksara arab melayu (Jawi), baik didunia
pendidikan seperti di sekolah-sekolah umum dan khususnya di sekolah-sekolah agama terutama
di pondok-pondok pesantren diseluruh Indonesia.
Dengan masuknya bangsa Eropa ke Indonesia dengan membawa nilai-nilai Barat dan
tententu nilai-nilai tersebut mau tidak mau mengalami perubahan dan pergeseran.Diantaranya
kedudukan tulisan aksara Arab (Jawi) mulailah sedikit demi sedikit tergusur, yang mana tulisan
aksara Arab (Jawi) ini pernah mendominasi korespondensi diplomasi dan perdagangan para raja
dan sultan di seantero Nusantara (Khairuddin, 1993).Walaupun sedikit bukan berarti bukan
berarti tulisan huruf aksara Arab (Jawi) ini punah, akan tetapi masih tetap dipelajari dan
digunakan oleh rakyat Indonesia. Maka sudah dapat diduga bahwa rakyat Indonesia pada zaman
itu umumnya melek huruf tulisan aksara Arab (Jawi) ini.
Setelah Indonesia merdeka, tulisan ini masih dipelajari di Sekolah Rakyat (SR) sampai
tahun 1969, Di tahun itu pulalah pelajaran tulisan huruf Aksara Arab Melayu (Jawi) dihapuskan
dari Sekolah Rakyat di zaman Orde Lama. Dengan dihapuskannya pelajaran tulis baca huruf
aksara Arab Melayu ini (Jawi) ini dari kurikulum SD semakin terasa keberadaan tulisan huruf
Jawi semakin dillupakan.

5
Namun terdapat beberapa sekolah Dasar di Medan yang mempelajari tulisan aksara Arab
Melayu sebagai bahagian dari kurikulum muatan lokal seperti Sekolah Dasar Harapan Medan
dan beberapa sekolah swasta Islam lainya karena menganggap hal ini penting untuk dilestarikan.
Melalui pengetahun tulis baca aksara Arab Melayu (Jawi) para murid kan mampu membaca
khazanah intelektual naskah Melayu Nusantara pada zaman masuknya dan berekmbangnya Islam
di Indonesia.Program pengajaran aksara arab Melayu yang telah diajarkan di beberapa sekolah
Islam dianggap penting untuk melestarikan khazanah Melayu melalui dunia pendidikan dengan
mengetahui dan memahami aksara huruf Arab Melayu yang merupakan pintu gerbang dunia
ilmu untuk menggali karya-karya yang terdapat pada naskah Melayu Nusantara.

6
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tulisan arab melayu yang kita dengar pada zaman sekarang ini merupakan sebuah
pengembangan dari tulisan arab yang disesuaikan dengan bahasa melayu. Bahasa arab yang
datang ke daerah nusantara beserta tulisannya yang dibawa oleh para pedagang islam dari arab
sangat mempengaruhi adanya tulisan di daerah nusantara khusunya bagi orang-orang melayu.
Tulisan ini semakin berkembang dari tahun ke tahun. Tulisan arab melayu masih belum
diketahui siapa tokoh pertama yang memakai tulisan ini. Tetapi tanda keberadaannya sudah
diketahui melalui hasil penelitian yang ditemukannya sebuah prasasti pada zaman kerajaan
Manuskrip Melayu  adalah hasil karya masyarakat Melayu serumpun yang kaya dengan
berbagai cabang ilmu. Ia merupakan bahan rujukan utama dalam mengetahui peradaban dan
pensejarahan masyarakat Melayu sama ada yang termasuk dalam system pemerintahan,
ekonomi, social budaya dan sebagainya.
Tulisan arab melayu pada abad pertengahan merupakan tulisan pemerintahan atau tulisan
resmi bagi raja-raja keturunan melayu yang berada di daerah nusantara. Contohnya Sultan
pertama Sulu (Paduka Mahasari Maulana al-Sultan Sharif ul-Hashim) yang memerintah tahun
1450 – 1480 adalah berasal dari Sumatra.Sultan ini menikah dengan putri Rajah Baguinda yang
berasal dari Minangkabau ('Menangkabaw' dalam istilah di Mindanao). Dalam acara
pelamarannya Paduka Mahasari Maulana al-Sultan Sharif ul-Hashim membuat lamaran dengan
tulisan arab melayu untuk di sampaikan kepada Rajah Baguinda.
Penggunaan tulisan Arab Melayu (Armel) atau Tulisan Jawi (Tulwi)di Indonesia sekarang
bisa dikatakan sudah hampir punah. Kalau pun dipelajari pada Pondok Pesantren, lebih
mengutamakan tulisan Arab gundul/Kitab Kuning, walaupun ada juga sebagian yang masih
mempertahankannya. Demikian kondisinya juga pada sekolah-sekolah umum, tidak pernah lagi
diajarkan kepada murid. Seiring dengan perkembangan zaman, lambat-laun tulisan ini
ditinggalkan masyarakat. Bukan berarti model tulisan ini tidak bisa mengikuti perkembangan
zaman, tidak sama sekali, namun yang menyebabkan Ia ditinggalkan karena kebijakan dari
pemerintah kita sendiri.

7
DAFTAR PUSTAKA

Darmawi, Ahmad. 2008. ARAB MELAYU, Pemunculan Tulisan, Sistem dan Istilah Jawi.
rakyatriau.com

Fathullah, M Luthfi. 2008 Manuskrip Ulama Nusantara Dijarah Penjajah. Jordan:


university Jordan press.

Muhd Yusuf Hashim, “Manuskrip Melayu: Warisan Keilmuan yang bernilai”


dalam Warisan Dunia Melayu-Teras Perpaduan Malaysia. Kuala Lumpur: Biro
Penerbitan GAPENA, 1985

Anda mungkin juga menyukai