Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MATA KULIAH SASTRA LAMA

PROSA (MELAYU) LAMA PENGARUH ISLAM DAN


KARYANYA

OLEH:
Kelompok 3 Palembang
1. Retno Yunita Susanti (06021381924029)
2. Muhammad Edwin (06021381924035)
3. Rina (06021381924036)
4. Egin Zipi Tri Yulian (06021381924049)
5. Rr. Ayu Mahargyaningsih (06021381924051)

DOSEN PEMBIMBING:
1. DR. SUHARDI MUKMIN, M.HUM.
2. DRS. NANDANG HERYANA, M.PD.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah “Prosa
(Melayu) Lama Pengaruh Islam dan Karyanya” selesai pada waktunya. Makalah ini kami
buat dengan tujuan semoga bisa menambah pengetahuan para pembaca dan kami untuk
mengerti lebih dalam lagi mengenai Prosa (Melayu) Lama Pengaruh Islam dan Karyanya.
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. Suhardi Mukmin, M.Hum. dan Drs. Nandang
Heryana, M.Pd. Kami sangat berharap agar makalah ini tidak memiliki kekurangan, tetapi
kami menyadari bahwa pengetahuan kami masih terbatas, sehingga kami mengharapkan
masukan serta kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

PALEMBANG, 25 Oktober 2020

Kelompok 3 Palembang
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengaruh Islam terhadap Sastra di Indonesia


Masuknya Islam ke Indonesia merupakan proses akulturasi penduduk pribumi
dengan para pedagang yang membawa ajaran Islam. Islam yang diterima oleh
masyarakat tidak hanya dalam konteks agama saja, namun  unsur pendukung yang
dibawa oleh para pedagang seperti: bahasa Arab dengan aksaranya, kesusteraan serta
adat-istiadat tanah asalnya. Pada abad 14 dan 15 M, ketika penyebaran agama Islam
sedang berlangsung, bahasa pendukung budaya Islam di Nusantara adalah bahasa
Melayu. Sehingga,  tidak heran bahasa Melayu menjadi bahasa penghubung di
Nusantara. Kita dapat lihat pada saat awal aksara Arab sudah diadopsi oleh bahasa
Melayu dan mungungguli huruf abjad India. Di seluruh kepulauan Nusantara, kata dan
ungkapan Melayu  yang ada kaitannya dengan keislaman diterima ke dalam bahasa
pribumi.
Bahasa lain yang juga memiliki sastra klasik yang luas tentang agama Islam
adalah bahasa Jawa. Pada awal penyebarannya, ajaran ditransfer secara lisan dan
kemudian ditulis dalam dalam aksara Jawa Kuno. Saat  ini, bagi ulama pengetahuan
tulisan dan bahasa Arab merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan dalam penyebaran
agama Islam. Sehingga,  lambat-laun aksara Jawa Kuno tersisih oleh aksara Arab
sebagai wahana bahasa Jawa bagi teks-teks keagamaan dan juga dalam bahasa pribumi.
Saat Islam masuk ke Nusantara, bahasa-bahasa yang ada di Nusantara sudah
memiliki kemapanan dalam budaya tulis. Pada sastra Melayu dapat kita lihat seperti 
teks Melayu yang berasal dari abad ke-16 seperti: Hikayat Sri Rama, Sang Boma, dan
cerita-cerita Panji. Ini merupakan bukti bahwa materi sastra tertulis sudah mencapai
taraf yang tinggi. Sedangkan, pada sastra Jawa masih dapat dilihat dari sastra Jawa pra-
Islamnya yang masih terpelihara oleh keberadaan Bali yang sampai saat ini masih
mempertahankan agama Hindu.

2.2 Periodisasi Islam dalam Sejarah Sastra Indonesia


Sudah dikemukakan sebelumnya bahwa ketika masyarakat menerima agama
Islam seluruh kompleks kebudayaannya turut pula berakulturasi dengan budaya pribumi.
Pertemuan dua kebudaayan akan menghasilkan berbagai perubahan dan melahirkan
unsur-unsur baru dalam kesusastraan, bahasa serta perilaku sosial. Apabila kita lihat
tulisan yang sampai pada kita saat ini, dapat dilihat adanya dua kelompok yang
dipengaruhi Islam yaitu sastra yang mengemukakan ajaran-ajaran agama dan yang
secara tidak langsung berkaitan dengan Islam. Naskah-naskah yang berisi ajaran Islam
ada bermacam-macam. Naskah yang tertua ialah adalah tulisan buda atau gunung yang
berisi informasi tentang bentuk agama Islam yang dianut masyarakat pada awal agama
Islam di Indonesia. Dalam bahasa Melayu kita memiliki tulisan-tulisan seperti: Ar-
Raniri, Hamzah Fansuri, dan lain-lain yang berisi ajaran fiqih, tauhid, tasawuf, tanya
jawab, puisi atau prosa.
Bahasa Arab menjadi bahasa wajib dipelajari ketika seseorang mempelajari
agama Islam. Ajaran Islam yang terdapat di Al-Qur’an dan Hadist menuntut seseorang
untuk belajar dan memahami bahasa  Arab. Karangan berbahasa Arab oleh pribumi
merupakan bagian khazanah naskah yang diwariskan kepada kita. Karya terjemahan Al-
Qur’an bahasa Melayu yang pertama dibuat oleh Abdul Rauf pada abad ke-17. Selain
itu, karya Al-Ghazali pun diterjamahkan oleh Abdal Samad pada abad ke-18.
Selain karya berbahasa Arab, pribumi juga menghasilkan karya mengenai ajaran
Islam dalam bahasa daerah. Pada masa kejayaan Islam, mulai ditanamkan nilai-nilai
Islam melalui tulisan-tulisan yang kemudian dapat dipahami oleh khalayak ramai. Salah
satu contoh karya dalam bahasa daerah itu adalah sekelompok sastra Jawa yang disebut
dengan suluk. Suluk merupakan puisi keagamaan yang khusus mengungkapkan
pemikiran agama dengan metode mistisme, kadang berbentuk tanya-jawab dan juga
naratif. Sastra didaktik merupakan bagian penting dari budaya tradisional Indonesia.
Karya-karya yang memberikan pentunjuk tentang cara hidup yang diajarkan oleh Islam.
Selain itu, secara tidak langsung juga mengajarkan nilai-nilai yang dihargai dalam Islam.
Ini terjadi pada masa awal penduduk pribumi yang masih dekat dengan agama lama,
namun mereka ingin mengikuti pola dari agama yang baru diterima. Dalam kondisi ini,
tokoh-tokoh teladan sangat diperlukan untuk memenuhi harapan mereka yang masih
labil, seperti: Amir Hamzah, Muhammad Hanafiyah, Samaun, dan Hasan Husain yang
menjadi tokoh teladan dalam rangka mempertahankan dan menyebarkan Islam,
kesetiaan dan bakti terhadap nabi Muhammad S.AW.
Pada zaman Islam, di dalam sastra Jawa muncul cerita-cerita kepahlawanan yang
dibumbui dengan dialog keagamaan Islam yang cenderung mistik, seperti Hikayat
Sultan Ibrahim Ibnu Adham yang meninggalkan kerajaannya untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan. Jenis ini sedikit menyimpang dari wiracarita gaya lama yang selalu
terpusat pada kerajaan. Menurut para pakar, jenis ini dimungkinkan karena asas
demokrasi dalam Islam yang memberikan kebebasan kepada pengarang tanpa adanya
intervensi dari kungkungan monarki dan adat sosial lama.
Saat ini, terdapat suatu kelompok cerita keagamaan tentang Nabi Muhammad
yang sampai saat ini masih bertahan, antara lain Hikayat Nabi Bercukur (Melayu) atau
Nabi Paras (Jawa), Nabi Mikrad, dan Maulud Nabi.
Penjelasan di atas memberikan gambaran pengaruh Islam yang merasuki
kehidupan sastra, meskipun bentuk dan isi yang lama tetap bertahan, asalkan tidak
bertentangan dengan ajaran agama Islam. Salah satu unsur pengaruh yang perlu
dikemukakan di sini adalah aksara. Peninggalan naskah Islam Melayu bertuliskan Arab
tidak terdapat lagi, namun naskah Melayu yang masih ada dan tertua berasal dari abad
ke-16 yang ditulis dalam aksara Arab. Apapun aksara yang sebelumnya dipakai, secara
sempurna digantikan oleh aksara Arab yang telah diadaptasikan dengan baik pada sistem
bunyi Melayu. Dengan menyebarnya bahasa Melayu ke sebahagian besar Nusantara
seperti: Ternate, Tidore, Sumbawa, Bima,dan Ambon , berimplikasi pula pada
penyebaran aksara  Arab di Nusantara.
Keadaan dalam sastra Jawa sedikit berbeda. Tulisan Arab telah masuk pada saat
yang dini, tapi penggunaan aksara Jawa-India tetap masih digunakan sampai abad ke-20.
Keadaan ini berdampak pada lontar beraksara Arab yang dapat diakatan tidak ada. Pada
umumnya penggunaan aksara Jawa-Arab dan Jawa-India terbagi menurut pokok teks
yang ditulis. Pertama untuk teks keagamaan dan kedua untuk teks sekuler. Perlu diingat
disini bahwa penggunaan abjad atau aksara Arab tidak terbatas pada kedua  bahasa di
atas, namun meluas ke bahasa daerah yang lain, misalnya bahasa Aceh, Minang, Sunda,
Madura, dll dimana ada kelompok budaya yang memeluk Islam.
Menurut Abdul Hadi WM, Sastra periodisasi Islam di Indonesia tidak bisa lepas dari
perkembangan sastra Melayu. Sedangkan perkembangan sastra Melayu Islam sejak awal
kemunculannya hingga akhir zaman klasiknya dapat dibagi menjadi empat periodisasi:
1)      Zaman Awal, pada abad ke-14 – 15 M
2)      Zaman Peralihan, dari akhir abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-16 M
3)      Zaman Klasik, dari akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-18 M
4)      Zaman Akhir, dari pertengahan abad ke-18 hingga awal abad ke-20 M.
1)      Sastra Islam Nusantara Zaman Awal
Zaman Awal ditandai dengan munculnya terjemahan dan saduran karya-karya
Arab dan Persia ke dalam bahasa Melayu. Babakan ini bersamaan dengan munculnya
dua kerajaan Islam awal yaitu Samudra Pasai (1270-1516 M) dan Malaka (1400-1511
M). Karya-karya saduran dan terjemahan itu pada umumnya ditulis untuk kepentingan
pengajaran dan penyebaran agama. Terutama epos Arab Persia seperti Hikayat Iskandar
Zulkarnain, Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Muhammad Ali Hanafiya; kisah-kisah
para nabi (Qisas al-Anbiya‘), termasuk Nabi Muhammad s.a.w., dan cerita berbingkai
seperti Hikayat Bayan Budiman dan Hikayat Seribu Satu Malam. Pada masa ini, puisi
beberapa penyair seperti Ma‘arri, Umar Khayyam, ‘Attar, Sa‘di, dan Rumi juga telah
muncul terjemahannya dalam bahasa Melayu.
2)      Sastra Islam Nusantara Zaman Peralihan
Zaman Peralihan berlangsung bersamaan dengan masa akhir kejayaan Malaka
dan munculnya kesultanan Aceh Darussalam (1516-1700 M). Zaman ini ditandai dengan
usaha Melayunisasi hikayat-hikayat Arab dan Persia, pengislaman kisah-kisah warisan
zaman Hindu, dan penulisan epos lokal serta historiografi. Syair-syair tasawuf, agiografi
sufi, dan alegori-alegori mistik mulai ditulis pada zaman ini. Di antara alegori mistik
terkenal ialah Hikayat Burung Pingai, yang merupakan versi Melayu dari Mantiq al-
Tayr (Musyawarah Burung) karangan penyair sufi Persia Farid al-Din al-‘Attar (w. 1220
M).
3)      Sastra Islam Nusantara Zaman Akhir
Zaman Klasik sastra Melayu berlangsung dari akhir abad ke-16 hingga awal
abad ke-18 M. Periode ini ditandai dengan kesadaran pengarang Melayu untuk
membubuhkan nama diri dalam karangan yang ditulisnya. Syair-syair tasawuf dan karya
bercorak sufistik lain kian banyak dilahirkan dalam periode ini, begitu juga epos, karya
sejarah, dan roman yang lebih orisinal. Keorisinalan karya penulis Melayu pada periode
ini tampak terutama dalam syair-syair tasawuf Hamzah Fansuri yang indah dan begitu
mendalam isinya.
Dalam menulis karya-karya mereka, penulis-penulis Melayu pada umumnya
bertolak dari dua wawasan estetika yang popular di dunia Islam. Pertama, wawasan
estetika yang diasaskan para filosof dan teoritikus peripatetik (mashsha‘iya) seperti al-
Farabi, Ibn Sina, dan Abdul Qahir al-Jurjani, yang memandang sastra sebagai karya
imaginatif (mutakhayyil). Keimaginatifan sebuah karya bisa tercapai jika pengarang
menggunakan bahasa figuratif (majaz) seintensif dan semaksimal mungkin. Wawasan
estetik ini merupakan sintesa pandangan Plato dan Aristoteles. Kedua, wawasan estetika
yang diasaskan para sufi seperti Imam al-Ghazali, Ibn ‘Arabi, ‘Attar, Rumi, dan Jami.
Bagi mereka karya sastra adalah representasi simbolik dari gagasan dan pengalaman
keruhanian. [ CITATION AfP16 \l 1033 ]
2.3. Jenis-Jenis Sastra Melayu Lama Masa Islam
Menurut [ CITATION Aus15 \l 1033 ] hal yang paling mudah untuk membagi karya
sastra Melayu klasik Islam adalah membaginya berdasarkan kategori dan jenisnya,
kemudian ia membagi sastra Islam melayu dalam lima jenis sastra:
1. Cerita Al-Quran
Cerita tentang nabi-nabi atau tokoh-tokoh yang namanya disebut dalam Al-
Quran, karya yang paling terkenal adalah Qisa-al-anbiya yang dibuat oleh al-Kisa’i pada
abad ke-13.
2. Cerita Nabi Muhammad
Bercerita tentang biografi Nabi Muhammad SAW. Namun di Nusantara hanya
ada dua karya sastra yang mengisahkan riwayat Nabi Muhammad secara menyeluruh,
yaitu Hikayat Nabi Muhammad dan Hikayat Nabi.
3. Cerita Sahabat Nabi Muahmmad
Bercerita tentang kisah sahabat nabi ataupun orang-orang yang bernah
berkomunikasi dengan nabi. Hikayat-hikayat yang membincangkan konteks ini adalah
Hikayat Muhammad Hanafiyah, Hikayat Tamim ad- Dari, Hikayat Abu Syahmah,
Hikayat Samaun.
4. Cerita pahlawan Islam
Biasanya menceritakan tokoh-tokoh Sejarah yang hidup sebelum agama Islam
muncul, seperti kisah raja Yunani, Alexander the Great (323-365 M) yang diceritakan
dalam Hikayat Iskandar zulkarnain. Kemudian ada  kisah tentang paman Nabi, Hamzah,
yang ditulis dalam Hikayat Amir Hamzah. Lalu ada Hikayat Saif Zul-Yazan, yang
merupakan saduran dari sebuah kitab arab yang berjudul Sirat Saif Dzul Yazan, buku ini
bercerita tentang peperangan antara raja Himyarite dengan raja Habbasyah.
5. Sastra Kitab
Mencakup satu bisang luas, termasuk ilmu kalam, ilmu fikih, dan ilmu Tasawuf.
Jenis sastra ini biasanya disadur dari buku arab yang diterjemahkan kedalam bahasa
melayu.

Menurut [ CITATION Rus05 \l 1033 ] Sastra Melayu, pembagiannya dapat di tinjau dari
sisi bentuk puisi dan prosa, penjelasannya sebagai berikut sebagai berikut:
A. Puisi Melayu telah menerima dan mengadopsi kebudayaan Islam. Secara umum
pengaruh Islam terhadap kesusastraan Melayu dapat di jelaskan bahwa puisi atau syair
sebagai salah satu cabang dari kesusastraan Melayu itu berasal dari tradisi sastra Arab.
Dapat dideteksi bahwa bentuk dan nama-nama dalam puisi Arab seperti: syair, ruba'i,
qit'ah, gazal, bait, nazam, masnawi, qasidah dan lain-lain itu juga pernah dipergunakan
sebagai nama dalam puisi Melayu. Asal usul syair Melayu sudah banyak dibahas oleh
para cendekiawan. Dalam tulisan yang paling tua tentang kebudayaan Melayu, "Sejarah
Melayu" karya Tun Seri Lanang, syair telah dibahas dan yang dimaksud dengan sejenis
puisi Arab. Puisi Arab dan Persia itu telah diperkenalkan ke Nusantara melalui
kesusastraan mistik. Karena Aceh pada abad ke-XIV sudah mulai menjadi pusat
pengkajian Islam di Nusantara maka ia telah menjadi jalur bagi perkembangan pengaruh
Islam kedalam puisi Indonesia.Kemudian pada abad berikutnya, syair berkembang
dengan luas dan menjadi satu cabang dan kesusastraan Melayu yang terpenting adalah:
gazal, masnawi (madah), nazam, kit'ah dan ruba'i. Pengaruh kesusastraan Arab yang
masuk kedalam kesusastraan Melayu itu sebenarnya besar sekali. Baik pengaruh dalam
bentuk syair maupun isi. Namun karena untuk membuktikan besarnya pengaruh tersebut
memerlukan penelitian yang mendalam maka tidak dapat diuraikan di sini.
B. Prosa, Karya prosa pada sastra Melayu Islam itu banyak yang dipungut dari sastra
bangsa-bangsa yang pada waktu itu belum masuk Islam. Namun setelah diadopsi oleh
sastra Melayu Islam isinya berubah kearah corak yang lain sama sekali. Naskah-
naskahnya mengandung Alquran berikut tafsirnya yang diberikan oleh para ulama
Melayu. Sehingga isi prosa tersebut merupakan gabungan yang aneh antara Islam prosa
Hinduisme. Karena karya sastra prosa itu tidak hanya mencakup bentuk saja seperti
hikayat, kisah san cerita, maka klasifikasi dari prosa Melayu masa klasik akan lebih
tepat bila diklasifikasikan sesuai dengan isinya, yaitu sebagai berikut: a) karya tauhid
dan hukum Islam, b) legenda bernafaskan Islam c) mitos cerita bersajak lain-lainnya, d)
karya bersejarah dan kisah perjalanan, e) karya filsafat dan budi pekerti, f) kitab undang-
undang Melayu, dan lain-lain.

2.4. Ciri-ciri spesifik karya sastra lama masa Islam


1. Karya tersebut mendorong pembacanya melakukan amal makruf nahi munkar
2. Karya tersebut bertujuan menegakkan ajaran Allah
3. Karya tersebut bertendesi membenarkan yang benar dan mengharamkan yang
haram.
4. Karya tersebut mendorong lahirnya masyarakat yang adil dan makmur.
5. Karya tersebut mengesankan tidak ada hak hidup bagi orang-orang jahat.
(Antilan Purba 2008)
Namun, ciri-ciri di atas tidak sepenuhnya mampu memberikan konsepsi
yang ajeg mengenai sastra Islam, terutama yang tumbuh di dunia Arab, karena
seiring perkembangan yang banyak juga akhirnya terpengaruh oleh budaya asing
terutama yang paling kuat dari Persia dan Romawi, ditambah dengan lahirnya
kaum sufi. Walau seiring dinamika jaman karya-karya sastra islam mengalami
banyak kemajuan dan pembaharuan, tetapi secara sederhana terdapat tiga jenis
karakter sastra Islam:
1. Sastra yang bersifat zuhud, banyak berbicara hubungan manusia dengan Sang
Khalik dan pandangan tentang dunia hanya fana saja.
2. Sastra Hija (satire) yang banyak mengkritik tentang berbagai hal seperti moral,
keadaan social, dan yang paling sering tentang pemerintah dan para pejabat.
3. Sastra yang bersifat madh (madah) yaitu sastra rendah yang hanya mengumbar
tentang cinta, kesedihan, dsb.
Walau setiap dinamika secara general bisa kita klasifikasikan antara
keadaan zaman dengan ketiga karakteristik tersebut tetapi sekali lagi ketiganya
tetap hidup secara bersamaan tergantung situasi dan kondisi yang mendukung
keberadaannya dan diterimanya oleh masyarakat.[ CITATION Ren15 \l 1033 ]

2.5. Contoh Karya Sastra Melayu Lama Zaman Islam


1. Syair Dagang - Hamzah Al-Funsuri.
Syair dagang merupakan syair puisi yang ditulis oleh Hamzah Al –
Fansuri. Dalam syair puisi tersebut terdapat tanda kepenyairan atau kesufian dan
diambil dari al-Qur’an dan hadis, disamping itu ia memiliki konteks sejarah
dengan adanya penyebaran agama Islam dan pembentukan kebudayaan di
Nusantara. [ CITATION red20 \l 1033 ]

Syair Dagang
Hai sekalian kita yang kurang
nafsumu itu lawan berperang
jangan hendak lebih baiklah kurang
janganlah sama dengan orang
Amati-amati membuang diri
menjadi dagang segenap diri
baik-baik engkau fikiri
supaya dapat emas sendiri
Wahai dagang yang hina
Ketauhilah hidup dalam dunia
Sebagai jati tiada berbunga
Bagi burung tiada berguna
Wahai sekalian kita yang kurang
Nafsumu itu lawan berperang
Jauhkan tamak baiklah kurang
Jaga dirimu jatuh ke jurang
Amati-amati membuang diri
Menjadi dagang di segenap negeri
Baik-baik engkau fikiri
Supaya selamat hari-hari

2. Hikayat Raja-Raja Pasai


Ringkasan : Ada Meurah dua bersaudara diam dekat Peusangan. Asal
mereka dari gunung Sanggung. Yang tua Meurah Caga namanya, yang muda
Meurah Siloo. Meurah Siloo menahan lukah dan kena gelang-gelang yang
direbusnya. Gelang-gelang itu menjadi emas dan buihnya menjadi perak.
Terdengan pada Meurah Caga bahwa Meurah Siloo makan gelang-gelang, lalu ia
marah hendak membunuh adiknya. Mendengar ini Meurah Siloo lari ke rimba
Jerun. Meurah Siloo mengemasi orang di sana dan mereka mengikut katanya.
Pada suatu hari, Meurah Siloo pergi berburu dengan anjingnya si Pasai yang
menyalak tanah tinggi. Meurah Siloo naik ke atas tanah tinggiitu, maka
dilihatnya semut sebesar kucing lalu dimakannya. Pada tempat itu, dibuatnya
negeri yang dinamai Samudera, artinya semut besar.
Pada zaman Rasulullah baginda bersabda pada segala sahabat, pada akhir
zaman, ada sebuah negeri di bawah angin, Samudera namnaya. Apabila kamu
dengar kabar negeri itu, maka segera kamu pergi ke sana dan bawa isi negeri itu
masuk Islam. Di negeri itu banyak wali Allah akan jadi. Seorang fakir Ma’abari
perlu dibawa. Kemudian terdengar pada isi negeri Mekkah namanya Samudera.
Syarif Mekkah mengirim Syaikh Ismail dengan sebuah kapal dan segala
perkakas kerajaan berlayar dan ia singgah di Ma’abari. Setelah samapai di
Ma’abari, Syaikh Ismail berlabuh. Raja negeri, Sultan Muhammad, anak cucu
Abubakar as-Siddik, merajakan anaknya, memakai pakaian fakir dan ikut dengan
kapal menuju samudera. Pada mulanya mereka berlabuh di Fansur dan
mengislamkan rakyat di sana. Kemudia mereka sampai di Lamiri dan rakyat di
sana pun diislamkan. Sesudah itu mereka berlayar lagi dan sampai di Haru.
Mereka islamkan orang disana. Ketika mereka bertanya dimana negeri
Samudera, dijawab mereka telah lalu serta mereka balik kembali. Sesampai di
Peureulak mereka islam kan pula orang di sana dan akhirnya mereka tiba di
Samudera. Setelah sampai di Samudera, Meurah Siloo diislamkan. Sesudah itu ia
bermimpi Rasulullah menyuruh ngangakan mulutnya dan me;ludahi ke
dalamnya. Ketika terjaga, diciumnya tubuhnya berbau narwastu. Setelah siang,
fakir naik ke darat membawa perkakas kerajaan dan Meurah Siloo dinamai
Sultan Mâlik al-Shâlih.[ CITATION Sri \l 1033 ]

3. Sidang fakir empunya kata - Syaikh Hamzah Fansuri


Teks ini terdiri dari tigabelas bait dan setiap baitnya terdiri dari empat baris.
Ketigabelas bait yang dimaksud adalah sebagai berikut. [ CITATION San10 \l
1033 ]
Tuhanmu1 zhâhir terlalu nyata
Jika sungguh engkau bermata
Lihatlah dirimu rata-rata
Kenal dirimu hai anak jamu
Jangan kau2 lupa akan diri kamu
Ilmu hakikat yogya kau ramu3
Supaya terkenal 3akan dirimu
Jika kau kenal dirimu bapai
Elokmu itu tiada berbagai
Hamba dan Tuhan dâ‘im4 berdamai
Memandang dirimu5 jangan kau lalai
Kenal dirimu hai anak dagang
Menafikan dirimu6 jangan kau saying
Suluh itsbât yogya kau pasang
7Maka sampai engkau anak hulu balang7
8Kenal dirimu hai anak ratu8
Ombak dan air asalnya satu
Seperti manikam much îth dan batu
Inilah tamtsil engkau dan ratu
9Jika kau dengar dalam firman9
10Pada kitab Taurat, Injil, dan Furqân 10
11Wa Huwa ma‘akum fayak ûnu pada ayat Qur‘an11
13Wa huwa bi kulli syai‘in muchîth terlalu12 ‘iyân13
Syariat Muhammad 14ambil akan14 suluh
Ilmu hakikat yogya pertubuh
15Nafsumu itu yogya kau bunuh15
16Maka dapat dua sama luruh16
Mencari dunia berkawan-kawan
Oleh nafsu khabî ts badan17 tertawan
Nafsumu itu yogya kau lawan
Maka18 sampai engkau bangsawan
Machbûbmu itu tiada berch â‘il
Pada ainamâ tuwallû jangan kau ghâfil
Fa tsamma wajhul-L âhisempurna wâ shil19
Inilah jalan orang yang kâmil
Kekasihmu zhâhir terlalu terang
Pada kedua alam nyata terbentang
Pada ahlul-ma‘rifah terlalu menang
Wâ shil nya dâ‘im20 tiada berselang
Hapuskan akal dan rasamu
Lenyapkan badan dan nyawamu
Pejamkan hendak kedua matamu
21di sana21 kau lihat permai rupamu
Rupamu22 itu yogya kau serang

2.6. Konflik-Konflik Karya Sastra yang Terjadi Pada Masa Islam


1. Karya sastra pada peninggalan pada masa Islam
Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.
Sejarah perkembangan dan penyebaran Islam di Indonesia pun telah berlangsung cukup
lama. Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama yang didirikan di
Indonesia. Selanjutnya, nusantara mulai dipenuhi oleh kerajaan -kerajaan Islam lain
yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Kerajaan -kerajaan Islam yang berdiri di
Indonesia ini tentu telah meningalkan jejak. Bentuk jejak peninggalan kerajaan Islam
tersebut banyak yang berupa karya seni. Para seniman muslim di Indonesia
meninggalkan begitu banyak karya yang menarik untuk dinikmati hingga sekarang.
Mulai dari karya seni yang dituangkan dalam bentuk bangunan masjid, seni pahat, seni
ukir, seni lukis, seni pertunjukkan dan bahkan termasuk juga dalam karya sastra.
Kebanyakan dari peninggalan kerajaan Islam ini merupakan perpaduan antara
kebudayaan Islam dan kebudayaan setempat. Karenanya, karya -karya tersebut cukup
beragam dan menarik. Ada berbagai jenis karya sastra yang merupakan peninggalan dari
kerajaan -kerajaan Islam. Karya sastra peninggalan kerajaan Islam tersebut di antaranya
meliputi : hikayat, syair, suluk, babad, dan kitab-kitab [ CITATION Jor17 \l 1057 ].
1. Hikayat
Hikayat merupakan bentuk karya sastra yang isinya berupa cerita atau dongeng
yang seringkali dikaitkan dengan tokoh sejarah. Hikayat-hikayat peninggalan kerajaan
Islam di Indonesia banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Arab, Persia, India, dan lain-
lain. Awalnya, hikayat-hikayat ini merupakan bentuk dakwah kepada masyarakat. Isinya
berupa  ajakan kepada umat Islam agar dapat memperkuat keimanannya. Hikayat
bernapas Islam yang ada di Nusantara, umumnya menampilkan tokoh-tokoh pahlawan
yang memperjuangkan kedaulatan suatu daerah. Contoh hikayat peninggalam kerajaan
Islam misalnya Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat ini diperkirakan ditulis pada abad ke-
14.
Hikayat Raja -raja Pasai berkisah tentang Merah Silu yang bermimpi bertemu
dengan Nabi Muhammad. Lalu, Marah Silu bersyahadat dan menjadi Sultan Pasai
pertama dengan gelar Malik al-Saleh. Hikayat Si Miskin – Dikenal dengan nama
Hikayat Marakarma. Hikayat ini mengisahkan tentang Manakarma yang lahir dari
keluarga miskin. Namun, karena ia memiliki budi yang baik, pada akhirnya ia sukses
menjadi raja. Hikayat Amir Hamzah – Mengisahkan tentang kepahlawanan Amir
Hamzah dalam memperjuangkan Islam serta mempertahankan Melaka dari serangan
Portugis. Selain itu, ia juga harus melawan mertuanya yang masih kafir. Hikayat Amir
Hamzah diperkirakan ditulis sebelum tahun 1511.
Hikayat Bayan Budiman – Mengisahkan isinya berupa kisah berbingkai yang
disadur dari hikayat India, Sukasaptati. Hikayat ini sebelumnya telah diadaptasi ke
dalam bahasa Persia oleh Kadi Hassan pada tahun 1371. Hikayat ini berisi tentang kisah
burung bayan yang mencegah seorang perempuan muda yang hendak berselingkuh.
Hikayat Prang Sabi – Hikayat ini ditulis oleh Tgk Chik Pante Kulu di tahun 1881.
Hikayat ini merupakan inspirator jihad rakyat Aceh dalam melawan Belanda. Di
dalamnya, dikisahkan mengenai bidadari surga (ainul mardhiyah) yang menjadi jodoh
bagi para pejuang yang mati syahid. Contoh konflik dalam hikayat yang berjudul “Raja-
Raja Pasai”
Menurut Hikayat Raja Pasai, tabiat buruk Sultan Ahmad Malik Az-Zahir memicu
konflik dengan Majapahit sehingga membawa Pasai menuju kemunduran.
Menurut Hikayat Raja Pasai, Sultan Ahmad Malik Az-Zahir dicitrakan sebagai
pemimpin yang buruk. Dikisahkan, sang sultan ternyata menaruh berahi terhadap dua
anak perempuannya sendiri, yaitu Tun Medan Peria dan Tun Takiah Dara. Beberapa kali
gelagat tak pantas tersebut ketahuan oleh penghuni istana lainnya. Sikap keterlaluan
Sultan Ahmad Malik Az-Zahir itu memantik desas-desus tak sedap. Anak sulung sang
sultan yang juga putra mahkota, Tun Beraim Bapa, mengingatkan ayahnya agar
menghentikan kelakuan tak patut tersebut. Bukannya menahan diri, Sultan Ahmad Malik
Az-Zahir justru murka, bahkan mengancam Tun Beraim Bapa agar tidak mencampuri
urusannya. Tun Beraim Bapa pun waspada dan berusaha sekuat tenaga dua saudara
perempuannya dari kebuasan sang ayah yang tidak layak dijadikan panutan.
Merasa dilawan oleh anaknya sendiri, kemarahan Sultan Ahmad Malik Az-Zahir
meledak. Ia lalu merencanakan niat jahat. Secara diam-diam, sang sultan mengutus
orang untuk meracuni sang pangeran. Usaha itu berhasil. Tun Beraim Bapa yang kelak
seharusnya melanjutkan singgasana ayahnya justru harus meregang nyawa lebih cepat.
Mengetahui sang kakak mati mendadak, Tun Medan Peria dan Tun Takiah Dara sangat
bersedih hati sekaligus takut setengah mati terhadap ayah mereka sendiri. Maka, kedua
putri Samudera Pasai itu pun memilih menyusul Tun Beraim Bapa, bunuh diri dengan
meminum racun (Russell Jones, Hikayat Raja Pasai, 1999:35-56). Dengan
kekuasaannya yang nyaris tanpa batas, Sultan Ahmad Malik Az-Zahir langsung
menutup rapat kegemparan yang sempat terdengar di lingkungan kesultanan setelah
tewasnya tiga anaknya tersebut. Ini dilakukan agar kabar buruk itu tidak menyebar luas,
apalagi hingga ke luar kerajaan.
Sinyal Runtuhnya Samudera Pasai
Hikayat Raja Pasai dalam bab yang sama melanjutkan cerita ini. Setelah
mendapat laporan dari para pengiring Raden Galuh Gemerencang, putri Majapahit yang
mengakhiri hidupnya di Samudera Pasai, juga kekejaman Sultan Ahmad Malik Az-
Zahir, Raja Hayam Wuruk murka, begitupula dengan Gajah Mada. Hayam Wuruk pun
memerintahkan Gajah Mada untuk segera menghimpun pasukan dan bergegas berangkat
ke ujung barat sana. Majapahit ternyata lebih unggul dari tuan rumah.
Dalam situasi yang semakin gawat karena pasukan Majapahit kian merangsek ke pusat
istana, Sultan Ahmad Malik Az-Zahir terpaksa menyelamatkan diri. Ia melarikan diri ke
suatu tempat bernama Menduga yang berlokasi kira-kira 15 hari perjalanan dari ibukota
Samudera Pasai Serangan Majapahit itu menjadi awal dari keruntuhan Kesultanan
Samudera Pasai di Aceh. Meskipun kerajaan Islam ini pada akhirnya masih bisa
bertahan hingga bertahun-tahun ke depan, bahkan sempat berjaya pada era Sultanah
Nahrasiyah Nahrisyyah (1406-1428), namun pada akhirnya Samudera Pasai runtuh juga.
Intrik dan konflik internal di lingkungan istana menjadi penyebab utamanya, bukan
semata karena faktor eksternal macam serangan dari Majapahit. Ditambah lagi dengan
kemunculan Kesultanan Malaka pada 1405 yang mengikis dominasi ekonomi Samudera
Pasai di zona perdagangan tersebut (Muhammad Gade Ismail, Pasai dalam Perjalanan
Sejarah, 1997:24). Perjalanan panjang Samudera Pasai semakin mendekati akhir setelah
lahirnya Kesultanan Aceh Darussalam pada 1496 hingga penaklukan Portugis pada
1521.
Riwayat Samudera Pasai akhirnya benar-benar tamat pada masa pemerintahan sultan
terakhirnya, Zain Al-Abidin IV (1514-1517). Sejak tahun 1524, wilayah kekuasaan
kerajaan Islam Nusantara pertama ini diambil-alih oleh Kesultanan Aceh Darussalam
yang menjadi penguasa baru di Serambi Mekkah [ CITATION Isw17 \l 1057 ].
2. Syair
Syair merupakan media penyebaran Islam yang menarik. Sebetulnya, syair tidak
hanya populer di Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh dunia. Syair-syair
peninggalan sejarah Islam di Indonesia antara lain: Syair Ikan Terubuk – Syair anonim
ini berisi kisah fiksi yang di dalamnya termuat adab -adab dan tuntunan perilaku
beragama. Syair Kompeni Walanda – Di dalam syair ini merupakan riwayat Nabi. Syair
Perahu karya Hamzah Fansuri – Syair daripenyair yang hidup di Aceh pada masa
pemerintahan Sulthan Alaiddin Riayat Syah Sayidil Mukamil (1589-1604 M) ini
mengisahkan aneka pengajaran tentang adab. Syair Perang Banjarmasin – Syair ini
diperkirakan ditulis pada abad ke-16. Syair ini memang berisi beberapa pokok ajaran
Islam, namun syair yang tidak diketahui pengarangnya ini dipastikan memiliki isi yang
pro-Belanda. Hal ini dilihat dari teks pembukanya yang berisi pujian atas pemerintahan
Belanda. Syair Peran banjarmasin ini juga mendiskreditkan Pangeran Hidayatullah.
Padahal, Pangeran Hidayatullah di mata rakyat adalah sosok patriot. Syair Siak Sri
Indrapura – Isinya berupa silsilah raja-raja Siak. Contoh konflik dalam syair yang
berjudul “Syair Ikan Terubuk”
Syair Ikan Terubuk sebuah satire yang dalam bentangan perangnya dengan luar
dihalalkan kepada kedua belah pihak, Raja Alam dan Sultan Ismail, dan sangat erat
bertalian dengan sikap tak berpihak atas konflik keluarga diraja itu sebagaimana teks
Syair Perang Siak. Didalam Syair Perang Siak perspektif tidak memihak ini
menyerlahkan warna tragis kepada kejadian-kejadian yang dibentangkan. Konflik itu
mempunyai akibat tak terelakkan, dan gambaran malapetaka yang menimpa kerajaan
Siak itu digambarkan sebagai takdir Alllah. Didalam Syair Ikan Terubuk persfektif tidak
berpihak dalam parodi tentang perang Siak ini menghadirkan ungkapan tragedi-komedi:
pada akhirnya tak seorang jua yang menang, dan ikrar-ikrar serta ekspedisi perang
hanyalah lelucon [ CITATION AlA19 \l 1057 ].
3. Suluk
Suluk merupakan bentuk karya sastra yang isinya mengenai tasawuf tentang keesaan dan
keberadaan Allah SWT. Suluk ini merupakan tembang gubahan Sunan Bonang yang
dituliskan pada daun lontar.
Sunan Bonang banyak menggubah sastra berbentuk suluk atau tembang tamsil. Ada pun
antara lain Suluk Wijil. Suluk ini pada dasarnya merupakan karya sastra yang berisi
tentang ilmu tasawuf.
Ia juga menggubah tembang Tombo Ati (Obat Hati) yang kini masih sering
dinyanyikan. Beberapa suluk yang lain adalah :
– Suluk Sukarsa isinya berupa ajaran tentang hakikat kepemimpinan.
– Suluk Syarab al Asyiqin karya Hamzah Fansuri isinya merupakan ajaran wahdat al-
wujud, serta mengisahkan tentang tahap-tahap pencapaian makrifat.
– Suluk Malang Sumirang yang ditulis oleh Sunan Panggung dari Demak, sekitar tahun
1520. Suluk ini berisi kritikan terhadap Sultan Demak, dan juga ajaran Sunan Panggung
yang dianggap sesat.
4. Babad
Babad merupakan bentuk cerita sejarah yang didalamnya banyak bercampur dengan
mitos dan kepercayaan masyarakat yang kadang tidak masuk akal.
Karya sastra peninggalan Islam berupa babad antara lain:
– Babad Cirebon isinya berupa kisah Pangeran Cakrabuwana yang membangun kota
Cirebon serta membangun perkampungan Muslim.
– Babad Demak ini isinya tentang kisah Raden Patah dalam mendirikan Kerajaan
Demak.
– Babad Gianti diperkirakan ditulis pada tahun 1803. Di dalam babad Gianti, dibahas
mengenai fenomena-fenomena politik yang terjadi di Pulau Jawa sekitar 1741 – 1757.
– Babad Raja-Raja Riau ini isinya berupa silsilah raja-raja Riau yang memiliki corak
Islam.
–Babad Sejarah Melayu (Salawat Ussalatin).
– Babad Tanah Jawi dituliskan oleh Carik Braja pada 1788 atas perintah Sunan Paku
Buwono III. Babad Tanah Jawi ini berisi silsilah raja-raja dari zaman Mataram Hindu
hingga Mataram Islam.
5. Sastra Dalam Bentuk Kitab
Ada pula beberapa kitab peninggalan sejarah Islam. Karya sastra dalam bentuk
kitab peninggalan kerajaan Islam antara lain:
– Kitab Manik Maya, dituliskan pada tahun 1740 oleh Raden Mas Ngabei Ronggo.
Kitab ini berisi sejarah perkembangan Islam di area Pulau Jawa.
– Kitab Nitisastra, digubah di abad ke-15. Kitab ini tidak diketahui siapa penulisnya. Isi
kitab ini mengenai ajaran moral dan pandangan hidup berupa kebijaksanaan.
– Kitab Nitisruti, yang juga tidak diketahi penulisnya ini berisi ajaran tentang filsafat
dan moral.
-Kitab Sasana-Sunu, digubah pada 1798 oleh Raden Tumenggung Sastranegara. Kitab
Sasana-Sunu ini berisi ajaran tentang tata cara hidup Islam, serta ajaran meneladani
Rasulullah.
– Kitab Sastra Gending adalah karya Sultan Agung yang isinya memuat ajaran filsafat
dan kebajikan.
DAFTAR PUSTAKA

Af-Production. (2016, Maret 9). Sejarah Sastra - Periode Islam. Diambil kembali dari sejarah sastra
periode islam: https://af-production.blogspot.com/2016/03/sejarah-sastra-periode-
islam.html
Ali, A. (2015, Juli 25). Islam dan Sastra Melayu Klasik (7-14 M). Diambil kembali dari Islam dan sastra
melayu klasik 714 m:
https://www.kompasiana.com/ausofali/551058dd8133119b36bc6365/islam-dan-sastra-
melayu-klasik-7-14-m
Muslim, R. (2015, Juni 26). Sastra Islam Nusantara dari Klassik Sampai Modern. Diambil kembali dari
sastra islam nusantara dari klassik sampai modern:
https://www.kompasiana.com/atsuraya/550b03ac813311c615b1e318/sastra-islam-
nusantara-dari-klassik-sampai-modern
Nasution, S. M. (t.thn.). Hikayat Raja-raja Pasai. Diambil kembali dari hikayat raja raja pasai:
https://srimulyaninasution.wordpress.com/literature/hikayat-raja-raja-pasai/
redaksiprabangkara. (2020, April 27). Nasihat “Syair Dagang” Karya Hamzah Al-Fansuri. Diambil
kembali dari nasihat syair dagang karya hamzah al-fansuri:
https://prabangkaranews.com/2020/04/27/nasihat-syair-dagang-karya-hamzah-al-fansuri/
Rusdin. (2005). Islam dan Sastra Melayu Klasik. Islam dan Sastra Melayu Klasik, 6-7.
Sangidu. (2010). Sidang Fakir Empunya Kata, Karya Syaikh Hamzah Fansuri. Diambil kembali dari
sidang fakir empunya kata karya syaikh:
http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2010/01/sidang-fakir-empunya-kata-karya-
syaikh.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai