Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Bismillahir-Rahmanir-Rahim

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah Sastra Nusantara yang berjudul
“Kesusastraan Melayu”.

Penyusunan makalah ini sebagai salah satu tugas untuk memenuhi persyaratan mata
Pelajaran yang di pelajari.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada:

1. Keluarga tercinta yang telah mendukung


2. Rekan-rekan yang mengikuti mata kuliah Sastra Nusantara
3. Semua pihak yang telah membantu atas pembuatan makalah tentang “Kesusastraan
Melayu”

Dalam penyusunan makalah ini penulis masih merasa banyak kekurangan baik
dalam teknik penulisan dan materi yang disampaikan. Mengingat kelemahan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Silaping, 16 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................1

1.3. Tujuan......................................................................................................................2

BAB II KESUSASTRAAN MELAYU

2.1. Pengertian Sastra Melayu........................................................................................3

2.2. Sejarah Sastra Melayu.............................................................................................3

2.3. Jenis-jenis Sastra Melayu........................................................................................5

2.4. Keunikan Sastra Melayu.........................................................................................9

2.5. Tokoh-Tokoh Kesusastraan Melayu.......................................................................9

2.6. Kajian Karya Sastra Melayu .................................................................................12

BAB III PENUTUP .............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15

SOAL DAN KUNCI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra (Sansekerta/Shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta, sastra,


yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata sas yang berarti
“instruksi” atau “ajaran”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk
kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
(Redaksi PM, 2012:30)

Banyak yang belum mengetahui ranah kesusastraan Melayu karena Sastra Melayu
merupakan salah satu Sastra Nusantara yang sudah lama. Oleh karena itu kami menyusun
tentang keberadaan Sastra Melayu beserta pengertian, sejarah, ragam jenis, keunikan, tokoh,
dan contohnya.

1.2 Rumusan Masalah

Serangkaian permasalahan tentang Sastra Melayu yang akan kami bahas dalam makalah ini,
antara lain tertuang dalam rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian Sastra Melayu?


2. Bagaimana sejarah perkembangan Sastra Melayu di Indonesia?
3. Apa saja ragam jenis Sastra Melayu?
4. Apa keunikan Sastra Melayu?
5. Siapa tokoh-tokoh pada Kesusastraan Melayu?
1.3 Tujuan

Dalam pembuatan makalah ini kami memiliki beberapa tujuan, yang sebisa mungkin
kami dapat jelaskan hal-hal yang berkaitan dengan Sastra Melayu dan perkembangannya.
Adapun, tujuan-tujuan tersebut antara lain:

1. Menjelaskan pengertian Sastra Melayu


2. Menjelaskan seberapa jauh perkembangan Sastra Melayu
3. Menjelaskan berbagai ragam Sastra Melayu
4. Menjelaskan apa saja keunikan Sastra Melayu

1
5. Menjelaskan tokoh-tokoh yang ada pada kesusastraan Melayu

BAB II

KESUSASTRAAN MELAYU

2.1 Pengertian Sastra Melayu

Sastra Melayu adalah sastra lama yang lahir pada masyarakat lama atau tradisional
yakni suatu masyarakat yang masih sederhana dan terikat oleh adat istiadat.Sastra Melayu
disebut juga Sastra Melayu Klasik yang berarti sastra melayu lama. Sastra melayu lama
adalah sastra yang terbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ajaran atau
ucapan. Sastra melayu lama masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Islam
pada abad ke-13. Peninggalan sastra lama terlihat pada dua bait syair pada batu nisan
seorang muslim di Minye Tujuh, Aceh (www.ilmu.tehninih.com, 6 Maret 2015).

Kesusastraan Melayu kemudian masih dibagi berdasarkan cerita yang mendasarinya,


yaitu sastra zaman peralihan Hindu-Islam dan sastra zaman Islam. Bahasa yang digunakan
dalam karya-karya sastra Melayu klasik memang belum menggunakan bahasa Indonesia,
melainkan masih menggunakan bahasa daerah dan bahasa Melayu. Akan tetapi sastra ini
dapat dikatakan merupakan bagian dari sastra Indonesia jika telah ditentukan batasan yang
jelas mengenai bahasa yang digunakan dalam sastra Indonesia itu sendiri
(www.ilmu.tehninih.com, 6 Maret 2015)

2.2 Sejarah Sastra Melayu

Menurut Hollander, bahasa Melayu masuk ke Sumatra dan sekitarnya pada


pertengahan abad ke-14, dibawa oleh orang Jawa Hindu. Oleh karena itulah, bahasa Melayu
juga disebut bahasa Jawi, bentuk derivat kata Jawa untuk menunjuk berbagai hal yang
menyangkut Nusantara, termasuk orang Melayu. Hollander membagi sastra Melayu menjadi
dua periode, yaitu:

a) Periode pertama, sebagai periode sastra Melayu kuno mulai pada pertengahan abad
ke-14 hingga kedatangan bangsa Barat(akhir abad ke-16)
b) Periode kedua, akhir abad ke-16 hingga sekarang (Hollander, 1984: 228-229)

Braginsky (1993:29) membatasi perkembangan sastra Melayu kuno mulai paro kedua
abad ke-16 hingga paro pertama abad ke-19.
2
Kebudayaan Melayu, sebagaimana kebudayaan Jawa, memperoleh pengaruh yang
sangat kuat dari India kira-kira semenjak abad ke-5 M hingga abad ke-14 M. Namun
pencapaian keduanya cenderung berbeda. Kebudayaan Jawa telah menorehkan prestasi
menonjol dalam bidang seni ukir seperti candi, patung dan relief, sedangkan pencapaian
terbesar kebudayaan Melayu terletak di bidang kesusasteraan.

Ketika orang Melayu mulai mengenal agama Hindu dan Buddha yang berasal dari
India, mereka turut mengadopsi bahasa dan aksara yang digunakan di dalam dua agama
tersebut. Lantas mereka mengintegrasikannya dengan bahasa asli, dan mulai menciptakan
karya-karya tertulis berdasarkan kaidah-kaidah yang terserap. Tujuan mulanya, tentu agar
perasaan dan pikiran mereka yang tercurahkan dalam karya bahasa, memiliki kemungkinan
lebih besar untuk kekal.

Namun,keberadaan aksara, alat tulis serta kemahiran menulis saja tidak cukup.
Karya-karya sastra tertulis yang muncul pada masa integrasi Melayu dengan Hindu-Buddha
sangat sukar ditemukan, karena hampir tidak ada satu pun yan selamat, kecuali karya-karya
yang dituliskan pada material yang tidak rentan dengan perubahan cuaca, seperti pada
prasasti atau nisan. Bahkan menurut penulis, belum diketemukan karya sastra Melayu pada
kedua artefak itu.

Jadi, melenyapnya karya-karya sastra dari masa yang cukup jauh ini, sanggup
dikorelasikan dengan hakikat sastra: baik dalam bentuk maupun isinya, pasti mengandung
nilai-nilai tertentu yang dianut, diyakini dan diamalkan oleh masyarakat atau anggota
masyarakat yang menciptakannya. Karya-karya sastra pada masa pengaruh India tentu
mengandung nilai-nilai keagamaan dan norma-norma fundamental Hindu-Buddha yang
sangat lekat, sehingga ketika pengaruh Islam muncul, nilai-nilai tersebut musti disisihkan
dan digantikan oleh nilai-nilai Islam. Meski, Api Sejarah milik Ahmad Mansur Suryanegara,
sedikit kontroversial dengan data historik yang umum ditemukan, mengatakan bahwa Islam
sudah memasuki Indonesia jauh sebelum Hindu-Buddha.

Harus ditekankan pula bahwa agama Hindu-Buddha memmpunyai watak elitis, yakni
pendalaman pengetahuan tentang kedua agama tersebut hanya mampu dilakukan oleh
kalangan tertentu, misalnya kelas brahmana atau bhiksu (Marwati Djoened Pusponegoro &
Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, Balai Pustaka Pendidikan dan
Kebudayaan). Karakter elitis ini membuat Islam yang tidak membedakan kasta (egaliter,
pen.) memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin mendalaminya dan dapat diterima,

3
juga tersebar luas di kalangan orang Melayu. Dengan karakter egaliter pula, aksara jawi
yang diperkenalakan oleh kebudayaan Islam/Arab-Persia, mendapatkan dukungan penuh
ketika mendesak karya-karya dan aksara sebelumnya yang masih mengandung bentuk
maupun nilai-nilai budaya yang elitis.

2.3 Jenis-jenis Sastra Melayu

Jenis-jenis sastra Melayu sebagaimana berikut:

1. Fabel adalah suatu cerita atau dongeng yang pelakunya binatang yang berprilaku
seperti manusia. Pada umumnya fabel mempunyai tendens didaktis. Fabel ini sangat
terkenal di Indonesia. Di tiap-tiap daerah mempunyai pelaku-pelaku binatang yang
berlainan.
Di Jawa dan di Melayu dipusatkan pada planduk (kancil), di Sunda pada kura-kura,
di Toraja pada kera hantu (www.ilmu.tehninih.com, 6 Maret 2015).
Contoh:
Kura-kura dan Monyet
Ada seekor kura-kura dan monyet sedang bertengkar untuk mempertahankan
kehormatan.
“hai monyet daripada kita bertengkar mendingan kita berlomba” kata kura-kura
“ya sudah kamu mau berlomba apa dengan ku” kata monyet
“bagaimana kalau kita bertanding memanen buah pisang” kata kura-kura.
“ya aku terima tantangan mu” kata monyet

Kura-kura dan monyet menuju lokasi lomba memanen buah pisang. Seekor burung
menjadi wasit
“siap bersedia mulai” kata burung
Kura kura dan monyet langsung memanjat pohon
“kura kura kamu pasti kalah” kata monyet
“Tidak akan aku pasti menang” kata kura kura
Waktu nya semakin berkurang, monyet dan kura kura tergesa-gesa untuk memanen
buah pisang

Akhirnya waktunya habis “prit.. prit.. prit…” suara periwit sang wasit. Monyet dan
kura kura segera turun dari pohon pisang
“pasti punyaku yang lebih banyak” kata kura kura
“tidak mungkin pasti punyaku yang lebih banyak” kata monyet

4
Wasit segera menghitung hasil memanen buah pisang
“pasti aku yang menang” kata kura kura
“aku yang menang” kata monyet dengan kesal
“aku yang menang” kata kura kura dengan kesal
“sudah sudah jangan bertengkar aku sudah menghitung semua buah pisang yang
kalian ambil” kata wasit
“siapa siapa pasti aku ya yang menang” kata monyet
“jangan terlalu berharap pasti aku yang menang” kata kura kura
“jadi pemenangnya… tidak ada” kata wasit
“kok bisa tidak ada yang menang” kata kura kura dan monyet
“karena hasil buah pisangnya sama (seri)” kata wasit
Kura kura dan monyet terkejut
“saranku ya kalian berdamai saja” kata wasit (burung)
Keduanya saling minta maaf dan mereka berjanji tidak akan bertengkar kembali

2. Legenda adalah cerita yang dikaitkan dengan kepercayaan suatu daerah tentang asal
muasal terjadinya sesuatu.
Contoh: Danau Gunung Tangkuban Perahu, Terjadinya Danau Toba, Terjadinya
Danau Maninjau (www.ilmu.tehninih.com, 6 Maret 2015).

Sangkuriang
Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama
Dayang Sumbi.Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Anak
tersebut sangat gemar berburu. Ia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan
istana. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga
bapaknya. Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan
buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan.
Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada ibunya.
Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia
memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka.
Ia sangat kecewa dan pergi mengembara. Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat
menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa
memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi.
Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali
ke tanah airnya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah total. Disana dijumpainya
seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita

5
tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang
Sumbi pun sangat terpesona padanya. Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk
berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah
terkejutnya Dayang Sumbi demi melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu
persis seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya,
ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan.
Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk menggagalkan proses peminangan itu. Ia
mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta pemuda itu untuk membendung sungai
Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk
menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.
Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya ia mengerahkan
mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun
diam-diam mengintip pekerjaan tersebut. Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang
Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur
kota.Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah
menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya. Ia sangat marah oleh karena itu berarti
ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi.Dengan kekuatannya, ia
menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun
kemudian menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh
menjadi sebuah gunung yang bernama "Tangkuban Perahu."

3. Mite adalah cerita yang mempunyai latar belakang sejarah, dipercayai oleh
masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak
mengandung hal-hal yang ajaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa. Mite berasal dari
bahasa Yunani, mythos.
Contoh: Si Kelambai dan Setan Penanggalan.

4. Sage adalah cerita yang mengandung sejarah, tetapi juga tidak terlepas dari fantasi dan
imajinasi agar lebih menarik.
Contoh: Hang Tuah Joko Tingkir.

5. Hikayat adalah cerita yang sumbernya berasal dari kisah-kisah kehidupan raja atau
dewa. Hikayat berasal dari bahasa Arab yang berarti cerita. Hikayat ini mirip dengan
dongeng, penuh khayal, isinya tentang kehidupan istana, oleh karena itu dapat disebut

6
dongeng istana.pelaku utama dalam hikayat adalah raja, permaisuri, putra raja yang
gagah berani, serta putrinya yang cantik jelita.
Ciri-ciriHikayat:
a. Isi ceritanyaberkisarpadatokoh raja dankeluarganya
b. Bersifatpralogis, yaitumempunyailogikatersendiri yang
menyebutkannyafantastis
c. Mempergunakan banyak kata arkais (klise).Misalnya Hatta,
Sya hdan Sohibul dan lain-lain
d. Nama pengarang biasanya tidak disebutkan (anonim)
Contoh:
Hikayat Si Miskin

Ada seorang suami istri yang dikutuk hidup miskin. Pada suatu hari mereka
mendapatkan anak yang diberi nama Marakarma, dan sejak anak itu lahir hidup
mereka pun menjadi sejahtera dan berkecukupan. Ayahnya termakan perkataan para
ahli nujum yang mengatakan bahwa anak itu membawa sial dan mereka harus
membuangnya.Setelah membuangnya, mereka kembali hidup sengsara. Dalam masa
pembuangan, Marakrama belajar ilmu kesaktian dan pada suatu hari ia dituduh
mencuri dan dibuang ke laut. Ia terdampar di tepi pantai tempat tinggal raksasa
pemakan segala. Ia pun ditemukan oleh Putri Cahaya dan diselamatkannya.Mereka
pun kabur dan membunuh raksasa tersebut. Nahkoda kapal berniat jahat untuk
membuang Marakarma ke laut, dan seekor ikan membawanya ke Negeri Pelinggam
Cahaya, di mana kapal itu singgah.
Marakrama tinggal bersama Nenek Kebayan dan ia pun mengetahui bahwa Putri
Mayang adalah adik kandungnya. Lalu Marakarma kembali ke Negeri Puspa Sari dan
ibunya menjadi pemungut kayu. Lalu ia memohon kepada dewa untuk
mengembalikan keadaan Puspa Sari. Puspa Sari pun makmur mengakibatkan
Maharaja Indra Dewa dengki dan menyerang Puspa Sari. Kemudian Marakrama
menjadi Sultan Mercu Negara.

6. Cerita Jenaka adalah cerita yang didalamnya mengandung unsur komedi atau humor.
Cerita jenaka adalah cerita yang jenaka diterangkan oleh Kamus Besar Bahasa
Indonesia sebagai “membangkitkan tawa, kocak, lucu; menggelikan “.Contoh: Pak
Pandir, Pak Kadok, Lebai Malang, Pak Belalang, Si Luncai, Abunawas.

7
Cerita Jenaka Pak Belalang
Pak Belalang, dengan tiga anaknya sangat miskin kehidupannya,hampir-hampir tiada
apa yang dimakan.Mengapa di sebut Pak belalang, sebab anak tertuanya bernama Belalang.
Suatu hari Ia bermaksud untuk memperoleh makanan.Disuruhnya anaknya
menyembunyikan kerbau orang yang sedang mengembala di kebun.Disuruhnya anaknya
menyembunyikan kerbau tersebut, Pada pemilik kerbau dikemukakan bahwa kalu ingin tahu
dimana letak kerbau tersebut disuruh bertanya pada ayahnya yang mengetahui tentang
keberadaan kerbau tesebut.
Keberhasilan pak Belalang menebak tempat kerbau berada tersebut membuat Dia
mendapatkan imbalan beras, padi , tembakau, dan ikan sebagai hadiah. Maka masyurlah
nama Pak Belalang sebagai orang yang pandai bertenung ( meramal).Suatu peristiwa raja di
dalam negeri kehilangan tujuh biji peti yang berisi barang-barang berharga intan,emas,dan
lain-lain. Pak Belalang lalu dipanggil untuk meramal dimana harta tersebut,apabila tidak
bisa menebak maka Dia akan dibunuh.Sampai di rumah pak Belalang berbaring sambil
menghitung roti yang sedang dimasak istrinya di dapur. Dia mendengar bunyi roti kena
minyak di dalam kuali, dan berkata “satu”, sambil membilang roti.Dengan takdir Allah,
pada ketika itu juga kepala pencuri masuk di halaman pak Belalang.Tatkala Pak Belalang
menghitung “Tujuh” ketujuh orang pencuri semuanya sudah masuk ke halaman pak
Belalang.Pencuri-pencuri itu ketakutan.Menurut perkiraan pencuri tersebut, pak Belalang
sudah tahu bahwa yang mencuri adalah mereka.Mereka lalu masuk menjumpai pak Belalang
dan mengaku salah. Dengan demikian Pak Belalang pun lepas dari masalah pembunuhan
atas dirinya.Atas keberhasilannya tersebut Pak Belalang mendapat hadiah yang banyak
sekali. Baginda juga menggelarinya Ahli Nujum.
Sekali lagi Pak Belalang diancam dengan ancaman bunuh, kalau dia tidak dapat
menerka apa yang digenggam baginda. Pak Belalang tidak dapat menerka.Pada perasaan
hatinya, matilah ia kali ini. Sambil menangis mengenang anaknya yang bernama di
Belalang.Dia pun berkata.Matilah aku, tinggallah,anakku,Belalang. ( yang digenggam
Baginda itu kebetulan adalah seekor belalang.)
Setelah itu pak Belalang ingin mengakhiri sandiwaranya, Pak Belalang pun pulang ke
rumahnya, dalam hatinya Ia berpikir, baiklah aku bakar rumah ini supaya dapat dilaporkan
pada Baginda bahwa surat-surat ilmunya terbakar serta supaya tenang hidupnya.Sehingga
Baginda tidak lagi mengejarnya dengan perttanyaan –pertanyaan lagi. Setelah rumahnya
terbakar Pak Belalang tidak bekerja lagi, dikaruniai oleh baginda belanja dengan
secukupnya.

8
7. Karmina atau dikenal dengan nama pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua
baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua adalah isi. Memiliki pola
sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun
ungkapan secara langsung.
Ciri-ciri Karmina :
a. Terdiri dari dua baris
b. Bersajak a-a
c. Terdiri dari 8-12 suku kata
d. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua
merupakan isi
Contoh:
1) Dahulu ketan sekarang ketupat
Dahulu jagoan sekarang ustad
2) Buah nangka bentuknya bulat
Sudah tua bangka belum ingat akhirat

8. Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-
bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang
berarti "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam
bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai
umpasa .
Ciri-ciri Pantun:
a. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris
bila dituliskan)
b. Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata
c. Bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh
a-a-b-b, atau a-b-b-a)
d. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan
isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan
dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat
pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan
bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk
mengantarkan rima/sajak

9
e. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Contoh:
Sungguh elok emas permata
Lagi elok intan baiduri
Sungguh elok budi bahasa
Jika dihias akhlak terpuji

9. Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun


perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya
ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, kadang-kadang dapat juga
ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris. Kata "seloka" diambil dari bahasa
Sanskerta, sloka.
Contoh: Baik budi emak si Randang
Dagang lalu ditanakan
Tiada berkayu rumah diruntuhkan
Anak pulang kelaparan
Anak dipangku diletakkan

10. Syair berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa masuk ke Nusantara
bersama-sama dengan kedatangan Islam. Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur
yang berarti perasaan. Kata syu’ur berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi
dalam pengertian umum. Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian
puisi secara umum. Akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami
perubahan dan modifikasi sehingga syair di desain sesuai dengan keadaan dan situasi
yang terjadi.Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang
mementingkan irama sajak.
Ciri-ciri syair:
a.Biasanya terdiri dari 4 baris,
b. Berirama aaaa,
c. Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair.
Contoh: Syair Abdul Muluk
Berhentilah kisah raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu perkataan
Abdul Hamid Syah Paduka Sultan

10
Duduklah Baginda bersuka-sukaan
Abdul Muluk putera Baginda
Besarlah sudah bangsa muda
Cantik menjelis usulnya syahda
Tiga belas tahun umurnya sudah

Parasnya elok amat sempurna


Petak majelis bijak laksana
Memberi hati bimbang gulana
Kasih kepadanya mulai dan hina

11. Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan
isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc,
abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya.
Ciri-ciri Talibun adalah seperti berikut:
a. Ia merupakan sejenis puisi bebas
b. Terdapat beberapa baris dalam rangkap untuk menjelaskan
pemerian
c. Isinya berdasarkan sesuatu perkara diceritakan secara
terperinci
d. Tiada pembayang. Setiap rangkap dapat menjelaskan satu
keseluruhan cerita
e. Menggunakan puisi lain (pantun/syair) dalam
pembentukannya
f. Gaya bahasa yang luas dan lumrah (memberi penekanan
kepada bahasa yang berirama seperti pengulangan dll)
g. Berfungsi untuk menjelaskan sesuatu perkara
h. Merupakan bahan penting dalam pengkaryaan cerita
penglipur lara
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanakpun cari
Induk semang cari dahulu

11
(www.ilmu.tehninih.com, 6 Maret 2015).

2.4 Keunikan Sastra Melayu

Keunikan-keunikan yang terdapat dalam sastra Melayu antara lain:

1. Dimulai dengan menceritakan asal-muasal tokoh utama.


2. Tokoh utama hidup ditengah-tengah rakyat atau merakyat.
3. Diceritakan secara lisan dari mulut ke mulut.
4. Tidak diketahui tahun awal munculnya cerita.
5. Tidak diketahui siapa pengarangnya.
6. Umumnya dimulai dengan kata-kata "hatta, syahdan, arkian, alkisah, atau
sebermula".
7. Sangat kental dengan pengaruh Islam
(Redaksi PM, 2012:34)

2.5 Tokoh-Tokoh Kesusastraan Melayu

Rasanya tidak cukup mengulas sejarah sastra Melayu tanpa membahas tokoh-tokoh
ternama pada saat itu, yang karya-karyanya cukup mempengaruhi perkembangan sastra
pada masa-masa selanjutnya. Tidak hanya dunia sastra saja, mereka turut mempengaruhi
tata bahasa Indonesia dengan buku-buku ensiklopedi ataupun kamus yang mereka rancang.
Ataupun dengan karya-karya sastra lain yang turut mewarnai situasi politik saat itu.
Beberapa tokoh yang mengukir sejarah pada masa itu, adalah:

1.Raja Ali Haji

Karena pentingnya bahasa Melayu dalam skema konsolidasi kolonial, Pemerintah


Kolonial Hindia Belanda bersikap lunak, dan bahkan menyokong secara penuh semua
aktivitas literer Raja Ali Haji (1804-1872) di Pulau Penyengat, pusat kerajaan Riau-Lingga,
melalui seorang utusan yang bernama H. Van Eysinga. Raja Ali Haji membina bahasa
Melayu dengan membuat sebuah buku tata bahasa Melayu yang berjudul Bustan al-Katibin,
terbit pada 1857.Buku ini kemudian disusul oleh semacam kamus yang mirip ensiklopedi
dengan judul Pengetahuan Bahasa pada 1859.Dengan kitab tata bahasa dan kamus itu, para
pemakai bahasa Melayu, baik Bumiputera maupun kolonial, mendapat panduan untuk
memakai bahasa Melayu yang baik. Selain karya-karya kebahasaan Melayu, Raja Ali Haji

12
juga menciptakan karya-karya sastra lain. Yang paling terkenal tentu saja Gurindam Dua
Belas,(1847).Selain itu, Raja Ali Haji juga menulis Silsilah Melayu dan
Bugis (1861), Tuhfat Al-Nafis (1866) dan lain-lain.

2. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi

Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (1797-1854) mengawali karir kepenulisan


sebagai pembantu bagi ayahnya, yang membantu Marsden menyusun A History of Sumatra.
Abdullah juga mengumpulkan naskah-naskah lama dari Lingga, Riau, Pahang, Trengganu,
dan Kelantan. Menurut Piah, sebagian besar dari manuskrip yang ada dalam koleksi Library
of Royal Asiatic Society of London dan koleksi lengkap di American Library of Congress
berasal dari tangan Abdullah. Sepanjang hidupnya, Abdullah meniti karir sebagai guru
bahasa dan juru bahasa untuk para sarjana Barat dan misionaris Kristen.Karya Abdullah
yang paling terkenal tentu sajaHikayat Abdullah (1849) yang merupakan riwayat hidupnya
sendiri dan diterbitkan di Singapura. Karya-karyanya yang lain adalah Kisah Pelayaran
Abdullah Sampai ke Negeri Kelantan (1838), Syair Singapura Dimakan Api (1843), Cerita
Kapal Asap (1843), Syair Kampung Gelam/ Terbakar (1847).

Selain itu, Abdullah juga terlibat dalam kerja kolaboratif dengan para misionaris
seperti Thomsen, North, dan Krasberry.Para sarjana kolonial memberikan tanggapan yang
positif dan bertendens terhadap kerja-kerja literer, dan memandang karya-karya Abdullah
terutama dengan pendekatan sejarah.Selain itu, dalam isinya pun Abdullah telah berani
mengupas masalah sosial dan kehidupan sehari-hari, dan bahkan melontarkan kritik yang
sangat pedas terhadap adat istiadat yang berlaku pada waktu itu. Walaupun memperoleh
berbagai tanggapan bernada positif, namun Amin Sweeney (2005) menerangkan bahwa
posisi Abdullah yang kokoh dalam sejarah sastra Melayu tersebut adalah tendens yang
didukung oleh penguasa kolonial pada masa Abdullah hidup. Begitu juga, nilai yang
terkandung dalam karya-karya Abdullah, sebenarnya telah disunting oleh para penyunting
karya-karyanya yang merupakan misionaris Kristen dan membawa agenda-agenda budaya
dan politik Barat.

Jadi, tidak aneh jika karya-karya Abdullah (yang telah disunting) terbit dalam media
seperti Cermin Mata di Singapura yang dikelola oleh misionaris Protestan.Naguib Al-Attas
bahkan menyatakan bahwa peranan pelopor modernisasi kesusastraan Melayu seharusnya
ditarik lebih jauh lagi kepada Hamzah Fansuri, bukan Abdullah.Pendapat Al-Attas dilandasi
argumen bahwa Abdullah mengambil teladan kebahasaan dari Sejarah Melayu, padahal

13
bahasa dalam karya teladan itu adalah bahasa yang membayangkan pandangan hidup
lampau yang dipengaruhi konsep-konsep Animisme-Hindu-Buddha.(Naguib Al-Attas, Islam
dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, cetakan keempat, Mizan, Bandung)

3. Multatuli

Seiring dengan giatnya pemerintah kolonial dalam mengembangkan bahasa Melayu,


bangsa Barat juga mengembangkan kesusastraannya sendiri dengan menggunakan medium
bahasa-bahasa Barat namun mengambil inspirasi dan tema dari dunia Melayu.Hasil-hasil
kesusastraan bangsa Barat semacam ini meninggalkan pengaruh yang besar pada
masyarakat jajahan, dan salah satu di antaranya bahkan sanggup menentukan arah politik
kolonial Belanda.Multatuli menulis roman Max Havelaar yang ditulis dalam bahasa
Belanda dan berkisah tentang kehidupan rakyat jajahan di Banten yang menderita di bawah
birokrasi kolonial selama masa Tanam Paksa.

Roman ini diajarkan di sekolah-sekolah negeri pada masa kolonial, dan bahkan tetap
diajarkan juga setelah Indonesia merdeka, terutama dalam pelajaran sejarah. Roman ini
dianggap sanggup membuka mata politisi di Negeri Belanda akan kebobrokan administrasi
pemerintahan di Hindia Belanda sehingga rakyat petani Indonesia menderita. Karena
pengaruh buku ini, maka sistem Tanam Paksa kemudian diganti dengan sistem liberal yang
menyerahkan kekuasaan ekonomi kepada pihak swasta di Hindia Belanda.Walhasil, roman
ini kemudian berkembang menjadi semacam mitos tentang kedigdayaan karya sastra dalam
mengubah arah politik suatu pemerintahan (Fang,1991:117-119)

2.6 Kajian Sastra Melayu

Syair merupakan salah satu contoh karya sastra Melayu. Di bawah ini kami memberikan
contoh Syair yang berjudul ‘Syair Ken Tambuhan’

Syair Ken Tambuhan


“ Raden pun duduk bersukaan
di dalam istana Ken Tambuhan
bertambah kasih dengan kasihan
pangku dan belai diatas ribaan”

Pengkajiannya dari syair diatas adalah:

14
biasanya terdiri dari 4 baris,
“ Raden pun duduk bersukaan 1
di dalam istana Ken Tambuhan 2
bertambah kasih dengan kasihan 3
pangku dan belai diatas ribaan” 4
berirama aaaa,
“ Raden pun duduk bersukaan
di dalam istana Ken Tambuhan
bertambah kasih dengan kasihan
pangku dan belai diatas ribaan”
keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair.
“ Raden pun duduk bersukaan
di dalam istana Ken Tambuhan
bertambah kasih dengan kasihan
pangku dan belai diatas ribaan”

maksud penyair dalam syair tersebut adalah sang Raden sangat senang di
dalam istananya Ken Tambuhan karena Ken Tambuhan sudi dipersunting
oleh Raden .

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sastra Melayu merupakan


sastra lama yang berada di Nusantara. Sastra Melayu berkembang bersamaan dengan agama
Islam pada abad ke-13. Sastra Melayu memiliki beragam jenis seperti; fabel, legenda, mite,
dll. Setiap jenisnya memiliki keunikan tersendiri.

3.2 Saran

Saran dari kami adalah mari kita mengenal dan mendalami karya-karya sastra
nusantara. Jangan sampai sastra nusantara hilang dari peradaban yang semakin berkembang.
Terutama salah satu sastra nusantara adalah sastra Melayu yang tidak kalah penting untuk
kita pelajari.

16
DAFTAR PUSTAKA

Cerita Jenaka Pak Belalang, humanities, http://id.shvoong.com/humanities/theory-


criticism/2328277-cerita-jenaka-pak-belalang-prosa.blogspot.com. 19 April 2015

Dipodjojo, Asdi S. 1986. Kesusasteraan Indonesia Lama pada Zaman Pengaruh


Islam.Yogyakarta : Percetakan Lukman.

Fang, Liaw Yock. 1991. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Fang, Liaw Yock. 1993. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Hendy, Zaidan. 1991. Pelajaran Sastra 1. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Islam dan Sastra Melayu klasik,Eci-muachipinky,http://eci-


muachipinky.blogspot.com/2012/10/sastra-melayu-klasik.html. 6 Maret 2015

Kilas Singkat Sejarah Sastra Melayu, ideku bagus,www.idekubagus.com/2013/10/sastra-


melayu-dan-perannya-dalam.html, 13 Maret 2015

PM, Redaksi. 2012. Sastra Indonesia Paling lengkap. Jawa Barat: Pustaka Makmur.

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sastra Melayu Klasik: Sastra Indonesia Tradisional,ilmu


tehninih,http://www.ilmu.tehninih.com/2006/10/islam-dan-sastra-melayu-klasik-7-14-
m.html. 6 Maret 2015

Tokoh-tokoh Kesusastraan Melayu,Melayu


online,http://melayuonline.com/ind/literatur/dig/2490/latar-belakang-sejarah-kesusastraan-
melayu-masa-pengaruh-kolonial, 13 Maret 2015

17
18
Cerita Jenaka Pak Belalang, humanities, http://id.shvoong.com/humanities/theory-
criticism/2328277-cerita-jenaka-pak-belalang-prosa.blogspot.com. 19 April 2015

Dipodjojo, Asdi S. 1986. Kesusasteraan Indonesia Lama pada Zaman Pengaruh


Islam.Yogyakarta : Percetakan Lukman.

Fang, Liaw Yock. 1991. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Fang, Liaw Yock. 1993. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Hendy, Zaidan. 1991. Pelajaran Sastra 1. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Islam dan Sastra Melayu klasik,Eci-muachipinky,http://eci-


muachipinky.blogspot.com/2012/10/sastra-melayu-klasik.html. 6 Maret 2015

Kilas Singkat Sejarah Sastra Melayu, ideku bagus,www.idekubagus.com/2013/10/sastra-


melayu-dan-perannya-dalam.html, 13 Maret 2015

PM, Redaksi. 2012. Sastra Indonesia Paling lengkap. Jawa Barat: Pustaka Makmur.

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sastra Melayu Klasik: Sastra Indonesia Tradisional,ilmu


tehninih,http://www.ilmu.tehninih.com/2006/10/islam-dan-sastra-melayu-klasik-7-14-
m.html. 6 Maret 2015

Tokoh-tokoh Kesusastraan Melayu,Melayu


online,http://melayuonline.com/ind/literatur/dig/2490/latar-belakang-sejarah-kesusastraan-
melayu-masa-pengaruh-kolonial, 13 Maret 2015

SOAL DAN KUNCI

1. Sastra Melayu lama masuk ke Indonesia bersama dengan masuknya agama Islam
pada abad ke .....
a) abad ke-10

19
b) abad ke-5
c) abad ke-13
d) abad ke-7
e) abad ke-14
2. Dimana sastra lama terlihat pada dua bait syair batu nisan seorang muslim .....
a) Minye Tuju, Aceh
b) Batu Sangkar, Sumatra Barat
c) Tapak Tuan, Aceh
d) Payakumbuh, Sumatra Barat
e) Tuban, Jawa Timur
3. Pada abad berapa bahasa Melayu masuk ke Sumatra dan sekitarnya .....
a) abad ke-10
b) abad ke-5
c) abad ke-13
d) abad ke-7
e) abad ke-14
4. Braginsky membatasi perkembangan sastra Melayu kuno mulai dari kedua abad ke
..... hingga abad ke .....
a) abad ke 13 hingga abad ke 14
b) abad ke 10 hingga abad ke 11
c) abad ke 15 hingga abad ke 16
d) abad ke 16 hingga abad ke 19
e) abad ke 16 hingga abad ke 18
5. Ada berapakah jenis-jenis sastra Melayu .....
a) 12
b) 10
c) 5
d) 3
e) 6
6. Sebutkan keunikan-keunikan sastra Melayu!

KUNCI
1. C

20
2. A
3. E
4. D
5. A
6. Keunikan-keunikan yang terdapat dalam sastra Melayu antara lain:
a. Dimulai dengan menceritakan asal-muasal tokoh utama.
b. Tokoh utama hidup ditengah-tengah rakyat atau merakyat.
c. Diceritakan secara lisan dari mulut ke mulut.
d. Tidak diketahui tahun awal munculnya cerita.
e. Tidak diketahui siapa pengarangnya.
f. Umumnya dimulai dengan kata-kata "hatta, syahdan, arkian, alkisah, atau
sebermula".
g. Sangat kental dengan pengaruh Islam.

21

Anda mungkin juga menyukai