Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

SEJARAH SASTRA LAMA, SASTRA BARU, SASTRA MODERN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kelas Tinggi
Dosen Pengampu: Muh Muhaimin, S.Pd.I., M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 3 (5PGSD A1)
1. Muhammad Zakariya (201330000580)
2. Sultan Majid Muhammad Salvara (201330000597)
3. Hilda Artha Dwi Antika (201330000599)
4. Hamidatus Saniyah (201330000610)
5. Muhammad Yusuf Al-Anan (201330000619)
6. Mohammad Nur Arif (201330000720)

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat berupa kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia Kelas Tinggi yang diampu oleh Bapak Muh Muhaimin, S.Pd.I., M.Pd..
Dalam penulisan makalah ini, tentu tidak lepas dari kesalahan baik tanda
baca, pemilihan kosakata, maupun kesalahan lainya. Karena itu, kami sangat
terbuka terhadap segala kritik dan saran yang diberikan saudara, demi kebaikan
bersama juga demi peningkatan kualitas mutu penulisan kami kedepannya.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat
dimanfaatkan dengan baik.

Jepara, 6 Oktober2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................2
PENDAHULUAN.........................................................................................................2
A. Latar Belakang.................................................................................................2
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................2
PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Pengertian Sastra lama, Sastra Baru dan sastra Modern................................2
B. Sejarah Sastra Lama, Sastra Baru dan Sastra Modern...................................2
C. Fungsi Sastra.....................................................................................................2
BAB III.........................................................................................................................2
PENUTUP....................................................................................................................2
A. Kesimpulan.......................................................................................................2
B. Saran.................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................2

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya sastra pada hakekatnya adalah pengejawantahan kehidupan,
hasil pengamaan sastrawan atas kehidupan sekitarnya. Pengarang dalam
menciptakan karya sastra didasarkan pada pengalaman yang telah
diperolehnya dari realitas kehidupan di masyarakat yang terjadi pada peran
tokoh di dunia nyata dan dituangkan ke dalam bentuk karya sastra. Bahasa
dalam karya sastra menjadi alat untuk menimbulkan rasa khusus yang
mengandung nilai estetik, selain sebagai sarana komunikasi, yang mampu
menyampaikan informasi yang bermacam-macam kepada pembaca.
Aspek-aspek keindahan dalam karya sastra dapat ditinjau dari dua segi
yang berbeda, yaitu segi bahasa dan keindahan itu sendiri. Dalam bidang
sastra, aspek pertamalah yang memperoleh perhatian karena bahasa
merupakan medium utama karya sastra, sedangkan dalam karya sastra itu
sendiri sudah terkandung berbagai masalah (Ratna 2007:142).

Sebuah karya sastra tercipta berdasarkan imajinasi pengarang.


Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah suatu kenyataan bahwa
pengarang senantiasa hidup dalam suatu ruang dan waktu tertentu. Di
dalamnya ia senantiasa terlibat dalam suatu permasalahan. Sebuah karya
sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang terhadap realitas
kehidupan sosial pengarangnya. Karya sastra merupakan kehidupan buatan
atau rekaan sastrawan. Kehidupan di dalam karya sastra merupakan
kehidupan yang telah diwarnai dengan sikap penulisnya, latar belakang
pendidikannya, keyakinannya dan sebagainya. Karena itu kenyataan atau
kebenaran dalam karya sastra tidak mungkin disamakan dengan kenyataan
atau kebenaran yang ada di sekitar kita (Suharianto 1982:11).

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukaan diatas maka dapat
dirumuskan masalah yaitu:
1. Apa yang di maksud dengan Sastra lama, Sastra Baru dan sastra
Modern?
2. Bagaimana Sejarah Sastra Lama, Sastra Baru dan Sastra Modern?
3. Apa fungsi Sastra?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Sastra lama, Sastra Baru dan sastra
Modern.
2. Untuk mengetahui sejarah Sastra Lama, Sastra Baru dan Sastra
Modern.
3. Untuk mengetahui fungsi sastra.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sastra lama, Sastra Baru dan sastra Modern


Secara etimologis, kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
susastra,su berarti „bagus‟ ataupun indah, dan sastra berarti „buku‟ ataupun
huruf (Kosasih, 2011).Dalam KBBI (2008) karya sastra adalah karangan yang
mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
Dalam Istiana (2015) menyebutkan su pada susastra artinya „indah‟ atau
„lebih‟sehingga susastra bermakna „sastra indah yang mengandung
nilai‟.Dengan demikian, sastra adalah tulisan yang indah yang mengandung
nilai-nilai kebaikan dan ditulis dalam bahasa yang indah. Keindahan dalam
kesusastraan selalu ditonjolkan melalui karangan dengan bahasa yang indah
untuk membua pembacanya tertarik dan teripirasi terhadap bahasa dan pesan
yang disampaikannya. Karya sastra dibagi menjadi 3:

1. Sastra Lama
Sastra lama merupakan karya sastra yang berbentuk lisan atau ucapan,
sering juga disebut sebagai sastra melayu yang proses terjadinya berasal
dari ucapan serta cerita orang orang zaman dulu. Cerita-cerita tersebut
banyak yang mengandung pelajaran serta hikmah yang dapat diambil oeh
orang-orang yang mendengarnya. Sastra lama Indonesia berasal dari
Sastra Melayu Lama yang priodesasinya tahun 1870 sampai 1942. Karya
sastra periode ini dihasilkan dari tahun 1870 hingga 1942 Isi karya
sastra lama berupa cerita-cerita yang banyak mengandung pelajaran, sarat
akan makna kehidupan serta hikmah yang dapat diambil oleh orang-
orang yang mendengarnya. Misalnya: Hikayat Raja Jumjumah.
Penguasaan terhadap karya sastra lama memberikan kemudahan
tentunya bagi para remaja untuk mengakses berbagai informasi,
pengetahuan dan hiburan secara luas baik melalui buku-buku bacaan,

3
media massa, elektronik maupun jaringan informasi di dunia maya
ataupun internet. Keindahan akan karya sastra lama ini dapat kita rasakan
melalui berbagai karya sastra yang diwariskan. Menyadari fungsi dan arti
penting karya sastra lama ini sudah sepatutnya kita mendalaminya
khususnya bagi para remaja agar karya sastra lama yang telah diwariskan
tidak punah dan tidak luntur begitu saja.

Perkembangan kesusastraan lama Indonesia banyak mendapat


pengaruh dari luar. Berdasarkan pengaruh tersebut kesusastraan lama
Indonesia dibedakan menjadi kesusastraan melayu klasik (tradisional),
kesusastraan pengaruh hindu, dan kesusastraan pengaruh islam. Karena
pengaruh tersebut, akibatnya para remaja jarang sekali mengaplikasikan
karya sastra lama pada kehidupan mereka, dan mereka lebih dominan
menggunakan karya sastra modern dalam keseharian mereka.

a) Jenis Sastra Lama


Sejarah dalam sastra lama ini terbagi atas sejarah balai pustaka,
sejarah angkatan 45 dan sejarah pujangga.
1) Sejarah Balai Pustaka (Angkatan Dua Puluhan)
Disebut angkatan dua puluhan karena angkatan inilahir pada
tahun 1920-an dan disebut angkatan balai pustaka karena
penerbit yang paling banyak menerbitkan adalah Balai Pustaka.
Balai pustaka didirikan tahun 1917 oleh Dr. Rinkes. Penerbit ini
sangat berjasa bagi dunia sastra Indonesia karena dengan adanya
penerbit ini lahir berbagai macam karya sastra terkenal.
Balai pustaka tidak hanya berperan pada masa tahun 1920-an
saja melainkan sampai masa-masa berikutnya bahkan sampai
sekarang. Karya yang paling terkenal pada masa ini adalah Siti
Nurbaya karangan Marah Rusli. Roman ini menceritakan
tentang perjodohan yang masih banyak dilakukan pada masa itu.
Beberapa karya sastra angkatan 1920-an adalah Azab dan
Sengsara (roman, tahun 1920 oleh Merari Siregar), Muda

4
Teruna (roman, tahun 1922 oleh Moh. Kasim), Tak Putus
Dirundung Malang (roman, tahun 1929 oleh S.T. Alisyahbana).
2) Sejarah Pujangga Baru
Pujangga baru pada awalnya adalah nama sebuah majalah
bukan nama angkatan. Majalah pujangga baru ini dikelola oleh
Arjmin Pane, Amir Hamzah, dan Sutan Takdir Alisyahbana.
Majalah ini terbit setiap dua bulan sekali. Malajah lain yang
terbit seiring dengan pujangga baru adalah Panji Pustaka dan
pedoman rakyat. Tetapi pada perkembangannya akhirnya
pujangga baru lebih pesat dan terkenal karena di dalamnya
memberi ruang lebih luas untuk mengembangkan sastra.
Sastrawan di seluruh pelosok.
Banyak diberi tempat untuk mengenalkan karya mereka.
Pedoman rakyat lebih banyak menangkat masalah politik, social
dan budaya (umum) sedangkan panji pustaka dianggap
memasung kreativitas sastrawan.
Pujangga baru terbit pertama kali pada bulan juli tahun
1933. Artikel yang mengangkat nama penerbit ini adalah
“menuju seni baru” karya alisahbana. “Kesusasteraan baru”
karya armijn pane ini memperlihatkan keinginan sastrawan
mengangkat sastra Indonesia agar terlepas dari sastra tradisional.
3) Sejarah Angakatan 45
Fase pertama ditandai dengan munculnya tulisan jassin
yang secara jelas hendak mengangkat chairil anwar sebagai
tokoh sentral angkatan 45.
Fase kedua ditandai dengan pembelaan jassin terhadap
penamaan angkatan 45 berikut sikap yang melandasi angkatan
ini.
Fase ketiga ditandai dengan pembelaan jasssin terhadap
sikap dan semangat angkatan 45 dengan gagasan ctavoi
universalnya. Polemic nama angkatan dimulai ketika jassin

5
menulis artikel “Kesusasteraan di masa Jepang” di dalamnya
jassin mulai menyinggung nama chairil anwar. Sosok penyair
yang belum genap 20 tahun pada masa itu, berani menulis dan
mencipta karya universal. Chairil dikatakan sebagai sosok yang
mendobrak dan pembaharu sastra Indonesia.
Kemudian rosihan anwar melansir pertama kali nama
angkatan 45. Yang sebnarnya adalah usul chairil anwar.
Mengapa tidak 42, 43, atau 44? Chairil mengatakan 45 lebih
tepat karena hubungannya dengan sejarah “momentopname".

b) Pembagian Sastra Lama


Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1) Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat lama dalam sejarah bangsa
Indonesia.Kesusastraan Lama Indonesia dibagi menjadi
 Kesusastraan zaman purba,
 Kesusastraan zaman Hindu Budha
 Kesusastraan zaman Islam
 Kesusastraan zaman Arab – Melayu

c) Karakteristik karya sastra lama diantaranya sebagai berikut:


1) Penggunaan kosa kata yang pada saat ini tidak lazim
dipergunakan dalam berbahasa Indonesia
Contoh:…......akan menghibur hati yang masqul (sedih)
2) Cerita selalu di awali dengan kata penghubung yang
menyatakan bahwa cerita tersebut tidak diketahui tempat dan
waktu secara pasti.
Contoh: Alkisah inilah cerita orang dahulu kala…
Hikayat namanya …
Terlalu indah-indah ceritanya..
3) Penggunaan kata penghubung maka dalam awal kalimat

6
Contoh: Maka tita sang nyata “Yayi suri, telah sebenarnya
seperti kata Adinda itu”.
Maka sang Nata pun membuat tempat memuja.
4) Penggunaan diksi atau pilihan kata yang kurang tepat.
Contoh : Maka dikarang oleh segala orang yang bijaksana prama
kawi.
5) Penggunaan kalimat yang tidak efektif
Contoh : Sebermula pada zaman dahulu ada raja di tanah jawa
empat bersaudara,terlalu amat besar kerajaannya.
6) Tidak disebutkan nama pengarang atau ctavo.
d) Unsur-unsur karya sastra lama
Karya sastra disusun oleh dua unsur yaitu, unsur ctavoia dan unsur
ekstrinsik. Unsur ctavoia adalah unsur yang menyusun sebuah karya
sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra,
seperti: tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengalur, latar
danpelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan ekstrinsik adalah
unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya, menyangkut
aspek sosiologi dan lain-lain. Unsur dalam karya sastra lama
umumnya terdapat di dalam karya sastra berbentuk prosa . Unsur-
unsur karya sastra lama diantaranya sebagai berikut:
1) Tema
Tema adalah ide pokok yang mendasari sebuah cerita.
Misalnya naskah melayu klasik umumnya mempunyai tema
perjuangan percintaan, pendidikan dan agama.
2) Tokoh penokohan
Ada tiga jenis tokoh yang terdapat dalam karya sastra lama
berbentuk prosa, yaitu :
 Protagonis ( tokoh utama/berwatak baik)
 Antagonis ( tokoh dengan watak jahat)
 Trigonis ( tokoh penengah /pelerai konflik)
3) Latar

7
Latar/ setting adalah latar belakang cerita. Ada tiga macam
latar :
 Latar tempat
 Latar waktu
 Latar keadaan
4) Sudut pandang
Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam cerita.
Terdapat empat jenis sudut pandang sebagai berikut:
 Pengarang sebagai tokoh cerita, jika tokoh utamanya ‘aku’
 Pengarang peninjau, jika pengarang hanya dapat
memaparkan hal-hal yang dapat diamati panca indra.
 Pengarang serba tahu, jika pengarang dapat memaparkan
kehidupan tokoh utama dalam berbagai hal.
 Pengarang sebagai cta sampingan, jika terdapat tokoh ‘aku’
yang bukan sebagai tokoh utama.
5) Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang saling berhubungan
membentuk suatu cerita. Ada tiga jenis alur, yaitu :
 Alur maju,apabila cerita dipaparkan dari awal hingga akhir
secara berurutan.
 Alur mundur (flash back), apabila cerita bermula dari masa
kini menuju awal peristiwa secara berurutan.
 Alur campuran, apabila penceritaannya menggunakan
gabungan antara alur maju alur mundur.
6) Amanat
Amanat adalah pemecahan yang diberikan oleh pengarang
bagi persoalan di dalam karya sastra.
7) Gaya Bahasa

8
Gaya bahasa adalah sarana sastra yang amat penting
karena hal inilah yang akan membedakan antara pengarang yang
satu dengan yang lain (Kusinwati : 2020).

2. Sastra Baru

Kesusastraan baru, yaitu dapat disebut juga sastra baru atau modern
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat baru Indonesia. Sastra
baru juga dapat diartikan sastra yang telah dipengaruhi oleh karya sastra
asing sehingga sudah tidak asli lagi.

a) Ciri-ciri sastra baru


1) Pengenal dikenal masyarakat luas.
2) Bahasanya tidak klise.
3) Proses perkembangan dinamis.
4) Tema karangan bersifat rasional.
5) Bersifat modern.
6) Masyarakat sentris.
b) Kesusastraan Baru Dibagi menjadi:
1) Kesusastraan  Zaman Balai Pustaka atau Angkatan ’20,
2) Kesusastraan  Zaman Pujangga Baru atau Angkatan ’30,
3) Kesusastraan  Zaman Jepang,
4) Kesusastraan Zaman Angkatan 45,
5) Kesusatraan  Zaman Angkataan 60, dan
6) Kesusastraan Zaman Mutakhir atau Kesusastraan setelah tahun
1966 sampai    sekarang.
c) Jenis-Jenis  Karya Sastra Baru
1) Puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra  yang menggunakan
kata-kata yang indah dan kaya makna; Keindahan sebuah puisi
di sebabkan oleh diksi, majas, rima dan irama. Kekayaan makna
yang terkandung dalam puisi dilantarkan  oleh pemadatan unsur-

9
unsur bahasa. Bahasa yang digunakan dalam puisi  berbeda
dengan yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa
yang ringkas. Kata-kata yang digunakan  adalah kata-kata
konotatif, yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.
2) Prosa
Karya sastra yang berupa  cerita bebas. Bentuk prosa pada
umumnya  merupakan perpaduan  dari monolog dan dialog.
Namun ada pula proses yang hanya  monolog ctavo pula  yang
terdiri atas dialog-dialog.
3) Drama
Drama merupakan karya sastra yang diproyeksikan di atas
pentas. Berbeda dengan karya sastra lainnya seperti puisi dan
prosa drama terbentuk atas dialog-dialog. Karena di proyeksikan
untuk pementasan drama sering pula disebut sebagai seni
pertunjukan atau teater.
Karena itu drama dapat pula diartikan  sebagai bentuk
karya  sastra yang menggambarkan  kehidupan dengan
menyampaikan  pertikaian dan emosi  melalui lakuan dan
dialog. Lakuan dan dialog dalam drama  tidak jauh berbeda
dangan lakuan dan dalog dalam kehidupan sehari-hari
4) Kesusasteraan Indonesia
Sastra ctavoia adalah karya sastra yang ditulis dalam
bahasa Indonesia, yaitu ketika bahasa Indonesia pertama kali
diumumkan sebagai bahasa persatuan, yakni pada acara Sumpah
Pemuda tahun 1928. Sejak itulah segala macam kegiatan
komunikasi dan berkarya sastra ditulis dalam bahasa Indonesia.
Karya-karya sastra yang lahir sebelum tahun 1928 disebut
karya sastra Nusantara. Sastra Nusantara tersebut termasuk
karya-karya sastra yang ditulis dalam bahasa daerah Jawa,
Sunda, Batak, Padang, Aceh, Melayu, dan sebagainya yang ada
di seluruh Nusantara. Kelahiran Sastra Indonesia bertolak

10
dengan direalisasikan oleh para Pujangga Baru lewat majalah
“Pujangga Baru”. Dalam sejarah sastra Indonesia, dikenalkan
pula istilah “angkatan”, yaitu suatu usaha pengelompokan sastra
dalam suatu masa tertentu. Pengelompokan tersebut berdasarkan
ciri-ciri khas karya-karya sastra yang dilahirkan oleh para
pengarang pada masanya, yang berbeda dengan karya-karya
sebelumnya
3. Sastra Modern

Menurut (Winarsih & Sri: 2009) Sastra Indonesia modern


meliputi karya-karya sastra yang ditulis dalam bahasa melayu yang
kemudian menjadi bahasa Indonesia sejak tahun 1920-an. Sastra modern
Indonesia dapat di pilah menjadi sejumlah angkatan.
a) Angkatan 20 ( Angkatan Balai Pustaka dan Angkatan Siti Nurbaya)
Angkatan 20 meliputi karya sastra Indonesia yang dibuat pada
kurun 1920-1930, khususnya yang diterbitkan oleh Komisi Bacaan
Rakyat (comissie voor de inlansche school en volkslectuur) yang
kemudian menjadi penerbit balai pustaka.
Karya sastra-sastra angkatan ini banyak berupa roman. Beberapa
karya yang terkenal adalah Siti Nurbaya karangan Marah Rusli dan
Azab dan Sengsara karya Merari Siregar. Tema yang di garap pada
angkatan ini umumnya masalah kawin paksa. Karya angkatan balai
pustaka masih banyak dipengaruhi oleh kesusastraan lama,
khususnya dalam puisi. Pengaruh pantun dan syair masih terasa.
Penerbit balai pustaka, yang kala itu berada di bawah kekuasaan
pemerintah penjajahan Belanda, tidak mencetak karya yang
mengangkat ide nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan.
Meskipun demikian, angkatan Balai Pustaka merupakan tonggak
awal lahirnya kesusastraan Indonesia modern.
b) Angkatan 33 ( Angkatan Pujangga Baru)

11
Kelahiran angkatan ini di awali oleh berdirinya majalah pujangga
baru pada tahun 1932. Majalah yang muncul akibat ketidakpuasan
terhadap penerbit balai pustaka ini banyak memuat tulisan yang
berisi tentang pemikiran seni dan kebudayaan. Majalah pujangga
baru selanjutnya berkembang menjadi penerbit dengan nama yang
sama. Lewat penerbit itulah di terbitkan banyak karya angkatan
pujangga baru.
Berbeda dengan balai pustaka, angkatan pujangga baru tidak lagi
membicarakan kawin paksa. Tema yang banyak digarap adalah
emansipasi dan perjuangan menuju masyarakat merdeka.
Novel yang terkenal antara lain, novel Belenggu karya Armijn
Pane, Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana, Di
Bawah Lindungan Kabah dan Tenggelamnya Van Der Wijck karya
Hamka, dan kumpulan puisi Buah rindu dan Nyanyi Sunyi karya
Amir Hamzah. Oleh H.B Jassin, Amir Hamzah, di beri julukan Raja
Penyair Pujangga Baru.
c) Angkatan 45
Angkatan 45 meliputi karya yang diterbitkan pada masa-masa
awal kemerdekaan hingga tahun 1950-an. Pemikiran dunia seperti
universalitas, persamaan derajat, individualitas dan kemerdekaan
sangat memengaruhi sastrawan angkatan 45.
Karya-karya terkemuka dari angkatan ini antara lain, kumpulan
puisi Deru Campur Debu, Yang Terempas dan Yang Putus dan
Kerikil Tajam karya Chairil Anwar, kumpulan cerpen dan drama
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma karya Idrus, dan novel
Atheis karya Achdiat Karta Miharja.
d) Angkatan 66
Kelahiran angkatan 66 ditandai oleh banyak munculnya sajak
yang bernada protes sosial. Kemunculan karya-karya tersebut
dilatarbelakangi oleh kemunduran kondisi sosial, ekonomi, dan
politik Indonesia pada kurun 1960-an dan mencapai puncak kritisnya

12
pada akhir tahun 1965 dan awal tahun 1966. Penyair yang banyak
menulis sajak protes, antara lain Taufik Ismail dengan kumpulan
puisinya Benteng dan Tirani, Mansur Samin dengan kumpulan puisi
Perlawanan, Mereka Telah Bangkit, Buruh Rusuanto dan Abdul
Wahid Situmeang dengan kumpulan puisi Pembebasan.
Selain sajak protes, pada masa itu muncul pula banyak karya
yang berbentuk pengungkapan baru, baik dalam bentuk prosa
maupun puisi. Muncullah pada masa angkatan ini puisi balada dan
drama mini kata yang dipelapori W.S Rendra, puisi mantra karya
Sutardiji Calzoum Bahri berjudul O, Amuk, dan Kapak.
e) Angkatan 70
Berbeda dengan sastra melayu lama, sastra modern ctavoia
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
 Diketahui nama pengarangnya
 Sosiosentris, isinya mengungkapkan persoalan yang dihadapi
masyarakat.
 Berbahasa Melayu Modern atau Bahasa Indonesia.
 Bentuk karyanya berupa distikon, tersina, kuatrin, quint,
septima, ctavo, balada, himne, elergi (puisi), cerpen, novel,
roman, esai (prosa) dan drama.
 Dinamis, tidak terikat aturan tertentu.

B. Sejarah Sastra Lama, Sastra Baru dan Sastra Modern


Pengertian sejarah sastra menurut Luxemburg, dalam Pengantar Ilmu
Sastra menjelaskan bahwa sejarah sastra ialah ilmu yang membahas periode-
periode kesusastraan, aliran-aliran, jenis-jenis, pengarang-pengarang dan
reaksi pembaca. Sedangkan menurut Zulfanur Z.F. dan Sayuti Kurnia,
Sejarah Sastra ialah ilmu yang mempelajari perkembangan sejarah suatu
bangsa daerah, kebudayaan, jenis karya sastra, dan lain-lain. Sejarah sastra,
dengan demikian, merupakan pengetahuan yang mencakup uraian deskriptif
tentang fungsi sastra dalam masyarakat, riwayat para sastrawan, riwayat

13
pendidikan sastra, sejarah munculnya genre-genre sastra, kritik, perbandingan
gaya, dan perkembangan kesusastraan.
Sastra Indonesia ialah sastra berbahasa Indonesia yang sudah berkembang
abad ke-20 sebagaimana tampak penerbitan pers (surat kabar dan majalah)
dan buku, baik dari usaha swasta maupun pemerintah kolonial. Dengan
demikian penulisan Sejarah Kesusastraan Indonesia pada buku ini tidak
dimulai oleh penerbitan-penerbitan Balai Pustaka tetapi ditarik mundur ke
tahun 1850-an sejak hadirnya karya-karya para aktivis pergerakan nasional
yang dikenal dengan bacaan liar dan penulis para Tionghoa yang dikenal
Sastra Indonesia Tionghoa atau sastra Melayu Tionghoa.

Beberapa Pendapat Kelahiran Sastra Indonesia

1. Umar Junus
Umar Junus membicarakan lahirnya Kesuastraan Indonesia
Modern dalam karangannya yang dimuat dalam majalah Medan Ilmu
Pengetahuan (1960). Ia berpendapat bahwa : sastra ada sesudah bahasa
ada. “ Sastra X baru ada setelah bahasa X ada, yang berarti bahwa sastra
Indonesia baru ada setelah bahasa Indonesia ada,” katanya. Dan karena
bahasa Indonesia baru ada tahun 1928 (dengan adanya Sumpah Pemuda),
maka Umar Junus pun berpendapat bahwa “Sastra Indonesia baru ada
sejak 28 Oktober 1928”.
Adapun karya yang terbit sebelum tahun 1928 – yang lazim
digolongkan pada karya sastra Angkatan ’20 atau angkatan Balai Pustaka
—menurut Umar Junus tidaklah dapat dimasukkan “ ke dalam golongan
hasil sastra Indonesia”, melainkan hanya “sebagai hasil sastra Melayu
Baru/Modern”. Alasan Umar Junus: Karya-karya itu “bertentangan sekali
dengan sifat nasional yang melekat pada nama Indonesia itu”. Dengan
dasar pemikiran itu, Umar Junus membagi sastra Indonesia dengan
a) Pra Pujangga Baru atau Pra Angkatan ’33 (1928-1933),
b) Pujangga Baru atangtan ’33 (1933 – 1945),
c) Angkatan ’45, dan seterusnya.

14
2. Ajip Rosidi
Pendapat Ajip Rosidi mengenai lahirnya Kesusastraan Indonesia
dapat kita baca dalam bukunya “Kapankah Kesusastraan Indonesia
Lahir” yang dimuat dalam bukunya Kapankah Kesusastraan Indonesia
Lahir (1985).
Ajip memang mengakui bahwa sastra tidak mungkin ada tanpa
bahasa. Akan tetapi, sebelum sebuah bahasa diakui secara resmi, tentulah
bahasa itu sudah ada sebelumnyua dan sudah pula dipergunakan orang.
Oleh sebab itu, Ajip tidak setuju diresmikannya suatu bahasa dijadikan
patokan lahirnya sebuah sastra (dalam hal ini sastra Indonesia). Di pihak
lain, Ajip berpendapat bahwa kesadaran kebangsaanlah seharusnya
dijadikan patokan.
Berdasarkan kebangsaan ini, menetapkan bahwa lahirnya
Keusasraan Indonesia Modern adalah tahun 1920/1921 atau 1922.
Mengapa Ajip memilih tahun-tahun itu? Tahun 1922 adalah lahirnya
kesusastraan Indonesia dengan alasan : Ajip memilih tahun 1920/1921
bukan karena pada tahun itu terbit Azab dan Sengsara maupun Siti
Nurbaya melainkan karena pada tahun itu para pemuda Indonesia
(Muhammad Yamin, Mohammad Hatta, Sanusi Pane, dan lain-lain)
mengumumkan sajak-sajak mereka yang bercorak kebangsaaan dalam
majalah Jong Sumatra (diterbitkan oleh organisasi Jong Sumatra).
“Pabila buku Azab dan Sengsara dan Siti Nurbaya dianggap bersesuaian
dengan sifat nasional, (hal yang patut kita mengerti mengingat yang
menerbitkannya pun adalah Balai Pustaka, organ pemerintah kolonial),
tidaklah demikian halnya dengan sajak-sajak buah tangan para penyair
yang saya sebut tadi. Sifatnya tegas berbeda dengan dengan umumnya
hasil sastra Melayu, baik isi maupun bentuknya. Puisi lirik bertemakan
tanah air dan bangsa yang sedang dijajah adalah hal yang tidak biasa kita
jumpai dalam khazanah kesusastraan Melayu”, demikian Ajip.

15
Ajip memilih tahun 1922 karena pada tahun itu terbit kumpulan
sajak Muhammad Yamin yang berjudul Tanah Air. Kumpulan sajak ini
pun, menurut Ajip, mencerminkan corak/semangat kebangsaan, yaitu
tidak ada/tampak pada pengarang-pengarang sebelumnya.
3. A. Teeuw
Pendapat Teeuw mengenai lahirnya Kesusastraan Indonesia
Modern dapat kita baca dalam bukunya Sastra Baru Indesia 1 (1980).
Agak dekat dengan tahun yang diajukan Ajip Rosidi, Teuuw pun
berpendapat bahwa kesusastraan Indonesia Modern lahir sekitar tahun
1920. Alasan Teeuw adalah :
“Pada ketika itulah para pemuda Indonesia untuk pertama kali mulai
menyatakan perasaan dan ide yang pada dasarnya berberda dengan
perasaan dan ide yang pada dasarnya berbedea daripada perasaan
dan ide yang terdapat dalam masyarakat setempat yang tradisional
dan mulai demikian dalam bentuk-bentuk sastra yang pada pokoknya
menyimpang dari bentuk-bentuk sastra Melayu, Jawa, dan sastra
lainnya yang lebih tua, baik lisan maupun tulisan".
Alasan lainnya menurut Teeuw ialah :
“Pada tahun-tahun itulah untuk pertama kali para pemuda menulis
puisi baru Indonesia. Oleh karena itu mereka dilarang memasuki
bidang politik, maka mereka mencoba mencari jalan keluar yang
berbentuk sastra bai pemikiran serta perasaan, emosi serta cita-cita
baru yang telah mengalir dalam diri mereka".
Berdasarkan pemikiran tersebut, Teeuw menyatakan lahirnya
kesusastraan Indonesia pada tahun 20-an, yaitu pada saat lahirnya puisi-
puisi kebangsaan dan bentuk soneta yang digunakan pengarang.
4. Slamet Mulyana
Slamet Mulyana melihat kelahiran Kesusatraan Indonesia dari
sudut lain. Beliau melihat dari sudut lahirnya sebuah negara Indonesia
adalah sebuah negara di antara banyak negara di dunia. Bangasa
Indonesia merdeka tahun 1945. Pada masa itu lahirlah negara baru di

16
muka bumi ini yang bebas dari penjahan Belanda, yaitu negara Republik
Indonesia. Secara resmi pula bahasa Indonesia digunakan/diakui sebagai
bahasa nasional, bahkan dikukuhkan dalam UUD 45 sebagai undang-
undang dasar negara. Karena itu Kesusastraan Indonesia baru ada pada
masa kemerdekaan setelah mempunyai bahasa yang resmi sebagai bahasa
negara. Kesusastraan sebelum kemerdekaan adalah Kesusastraan
Melayu, belum Kesusastraan Indonesia.
5. Sarjana Belanda
Hooykass dan Drewes, dua peneliti Belanda menganggap bahwa
Sastra Indonesia merupakan kelanjutan dari Sastra Melayu (Meleise
Literatur). Perubahan “Het Maleis” menjadi “de bahasa Indonesia”
hanyalah perubahan nama termasuknya sastranya. Dengan demikian
Kesusastraan Indonesia sudah mulai sejak Kesuastraan Melayu. Karena
itu pengarang Melayu seperti Hamzah Fansuri, Radja Ali Haji, Abdullah
bin Abdul Kadir Munsyi, Nurrudin Ar-Raniri, beserta karya Sastra
Melayu seperti Hang Tuah, Sejarah Melayu Bustanussalatina,
Tajussalatina, dan lain-lain adalah bagian dari Kesusastraan Indonesia.
6. Pendapat Lain
beranggapan bahwa lahirnya kesusastraan Indonesia Modern
adalah tahun 1920. Alasannya : karena pada waktu itu novel Merari
Siregar yang berjudul Azab dan Sengsara.
Lepas dari apakah isi novel ini bersifat nasional atau tidak, yang
jelas inilah karya penulis Indonesia yang pertama kali terbit di Indonesia
dalam bahasa Indonesia. Selain tokoh dan setting di Indonesia bentuknya
sudah berbeda dengan karya sastra lama sebelumnya. Dengan kata lain
bentuk sudah “modern” dan tidak “lama” lagi, tidak lagi seperti kisah-
kisah seputar istana, legenda atau bentukbentuk sastra lama lainnya.
Wajarlah kalau masa itu dijadikan masa lahirnya Kesusastraan Indonesia
Modern.
C. Fungsi Sastra

Dalam kehidupan masayarakat sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu :

17
1. Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang
menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya.
2. Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik
pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung
didalamnya.
3. Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi
penikmat/pembacanya karena sifat keindahannya.
4. Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada
pembaca/peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena
sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.
5. Fungsi religius, yaitu sastra pun menghasilkan karya-karya yang
mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para
penikmat/pembaca sastra.

18
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sastra adalah tulisan yang indah yang mengandung nilai-nilai
kebaikan dan ditulis dalam bahasa yang indah. Keindahan dalam
kesusastraan selalu ditonjolkan melalui karangan dengan bahasa yang
indah untuk membua pembacanya tertarik dan teripirasi terhadap bahasa
dan pesan yang disampaikannya. Sejarah sastra, dengan demikian,
merupakan pengetahuan yang mencakup uraian deskriptif tentang fungsi
sastra dalam masyarakat, riwayat para sastrawan, riwayat pendidikan
sastra, sejarah munculnya genre-genre sastra, kritik, perbandingan gaya,
dan perkembangan kesusastraan.
Sastra memiliki beberapa fungsi diantaranya fungsi rekreaktif,
fungsi didaktif, estetis, moralitas dan religious.
B. Saran
Kami sadar mungkin makalah kami ini masih banyak kesalahannya
mungkin kesalahan pada penulisan ejaan maupun pemilihan kata yang
kurang tepat. Oleh karena itu kami memohon kritik dan saran dari Dosen
dan teman-teman sekalian agar kedepannya dapat lebih baik dalam
pembuatan makalah.

19
20
DAFTAR PUSTAKA

Amir. 2010. Bahan Ajar dan Silabus Deutsche Literatur. Jurnal Pendidikan
Bahasa Jerman.
Barokah T.J, Rahma.2021. Berfikir Cerdas dengan Bahasa Indonesia. Gueoedia.

Damayanti Rini,2017 Modul Sastra Lama: Surabaya


Istiana, Inni Inayati. 2015. Sastra, Susastra, Kesastraan, dan Kesusasteraan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) 2008. Karya Sastra. Kamus Versi
Online/daring (dalam jaringan).
Kosasih, E. 2011. Ketatabahasaan dan Kesusastraan: Cermat Berbahasa
Indonesia: Untuk SMA/MA & SMK. Bandung: Yrama Widya.
Kusinwati.2020. Mengebal Karya Sastra Lama Indonesia. Alprin.
Luxemburg, Jan van, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn. Pengantar Ilmu
Sastra. Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta : Gramedia. 1984
Ratna, Nyoman Kutha.Pustaka Pelajar.2007. Estetika Sastra dan Budaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rosidi, Ajip. Kapankah Kesusastraan Indonesia Lahir. Jakarta : CV Mas Agung.
1988.
Suharianto, S. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Putra
Sumardjo, Jacob. Lintasan Sejarah Sastra Indonesia. Bandung : Citra Aditya.
1992.
Teeuw, A. Pokok dan Tokoh dalam Kesusastraan Indonesia Baru. Jakarta :
Yayasan Pembangunan. 1952
Winarsih, sumi & Sri Wahyuni. 2009. Siap Mhdp UN 09 Bhs Ind SMA/MA.
Jakarta: Grasindo
ZF., Zulfahnur dan Sayuti Kurnia. Sejarah Sastra. Jakarta : Penerbit Universitas
Terbuka. 2007.

21

Anda mungkin juga menyukai