Anda di halaman 1dari 21

HAKIKAT, CIRI-CIRI, JENIS DAN CONTOH PUISI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori dan Apresiasi Sastra SD
Dosen Pengampu : Anang Sudigdo, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
1. Amanda Aszahra Putri (2020015201)
2. Dina Tri Muslifah (2020015236)
3. Avisia Difna Amanda (2020015086)
4. Dyah Nafi Wulandari (2020015094)
5. Mahalayati Kuswari Halimah (2020015264)
6. Sevina Maera Mayaza (2020015276)

KELAS : 3C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat serta
Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Hakikat, Ciri-Ciri, Jenis, dan
Contoh Puisi” ini dengan tepat waktu sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Teori dan
Apresiasi Sastra SD.
Tak ada gading yang tak retak, terlepas dari ketepatan waktu penyusunannya, kami
menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka,kami menerima kritik dan saran pembaca
untuk perbaikan penyusunan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca
untuk memahami “Puisi” secara lebih mendalam, juga dapat menginspirasi.

Yogyakarta, 22 September 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................................2
C. TUJUAN.................................................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................................3
A. HAKIKAT PUISI.......................................................................................................................3
B. CIRI-CIRI PUISI.......................................................................................................................4
C. JENIS-JENIS PUISI...................................................................................................................8
D. CONTOH PUISI.....................................................................................................................13
BAB III...........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Puisi sudah menghiasi dunia sastra sejak dahulu. Bahkan puisi juga dituliskan
dalam kitab-kita suci kuno. Pengaruh Hindu Buddha dari India ke Indonesia berhasil
membawa kemajuan yang pesat, terutama dalam seni sastra. Karya sastra yang sampai
saat ini masih tersohor adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Bahkan kitab
Mahabharata pun juga sudah mengambil alih dalam seni film. Adanya peninggalan
kitab-kitab ini, membuat para pujangga di Indonesia untuk terus menghasilkan karya-
karya sastra yang lebih baik lagi.
Isi dari karya sastra peninggalan hindu buddha di Indonesia ini mayoritas tidak
menggunakan kalimat langsung dalam penyajiannya, melainkan di isi dengan
kumpulan puisi dan sajak-sajak indah dalam sejumlah bait. Contohnya adalah kitab
Mahabharata. Berasal dari nama lengkap kitab ini, yaitu Mahabharatayudha, yang
artinya perang besar keluarga Bharata (Pandawa berjumlah lima dan Kurawa
berjumlah seratus). Oleh sebab itu, di dalam kitab ini tertulis informasi tentang
pertempuran selama 18 hari antara keluarga Pandawa dan keluarga Kurawa. Kitab
Mahabharata berasal dari puisi kepahlawanan atau epos di India pada tahun 1000 saat
pemerintahan Raja Dharmawangsa.
Berdasarkan jejak lampau dikenalnya puisi, seiring berjalannya waktu, banyak
perubahan yang bisa didefinisikan secara luas mengenai puisi. Berbagai macam
definisi dari tokoh sastra, berbagai jenis puisi yang kian berkembang, menjadi tolak
ukur bahwa sastra berkembang secara dinamis. Artinya, dari masa ke masa puisi juga
mengalami perubahan baik dari segi struktur maupun tata kebahasaan.
Untuk menanamkan dan memahami puisi sebagai sastra yang tidak lekang
oleh peradaban, maka adanya puisi juga harus dipahami oleh anak-anak. Oleh karena
itu, selain sebagai karya sastra yang dinikmati usia dewasa, puisi juga memiliki
kategori puisi anak yang dapat dikonsumsi sebagai sastra anak.
Untuk memahami tentang puisi, perlu kita ketahui dulu hakikat puisi, ciri-ciri
puisi, jenis dan contoh puisi.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam makalah ini dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa hakikat puisi?
2. Bagaimana ciri-ciri puisi?
3. Apa saja jenis-jenis puisi?
4. Bagaimana contoh puisi?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini dibuat adalah :
1. Untuk memahami hakikat puisi
2. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri puisi
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis puisi
4. Untuk memahami contoh-contoh puisi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT PUISI
Puisi selalu berkembang dari dahulu hingga sekarang. Oleh karena itu,
pengertian puisi pun dari waktu ke waktu selalu berubah meskipun hakikatnya tetap
sama. Perubahan pengertian itu disebabkan puisi selalu berkembang karena perubahan
konsep keindahan dan evolusi selera. (Riffaterre, 1978: 1).
Waluyo (1995: 25) menyatakan bahwa, puisi ialah karya sastra yang memiliki
unsur-unsur pembangun yang terstruktur. Pada sebuah puisi unsur pembangun
tersebut memiliki sifat bersatu padu satu sama lain, karena setiap unsur di dalamnya
saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri tanpa unsur unsur lainnya. Unsur-
unsur pembangun puisi tersebut memiliki sifat fungsional terhadap unsur lainnya.
Pradopo (2007: 7) mengungkapkan bahwa puisi dapat mengekspresikan
ungkapan perasaan, pikiran, serta dapat menimbulkan rangsangaan imajinasi
keindraan pembaca dalam susunan yang berirama. Semua hal tersebut merupakan
sesuatu yang penting untuk direkam serta diekspresikan, kemudian dikemukakan
secara mengesankan dan dapat meninggalkan kesan bagi pembaca. Sebagai rekaman
dan tafsiran pengalaman-pengalaman hidup manusia puisi terlahir dari peristiwa-
peristiwa berharga kemudian diubah ke dalam wujud paling berkesan.
Menurut Aminuddin (2011: 134), secara etimologi, puisi bermula dari bahasa
Yunani poeima yang memiliki arti ‘membuat’ atau poeisi ‘pembuatan’ karena melalui
puisilah seorang penyair bisa menciptakan sebuah dunia miliknya sendiri, yang di
dalamnya berisi pesan ataupun gambaran suasana tertentu yang ingin di sampaikan
serta curahan hati, baik berbentuk fisik maupun batiniah.
Berdasarkan pengertian puisi yang disebutkan menurut beberapa ahli yang
beragam tersebut, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah salah satu bentuk karya
sastra berupa teks atau karangan yang dibuat sebagai ungkapan perasaan
penulis/penyair, ditulis dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan
menggunakan kata-kata kiasan (imajinatif). Dalam penulisan puisi sangat
memperhatikan keindahan bahasa, struktur dan makna yang ingin disampaikan oleh
penulis/penyair kepada pembaca. Di dalam puisi, penulis dapat mengungkapkan
berbagai hal, seperti kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan yang diungkapkan
dalam bahasa yang indah.

3
4
B. CIRI-CIRI PUISI
Suminto (2002 : 23) menegaskan ciri-ciri puisi dapat dilihat secara sederhana
melalui tiga hal yang menentukan kelahirannya, yakni dasar ekspresi, teknik ekspresi,
dan bahasa ekspresinya. Ketiga hal inilah yang menandai bahwa suatu teks kreatif
tertentu adalah puisi, bukan prosa. Ketiga hal itu juga yang mampu menandai ciri
khas seorang penyair dalam berkarya puisi.
Puisi mengandung unsur keindahan dan di dalamnya terkandung diksi, majas,
rima, dan juga irama. Dalam puisi biasanya pengarang lebih mencurahkan perasaan
atau hal yang dilihat dalam bentuk nyata. Puisi juga termasuk media untuk
menyampaikan pesan, kritik, bahkan saran bagi pembaca. Penyair atau pengarang
puisi biasanya mengekspresikan tulisan tersebut dalam gaya bahasa yang diinginkan.
Pradopo, (2012:01) menjelaskan bahwa puisi adalah salah satu jenis sastra yang
merupakan pernyataan sastra yang paling inti. Dalam puisi adanya unsur seni
kesastraan yang sangat kental dalam puisi. Puisi suatu karangan yang terikat. Karena
adanya banyak baris dalam setiap bait, adanya kata dalam setiap baris, banyaknya
suku kata dalam setiap baris, dan bahkan adanya rima dan irama
Puisi merupakan sesuatu yang penuh dengan makna, kreativitas dan juga
imajinatif yang tinggi. Dengan puisi pengarang akan lebih mencurahkan apa yang
sedang dirasakannya. Puisi juga mengandung unsur keindahan yang terpancar dalam
tulisannya. Dalam karya sastra yaitu puisi, di dalamnya mengandung kata demi kata,
bait demi bait, dan bahkan terdapat makna yang sangat dalam. Toyidin (2013:56)
Waluyo (1995:25) mengemukakan ciri-ciri puisi sebagai berikut:
1. Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur kebahasaan.
2. Dalam penyusunannya unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbagus dan
diatur dengan sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi.
3. Puisi berisikan ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan
pengalaman dan bersifat imajinatif.
4. Bahasa yang dipergunakannya bersifat konotatif.
5. Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tipografi, diksi, majas, rima, dan irama)
serta struktur batin (tema, amanat, perasaan, nada, dan suasana puisi).

Sejalan dengan pendapat di atas, Toyidin, (2013:59) mengemukakan tentang


ciri-ciri puisi yang hampir sama. Namun terdapat penambahan ciri-ciri yang

5
membahas tentang bait-bait puisi. Ciri-ciri puisi yang diungkapkan adalah sebagai
berikut:
1. Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.
2. Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbagus, dan
diatur sebaiknya-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi.
3. Bentuk tulisannya berbait-bait, namun ada pula yang satu bait. (unsur
formal) irama adalah unsur non formalnya.
4. Tiap bait terdiri dari baris-baris.
5. Puisi berisikan ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan
pengalaman dan bersifat imajinatif.
6. Bahasa yang dipergunakannya bersifat konotatif.
7. Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tipografi, diksi, majas, rima, dan irama)
serta struktur batin (tema, amanat, perasaan, nada, dan suasana puisi).
Pada rangkaian pendapat di atas mengenai ciri-ciri puisi, keduanya lebih
mendominasikan ciri puisi secara kebahasaan. Ciri-ciri puisi selain dalam susunan
kebahasaan ialah mengenai bentuk fisik dan unsur-unsur yang menopang
terbentuknya sebuah puisi.
Di dalam unsur-unsur puisi mengandung unsur bunyi, unsur kata, larik, dan
tipografi (struktur fisik puisi). Adanya tema, rasa, nada, amanat (struktur batin
puisi). Adanya diksi, imaji, kata konkret, majas, rima, dan tata wajah (struktur fisik
puisi). Toyidin, (2013:60) menjelaskan tentang unsur puisi, struktur batin puisi, dan
struktur fisik puisi sebagai berikut:
1. Unsur intrinsik atau unsur dalam struktur puisi, meliputi:
a. Unsur bunyi
Adanya unsur bunyi yang meliputi suatu nilai keindahan melalui unsur
musikalisasi puisinya atau dalam kemerduan puisinya, adanya nuansa
makna-makna tertentu yang mampu mewujudkan rasa dan sikap dari
penyairnya.
b. Unsur kata
Selain adanya unsur bunyi, ada juga unsur kata yang meliputi, unsur
kata sebagai pemegang peranan penting dalam suatu puisi, karena puisi
itu adalah sebuah karya sastra yang sangat padat. Adanya kata yang
lazim lebih mengandung makna leksikal atau sering disebut dengan
makna denotatif.
6
c. Larik
Larik sesuatu yang berhubungan dengan baris, bait, bahkan paragraf.
Selain itu juga adanya tipografi, tipografi menampilkan penulisan
dalam suatu puisi dengan bentuk-bentuk tertentu yang mampu diamati
dengan indra penglihatan atau disebut juga visual.
d. Tipografi
2. Struktur batin puisi atau hakikat puisi, meliputi:
a. Tema
Adanya tema atau sense, biasanya tema lebih mengemukakan tentang
gagasan pokok atau lebih dikenal dengan pokok pikiran utama yang
memang mengandung makna yang utama dari keseluruhan isi puisi.
b. Rasa
Rasa atau feeling, rasa ini lebih bersifat sikap atau perasaan seorang
pengarang atau penyair terhadap permasalahan yang tercipta di dalam
puisinya.
c. Nada
Nada atau tone, nada ini lebih mengutamakan sikap pengarang atau
penyair terhadap pembacanya, nada yang terkandung di dalam puisi
sesuai dengan isi, tema, juga rasa dan dikaitkan dengan suasana yang
ada.
d. Amanat
Biasanya di dalam puisi selalu ada pesan yang tersirat yang di-
sampaikan oleh pengarang atau penyair kepada khalayak, biasanya
amanat lebih kepada simpulan tentang nilai atau kegunaan puisi
tersebut bagi pembacanya.
3. Struktur fisik puisi atau metode puisi, meliputi:
a. Diksi
Diksi ini lebih mengutamakan pemilihan kata yang memang tepat,
biasanya di dalam puisi memilih kata-kata yang bersifat puitis yang
memiliki unsur estetika atau keindahan. Diksi juga lebih
berkemampuan memilih kata dengan bernuansakan makna gagasan
yang ingin disampaikan, kemampuan untuk lebih menemukan bentuk
atau situasi rasa yang ada.

7
b. Imaji
Imaji atau image, imaji ini mengungkapkan susunan kata yang bersifat
pengalaman dalam berimajinasi atau bayangan yang merasuki pikiran
pembaca, imaji erat kaitannya dengan pengindraan.
c. Kata konkret
Konkret ini menimbulkan daya bayang pembaca, jika seorang penyair
atau pengarang mampu memperkonkret kata-kata, maka para khalayak
seolah-olah mampu melihat, mendengar atau merasakan apa yang
digam-barkan oleh pengarang.
d. Majas
Majas menggunakan bahasa yang tidak biasa atau pengiasan yaitu lebih
mengungkapkan makna, majas digunakan penyair atau pengarang
untuk menyampaikan perasaan, pengalaman batin, dan juga suasana
hati, hal ini dilakukan agar pengarang tidak membatasi kata-kata
denotatif yang memang bermakna lugas.
e. Rima atau Ritme
Rima ini adanya persamaan bunyi atau pengulangan bunyi, biasanya
ditandai dengan adanya abjad misalnya aa, bb, abab, dan juga cddc,
rima memiliki alunan yang terkesan perulangan atau penggantian
bunyi, keras atau rendahnya tekanan dalam nada, panjang pendeknya
bunyi yang dihasilkan.
f. Tata wajah atau tipografi
Pembeda yang sangat penting yang di dalamnya berbentuk bait, tata
wajah atau tipografi ini sangat penting karena untuk membedakan
karya sastra lain dengan puisi sehingga mampu menggeser kedudukan
dalam makna kata-kata.
Simpulan yang dapat dipetik dari pembahasan unsur-unsur puisi yaitu dalam
unsur intrinsik dan unsur dalam struktur puisi adanya unsur bunyi, unsur bunyi
lebih menciptakan nilai keindahan, menuansakan makna, dan menciptakan
suasana. Unsur intrinsik dan unsur dalam struktur puisi juga adanya unsur kata,
unsur kata lebih memegang peranan penting dalam menulis puisi karena dari
setiap kata yang diciptakannya benar-benar berfungsi.
C. JENIS-JENIS PUISI
1. Berdasarkan Periode

8
Dalam perkembangannya dalam sejarah sastra Indonesia, dikenal adanya puisi
lama, puisi baru (modern), dan puisi mutakhir.
a. Puisi Lama
Puisi lama dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain mantera,
pantun, talibun, syair, dan gurindam. (Djamaris, dalam Setyawati dkk, 2004:
211)
1) Mantera.
Mantera adalah jenis puisi yang paling tua dalam sastra. Mantera
diciptakan dalam kepercayaan animisme dan dinamisme untuk
dibacakan dalam acara berburu, menangkap ikan, mengumpulkan hasil
hutan untuk membujuk hantu-hantu yang baik dan menolak hantu yang
jahat (Djamaris, dalam Setyawati dkk, 2004:211). Mantera yaitu
ucapan-ucapan yang dipercaya dapat mendatangkan kekuatan magic.
Biasanya dipakai dalam acara tertentu, contohnya mantra yang dirapal
untuk menolak turunnya hujan atau sebaliknya.
2) Pantun.
Pantun merupakan puisi lama yang memiliki ciri bersajak a-b-
a-b, tiap bait terdiri dari empat baris, dua baris sampiran dan dua baris
isi. Pantun dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, seperti pantun lucu,
pantun anak, dan sebagainya.
3) Talibun.
Hampir mirip dengan pantun, talibun terdiri atas larik-larik
sampiran dan isi. Bedanya, talibun memiliki larik lebih dari empat dan
selalu genap dengan rima abc-abc, misalnya enam, delapan, sepuluh,
dua belas, atau empat belas (Djamaris, dalam Setyawati, 2004:213).
4) Syair.
Syair merupakan puisi yang berlarik empat tiap bait dan
bersajak a a a a yang mengisahkan suatu hal. Syair biasanya
menceritakan sebuah kisah dan di dalamnya terkandung amanat yang
ingin disampaikan penyairnya.

5) Gurindam.

9
Gurindam adalah puisi yang terdiri atas dua baris, berirama
sama a a, kedua barisnya merupakan isi, baris pertama merupakan
sebab dan baris kedua merupakan akibat, isinya berupa nasihat atau
amanat.
b. Puisi Baru (Modern)
Puisi modern atau puisi bebas tidak mengutamakan bentuk atau banyak
baris dalam satu bait dan irama atau persajakan tetapi lebih mengutamakan
isi puisi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa puisi modern adalah puisi
yang tidak lagi terikat oleh aturan jumlah baris, lebih mengutamakan isi
serta puisi modern ini mendapat pengaruh kebudayaaan dunia. Puisi
modern ini juga lebih lepas membangun imajinasi atau ideide kreatif yang
ingin disampaikan oleh si penulis puisi namun tetap memperhatikan etika
dan estetika dari sastra puisi itu sendiri. Di dalam perkembangannya, puisi
modern memiliki 8 (sembilan) bentuk, yaitu:
1) Distikon (Distichon).
Distikon adalah sajak yang terdiri atas dua baris kalimat dalam
setiap baitnya, bersajak a-a.
2) Terzina.
Terzina atau sajak tiga seuntai, artinya setiap baitnya terdiri
atas tiga buah kalimat. Terzina dapat bersajak a-a-a; a-a-b; a-b-c;
atau a-b-b.
3) Quatrain.
Quatrain adalah sajak empat seuntai yang setiap baitnya terdiri
atas empat buah kalimat. Quatrain bersajak a-b-a-b, a-a-a-a, atau a-
a-b-b.
4) Quint.
Quint adalah sajak atau puisi yang terdiri atas lima baris
kalimat dalam setiap baitnya. Quint bersajak a-a-a-a-a.
5) Sektet (Sextet).
Sektet adalah sajak atau puisi enam seuntai, artinya terdiri atas
enam buah kalimat dalam setiap baitnya. Sektet mempunyai
persajakan yang tidak beraturan. Dalam sektet, pengarangnya
bebas menyatakan perasaannya tanpa menghiraukan persajakan
atau rima bunyi.

10
6) Septima.
Septima adalah sajak tujuh seuntai yang setiap baitnya terdiri
atas tujuh buah kalimat. Sama halnya dengan sektet, persajakan
septima tidak berurutan.
7) Stanza.
Stanza adalah sajak delapan seuntai yang setiap baitnya terdiri
atas delapan buah kalimat. Stanza disebut juga oktaf. Persajakan
stanza atau oktaf tidak berurutan.
8) Soneta.
Soneta berasal dari kata Sonetto dalam bahasa Italia yang
terbentuk dari kata latin Sono yang berarti “bunyi” atau “suara”.
c. Puisi Mutakhir (Kontemporer)
Puisi kontemporer adalah jenis puisi yang berusah keluar dari ikatan
konvensional. Puisi kontemporer selalu berusaha menyesuaikan dengan
perkembangan zaman dan tidak lagi mementingkan irama, gaya bahasa,
dan lain-lainnya yang terdapat dalam puisi lama maupun baru. Puisi
kontemporer dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Puisi Mantra, yaitu mengambil sifat-sifat dari mantra.
2) Puisi Mbeling, yaitu puisi yang sudah tidak mengikuti aturan
umum dan ketentuan dalam puisi.
3) Puisi Konkret, yaitu puisi yang lebih mengutamakan bentuk grafis
(wajah dan bentuk lainnya) dan tidak sepenuhnya menggunakan
bahasa sebagai media.
2. Cara Penyair Mengungkapkan Isi
Menurut Aminuddin (2008: 21), ada beberapa jenis puisi di antaranya
sebagai berikut:
a. Puisi Naratif
Puisi naratif yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu
cerita, dengan pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian
peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Termasuk dalam jenis
puisi naratif ini adalah apa yang biasa disebut dengan balada, yang
dibedakan antara folk ballad, dengan literary ballad, sebagai suatu
ragam puisi yang berkisah tentang kehidupan manusia dengan
segala macam sifat pengasihnya, kecemburuan, kedengkian,

11
ketakutan, kepedihan, dan keriangannya. Jenis puisi lain yang
termasuk dalam puisi naratif adalah poetic tale sebagai puisi yang
berisi dongeng-dongeng rakyat.
b. Puisi Epik
Puisi epik adalah suatu puisi yang di dalamnya mengandung
cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan
dengan legenda, kepercayaan maupun sejarah. Puisi epik
dibedakan antara folk epic, yakni jika nilai akhir puisi itu untuk
dinyanyikan, dan literary epic, yakni jika nilai akhir puisi itu untuk
dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya.
c. Puisi Lirik
Puisi lirik yakni puisi yang berisi luapan batin individual
penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap,
maupun suasana batin yang melingkupi.
d. Puisi Dramatik
Puisi dramatik yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif
menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog,
maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah
tertentu. Dalam puisi dramatik dapat saja penyair berkisah tentang
dirinya atau orang lain yang diwakilinya lewat monolog.
e. Puisi Didaktik
Puisi didaktik yakni puisi yang mengandung nilai-nilai
kependidikan yang umumnya tertampil eksplisit.
f. Puisi Satirik
Puisi satirik yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik
tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu
kelompok maupun suatu masyarakat.
g. Puisi Romance
Puisi romance yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta
seseorang terhadap sang kekasih.
h. Puisi Elegi
Puisi elegi yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih
seseorang.

12
i. Puisi Ode
Puisi ode yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang
yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan.
j. Puisi Himne
Puisi himne yaitu puisi yang berisi pujian kepada Tuhan
maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa ataupun tanah air.
(Sumardjo: 25-28).

13
D. CONTOH PUISI
1. MANTERA

Jampi Dukun Betawi


Suara adzan dibisikkan ke telinga si bayi
Bismillah…
Mate jangan seliat-liatnye
Kuping jangan sedenger-dengernye
Lidah jangan sengomo-ngomongnye.
Mulut jangan semakan-makannye.
Muke jangan semerengut-merengutnya.
Bibir jangan sedower-dowernye.
Purut jangan sebuncit-buncitnye.
Jidat jangan selicin-licinnye.
Pale jangan sebotak botaknye.
Tangan jangan sepegang-pegangnye.
Kaki jangan sejalan-jalannye.
Kulit jangan sebuduk-buduknye.
InsyaAllah… Wabarakallah…
Nangis jangan sejadi-jadinye
Marah jangan sengamuk-ngamuknye
Otak jangan selupe-lupenye.
Hati jangan sekosong-kosongnye.
Darah jangan sekotor-kotornye.
Puah! Alhamdulillah
Dikutip  dari buku Sapardi Djoko Damono “Bilang Begini Maksudnya Begitu.” (2016)

14
2. SATIR
ITUKAH KITA?
Karya: Chandra Malik

Sedikit baca,
banyak bicara,
apakah itu logika?
Sedikit menulis,
banyak analisis,
apakah itu logis?
Tapi itulah kita:
menua belaka,
tak mendewasa.
Ya, itulah kita:
merasa bisa,
sok bijaksaa
(Ibid, 2006 : 110)
3. SEKTET
Ranjang Ibu
Karya: Joko Pinurbo
Ia gemetar naik ke ranjang
sebab menginjak ranjang serasa menginjak
rangka tubuh ibunya yang sedang sembahyang.
Dan bila sesekali ranjang berderak atau berderit,
serasa terdengar gemeretak tulang
ibunya yang sedang terbaring sakit.
Sumber: Joko Pinurbo, Selamat Menunaikan Ibadah Puisi, hlm 124. (2004)

15
4. PUISI MBELING
Menyingkat Kata
Karya : Remi Sylado

Menyingkat Kata
Karena
kita orang Indonesia
suka
menyingkat kata wr. wb.
Maka
rahmat dan berkah Ilahi
pun
menjadi singkat
dan tak utuh buat kita.

16
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra berupa teks atau karangan yang
dibuat sebagai ungkapan perasaan penulis/penyair, ditulis dengan bahasa yang
dipadatkan, dipersingkat, dan menggunakan kata-kata kiasan (imajinatif). Dalam
penulisan puisi sangat memperhatikan keindahan bahasa, struktur dan makna yang
ingin disampaikan oleh penulis/penyair kepada pembaca. Di dalam puisi, penulis
dapat mengungkapkan berbagai hal, seperti kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan
yang diungkapkan dalam bahasa yang indah.

Ciri-ciri puisi selain dalam susunan kebahasaan ialah mengenai bentuk fisik
dan unsur-unsur yang menopang terbentuknya sebuah puisi. Di dalam unsur-unsur
puisi mengandung unsur bunyi, unsur kata, larik, dan tipografi (struktur fisik puisi).
Adanya tema, rasa, nada, amanat (struktur batin puisi). Adanya diksi, imaji, kata
konkret, majas, rima, dan tata wajah (struktur fisik puisi).
Jenis-jenis puisi dikelompokkan berdasarkan periode dan cara penyair
mengungkap isinya. Berdasarkan periode,puisi dibagi menjadi 3, yaitu puisi lama,
puisi baru (modern), dan puisi mutakhir (kontemporer). Sedangkan berdasarkan cara
penyair mengungkap isinya, terdapat 10 jenis yaitu; puisi naratif, puisi epik, puisi
lirik, puisi dramatik, puisi didaktik, puisi satirik, puisi elegi, puisi ode, dan puisi
himne.
B. SARAN
1. Sebagai calon Guru Sekolah Dasar, mahasiswa PGSD sebaiknya banyak
mempelajari tentang sastra anak dalam konteks puisi.
2. Mahasiswa PGSD sebaiknya termotivasi untuk membuat karya puisi sehingga
dapat menjadi bekal dalam mendidik di Sekolah Dasar kelak.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. (2008). Kreatif Menulis Puisi dan Cerita Pendek. Tangerang: Citralab.

Arifin, Z. E. (n.d.). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.

Budiawati, Y. (2014). Jenis Puisi Indonesia Dilihat dari Periode: Puisi Lama, Puisi Modern,
dan Puisi Mutakhir. Kolibet.

Endraswara, S. (2008). Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Presinfo.

Mahayana, M. S. (2007). Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Maman Suryaman, W. (2013). Puisi Indonesia. Yogyakarta.

Marwati, S. d. (2016). KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP


NEGERI SATU ATAP 3 LANGGIKIMA KABUPATEN KONAWE UTARA. Vol. 1
(1), 1-22.

Sayuti, S. A. (1985). Puisi dan Pengajarannya. Semarang: IKIP Semarang Press.

18

Anda mungkin juga menyukai